Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENGENDALIAN VEKTOR DAN TIKUS

Prosedur Pengambilan dan Pengiriman Sampel Tikus

Dosen Pengampu :

Drs. Pangestu, M.Kes.

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1

ANGGIE FEBRYANTI PERMANA (P21345119010)


ANNISA NURUL HAQ (P21345119013)
DINDA DWI MU’ARRIFAH (P21345119020)
I KETUT SATRIA WIGUNA (P21345119039)

PROGRAM STUDI 2 D-III A KESEHATAN LINGKUNGAN

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA 2

2020
PEMBAHASAN

A. Tujuan
Agar kami dapat mengetahui bagaimana prosedur pengambilan dan
pengiriman sampel tikus.
B. Pengertian Vektor
Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tapi
menyebarkan dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lain.
Berbagai jenis nyamuk, sebagai contoh berperan sebagai vektor penyakit
malaria yang mematikan.
Dalam terapi gen, virus dapat dianggap sebagai vektor jika telah di
rekayasaulang dan digunakan untuk emngirimkan suatu gen ke sel targetnya.
Vektor dalam hal ini berfungsi sebagai kendaraan untuk menyampaikan
materi genetik seperti DNA ke suatu sel.
Jenis-jenis vektor
a) Vektor Potensial
Yaitu vektor yang secara aktif berperan dalam penyebaran penyakit.
Vektor ini baik secara biologis maupun mekanis karena selalu mencaro
hospesnya untuk kelangsungan hidupnya.
b) Vektor Pasif
Yaitu secara ilmiah dapat dibuktikan bahwa dalam tubuh vektor ada
agen patogen dan dapat menularkan agen tersebut kepada hospes lain,
tetapi vektor ini tidak aktif mencari mangsanya. Dengan adanya
perubahan lingkungan, kemungkinan vektor tersebut dapat berubab
menjadi aktif.
c) Vektor Biologis
Dimana agen penyakit harus mengalami perkembangan ke stadium
lebih lanjut, bila tidak ada vektor maka agen penyakit kemungkinan akan
mati.
d) Vektor Mekanis
Yaitu dimana agen penyakit tidak mengalami perkembangan, tetapi
hanya sebagai pembawa agen penyakit.
e) Vektor Insidentil
Vektor ini secara kebetulan hinggap pada manusai, kemudian
mengeluarkan facces yang sudah terkontaminasi agen penyakit dekat
mulut. Secara tidak sengaja masuk ke dalam mulut.
C. Pengertian Tikus
Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo rodentia Tikus
adalah binatang yang termasuk dalam ordo rodentia, sub ordo Myormorpha,
family muridae. family muridae ini merupakan family yang dominan dari
ordo rodentia karena mempunyai daya reproduksi yang tinggi, pemakan
segala macam makanan (omnivorous) dan mudah beradaptasi dengan
lingkungan yang diciptakan manusia. jenis tikus yang sering ditemukan
dihabitat rumah dan ladang adalah jenis rattus dan mus. adapun klasifikasi
dari tikus adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Mammalia

Subklas : Theria

Ordo : Rodentia

Sub ordo : Myomorpha

Famili : Muridae

Sub family : Muridae

Genus : Rattus dan Mus

Species : Rattus tanezumi

  Rattus norvegicus

  Rattus exulans

  Rattus tiomanicus

  Rattus argentiventer

  Rattus niniventer

  Bandicota
  Mus musculus

Jenis-jenis Tikus

a) Tikus Rumah (Rattus tanezumi)

Tikus ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ujung ekor


220-370 mm, ekor 101-180 mm, kaki belakang 20-39 mm, ukuran telinga
13-23 mm, sedangkan rumus mamae 2+3=10. Warna rambut badan atas
coklat tua dan rambut badan bawah (perut) coklat tua kelabu. Yang
terrnasuk dalam jenis tikus rumah (rattus rattus) yaitu tikus atap (roof rat),
tikus kapal (ship rat), dan black rat. Jika dilihat dari jarak kedekatan
hubungan antara aktifitas tikus dengan manusia, tikus rumah merupakan
jenis domestik, yaitu aktifitas dilakukan di dalam rumah manusia atau
disebut juga tikus komensal (comensal rodent) atau synanthropic.

