OLEH :
KELOMPOK II :
1. Fery Anthony
2. Enna Aslina
3. Anggun Resky S Akib
4. Asrul Harjuna
5. Erniza Masherni
6. Nurhasanah
I. PENDAHULUAN
Daerah Masamba merupakan salah satu kota di kabupaten Luwu Utara di Provinsi
Sulawesi Selatan.Bencana banjir bandang yang terjadi di pertengahan juli di musim
penghujan.Bencana banjir bandang membawa air dan puing-puing kotoran ke daratan
sedangkan likuifaksi terjadi karena tanah berpasir yang terendam air sehingga tanah
kehilangan ikatan dan melarut, mengalir seperti cair. Perpaduan dari kedua bencana
tersebut menyebabkan tanah lembab dan basah yang kondusif sebagai tempat hidup
beberapa hewan vektor penyakit dan binatang pengganggu.
Masyarakat terdampak bencana mengungsi karena tempat tinggal (rumah) sudah
rusak dan tidak dapat ditempati. Masyarakat berkelompok pada beberapa kluster
tempat pengungsian dan tinggal pada tenda-tenda. Pengolahan makanan dilakukan
dapur umum pada setiap kluster pengungsian. Sarana sanitasi menggunakan toilet
sementara dan portable, sedangkan tempat pembuangan sampah berada di sekitar
pengungsian.
a. Lalat
Lalat adalah serangga yang masuk ke dalam ordo Diptera dan terbagi menjadi
beberapa famili, yaitu: Tabanidae, Muscidae, Calliphoridae, Sarchopagidae,
Hippoboscidae, Gasterophilidae, dan Oestridae.
b. Kecoa
Merupakan serangga dari Ordo Blattodea, dengan ukuran tubuh bervariasi antara 1 –
50 mm. Bentuk tubuh oval/ lonjong, dorsoventral dan berwarna coklat muda sampai
coklat tua. Sayap lebar dan kokoh, mempunyai perisai saya yang disebut tegmina.
Bersifat nokturnal (aktif pada malam hari) atau diurnal (aktif pada siang hari),
sinantropik (hubungan ketergantungan yang tinggi dengan manusia karena zat-zat
makanan yang dibutuhkan lalat sebagian besar ada pada makanan manusia) serta
hidup berdampingan dengan rayap, semut, tikus dan kelelawar.
- Pronotum Warna Kuning keruh, Pronotum coklat, memiliki bercak Sayap betina
tengahnya terdapat dari atas tampak kuning muda seperti berwarna
sepasang dua garis hitam lipas amerika sama yaitu dari
bercak coklat memanjang. coklat kemerahan
Belakang abdomen sampai coklat
terdapat gelap, sedang yang
sepasang serkus jantan berwarna
panjangm tipis coklat gelap pada
dan runcing seperti bagian dasar, secara
cemeti bertahap menjadi
coklat terang ke
arah ujung
terdapat bagian
sayap yang terlihat
terang tembus
seakan akan
mempunyai pita
coklat pucat atau
kuning terang yang
menyilang dari
dasar sayap dan
pita lainnya pada
sepertiga bagian
atas sayap
- Waktu 250-350 hari 128-153 hari rata-rata 145 hari Betina : 90 hari
hidup Jantan : 115 hari
Habitat Lingkungan yang Lingkungan yang dapat dijumpai di serupa dengan lipas
hangat, hangat, lembab, sekitar permukiman, jerman yaitu
lembab, umum di umum restoran, rumah tempat-tempat yang
restoran, di dapur dan sakit, supermarket lembab, kotor, dan
bakeri, penyedia restoran atau gedung tempat gelap di
makanan. Suhu : 300 C terdapat bahan- sekitar
Seringkali berkaitan bahan makanan atau permukiman.
dengan saluran dan minuman disimpan Aktifitasnya
tempat nokturnal atau di
pembuangan malam hari
Suhu 30 – 330 C
Gambar
c. Tikus
Tikus merupakan binatang yang tergolong dalam ordo Rodentia. Terdapat 2.000
spesies di dunia, dan di Indonesia terdapat 161 spesies, dimana 9 spesies berpeeran
sebagai hama tanaman dan vektor pathogen.
Tikus merupakan hewan omnivora dan membutukan makan sampai dengan 10% berat
tubuh perhari (tikus) - 20% berat tubuh per hari (mencit) dan minum 15 – 30 ml per
hari (tikus), 3 ml per hari (mencit).
