Anda di halaman 1dari 16

SURVEI & PERENCANAAN PENGENDALIAN RODENT TIKUS DI RUMAH

Untuk Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Pengendalian Vektor Dan Rodent


Dosen Pengampu : Forman Novrindo Sidjabat, S.KM., M.Kes (epid), Marianingsih, S.KM.
M.Kes., Mohamad Anis Fahmi, S.KM.,M.P.H.

Disusun oleh :
1. Esti Vita Wulansari (10320020)
2. Inti Ilmatul Istiqomah (10320025)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tikus merupakan satwa liar dan sering berhubungan dengan manusia, selain itu tikus
masuk kedalam hewan mengerat (rodensia) yang dikenal sebagai hewan tanaman
pertanian, perusak barang, dan hewan pengganggu. Tak hanya mengganggu, tikus juga
membawa, menyebarkan dan menularkan penyakit pada manusia.
Lokasi survei dilakukan pada salah satu rumah di Dusun Ringin Sari Desa Sempu
Kecamatan Ngancar, pemilihan lokasi dikarenakan pemukiman tersebut banyak
dijumpai tikus di rumah. Selain itu pemukiman yang juga berdekatan dengan
perkebunan nanas.
Kami berharap agar metode penangkapan dapat diaplikasikan ditempat lain
khususnya pada rumah dan juga dapat mengurangi populasi tikus dengan pengendalian
yang ada.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaiamana cara metode penangkapan rodensia tikus?
b. Bagaimana tikus dapat mempengaruhi kesehatan?
c. Bagaimana perencanaan pengendalian tikus dirumah?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan trap
b. Untuk mengetahui pengaruh tikus terhadap kesehatan
c. Untuk mengetahui perencanaan pengendalian tikus yang perlu dilakukan di
rumah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
a) Tikus
1. Klasifikasi Jenis Tikus
a) Kelompok Tikus Besar
1. Tikus got (Rattus norvegicus)
Panjang ujung kepala sampai ekor 170 – 230 mm, panjang kaki belakang 42- 47
mm, ukuran panjang telinga 18-22 mm, rumus mamae 3+3 = 12, warna rambut
badan atas coklat kelabu, warna rambut bagian perut kelabu. Jenis tikus ini
banyak ditemui di saluran air atau got di daerah pemukiman kota atau
lingkungan pasar (Depkes RI, 2001).
2. Tikus Wirok (Bandicota indica)
Tikus banyak dijumpai di daerah rawa, padang alang-alang, dan terkadang di
kebun-kebun dekat rumah. Adapun ciri-ciri tikus wirok adalah sebagai berikut:
ukuran panjang ujung kepala sampai ekor 400-580 mm, ukuran panjang ekor
160-315 mm, ukuran panjang kaki belakang 47-53 mm, ukuran lebar telinga 29-
32 mm, rumus mamae 3+3 = 12, warna rambut bagian atas dan rambut bagian
perut coklat hitam, rambut agak jarang serta rambut di bagian pangkal ekor kaku
atau agak keras seperti ijuk (Rusmini, 2011:30).Morfologi Tikus
b) Kelompok Tikus Sedang
1. Tikus rumah (Rattus tanezumi)
Tikus ini banyak dijumpai di rumah (atap, kamar, dapur), kantor, rumah sakit,
sekolah, maupun gudang. Adapun ciri-ciri tikus rumah adalah sebagai berikut:
ukuran panjang ujung kepala sampai ekor 220-370 mm, ukuran panjang ekor
101-180 mm, ukuran panjang kaki belakang 20-39 mm, ukuran lebar telinga 13-
23 mm, rumus mamae 2+3 =10, warna rambut bagian atas coklat tua, dan rambut
bagian perut coklat tua kelabu (Ditjen PP & PL, 2008).
2. Tikus ladang (Rattus exulans)
Pada umumnya tikus ini terdapat di semak belukar dan kebun maupun ladang
sayuran, namun kadang-kadang tikus ladang dapat dijumpai di dalam rumah.
Adapun ciri-ciri morfologi tikus ladang adalah sebagai berikut: ukuran panjang
ujung kepala sampai ekor 139-365 mm, ukuran panjang ekor 108-147 mm,
ukuran panjang kaki belakang 24-35 mm, ukuran lebar telinga 11-28 mm, rumus
mamae 2+2= 8, warna rambut badan atas coklat kelabu, sedangkan rambut
bagian perut putih kelabu (Balai Litbang P2B2 Banjarnegara, 2002).
c) Kelompok Tikus Kecil
1. Mencit Rumah (Mus musculus) Tikus ini banyak dikenal sebagai tikus piti
karena ukurannya yang kecil. Pada umumnya ditemukan di dalam rumah yang
kotor, di dalam almari dan tempat penyimpanan barang lainya. Adapun ciri-ciri
morfologi mencit rumah adalah sebagai berikut: ukuran panjang ujung kepala
sampai ekor 175 mm, ukuran panjang ekor 81-108 mm, ukuran panjang kaki
belakang 12-18 mm, ukuran lebar telinga 8-12 mm, rumus mamae 2+3 = 10,
warna rambut bagian atas dan bawah coklat kelabu (Ditjen PP & PL, 2008).
2. Cecurut (Suncus Murinus)
Banyak ditemukan di rumah-rumah, gudang, dan terkadang ditemukan di
kebun. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut: bentuk tubuh kecil, panjang
keseluruhan 175-212 mm, ukuran panjang ekor 62-75 mm, rumus mamae 0+3
= 6, ukuran kaki belakang 17-20 mm, ukuran lebar telinga 10-13 mm, warna
bulu bagian atas kelabu, sedangkan bagian bawah putih (Rusmini, 2011:40).