Tikus rurnah merupakan binatang arboreal dan pemanjat ulung .


Kemampuan memanjat tembok kasar dan turun dengan kepala dibawab
sangat lihai, dan hila jatuh dari ketinggian 5,5 meter tidak akan
menirnbulkan luka yang berarti bagi tikus. Makanan yang dibutuhkan
seekor tikus dalam sehari sebanyak 10- 15% dari berat badannya. Perilaku
makan tikus dengan memegang makanan dengan kedua kaki depan, dan
kebiasaan mencicipi makanan untuk menunggu reaksi makanan tersebut
dalam perutnya. Hal ini perlu diperhatikan apabila kita memberantas tikus
dengan racun. Tikus mempunyai kebiasaan mencari makan dua kali
sehari yaitu pada 1-2 jam setelah matahari tenggelam dan pada l-2 jam
sebelum fajar.

Umur tikus rumah rata-rata satu tahun dan mencapai dewasa siap
kawin pada umur 2-3 bulan baik pada tikus jantan maupun betina. Masa
bunting selama 21-23 hari dan seek or tikus betina dapat melahirkan 6-12
(rata-rata 8) ekor anak tikus. Setelah 24-48 jam melahirkan, tikus betina
siap kawin lagi atau disebutpost partum oestrus.

Dalam tubuh tikus, terdapat beberapa hewan lain (parasit) yang


ada di dalam tubuh (endoparasit) dan diluar/menempel di tubuh
(ektoparasit) yang merupakan penular atau penyebab banyak sekali jenis
penyakit. Endoparasit tikus antara lain cacing, virus, jamur, protozoa,
bakteri, dan rickettsia yang mempunyai tempat hidup di bati dan ginjal
tikus. Sedangkan ektoparasit tikus meliputi: pinjal (fleas) : Xenopsylla
cheopsis, Stivalus cognatus; kutu (lice) : Polyp/ax spinulosa, Hoplopleura
pasifica; larva tungau (chigger) ; tungau (mite);dan caplak(ticks).

b) Tikus Got (Rattus norvegicus)

Tikus got ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor 300-
400 mm, panjang ekornya 170-230 mm, kaki belakang 42-47 mm, telinga
18-22 mm dan mempunyai rumus mamae 3+3=12. Warna rambut bagian
atas coklat kelabu, rambut bagian perut kelabu. Tikus ini banyak dijumpai
diseluruh air/roil/got di daerah kota dan pasar.

c) Tikus Ladang (Rattus exulans)

Tikus ladang mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor 139-


365 mm, panjang ekor 108-147 mm, kaki belakang 24-35 mm dan ukuran
telinga 11-28 mm dan mempunyai rumus mamae 2+2=8. Warna rambut
badan atas coklat kelabu rambut bagian perut putih kelabu. Jenis tikus ini
banyak terdapat di semak-semak dan kebun/ladang sayur-sayuran dan
pinggiran hutan dan kadang-kadang masuk ke rumah.

d) Tikus Sawah (Rattus Argentiveter)

Tikus sawah (Rattus rattus argentiventer) merupakan hama yang


dapat menimbulkan kerugian bagi tanaman pertanian, yang dapat
menyerang tanaman padi, jagung, kedelai, kacang tanah dan ubi-ubian.

Panjang tikus sawah dari ujung kepala sampai ujung ekor 270-370
mm, panjang ekor 130-192 mm, dan panjang kaki belakang 32-39 mm,
telinga 18-21 mm sedangkan rumus mamae 3+3=12. Warna rambut badan
atas coklat muda berbintik-bintik putih, rambut bagian perut putih atau
coklat pucat. Tikus jenis ini banyak ditemukan di sawah dan padang
alang-alang.