Tikus dan mencit mempunyai perilaku makan teratur untuk memenuhi kebutuhan
makannya namun, teikus lebih teratur jika dibandigkan mencit. Tikus mempunyai
kebiasaan mencipi dan mengenali makannya, neo-phobia (cenderung curiga pada
objek/ beda baru) dan perilaku bait shyness sehingga perilaku ini digunakan pre-
baiting dalam penggunaan umpan racun akut sedangkan pada pada umpan racun
kronis tidak diperlukan pre baiting. Tikus juga mempunyai perilaku hoarding, yaitu
mengumpulkan makanan pada lokasi tertentu.
Kemampuan fisik tikus adalah sebagai berikut :
1) Menggali → terestrial (footpad kecil, ekor pendek) rerata 50 cm, max 200 cm
2) Memanjat → arboreal (footpad besar, ekor panjang) pohon, tembok, pipa,
kawat, tali tambang
3) Melompat. Vertikal : 77 cm; Horizontal: 240 cm
4) Mengerat 5,5 skala kekerasan geologi
5) Berenang. Mampu berenang delama 50 – 72 jam dengan kecepatan 1,4
km/jam (tikus), 0.7 km/jam (mencit)
6) Menyelam selama 30 detik
Tikus mempunyai masa matang seksual selama 2 -3 bulan dengan masa bunting 21 –
23 hari dan oestrus elama 24-48 jam. Tikus mampu beranak sepanjang tahun dan
sekali beranak sebanyak 3 – 12 ekor. Anak tikus berwarna pink dan gundul mamapu
merespons suhu tubuh induknya, mempunyai bobot 4,5 – 6,5 gr (tikuss) 1,5 gr
(mencit), telinga berfungsi setelah 3 – 6 hari, mata berfungsi setelah 14 – 16 hari, gigi
seriatas mulai tumbuh setealh 11 hari sedangkan gigi seri bawah tumbuh setelah 10
hari. Setelah usia 4 minggu anak tikus disapih induknya. Tikus jantan mamapu kawin
setiap saat.
Tikus mempunyai daya jelajah harian sejauh 30 – 200 meter dan mampu mengetahui
adanya makanan pada jarak 700 meter. Hal ini digunakan untuk mengetahui jarak
umpan (racun) sehingga bisa dihitung jumlah umpan yang efektif.
Spesies tikus pengganggu tersebut adalah:
1. Bandicota indica (tikus wirok)
2. Bandicota bengalensis (tikus wirok kecil)
3. Rattus norvegicus (tikus riul)
4. Rattus rattus diardii (rattus kurozumi) (tikus rumah)
5. Rattus tiomanicus (tikus pohon)
6. Rattus argentiventer (tikus sawah)
7. Rattus exulans (tikus ladang)
8. Mus musculus (mencit rumah)
9. Mus caroli (mencit ladang)
Selain spesies tersebut diatas, terdapat spesies lain yang mirip tikus namun tidak
masuk dalam ordo Rodentia karena tidak termasuk hewan pengerat. Spesies
tersebut adalah Suncus murinus (cecurut rumah/ house shrew). Hewan ini
termasuk dalam golongan insectivore yaitu hewan yang makan insecta
(serangga). Cecurut mempunyai bentuk moncong yang sangat runcing, ekor yang
sangat pendek, berjalan relatif lambat, kotorannya basah, dan mengeluarkan bau
saat melintas yang berasal dari kelenjar dekat lubang anus (kelenjar anal).