2. Morfologi Tikus

Ciri-ciri tikus adalah memiliki kepala, badan, dan ekor yang terlihat jelas. Tubuh
tertutup rambut, tetapi ekor tikus bersisik dan kadang terlihat rambut. Tikus memiiki
sepasang daun telinga, mata, bibir kecil yang lentur. Di sekitar hidung atau moncong
terdapat misai, yang bentuknya menyerupai kumis (Sigit, 2006).

Badan tikus umumnya berukuran kecil (±500 mm), sehingga tikus biasanya
disebut mamalia kecil. Ukuran panjang badan tikus lebih besar daripada mencit
(≤180 cm). Tikus dan mencit betina memiliki kelenjar mamae yang tumbuh dengan
baik. Kelenjar susu berjumlah 4-6 pasang dengan puting –puting tampak jelas
(Rusmini, 2011:18).

Salah satu ciri terpenting tikus sebagai ordo Rodentia adalah kemampuan untuk
mengerat benda-benda keras. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi pertumbuhan
gigi seri yang tumbuh secara terus-menerus. Pertumbuhan gigi seri tikus yang terus
menerus disebabkan oleh tidak ada penyempitan pada bagian pangkalnya, sehingga
terdapat celah (Priyambodo, 2003:12).
3. Cara Identifikasi Tikus

Cara identifikasi tikus dapat dibedakan menjadi dua yaitu secara kuantitatif dan
kualitatif (Rusmini, 2011:23). Cara identifikasi tikus secara kuantitatif (satuan: mm)
diukur sebagai berikut:Bionomik Tikus

1) Panjang total (PT): panjang dari ujung ekor sampai ujung hidung, diukur dalam
posisi tubuh lurus dan terlentang.

2) Panjang ekor (E): diukur dari pangkal sampai ujung ekor.

3) Panjang kaki belakang (KB): diukur dari ujung tumit sampai ujung jari kaki
terpanjang. Pengukuran KB dengan cakar.

4) Panjang telinga (T): diukur dari pangkal telinga ke titik terjauh di daun telinga.

5) Berat tubuh (B): diukur dengan timbangan (gram). Cara mengidentifikasi tikus
secara kualitatif adalah sebagai berikut:

1) Warna rambut : pengamatan pada warna rambut punggung dan perut. Perbedaan
warna rambut tersebut menentukan jenis tikus.

