Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM PENGAWETAN SERANGGA

Dosen : Ibu JERNITA SINAGA, SKM, MPH

Disusun oleh :
Nama : ZULFATUL HASANAH SELIAN

PROGRAM STUDI D-III SANITASI


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan praktikum
“PENGAWETAN SERANGGA ” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai pengawetan serangga.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

            Akhirnya, tiada suatu usaha yang besar akan berhasil tanpa dimulai dari usaha yang kecil.
Semoga makalah ini bermanfaat. Kami harapkan kritik serta saran dari pembaca apabila terdapat
banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini demi kesempurnaan dimasa mendatang.

Medan , sumatera utara , 29 april 2022

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

Mata Kuliah : Entomologi

Judul Praktikum : Praktek Mandiri Pengawetan Serangga

Hari/Tanggal : : 31 januari 2022

Tujuan : Untuk mengetahui proses pengawetan serangga

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Praktek

Jernita Sinaga, SKM, MPH

NIP : 197406082005012003
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Serangga adalah suatu vektor penyakit dan dapat mengganggu kesehatan manusia dan
lingkungannya. Banyak serangga yang ada di lingkungan tapi di sini ada beberapa jenis
serangga yang berperan penting dalam kesehatan baik itu manusia maupun lingkungan.
Pengawetan serangga sangat diperlukan terutama untuk memenuhi kebutuhan pada masa
yang akan datang, dalam membantu perkembangan ilmu. Tanpa diawetkan serangga-
serangga tersebut mungkin hanya dapat dipakai satu kali dalam proses pembelajaran, dengan
mengawetkan serangga yang telah dikoleksi kita tidak perlu sering membuat insektarium
yang bisa mengganggu keseimbangan alam.
Insektarium merupakan tempat penyimpanan koleksi spesimen insekta, baik awetan basah
maupun kering. Insektarium berupa awetan serangga dengan bahan pengawet alkohol 70%
dan formalin 5% yang dikemas dalam bentuk koleksi media pembelajaran (Mukaromah,
2011). Pengawetan serangga merupakan media pembelajaran untuk mempermudah
pemahaman mahasiswa diharapkan dapat mempelajari bagaimana mengamati morfologi
struktur tubuh serangga, mengidentifikasi ciri-cirinya, mengklasifikasi spesies-spesies
berdasarkan ordo atau famili, dan mengetahui peranan serangga bagi kehidupan, dengan
membuat media pendidikan sendiri sangat membantu pengadaan alat peraga dan koleksi.
Penggunaan insektarium sebelum digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu telah
divalidasi oleh ahli materi dan ahli media, sehingga diketahui layak atau tidak digunakan
dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan serangga yang diambil dari
lingkungan sekolah dimana siswa berproses dalam pembelajaran termasuk upaya dalam
memanfaatkan lingkungan sekolah dengan kharakteristik sesuai alam sekitarnya

1.2 Rumusan Masalah

Tujuan pratikum pengawetan serangga adalah :

1. Apa saja alat dan bahan yang diperlukan untuk pengawetan serangga?

2. Bagaiman proses pengawetan serangga?

1.3 TUJUAN PRAKTEK


Adapun tujuan dilaksanakan praktek ini : Pengawetan dan penyimpanan belalang dan
kecoa serta merupakan bagian penting dalam program serangga penular penyakit .
Pengawetan dan penyimpanan nyamuk dewasa bertujuan untuk koleksi dan identifikasi
juga diperlukan untuk arsip (reference) dan bahan pendidikan serta untuk kepentingan
penelitian
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

Serangga adalah kelompok hewan yang memiliki keanekaragaman spesies tertinggi di dunia ini. Dari 1,82
juta spesies tumbuhan dan hewan yang telah didiskripsikan di dunia ini, serangga adalah kelompok terbesar
dengan prosentasenya ± 60 % (Pedigo, 1989). Serangga mampu menyesuaikan diri pada berbagai kondisi
lingkungan sehingga hewan ini dapat sukses menjalani kehidupannya.

Ilmu yang mempelajari khusus mengenai serangga termasuk seluruh tahapan dari siklus hidupnya serta
perannya di alam disebut entomologi (entomos = irisan; potongan, logos = ilmu), sedangkan orang yang
mempelajari serangga secara khusus disebut Entomologis. Filum yang meliputi serangga disebut
Arthropoda (arthros = beruas-ruas, podos = tungkai). Serangga dapat hidup pada tempat dengan kisaran
yang luas. Sebagian besar hidup di daratan, sebagian kecil penghuni air.