Perbandingan beberapa spesies tikus adalah sebagai berikut:
B. indica R. R. rattus R. Argentiventer M. musculus
norvegicus diardii
Tekstur kasar, panjang kasar, agak agak kasar agak kasar lembut, halus
rambut panjang
Bentuk kerucut kerucut kerucut kerucut kerucut
hidung terpotong terpotong
Bentuk silindris agak silindris agak silindris silindris silindris
badan membesar ke membesar ke
belakang belakang
Badan hitam coklat hitam coklat hitam coklat kelabu coklat hitam
dorsal kelabu kelabu kehitaman kelabu
Badan hitam coklat kelabu coklat hitam kelabu pucat atau coklat hitam
ventral (pucat) kelabu putih kotor kelabu
Ekor hitam gelap coklat gelap coklat gelap coklat gelap
dorsal
Ekor hitam gelap agak coklat gelap coklat gelap coklat gelap
ventral pucat
habitat gudang, gudang di gudang sawah (pertanaman gudang,
pemukiman kota-kota makanan, padi dan tebu) pada pemukiman
manusia, pelabuhan, pemukiman ketinggian kurang manusia
saluran pemukiman manusia dari 1.500 m dpl,
pembuangan air manusia di terutama di pekarangan
di perumahan, kawasan langit-langit
pertanaman padi pesisir
dan tebu pantai, dan
saluran
pembuangan
air di
perumahan
Nama Tikus Wirok Tikus Riul, Tikus Rumah, Tikus Sawah, Mencit Rumah
lain Besar) Norway Rat Black Rat) Ricefield Rat
Gambar
3. TUJUAN
Tujuan Umum :
Menurunkan populasi vektor serendah mungkin secara cepat sehingga keberadaannya
tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah
daerah bencana banjir bandang di Luwu Utara Sulawesi Selatan
Tujuan khusus :
a. Melakukan pemetaan faktor risiko penyakit akibat vektor dan binatang
pengganggu
b. Melakukan penyelidikan epidemiologi vektor (lalat, kecoa dan tikus)
c. Melakukan surveilans vektor dan binatang pengganggu (lalat, kecoa dan tikus)
d. Melakukan pengamatan bionomik vektor dan binatang pengganggu (lalat, kecoa
dan tikus)
e. Melakukan pengendalian vektor dan binatang pengganggu berdasarkan hasil
survey
Penyelidikan vektor
lalat
a. Sasaran Penyelidikan
Sasaran penyelidikan dilakukan pada tempat-tempat potensial perindukan lalat
sebagai berikut :
a. lokasi tempat penampungan sampah yang ada di sekitar lokasi pengungsian
b. lokasi sumber-sumber makanan dan sisa makanan yang menarik bagi vektor lalat
misal di dapur umum, gudang makanan
c. lokasi tempat pembuangan kotoran manusia yang ada di daerah penampungan
c. Metode Penyelidikan
1) Pengamatan (survey)
Tujuan untuk mengetahui angka kepadatan lalat di tempat penampungan
sampah, lokasi sumber-sumber makanan dan sisa makanan yang menarik bagi
vektor lalat misal dapur umum serta lokasi tempat pembuangan kotoran
manusia yang ada di daerah penampunga. Kepadatan lalat diukur dengan
menggunakan alat fly grill. Mekanisme pengamatan lalat dilakukan dengan
metode Scudder (1947).
Langkah – langkah kerja pengukuran kepadatan lalat adalah sebagai berikut :
a. Persiapkan alat dan bahan seperti yang telah disebutkan di atas.
b. Letakkan fly grill pada tempat yang datar di titik lokasi pengamatan
c. Biarkan beberapa saat agar lalat beradaptasi dengan fly grill
d. Letakkan alat thermohigrometer untuk mengukur suhu dan kelembaban
serta anemometer untuk mengukur kecepatan angin pada titik pengukuran
e. Catat hasil pengukuran pada formulir yang tersedia
f. Lakukan pengamatan dilakukan selama 30 detik per titik pengukuran,
kemudian lalat yang hinggap pada fly grill dihitung dengan tally counter.
g. Perhitungan kepadatan lalat dilakukan dengan melakukan pengamatan
selama 10 kali di titik yang berbeda, kemudian dari 5 pengukuran dipilih
nilai tertinggi dan dihitung rata-ratanya dan akan diperoleh angka
kepadatan lalat.
h. Melakukan interpretasi angka rata-rata kepadatan lalat menurut Permenkes
No. 50 Tahun 2017 sebagai berikut :
≤ 2 / 30 detik : kepadatan rendah
> 2/ 30 detik : kepadatan tinggi / padat
3. Kegiatan pengendalian
Kendaraan lapangan
Rodentisida (umpan beracun/ asap beracun)
trapping
Pakaian kerja (helm, kacamata, wearpak, sarung tangan, masker)
d. Metode Penyelidikan
c. Kepadatan pinjal
Kepadatan pinjal dihitung berdasarkan indeks pinjal khusus (IPK) dan indeks
pinjal umum (IPU). Indeks pinjal khusus adalah jumlah pinjal Xenopsylla
cheopis dibagi dengan jumlah tikus yang tertangkap dan diperiksa. Adapun
indeks pinjal umum adalah jumlah pinjal umum (semua pinjal) dibagi dengan
jumlah tikus yang tertangkap dan diperiksa.