R. rattus argentiventer (tikus sawah) adalah merupakan binatang


pengerat. Tanda karakteristik binatang pengerat ditentukan dari giginya.
Gigi seri berkembang sepasang dan membengkok, permukaan gigi seperti
pahat. Selain itu terdapat diastema (bagian lebar tidak bergigi yang
memisahkan gigi seri dengan geraham), serta tidak mempunyai taring.
Gigi lainnya berada di bagian pipi terdiri dari 1 geraham awal (premolar)
dan  3 geraham atau hanya 3 geraham (Anonim, 1989).  
e) Tikus Wirok (Bandicota indica)

Panjang dari tikus wirok ini dari ujung kepala sampai ekor 400-
580 mm, panjang ekornya 160-315 mm, kaki belakang 47-53 mm, telinga
29-32 mm seangkan rumus mamae 3+3=12. Warna rambut badan atas
dan rambut bagian perut coklat hitam, rambutnya agak jarang dan rambut
di pangkal ekor kaku seperti ijuk, jenis tikus ini banyak dijumpai di
daerah berawa, padang alang-alang dan kadang-kadang di kebun sekitar
rumah.

f)  Mencit (Mus musculus)

Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa


Barat. Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae (tikus-tikusan)
yang berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah dan
dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya
menggigiti mebel dan barang-barang kecil lainnya, serta bersarang di
sudut-sudut lemari. Mencit percobaan (laboratorium) dikembangkan dari
mencit, melalui proses seleksi. Sekarang mencit juga dikembangkan
sebagai hewan peliharaan.

Tikus ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor kurang


dari 175 mm, ekor 81-108 mm, kaki belakang 12-18 mm, sedangkan
telinga 8-12 mm, sedangkan rumus mamae 3+2=10. Warna rambut badan
atas dan bawah coklat kelabu.

D. Prosedur Pengambilan Sampel Tikus


Ada berbagai cara untuk menangkap tikus, baik secara jebakan hidup
dan mati, menembak, menjaring, memegang dengan tangan dan
menggunakan hewan-hewan piaraan (kucing). Kegiatanmenangkap atau
mengendalikan sering mengalami kendali karena tikus merupakan binatang
yang mempunyai mobilitas dan daya jelajah yang relatif luas.

Untuk keperluan penelitian di bidang biologi, ekologi dan pemantauan


penyakit bersumber tikus, binatang tersebut sebaiknya ditangkap dengan
menggunakan perangkap. Bermacam-macam perangkap tikus telah dibuat,
antara lain :
 Live trap (perangkap hidup, tikus yang tertangkap berada dalam keadaan
hidup)
 Break –back trap atau snap trap (perangkap mati, tikus yang tertangkap
akan cepat
mati)
 Sticky-board trap (perangkap berperekat, tikus yang tertangkap berada
dalam keadaan melekat pada dasar),
 Gin trap (perangkap yang berupa jerat),
 Pit fall trap (perangkap yang berupa lubang jebakan). Pit fall trap
merupakan bentuk awal perangkap yang biasa digunakan dalam studi
populasi tikus.

Diantara berbagai bentuk dasar perangkap tersebut, live trap yang


paling sering digunakan untuk keperluan penelitian di bidang kesehatan.
Berikutnya kita akan membahas Perangkat hidup atau Live trap.

a) Alat dan bahan

• Perangkap hidup /Single • Tali raffia


lifetrap • Kawat
• Talenan • Tang pemotong
• Pisau • Tang
• Seng lembaran ukuran 20 x • Tali tambang
20 cm • Kamera
• Kelapa tua ukuran3x3 cm • Sarung tangan tebal
• Pinset panjang/penjapit kue • Formulir TK. 01
• Kantong kain (blacu) (ekosistem yikus)
• GPS • Formulir TK. 02
• Label lapangan (Koordinat GPS)
• Pensil • Formulir T.03 (Lokasi
• Benang label Penangkapan Tikus)
• Pita jepang
b) Penentuan Lokasi

Tikus termasuk hewan kosmopolitan artinya menempati hampir di semua


habitat. Guna mendapatkan hasil penangkapan yang diharapkan maka dalam
pemasangan perangkap perlu memperhatikan beberapa hal berikut: adanya jejak
tikus seperti sisa atau seresah makanan (buah jatuh), bekas keratan, jejak kotoran
(feces) dan run way. Perangkap juga dapat dipasang pada sekitar tanaman dan
pepohonan. Informasi masyarakat tentang keberadaan tikus juga sangat berguna
dalam menentukan keberhasilan penangkapan (trap success).