2) Rumus putting susu: angka depan menunjukan jumlah pasangan puting susu yang
tumbuh di dada, sedangkan angka belakang menunjukan pasangan puting susu yang
tumbuh di perut. Contoh rumus puting susu tikus rumah : 2+3 (2 pasangan susu di
dada dan 3 pasangan susu di perut).

Disamping karakter morfologi, lingkungan dan tempat hidup atau habitat tikus
juga dapat digunakan untuk membantu mengenali tikus (Balai Litbang P2B2
Banjarnegara, 2002).

4. Bionomik Tikus
a) Kebiasaan Bersarang dan Perpindahan
Tikus biasanya membuat sarang pada tempat-tempat yang dekat dengan
sumber makanan dan air. Tempat bersarang tikus tidak sama dengan tempat
persembunyiannya karena tempat sembunyi hanya untuk menghindarkan diri
dari bahaya. Perpindahan tikus terjadi bila :
1) Tidak tersedia lagi bahan makanan di sekitar sarangnya
2) Perubahan musim ( musim panen)
3) Terjadi bencana alam
4) Mendapat serangan dari spesies lain atau dari pemangsa Perpindahan
dilakukan bisa mencapai jarak 1 km- 2 km (Rusmini, 2011).
5. Pergerakkan
Aktivitas harian tikus secara teratur bertujuan untuk mencari makan, pasangan,
dan orientasi kawasan. Jarak yang ditempuh relatif sama setiap hari dan disebut
daya jelajah harian. Selama orientasi kawasan, tikus akan lebih mengenali situasi
lingkungan terutama pakan yang disukai, sumber air, dan juga tempat perlindungan
(Oka, 2005).
Sifat ingin tahu dari tikus terhadap lingkungan sekitar menjadikan tikus dapat
mengenali benda-benda yang menetap dan yang baru dikenalinya termasuk umpan
beracun dan perangkap yang dipasang manusia. Sebagai mamalia kecil, ruang gerak
tikus tidak terlalu luas. Hal ini terjadi bila sumber pakan di sekitar tempat tinggalnya
memadai. Pada saat cukup pakan, aktivitas harian tikus hanya berada pada kisaran
6-30 m. Bila pakan sudah tidak memadahi, maka akan ada perpindahan tikus atau
migrasi yang dapat mencapai 300 m atau lebih (Sigit, 2006:210).
6. Perilaku Sosial
Perilaku sosial tikus mencakup teritorial dan hierarki. Binatang tersebut hidup
berkelompok dan menempati suatu kawasan yang cukup memberi perlindungan dan
sumber makanan. Di dalam setiap kelompok terdapat seekor tikus jantan yang
berkuasa. Tikus inilah yang akan melindungai seluruh warga kelompok, dan
mempertahankan wilayah dari gangguan kelompok lain (Priyambodo, 2003).
Wilayah kekuasaan suatu kelompok tikus akan bertambah luas sesuai dengan
perkembangan jumlah anggota kelompok. Pada saat populasi meningkat, maka
adanya kompetisi sosial akan memaksa tikus lain mencari tempat dan membentuk
kelompok atau populasi baru (Ristiyanto, 2002).
7. Tanda Keberadaan
Infestasi rodensia di suatu tempat dapat diketahui secara awal dengan
mengamati adanya kotoran, jejak, bekas gigitan, dan bau yang khas (Ditjen PP &
PL, 2008: 13). Untuk mengetahui ada tidaknya tikus pada suatu tempat dan
mencegah bahaya dari makanan yang tercemar oleh tikus adalah sebagai berikut
(DEPKES RI, 2001:25)
8. Droping
Droping yaitu adanya kotoran tikus yang ditemukan di tempat atau ruangan
yang diperiksa. Tinja tikus mudah dikenali dari bentuk dan warna yang khas tanpa
disertai bau yang mencolok, tinja yang masih baru lebih terang, mengkilap, serta
lebih lembut. Semakin lama tinja akan semakin keras (Ditjen PP & PL, 2008: 13).
9. Run Ways
Run ways yaitu jalan yang biasa dilalui tikus dari waktu ke waktu di suatu
tempat. Tikus mempunyai kebiasaan melalui jalan yang sama, bila melalui lubang
diantara eternit rumah, maka jalan yang dilaluinya lambat laun akan menjadi hitam
(Komariah, 2010).
10. Grawing
Grawing adalah bekas gigitan yang dapat ditemukan. Tikus dalam aktivitasnya
akan melakukan gigitan untuk makan maupun membuat jalan, misalnya lubang
dinding (Komariyah, 2010).
11. Borrow
Borrow adalah lubang yang terdapat pada sekitar beradanya tikus seperti
dinding, lantai, perabotan, dan lain-lain (Hanag, 2005).
a. Kepadatan Tikus
Tikus merupakan binatang pengganggu yang merupakan vertebrata utama
sebagai reservoir beberapa penyakit. Program surveilans memberikan gambaran
tentang peningkatan risiko penularan penyakit bersumber tikus ke manusia. Pendugaan
kepadatan absolut tikus dapat menggunakan teknik tangkap-tandatangkap (T3) kurang
efisien untuk dilaksanakan. Cara paling mudah untuk mengetahui kepadatan populasi
tikus di lingkungan rumah adalah dengan menduga kepadatan relatif sebagai persentase
keberhasilan penangkapan (B2P2VRP Salatiga). Keberhasilan penangkapan tikus
dilihat dari hasil trap success yang dilakukan di dalam dan di luar rumah yang
dinyatakan dengan rumus (Maulana Yusuf, 2011) :
1. Trap success di dalam rumah