perkembangbiakan kecoa
Lokasi/area
Pompa
Closet
Peralatan
Pipa/saluran
Almari
Laci/meja
Bak
Panel listrik
Rak
Keterangan
Dapur umum x x
Kamar mandi x x
Tempat sampah x
Gudang/tempat x x
penyimpanan
bahan makanan
Tenda x x
pengungsian
Tabel 4
Hasil Penangkapan Kecoa Blatella germanica
Perangkap Lokasi Jumlah Kecoa
tertangkap
1 Dapur umum 8
2 Kamar Mandi 2
3 Tempat Sampah 10
4 Gudang/tempat penyimpanan bahan 6
Makanan
5 Tenda pengungsian 4
Jumlah 30
Rata-rata kecoa tertangkap per perangkap per malam = 6 ekor
Rata-rata : 6 - 7 ekor, jadi kepadatan sedang, Tindakan pengendalian perlu
pengamanan tempat perkembangbiakan
Interpretasi Hasil :
- Rendah : tidak menjadi masalah
- Sedang : perlu pengamanan tempat berkembangbiakan
- Tinggi/padat : perlu pengamanan tempat perkembangbiakan
dan rencana pengendalian (lakukan pest control/hapus
serangga)
- Sangat tinggi : Perlu pengamanan tempat perkembangbiakan dan
pengendalian secara menyeluruh) lakukan
pest control/hapus serangga)
Tabel 5
Hasil Penangkapan Populasi Kecoa Blatella germanica
Lokasi Jumlah Jumlah Kecoa Indeks
Perangkap tertangkap populasi
Dapur umum 6 8 1.3
Kamar mandi 4 2 0.5
Tempat sampah 6 10 1.7
Gudang/tempat 6 6 1
penyimpanan bahan
makanan
Tenda pengungsian 6 4 0.7
Jumlah 28 30 1.1
Indeks populasi kecoa adalah angka rata-rata populasi kecoa, yang dihitung
berdasarkan jumlah kecoa tertangkap per perangkap per malam menggunakan
perangkap lem pakai habis, jadi indeks populasi yang didapatkan yaitu 1,1 jadi
indeks populasi kecoa tinggi.
Interpretasi Hasil :
Hasil
pengukuran :
- Rendah : bila index populasi : angka rata-rata populasi ≤ 1
- Tinggi : bila index populasi : angka rata-rata populasi > 1
Tabel 6
Hasil penangkapan Kepadatan Tikus/ Succes Trap
Tabel 7
Hasil Identifikasi tikus, pinjal dan kepadatan pinjal
Dari hasil trapping diperoleh tikus yang tertangkap ada 3 jenis yaitu Rattus Tanezzumi,
Rattus Novergicus dan Bandicota Indica. Jenis pinjal yang tertangkap ada Xenopsylla
cheopis dan Stivalius cognatus dengan indek pinjal umum ≥2 dan indek pinjal khusus
≥1.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengukuran kepadatan lalat di lokasi bencana banjir bandang
masamba Luwu Utara pada bulan Juli 2020 diketahui bahwa kepadatan lalat yang
tinggi berasal dari tempat pembuangan sampah dan tempat penampungan feses
sementara di daerah pengungsian. Kondisi ini disebabkan keadaan lingkungan pasca
banjir bandang yang porak poranda hancur menjadi puing-puing dan berserakan tidak
teratur, sumber air bersih yang kurang dan penanganan sampah kurang diperhatikan.
Begitu pula dengan penampungan feses manusia yang kurang dalam, lokasi berdekatan
dengan pengungsian dan tidak saniter karena keterbatasan air bersih di lokasi juga
menyebabkan kepadatan lalat. seperti kita
ketahui bahwa lalat mempunyai jarak terbang yang cukup jauh akan terbang kesana
kemari dan dapat membawa bibit penyakit.
Dari tabel 1 dapat diketahui, terdapat lalat S. megacephala yang nilainya melebihi
ambang standar. Selai penyemprotan di tempat perindukan (tempat pembuangan
samapah) lalat dewasa dapat dikendalikan dengan memasang perangkap (bait trap).
Tempat pemeriksaan secara visual dan perabaan kecoa di lokasi hunian sementara
pengungsian korban banjir bandang Masamba ,Luwu Utara yaitu di dapur umum, kamar
mandi, tempat sampah, gudang/tempat bahan makanan dan tenda pengungsian, yang
dilakukan pengamatan yaitu kapsul/telur, kotoran dan kecoa dewasa. Hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa di semua lokasi tersebut ditemukan kecoa dewasa tetapi tidak
ditemukan kapsul/telur maupun kotoran kecoa.