Setelah lokasi ditentukan, pemasangan perangkap diikuti dengan pengisian


Form TK.01 dan Form TK.02. Pemasangan perangkap dilakukan mulai pukul
14.00 waktusetempat (didahulukan pemasang di luar rumah). Dalam satu
ekosistem, dapat ditemui beberapa lokasi penangkapan, sehingga jumlah
perangkap dipasang pada tiap lokasi disesuaikan. Pengisian Formulir T.03
mengikuti jumlah lokasi penangkapan.

c) Cara Penangkapan Tikus


• Hari 1:
1) Menyiapkan perangkap: Merangkai perangkap jika masih terlipat,
kemudian memeriksa jumlah dan kondisi perangkap untuk memastikan
perangkap layak pakai.
2) Menyiapkan umpan: memotong dan membakar kelapa untuk umpan
dengan ukuran 3 x 3 cm. Kelapa dibakar sampai tercium aroma gurih dan
keluar minyaknya. Umpan dipasang pada kait dalam perangkap.
3) Penomoran perangkap, yaitu dengan mengikatkan pita jepang yang telah
ditulisi nomor urut perangkap. Untuk titik dekat pemukiman, perangkap
nomor 001 - 050 adalah perangkap yang dipasang di dalam rumah,
sedangkan nomor 051 – 100 adalah untuk perangkap yang dipasang di luar
rumah.
4) Pemasangan perangkap:
a. Titik dekat pemukiman

Jumlah perangkap dipasang adalah 100 perangkap disetiap titik


lokasi, 50 di dalam rumah (nomor 001-050) dan 50 di luar rumah
(sawah, kebun, dan lain – lain). Pemasangan perangkap untuk masing
– masing rumah sejumlah 2 perangkap/rumah. Perangkap diletakkan di
langit langit atau tempat gelap dan/atau lembab seperti: dapur dan
kolong (tempat tidur, almari, rak, dll) di tepi jalur lintasan tikus (run
way). Tempelkan stiker no rumah pada setiap rumah yang sudah di
beri perangkap. Pemasangan perangkap di dalam rumah dilakukan oleh
pemilik rumah dengan mengajari cara pemakaian terlebih dahulu dan
memberi informasi untuk tidak membunuh tikus tertangkap. Apabila
perangkap kosong (tidak mendapatkan tikus), dapat dipindah ke
ruangan/tempat lain, tetapi masih dalam satu rumah. Pemasangan
perangkap di luar rumah dilakukan oleh tenaga lokal dan tenaga
pengumpul data. Pemasangan perangkap di luar rumah (untuk titik
dekat pemukiman), dipasang dengan eksplorasi lokasi (sawah, kebun,
pekarangan, dan sebagainya). Peletakan perangkap dengan jarak
minimal 10 langkah (5-6 m) dengan membentuk garis lurus atau
menyesuaikan karakteristik tempat penangkapan supaya mudah
dilacak.

b. Titik jauh pemukiman

Jumlah perangkap dipasang adalah 100 perangkap.


