Anda di halaman 1dari 4

Nama : Army Juniar Hidayat

NIM : 10011281823191
Mata Kuliah : Pemberantasan dan Pengendalian Vektor
Dosen Pengampu: Dr.rer.med.H. Hamza Hasyim, S.KM.,M.KM.

“Konsep Pengendalian dan Pemberantasan Vektor Penyakit”

1) Definisi Vektor
Jawab
Pengertian Vektor berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 50 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor Dan Binatang Pembawa
Penyakit Serta Pengendaliannya, Vektor adalah artropoda yang dapat menularkan,
memindahkan, dan/atau menjadi sumber penular penyakit.

2) Jenis-Jenis Vektor
Jawab
 Vektor Nyamuk
Antara lain Nyamuk Nyamuk Aedes Aegipty atau Aedes albopictus sebagai
vector penyebab DBD. Culex sp. yang berperan sebagai vektor penyakit yang
penting seperti West Nile Virus, Filariasis. Serta Nyamuk Anopheles sp. Sebagai
vector penyakit malaria. Dimana berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan
Sumur Kabupaten Pandeglang (Mardiana, 2006), dengan didominasi An.
sundaicus dan ditemukan 6 spesies nyamuk Anopheles sp lain yaitu An. annularis,
An. aconitus, An. barbirostris, An. kochi, An. tesselatus dan An. vagus. Habitat
yang ditemukan adalah muara sungai yang tertutup sehingga air tergenang,
kobakan, bekas galian pasir, sawah dan sumur gali. Habitat An. sundaicus
dan An. vagus di Kota Banda Aceh juga ditemukan di sawah, parit, saluran
pembuangan dan bekas galian tanah (Sari et al., 2011).

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT | UNIVERSITAS SRIWIJAYA 1


 Vektor Lalat
Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui makanan oleh lalat ini adalah
disentri, kholera, typhoid, diare dan gatal-gatal pada kulit. berbagai macam bakteri
terutama bakteri enterik seperti disentri basiler (Shigella), kolera, typhoid,
paratyphoid (Salmonella), anthrax dan berbagai macam kokus.

 Vektor Kecoa
Menurut Amalia dan Idham (2010:67), bahwa kecoa menyebarkan berbagai
penyakit, menimbulkan alergi, serta mengotori dinding, buku dan perkakas rumah
tangga. Selain itu, kecoa juga dapat memindahkan beberapa mikroorganisme
pathogen antara lain, Streptococcus, Salmonella, dll. Sehingga dapat berperan
dalam membawa penyakit tifus, disentri, diare, cholera, HVA, dan polio pada
anak-anak.
Penanggulangan penyakit yang ditularkan oleh vector ini selain dengan
pengobatan penyakit, juga dilakukan upaya pengendalian vektornya seperti
mencegah kontak dengan vector dan dengan penggunaan insektisida (Kemenkes
RI, 2012).

 Vektor Pinjal
Beberapa spesies penting ialah Pulex iritans (pinjal manusia), Xenopsylla
cheopis (pinjal tikus asia), Ctenophalides canis (pinjal anjing), dan Ctenophalides
Felis (pinjal kucing). Penyakit yang dapat ditularkan pinjal adalah pes (pes
plague), murinae thypus, tularemia, dan listeriosis. Cara penularan penyakit
tersebut melalui gigitan pinjal.

 Vektor Tikus
Tikus adalah inang reservoir leptospirosis. Leptospirosis merupakan zoonosis.
Penyakit ini sering dijumpai di daerah perkotaan terutama yang sering dilanda
banjir. Manusia terinfeksi bakteri Leptospira melalui air atau tanah yang
terkontaminasi dengan urin atau cairan tubuh inang reservoir.

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT | UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2


3) Pengendalian Vektor
Jawab
Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan
untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya
tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu
wilayah atau menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan
penyakit tular vektor dapat dicegah. Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan
pengelolaan lingkungan secara fisik atau mekanis, penggunaan agen biotik,
kimiawi, baik terhadap vektor maupun tempat perkembangbiakannya dan/atau
perubahan perilaku masyarakat serta dapat mempertahankan dan mengembangkan
kearifan lokal sebagai alternative (Permenkes RI No.374, 2010).
Pada umumnya Pengendalian Vektor dapat dilakukan dengan berbagai cara
atau metode seperti Kimiawi, Biologi, Management lingkungan,dsb. Metode
kimiawi dapat berupa penggunaan insektisida, dimana metode ini paling popular
digunakan dimasyarakat dalam hal pengendalian vector serangga. Masyarakat di
daerah endemis lebih memilih insektisida malathion dan sipermetrin dalam
pengendalian vektor secara fogging atau pengasapan yang biasanya jenis
insektisida ini sudah menjadi program pengendalian vektor, sedangkan
penggunaan larvasida dalam hal ini temephos atau di masyarakat luas biasa
disebut abate sering digunakan untuk pengendalian vektor di dalam rumah
ditaburkan di dalam tempat-tempat penampungan air khusus untuk DBD
(Handoyo, W. dan Fitri W.E., 2020: 7).
Kemudian, pengendalian vector melalui metode biologi, yaitu dengan
memanfaatkan agent biologi seperti predator, bakteri,dsb. Sebagai musuh alami
vector.
Dan metode managemen lingkungan dapat berupa memanagement
lingkungan fisik seperti pemukiman , sarana-prasarana, vegetasi ataupun musim
(Purnama,S.G., 2015).

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT | UNIVERSITAS SRIWIJAYA 3


REFERENSI

Amalia, H. dan Idham, S.H. 2010. Preferensi Kecoa Periplaneta americana (L.)
(Blattaria: Blattidae) Terhadap Berbagai Kombinasi Umpan. Perhimpunan
Entomologi Indonesia. Jurnal entomologi Indonesia. Volume 7 No.2:67-77.
Handoyo, W. dan Fitri W.E., (2020). Resistensi Vektor Dengue Strain Pedesaan
Terhadap Malathion 5%. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. Vol.
15(1), hal.7.
Kemenkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 50
Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan
Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor Dan Binatang Pembawa Penyakit
Serta Pengendaliannya. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR :
374/MENKES/PER/III/2010 Tentang Penendalian Vektor. Jakarta:
Kemenkes RI.
Mardiana (2006) dalam Astuti, E.P.,dkk. Kapasitas Vektor Dan Laju Inokulasi
Entomologis Anopheles Vagus Dari Wilayah Endemis Malaria Di Provinsi
Banten. Jurnal Vektor dan Resevoir Penyakit. Vol. 8(1), hal.28.
Purnama, S.G. 2015. Buku Ajar Pengendalian Vektor. Denpasar: Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
Sari, W.,dkk. (2011). Stu di Jenis Nyamuk Anopheles pada Tempat Perin-
dukannya di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh.
Jurnal Biologi Edukasi, Volume 3 N.

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT | UNIVERSITAS SRIWIJAYA 4

Anda mungkin juga menyukai