Di dapur umum ditemukan kecoa dewasa di bagian lantai dan peralatan, di kamar
mandi ditemukan di closet dan saluran air kootor, ditempat sampah ditemukan di
bagian lantai dan dinding-dindingnya, di gudang/tempat penyimpanan bahan makanan
ditemukan dilantai dan di rak, sedangkan di tenda pengungsia ditemukan kecoa di lantai
dan panel listrik.
Paling banyak kecoa ditemukan di tempat sampah yaitu sebanyak 10 ekor, didapur
umum sebanyak 8 ekor, di Gudang/tempat penyimpanan bahan makanan sebanyak 6
ekor, ditenda pengungsian sebanyak 4 ekor dan paling sedikit di kamar mandi yaitu
sebanyak 2 ekor.
Adapun jumlah perangkap kecoa yang digunakan dalam penyelidikan kecoa di
hunian sementara pengungsian korban banjir bandang Masamba ,Luwu Utara yaitu
sebanayk 28 buah, pemasangan setiap lokasi sebanyak 6 buah kecuali di bagian kamar
mandi hanya 4 buah melihat kamar mandi yang ada lumayan bersih.
Dari inspeksi yang dilakukan menggunakan perangkap/ trap maka dapat dilihat bahwa
dari 30 trap yang dipasang di masing – masing lokasi setiap malamnya selama 3 hari
pengamatan masih ditemukan adanya tikus. Kepadatan tikus yang diperoleh dari
masing – masing lokais yaitu di dapur umum 0,3, di gudang makanan 0,5, di tempat
pembuangan sampah 0,2 tenda pengungsian 0,1 dan di saluran pembuangan air/ got 0,1.
Angka ini masih dibawah nilai baku mutu yang telah ditetapkan, akan tetapi perlu
diperhatikan lagi faktor lain yang mempengaruhi dalam keberhasilan penagkapann
tikus seperti kesukaan terhadap umpan dan penempatan trap.
6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Lalat, Kecoa dan Tikus
Kesimpulan
Perlu dilakukan tindakan pengendalian berdasarkan hasil survei dan pengamatan
terhadap lalat dan kecoa di lokasi bencana banjir bandang Masamba Luwu Utara.
Tindakan pengendalian dapat berupa perbaikan lingkungan dan melakukan
pengendalian secara kimia dengan penyemprotan pada lokasi. Sedangkan unutk
pengendalian tikus yindakan pengendalian berupa perbaikan lingkungan,
pegendlaian secara mekanik denagan pemasangan perangkap dan membuat
penghalang dari bahan yang tidak bisa rusak oleh gigitan tius serta penggunaan
rodensida(umpan beracun).
Rekomendasi Pengendalian
1. Lalat dan Kecoa
a. Menyimpan bahan dan makanan jadi pada tempat tertutup yang tidak dapat
dimasuki kecoa
b. Mencegah adanya sisa-sisa makanan dan dampah yang berserakan di berbagai
tempat
c. Kamar mandi/toilet selalu dibersihkan dan dalam keadaan kering serta tidak
lembab
d. Pengendalian lingkungan dengan cara melibatkan masyarakat pengungsi untuk
membersihkan lokasi/area pengungsian dari sampah dan sisa-sisa makanan
e. Memberikan penyuluhan kepada pengungsi dan petugas tentang kebersihan
lingkungan
f. Menambah kedalaman lubang penampung feses agar tidak dapat tercium bau
yang menyebabkan lalat datang menghampiri
g. Melakukan pengendalian secara kimia dengan penyemprotan insektisida di
tempat pembuangan sampah
h. Memasang perangkap lalat (bait trap) di sekitar TPS dan tempat pembuangan
feses.
2. Tikus
a. membakar tumpukan barang yang tidak diperlukan
b. Membuang sisa makan dan sampah pad atempat yang tertutup atau dibakar
c. Menutup celah atau lubang yang bisa dilewati tikus
d. Membuat sekat atau penghalang dari bahan yang tidak bisa rusak oleh gigitan
tikus
e. Memasang perangkap baik yang live trap atau lem pada tempat yang sering
dilewati tikus
f. Memasang rodentisida disekitar habitat atau tempat yang sering dilewati tikus