Pemasangan perangkap pada habitat non-pemukiman ditandai dengan
pita jepang dipasang pada sekitar tempat pemasangan perangkap
sebagi penanda, diletakkan di semak-semak, dekat akar pohon, batang
pohon tumbang, sekitar sumber air dan lubang tanah terduga sebagai
sarang tikus. Peletakan perangkap diusahakan pada tempat yang datar
sehingga perangkap tidak goyang bila dimasuki tikus. Jarak antar
perangkap kurang lebih 5-6 m (10 langkah) dengan membentuk garis
lurus atau menyesuaikan karakteristik tempat penangkapan supaya
mudah dilacak.
5) Mengambil titik koordinat,

Pengambilan titik koordinat dilakukan dengan alat GPS (lihat


Prosedur Penggunaan GPS bab IV). Titik koordinat diisikan sementara
pada Formulir GPS. Titik koordinat tikus tertangkap dipindahkan dari
Form GPS ke Formulir Koleksi Tikus (T.04). Pemberian nama dalam GPS
adalah :

a. 001 = nomor yang tertulis pada pita perangkap


b. D 01 = perangkap yang dipasang di dalam rumah nomor 01
c. L 00 = kode perangkap yang dipasang di luar rumah (hutan,
sawah,kebun, dan lain – lain)
d. Contoh penulisan :

- Dalam rumah = HDP 001 & 002 / D 01

- Luar rumah = HDP 051/ L 00 atau HJP 001 / L 00

6) Mengambil dokumentasi habitat


7) Melakukan pengukuran parameter lingkungan, kemudian catat pada
Formulir Ekosistem Tikus (T.03).
• Hari 2:
1) Pengambilan tikus.
Dilakukan pada jam 06.00 pagi Perangkap berisi tikus, diambil
tikusnya dengan cara menempatkan kantong kain (blacu) pada mulut
perangkap rapat di keempat sisinya, setelah itu perangkap diangkat dibalik
lalu tutup perangkap dibuka dan tikus dimasukkan ke dalam kantong kain.
Kantong diikat dan diberi label lapangan Perangkap dengan umpan
dikerubuti semut diganti umpan baru dan dipindahkan ke ruangan lain
(misalnya dipindah dari dapur ke ruang makan,dsb), sedangkan untuk
perangkap yang dipasang di luar rumah tidak boleh dipindahkan, kecuali
denganalasan umpan dikerubuti semut atau perangkap dimasuki hewan
lain.
2) Pemberian label lapangan.
Label lapangan berupa kertas manila berlubang di ujungnya untuk
mengikatkan tali pada kantong kain, dituliskan lokasi pemasangan
perangkap (rumah, kebun) dan nomor urut perangkap dan no sesuai stiker
rumah.
3) Pemeriksaan dan penggantian umpan
Perangkap dengan umpan dikerumuni semut, diganti dan dipindahkan
ke lokasi tidak Bersemut.
4) Perangkap yang sudah pernah berisi tikus dicuci dengan air cucian beras
sebelum digunakan kembali.
5) Semua perangkap dipasang kembali
6) Tikus tertangkap (dalam kantong kain berlabel lapangan) dibawa ke
laboratorium lapangan, dipisah sesuai asal habitat (rumah, kebun dll)
untuk pemprosesan diawali tikus tertangkap dari habitat rumah.
• Hari 3:
1) Pengambilan tikus dilakukan pada jam 06.00 pagi
2) Perangkap berisi tikus, diambil tikusnya dan seterusnya dilakukan
prosedur yang sama dengan hari kedua.
3) Semua perangkap dibersihkan dari sisa umpan, dicuci dengan air cucian
beras dan dilipat menggunakan tali rafia per 10 perangkap.
4) Penangkapan tikus dalam 1 titik lokasi berakhir pada hari ketiga
E. Prosedur Pengiriman Sampel Tikus
Spesimen Rikhus Reservoir 2017 berupa serum (tikus dan kelelawar), organ
ginjal (tikus), organ paru (tikus), swab trakhea (kelelawar), ektoparasit (tikus dan
kelelawar), punch jaringan (tikus dan kelelawar) dan awetan basah (tikus dan
kelelawar). Masing-masing spesimen tersebut memiliki metode penyimpanan dan
pengepakan yang berbeda. Spesimen serum dan swab trakhea kelelawar digunakan
untuk deteksi agen penyakit berupa virus.
Oleh karena itu, untuk meminimalisir kerusakan antibodi pada serum serta
kerusakan RNA virus pada VTM, maka proses penyimpanan sementara serta metode
pengepakan spesimen ini harus mengikuti standar cold chain. Spesimen lainnya
seperti ektoparasit, punch jaringan dan spesimen awetan basah tidak memerlukan
standard cold chain.
1. Proses Persiapan
A. Pembekuan Gel pack
Sebelum digunakan, semua gel pack harus dibekukan terlebih dahulu di
freezer minimal 12 jam. Semakin lama dibekukan, gel pack semakin baik
dalam menyimpan dingin. Pada saat proses di laboratorium lapangan, ambil 3-
5 buah gel pack dan masukkan dalam kardus styrofoam. Gunakan wadah ini
sebagai penyimpanan sementara serum selama di laboratorium lapangan.
Sisanya digunakan untuk mengganti gel pack yang mulai mencair apabila
diperlukan.
a) Mengisi Formulir TK.5 (Form Pengiriman dan Penerimaan Spesimen) dan
Formulir TK.11 (Form spesimen). Formulir TK.5 dan TK.11 dimasukkan
ke dalam paket pengiriman.
b) Proses Pengepakan Spesimen dengan Cold Chain