2. Trap success di luar rumah


Hasil trap success tikus di suatu wilayah dikatakan memiliki kepadatan tinggi
apabila: a. Trap success di habitat rumah ≥ 7% b. Trap success di habitat luar rumah ≥
2% (Rusmini, 2011).

BAB III
METODE PENGAMATAN DAN SURVEI
A. Metode Pengamatan
Pengamatan dilakukan secara langsung dengan cara mengobservasi atau pengumpulan
data sekaligus pada waktu yang sama. Kegiatan ini meliputi seluruh tikus yang ada di rumah…
Jumlah perangkap yang dipasang adalah 2 perangkap yang diletakkan di loteng rumah.
Penangkapan dilakukan pada pukul 16.30-17.30 WIB kemudian diambil pada keesokan
harinya pada pukul 12.00 WIB selama 2 hari.
B. Survei Tikus
Dalam survei tikus ini kegiatan yang dilakukan adalah lokasi pemetaan, mengumpulkan
data tikus dan pelaksanaan kegiatan. Berikut merupakan tahapan survei penangkapan tikus.
a. Pemetaan
Sebelum dilakukan survei kami melakukan pengamatan lokasi terlebih dahulu,
untuk memperkirakan lokasi keberadaan tikus dengan mempertimbangkan kondisi
lingkungan dalam meletakkan perangkap tikus. setelah mempertimbangkan lokasi,
kami memutuskan meletakkan perangkap di sekitar loteng dan gudang.
b. Pelaksanaan
1. Penangkapan Tikus
Model perangkap atau jebakan adalah Perangkap Bubu. Perangkap
berbentuk kotak dengan ukuran 30x20x15 cm, bentuk pintu hanya dapat dibuka
dari luar. Penggunaan perangkap bubu memiliki kelebihan yaitu tikus yang
tertangkap bisa lebih dari satu.
2. Pencatatan
Tikus yang berhasil ditangkap akan dilakukan pencatatan dan
identifikasi tikus. hal yang dicatat berupa :
a) Nama Jenis
b) Lokasi
c) Tanggal
d) Berat
e) Panjang badan
f) Panjang ekor
3. Pembuangan
Setelah serangkaian kegiatan selesai, kami memutuskan untuk
membasmi tikus tersebut dengan cara menyiram dengan air panas lalu
dibuang jauh dari pemukiman rumah
BAB IV
HASIL
Pada pengambilan perangkap pada hari kedua dari 2 perangkap yang didapatkan 2 ekor
tikus pada perangkap yang sama, yaitu perangkap didalam rumah yang diletakkan di loteng
rumah.
1. Persiapan
Tabel 1. Jenis Umpan yang digunakan
No. Jenis Lokasi Keterangan
Umpan Umpan
1. Kelapa Bakar Rumah Tikus menyukai aroma yang keluar dari
kelapa bakar
2. Kelapa bakar Luar Tikus menyukai aroma yang keluar dari
Rumah kelapa bakar