Serangga berperan penting dalam menggerakkan energi melalui rantai dan jaring makanan. Dari semua
takson, diperkirakan 26 % merupakan serangga fitofag yang mengkonversikan biomassa tumbuhan
menjadi energi untuk karnivora. Sekitar 31 % serangga adalah saprofag dan serangga predator yang
membentuk komponen jaring makanan baik di lingkungan air maupun daratan. Jadi 57 % dari serangga
terlibat sebagai perantara dalam jaring makanan, biasanya pada tingkatan trofik ke 2 dan ke 3 (Anggraeni
et. al., 2001). Selain itu, serangga berperan penting sebagai polinator, parasitoid, dan sumber makanan.

Dari sudut pandang manusia, serangga dapat merugikan bila mereka berperan sebagai serangga hama yang
mengganggu tanaman, merusak bahan simpanan dan pakaian, parasit ternak, vektor penyakit, dan lain-lain.

A. Cara Mengumpulkan Serangga

1. Serangga Bersayap atau Terbang


Penangkapan serangga-serangga bersayap dan terbang seperti kupu- kupu dapat menggunakan jaring
serangga. Kupu-kupu kemudian disimpandi dalam papilot atau amplop serangga agar sayapnya tidak
cepat rusak. Papilot dapat dibuat dengan kertas sampul plastik yang dapat ditembuscahaya.

2. Serangga yang Relatif Besar dan Pergerakannya Lambat


Penangkapan serangga-serangga yang ukuran tubuhnya relatif besar dan pergerakannya tidak begitu
cepat seperti belalang sembah dapat menggunakan tangan dengan bantuan pinset

3. Serangga yang Relatif Kecil dan Pergerakannya Cepat


Aspirator digunakan untuk menangkap serangga yang kecil danpergerakannya sangat cepat seperti
lalat. Bagian-bagian dari aspirator ini adalah pipa besi penghisap, gabus penutup botol, dan pipa
plastikpadasebuah botol yang diarahkan pada serangga yang akan ditangkap.
4. Serangga yang aktif hidup di Tanah
Pitfall trap digunakan untuk menangkap serangga yang aktif berjalandi atas tanah, seperti semut. Pitfall
trap dibuat dengan cara membenamkankaleng kecil ke dalam tanah. Di dalam kaleng tersebut diberi
larutanpengawet yaitu formalin. Untuk menarik kedatangan serangga, tempatkanumpan dalam kaleng.
B. Macam-Macam Cara Mematikan Serangga
Sebelum melakukan pengawetan serangga, maka langkah yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah
membunuh serangga tersebut. Namuncaramematikannya tidak boleh sembarangan untuk menghindari
kerusakanyangbisa saja terjadi, jadi bisa menggunakan alat bantu sebuah botol baik itu botol kaca
maupun botol dengan ukuran yang lebih besar dengan penutupyangrapat (Dekisugi, 2016). Menurut
Jumar (2000: 226-227), serangga yang diperoleh dalamkeadaanhidup, harus segera dibunuh dengan
beberapa cara, antara lain:

1. Dibius
Serangga-serangga yang bertubuh besar, seperti kumbang, harus dibiusdengan eter atau kloroform.
Caranya adalah dengan memasukkan seranggatersebut ke dalam botol dimana di dalamnya telah diisi
dengan kapas yangtelah dibasahi dengan eter atau kloroform, kemudian tutup rapat. Dalamwaktu
beberapa menit serangga tersebut akan mati.

2. Dimatikan
Cara ini dilakukan untuk jenis kupu-kupu. Pelaksanaannya dilakukansatuper satu, sebab sayap kupu-
kupu mudah rusak oleh gerakan mereka sendiri. Caranya adalah dengan memasukkan serangga
tersebut ke dalambotol yang berisi serbuk KCN yang dicampur dengan serbuk gergaji.
Dalambeberapa saat serangga tersebut akan mati

3. Ditekan
Caranya adalah dengan menekan bagian toraks dekat jantung serangga, sehingga serangga tersebut
mati. Misalnya untuk membunuh capungataukupu-kupu.