Spesimen yang memerlukan penanganan dan pengepakan secara cold


chain meliputi:

a) Spesimen serum tikus


b) Spesimen serum kelelawar
c) Spesimen paru-paru tikus
d) Spesimen swab trachea kelelawar
 Alat dan bahan:
a) Spesimen serum tikus
b) Spesimen serum kelelawar
c) Spesimen swab trachea kelelawar
d) Spesimen paru-paru tikus
e) Cardboard cryobox
f) Gel pack beku
g) Styrofoam kardus
h) Termometer
i) Sarung tangan nitril
j) Lakban
k) Plastik klip
l) Stiker logo Rikhus
m) Stiker logo Kemenkes
n) Stiker fragile
o) Stiker jangan dibalik
p) Stiker penerima
q) Stiker pengirim
r) Form TK.5 (Pengiriman Spesimen)
s) Form TK.11 (Form Spesimen)
 Cara Kerja:
1) Personel pengepak spesimen menggunakan sarung tangan nitril
2) Cryotube serum tikus maupun kelelawar, tube swab trakea dan paru-paru
dipastikan telah dilabel dan disegel parafilm.
3) Cryotube serum dan tube paru-paru dimasukkan dalam cardboard cryobox, per
box untuk satu jenis spesimen per titik. Beri tulisan jenis spesimen dan kode
wilayah pada tutup cardboard cryobox. Masukkan cardboard cryobox dalam
plastik klip
4) Untuk spesimen swab trachea, tube disatukan dengan diikat karet kemudian
dimasukkan plastik klip.
5) Susun cardboard cryobox (3 buah), swab trachea dan gel pack beku ke dalam
styrofoam box.
6) Masukkan thermometer
7) Masukkan Form TK.05 dan Form TK.11 (lembar untuk tim teknis) yang telah
dimasukkan plastik ke dalam styrofoam box.
8) Tutup kardus styrofoam dengan benar. Tempel stiker penerima dan stiker
pengirim berisi alamat tujuan dan identitas pengirim (nama& alamat), dan
identitas sampel (provinsi, kabupaten, & ekosistem), lapisi dengan lakban
bening. Tempel stiker logo rikhus, stiker logo Kemenkes, stiker fragile, dan
stiker jangan dibalik.
9) Paket diserahkan kepada PJO kabupaten untuk disimpan sementara di lemari
pendingin sebelum diambil oleh tim teknis pusat (B2P2VRP).

Catatan penting khusus spesimen yang mengikuti standard cold chain (serum):

 Saat di lokasi pengumpulan data


a) Setiap kali selesai proses di laboratorium lapangan, spesimen serum harus
langsung dibawa untuk disimpan sementara di lemari es pada suhu 4⁰C
(lemari es biasa, bukan di freezer) sambil menunggu petugas pengambil
spesimen (PJO).
b) Apabila dalam kondisi tidak tersedia lemari es, sampel disimpan sementara
dalam kardus styrofoam berisi gel pack beku. Selama proses penyimpanan
sementara, gel pack yang mulai mencair diganti secara berkala dengan
yang baru.
c) Ketua tim berkoordinasi dengan PJO kabupaten untuk proses penjemputan
spesimen ke lokasi.
d) Petugas pengambil spesimen akan mengambil spesimen dari lokasi puldat
untuk dikumpulkandi kabupaten, di kulkas yang telah disediakan untuk
menunggu petugas penjemput dari pusat.
 Saat di penyimpanan sementara di kabupaten
a) Sesampainya di tempat penyimpanan sementara di kabupaten, PJO
membuka paket berisi serum untuk dimasukkan dalam lemari pendingin.
b) Spesimen serum dalam cardboard cryobox, tanpa dibuka, disimpan dalam
lemari es pada suhu 4⁰C.
c) Gel pack disimpan dalam freezer (-20⁰C).
B. Pengepakan Spesimen Non-Cold Chain
 Spesimen non-cold chain meliputi:
1) Spesimen ginjal tikus
2) Spesimen ektoparasit tikus
3) Spesimen ektoparasit kelelawar
4) Spesimen punch telinga tikus
5) Spesimen punch sayap kelelawar
 Alat dan bahan:
1) Spesimen ginjal tikus
2) Spesimen ektoparasit tikus
3) Spesimen ektoparasit kelelawar
4) Spesimen punch telinga tikus
5) Spesimen punch sayap kelelawar
6) Styrofoam box
7) Sarung tangan nitril
8) Kardus packing bersekat
9) Form TK.5 (Form Pengiriman spesimen)
10) Form TK.11 (Form spesimen)
11) Stiker logo Rikhus
12) Stiker logo Kemenkes
13) Stiker fragile (jangan dibanting)
14) Stiker jangan dibalik
15) Stiker penerima
16) Stiker pengirim
 Cara kerja:
1) Personel pengepak menggunakan sarung tangan nitril.
2) Spesimen ektoparasit dan ginjal: Pastikan telah dilabel dan disegel dengan
parafilm, kemudian dimasukkan dalam kardus packing bersekat per jenis
specimen (ginjal tikus, ektoparasit tikus, ektoparasit kelelawar) dan per
titik. Beri keterangan jenis spesimen dan kode wilayah pada tutup kardus.
3) Spesimen punch jaringan: Pastikan telah dilabel dan disegel parafilm,
kemudian dimasukkan dalam cardboard cryobox (tikus & kelelawar bisa
dijadikan satu per titik). Beri keterangan jenis spesimen dan kode wilayah
pada tutup kardus.
4) Susun semua spesimen dalam styrofoam box
5) Masukkan Form TK.5 dan TK.11 (lembar untuk tim teknis) dalam plastik,
kemudian sertakan ke dalam box.
6) Styrofoam box direkatkan dengan lakban coklat kemudian tulis kode
wilayah, tempel stiker penerima dan stiker pengirim, stiker logo rikhus,
stiker logo Kemenkes, stiker fragile, dan stiker jangan dibalik.
C. Pengepakan Spesimen Awetan Basah
 Alat dan bahan:
1) Spesimen awetan basah tikus
2) Spesimen awetan basah kelelawar
3) Sarung tangan nitril
4) Masker 7502
5) Goggles
6) Drum plastik (canoe drum)
7) Kapas/ tisu gulung
8) Plastik ukuran besar
9) Spidol marker
10) Tali/ karet
11) Form TK.5 (Pengiriman Spesimen)
12) Form TK.11 (Form specimen)
13) Stiker logo Rikhus
14) Stiker logo Kemenkes
15) Stiker jangan dibalik
16) Stiker fragile
17) Stiker penerima
18) Stiker pengiriman
 Cara kerja:
1) Personel pengepak menggunakan sarung tangan nitril, masker 7502, dan
goggles.
2) Spesimen awetan basah yang telah ditiriskan dari formalin dan dibalut kain
kasa dimasukkan dalam plastik klip dan diikat. Perlakuan ini dilakukan
pada tiap ekor tikus maupun kelelawar.
3) Masukkan semua spesimen dalam drum plastik. Awetan basah tikus dan
kelelawar dipisah pada drum yang berbeda. Satu drum digunakan untuk 2
titik ekosistem.
4) Masukkan pula Form TK.5 dan Form TK.11 (lembar untuk tim teknis)
yang telah dimasukkan ke dalam plastik, lalu tutup erat.
5) Pada tutup canoe drum, beri keterangan jenis spesimen dan kode wilayah.
Tempelkan stiker penerima dan pengirim.
6) Pada dinding luar canoe drum, tempel stiker logo rikhus dan stiker logo
Kemenkes, stiker fragile, dan stiker jangan dibalik.
7) Spesimen dikirim setelah pengambilan sampel di dua titik dalam satu
ekosistem selesai.
D. Pengepakan formulir
 Bahan dan alat:
1) Form T.1 /K.1 (Formulir Ekosistem Tikus /Kelelawar)
2) Form TK.2 (Formulir Koordinat GPS)
3) Form T.3 /K.3 (Formulir Lokasi Penangkapan Tikus/Kelelawar)
4) Form K.4 /K.4 (Formulir Koleksi Tikus /Kelelawar)
5) Form TK.8 (Berita Acara Serah Terima Limbah)
6) Form TK.9 (Berita Acara Pemusnahan Limbah)
7) Form TK.10 (Berita Acara Serah Terima Spesimen)
8) Map plastic
9) Plastik tebal
10) Lakban
 Cara kerja
1) Pastikan ketua tim telah melakukan verifikasi internal pada semua form.
2) Satukan formulir menurut jenisnya (dibedakan antara tikus /kelelawar)
dalam map plastik. Satu map plastik untuk semua form dalam satu titik
ekosistem.
3) Tulis kode wilayah pada plastik.
4) Masukkan semua form (map) ke dalam plastik tebal.
5) Tempelkan stiker penerima dan pengirim. Tempel stiker logo Rikhus dan
logo Kemenkes.
6) Rekatkan dengan lakban bening
7) Paket siap dikirimkan. Semua formulir yang disebutkan dalam alat bahan
dipak dan dikirim satu kali setelah seluruh titik pengumpulan data
berakhir.
E. Proses Pengiriman
Proses pengiriman dilakukan oleh personel penanggung jawab
pengiriman sampel, melalui agen ekspedisi dengan membawa svena
keterangan dari pusat apabila diperlukan.
1) Paket cold chain tidak dikirimkan, melainkan akan dijemput oleh tim
teknis pusat. Ketua tim berkoordinasi dengan Penanggung Jawab
Operasional (PJO kabupaten) untuk mengambil paket dari lokasi puldat ke
penyimpanan sementara di lemari pendingin propinsi.
2) Paket non-cold chain dikirimkan setiap selesai satu titik ekosistem. Paket
diambil bersamaan dengan pengambilan paket cold chain, kemudian PJO
bertanggung jawab mengirimkan paket menggunakan ekspedisi.
3) Paket C (spesimen awetan basah) dikirimkan selama tiga kali pengiriman
(tiap 2 titik pengumpulan data).
4) Paket D (formulir) dikirimkan sekali pada akhir pengumpulan data.
Alamat Tujuan
Pengirim :
Pengirim Nama :
No. Telp/HP :
Alamat :
Provonsi :
Kab/Kota :
Tipe Ekosistem :
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/user/Downloads/Pedoman_Rikhus_Reservoir_(Tikus)_2017.pdf

https://agus34drajat.files.wordpress.com/2011/03/laporan-identifikasi-tikus.pdf

http://www.b2p2vrp.litbang.kemkes.go.id/publikasi/download/61

Komariah,Seftiani Pratita. 1988. Pengendalian Vector . Palembang : Universitas Sriwijaya


Yudhastuti, Ririh. 2011. Pegendalian Vektor Dan Rodent. Surabaya : Pustaka Melati

Anda mungkin juga menyukai