2. Trapping
Tanggal : 21 Juni 2022
Lokasi : Rumah (Desa Sempu)
Jam : 12.00 WIB

3. Identifikasi
Tabel 2. Hasil Identifikasi Tikus
No. Lokasi Sex BB H&B T Spesies
1. Rumah Betina 250 230 mm 190 mm Rattus ratus
2. Rumah Jantan 150 210 mm 150 mm Rattus ratus

Keterangan Tabel :
BB : Berat Badan
H&B : Panjang Kepala dan Badan
T : Ekor
4. Menghitung Kepadatan Tikus

2
 Trap Succes = x 100%= 2%
1

Jadi indeks tikus yang di temukan berdasarkan hasil perhitungan adalah 2%.
Maka berdasarakan standart baku mutu Kesehatan Lingkungan Binatang Pembawa
Penyakit, maka tingkat kepadatan pada rumah tersebut tinggi.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada hasil penelitian, ada 2 ekor tikus yang tertangkap dengan diberi umpan yang
disukai oleh tikus yaitu kelapa bakar, lokasi penangkapan yaitu rumah. Tikus yang kita peroleh
adalah tikus betina dan jantan.
Menurut B. Mulyadi, dkk (2016) ciri-ciri tikus R. Ratus diardi sebagai berikut :
Ciri Pengenal : tikus berukuran sedang, Panjang total 220–380 mm, ekor 101-190 mm, kaki
belakang 20–39 mm, telinga 13–23 mm. Rumus mamae 2 + 3 = 10. Warna rambut badan atas
coklat tua kekuningan dengan rambut pemandu lebih panjang dan rambut badan bawah (perut)
coklat kemerahan sampai abu abu gelap. Menurut Suyanto dalam bukunya Rodent di Jawa,
tikus rumah R. Tanezumi dan R. rattus diardii memiliki perbedaan genetik (genetic distance)
14%.
Perilaku: Nokturnal tetapi sering dijumpai pada siang hari mencari makan
Habitat: Banyak dijumpai di dalam rumah (plafon, dapur dan gudang) apabila populasinya
tinggi sering juga dijumpai mencari makan dilantai dapur dan gudang, jarang ditemukan di
kebun sekitar rumah.
Di bidang kesehatan : reservoir sekunder leptospirosis, inang vektor pes, murine typhus dan
Haemoragic Fever with Renal Syndrome.
Sistem Reproduksi : Umur dewasa 68 hari, dengan masa bunting 20-22 hari, untuk rata-rata
tikus yang bunting 12,9-48,8%, dan jumlah embrio yang dihasilkan 6,2 serta untuk produksi
betina pertahun 33,6.
Pengendalian Vektor Tikus
Menurut Zahra, dkk (2015)
1. Pengendalian Kimia Pengendalian secara kimiawi dilakukan semata-mata atas
pertimbangan bahwa pengendalian secara mekanis tidak memberikan hasil yang
optimal atau tidak memberikan hasil yang sesuai dengan harapan pelanggan dan atau
untuk aplikasi di luar bangunan. Pengendalian secara kimiawi tidak digunakan pada
lokasi yang terdapat aktifitas pengolahan/ produksi makanan/ farmasi/ area sensitif
lainnya. Penempatan racun pada industri makanan hanya dilakukan di luar ruangan
yang tidak berhubungan dengan produksi dan dilakukan untuk jangka waktu terbatas
dan dibawah pengawasan yang ketat. Pengendalian dengan cara kimiawi dilakukan
dengan menggunakan umpan yang mengandung rodentisida (racun tikus). Alat-alat
untuk aplikasi rodentisida :
a. Tamper Resistant Merupakan tempat racun padat yang yang dapat melindungi
dari pengaruh lingkungan.