4. . Direndam C
ara ini dilakukan dengan memasukkan serangga ke dalambotol yangberisi alkohol 95% atau formalin
75%. Setelah serangga tersebut mati, segera diangkat dengan tujuan agar warnamya tidak banyak
berubah. Kitaharus berhati-hati demgan cara ini, sebab uap cairan ini berbahaya bagi manusia.

C. Cara Pengawetan Serangga


Setelah serangga dikumpulkan dan dimatikan, harus segera dilakukanproses pengawetan. Hal ini
bertujuan agar serangga tidak menjadi keritingatau bengkok, kaku, dan patah secara morfologi, serta agar
tidak mengalami kebusukan. Proses pengawetan serangga ini disebut juga dengan proses fiksasi.
Serangga yang bertubuh besar dapat difiksasi dengan menggunakan stagingatau karding, yaitu serangga
dilem atau ditusuk jarum dengan beralaskanstyrofoam atau kertas kaku yang berfungsi sebagai papan
perentang.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan bahan

1. Racun serangga
2. Jarum pentul
3. Kapur anti semut dan kecoa
4. Kapur barus
5. Spuit 3 cc
6. Gabus sterofoam
7. Serangga yang di dapatkan

3.2 prosedur kerja

1. kita gunakan sarung tagan dan masker pada saat menyemprotkan terlabih dahulu
binatang dengan semprotan racun serangga.
2. Setelah disemprotkan setelah disemprotkan alangkah baiknya tunggu sampai binantang
tersebut pingsan
3. lakukan langkah pertama tadi kepada semua binatang yang ingin di awetkan dan cuci
tangan setelah selesai menyemprotkan racun serangga.
4. setelah binatng tersebut pingsan siapkan al-kohol serta spuit 3cc
5. lalu jangan lupa semprotkan al-kohol terlebih dahulu keseluruh badan serangga.
6. suntikan al-kohol kebadan serangga secara perlahan lahan
7. pastikan menyuntikan dengan hati hati agar tidak tidak terjadi kecelakaan saat
menyuntikan.
8. lakukan cara ke 7 kepada semua serangga yang ingin di awetkan dengan perlahan lahan.
9. lalu tusukan serangga pada gabus dengan jarum pentul agar pada saat proses
pengeringan serangga selesai dengan mudah dapat di ambil.
10. saat proses pengeringan alangkah baiknya serangga di setiap sisi sterofoam gabus
diberikan kapur anti semut untuk menghindari serangan dari semut.
11. setelah itu jemur dibawah sinar matahari selama 2 hari.
12. setelah pengeringan selama 2 hari maka serangga serangga itu dapat disusun dengan
jenisnya
13. lalu beri nama dan keterangan di setiap insectarium.
14. lalu buatlah bingkai untuk insectariumnya.
15. dan masukan insectarium yang sudah di sterofoam kedalam bingkai.
16. untuk menghindari adanya jamur di dalam insectarium alangkah baiknya diberikan
kapur barus secukupnya.
17. dan insectariumpun sudah jadi.

BAB IV

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Cara menangkap serangga dibagi berdasarkan kemampuan motilitas dari
serangga-serangga tersebut.
2. Mematikan serangga terdiri atas beberapa cara, yakni dibius, ditekan,
dimatikan, dan direndam.3
3. Efektivitas mematikan serangga ialah dengan killing bottle yang terdiri atas
beberapa tahapan.
4. Pengawetan serangga bertujuan agar serangga tidak menjadi keriting bengkok,
kaku, dan patah secara morfologi, serta agar tidak mengalami kebusukan,
disebut juga proses fiksasi dengan menggunakan formalin dan alkohol.
5. Pembuatan onsektarium dilanjutkan dengan penataan serangga di mana
perlakuan penataan antara serangga bertubuh besar dan serangga bertubuh kecil
terdapat beberapa perbedaan.
6. Dalam pembuatan koleksi serangga atau insektarium, perlu diperhatikan cara
pemeliharaan dan etika-etika dalam mengoleksi serangga.

B. SARAN

Materi tentang ini masih perlu dilengkapi, di dalamnya masih banyak terdapat
kekurangan disebabkan keterbatasan yang dimiliki oleh penyusun.Penyusun
berharap agar semua pihak yang membaca makalah ini dapat memberi masukan
sehingga makalah ini dapat lebih bermanfaat, terutama dalam mata kuliah
Entomologi.

Anda mungkin juga menyukai