b. Racun Minum Racun minuman merupakan pilihan terbaik dalam pengendalian
tikus, jika ketersediaan makanan di lokasi pemasangan banyak. Aplikasi racun
minuman dapat dilakukan bersamaan dengan umpan racikan dengan hasil yang
lebih baik. WARNING. Hati-hati dalam aplikasi racun minuman, karena sifat
racun minuman yang mudah menguap sehingga dapat menyebabkan
kontaminasi.
c. Penanganan Bangkai tikus Pasca pengendalian tikus, kumpulkan tikus yang
terperangkap/ mati, musnahkan dengan cara membakar dan dikubur dengan
kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm, begitu pula dengan setiap bahan sisa
atau sisa pembungkus umpan racun.
d. Peralatan Keselamatan Dan Pakaian Kerja Dalam melaksanakan aktivitas
pengendalian tikus, kelengkapan keselamatan kerja yang harus dipenuhi
meliputi :
 Sarung tangan karet apabila berhubungan dengan rodentisida, bangkai tikus.
 Masker penutup hidung dan mulut apabila berhubungan dengan bangkai
tikus.
 Helmet apabila bekerja di area kolong bangunan atau daerah berbahaya atau
bila ditentukan oleh pemilik/ penanggung jawab lokasi.
 Sepatu safety dan safety glass dan tanda pengenal lainnya bila ditentukan oleh
pemilik/ penanggung jawab lokasi.
 Pakaian kerja yang dipergunakan khusus melakukan pekerjaan.
 Pakai Tanda Pengenal Perusahaan yang masih berlaku
2. Pengendalian Lingkungan
Bila ditemukan tempat yang sanitasinya kurang baik dan bisa menjadi faktor penarik
tikus atau bahkan sumber makanan tikus atau menjadi tempat sarang tikus, maka akan
merekomendasikan diadakan perbaikan oleh klien. Tikus akan berkembang biak dan
hidup dengan baik pada situasi dimana mereka dengan mudah mendapatkan makanan,
air, tempat berlindung dan tempat tinggal yang tidak terganggu.
BAB VI
PENUTUP
Dengan selesainya tugas ini kami berharap dapat membantu dalam menangkap tikus
dan mengendalikan populasi tikus sehingga dapat terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh
oleh tikus yang berada disetiap rumah.
DAFTAR PUSTAKA
B. Mulyadi, dkk. 2016. Tikus Jawa. Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Jakarta
B2P2VRP, Modul Pelatihan Teknis Tingkat Dasar Survei Reservoir Penyakit Bidang Minat Rodensia,
Salatiga: B2P2VRP Salatiga. (online). academia.edu/5546641/teknik_survey_tikus.pdf.
diakses 8 Februari 2015. Depkes RI, 2001, Pedoman Pengendalian Tikus Khusus di Rumah
Sakit, Jakarta:
Hanag Soejodi, 2005, Pengendalian untuk Suatu Tindakan Karantina, Jurnal Kesehatan Lingkungan,
Volume 2, No.1, Juli 2013.
Kemenkes RI. Depkes RI, 1999, Keputusan Menteri Kesehatan No. 829/MENKES/SK/VII/1999,
Jakarta: Depkes RI
Yudhi (2015). Studi Kepadatan Tikus Dan Ektoparasit Di Daerah Perimeter Dan
Bufferpelabuhan Laut Cilacap. Fkm Undip. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 3 No. 2
Zahra,dkk (2015). Pengendalian Vektor Tikus. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Andalas
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai