Anda di halaman 1dari 10

INSEKTARIUM

(Laporan Praktikum Biologi 8)

Oleh

Taufik Ismail
2114231005

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan


jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Kebanyakan
spesies serangga bermanfaat bagi manusia. Sebanyak 1.413.000 spesies telah
berhasil diidentifikasi dan dikenal, lebih dari 7.000 spesies baru ditemukan hampir
setiap tahun. Karena alasan ini membuat serangga berhasil dalam
mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi,
kapasitas reproduksi yang tinggi, kemampuan memakan jenis makanan yang
berbeda, dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya (Meilin, 2016).

Insektarium merupakan media pembelajaran yang telah lama digunakan. Selain


penggunaanya yang praktis dan ekonomis, insektarium dirasa menjadi solusi yang
tepat karena dapat dibawa kemana saja, baik di kelas maupun di laboratorium.
Tentu akan tidak memungkinkan apabila dalam pembelajaran, misalnya materi
insekta siswa langsung diterjunkan ke lapangan. Hal itu memudahkan untuk
mengidentifikasi suatu insekta (Primiani, 2010).

Pengawetan serangga sangat diperlukan terutama untuk memenuhi kebutuhan


pada masa yang akan datang, dalam membantu perkembangan ilmu. Tanpa
diawetkan serangga-serangga tersebut mungkin hanya dapat dipakai satu kali
dalam proses pembelajaran, dengan mengawetkan serangga yang telah dikoleksi
kita tidak perlu sering membuat insektarium yang bisa mengganggu
keseimbangan alam. Insektarium merupakan tempat penyimpanan koleksi
spesimen insekta, baik awetan basah maupun kering. Insektarium berupa awetan
serangga dengan bahan pengawet alkohol 70% dan formalin 5% yang dikemas
dalam bentuk koleksi media pembelajaran (Susilo, 2015).

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.


1. Mahasiswa memahami pentingnya pembuatan insektarium.
2. Mahasiswa mampu membuat insektarium.
BAB 2
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
Alat yang digunakan yaitu wadah, handphone, alat tulis (pensil, pena, penggaris,
penghapus) logbook, jaring. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu alcohol 70%
dan serangga.

2.2 Diagram Alir

Diagram alir dalam praktikum ini sebagai berikut.

Alat dan bahan disiapkan

Serangga tersebut dipastikan utuh (lengkap)

Serangga dimasukkan ke dalam wadah yang yang berisi alkohol 70%,


kemudian ditutup rapat

Informasi dicamtumkan (nama umum serangga, klasifikasi serangga, tanggal


koleksi, lokasi asal spesimen)

Hasil
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Tabel Hasil

No. Gambar Keterangan


1. Serangga: Jangkrik
Metode: Awetan basah.
Karena awetan basah
dilakukan bagi hewan
tidak bercangkang yang
ukurannya tidak relatif
besar dan juga jika
direndam dalam alkohol
tidak rusak.
Tanggal Perendaman:
Rabu, 27 Oktober 2021.

3.2 Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut.


Insektarium merupakan tempat penyimpanan koleksi spesimen insekta. Terdapat
awetan basah maupun awetan kering. Insektarium sering menampilkan berbagai
jenis serangga. Koleksi serangga merupakan nahan untuk belajar struktur tubuh
serangga secara mendalam. Terutama yang berhubungan dengan ciri khasnya,
sehingga kita lebih mudah mengenal dan menggolongkan bila suatu waktu
menjumpainya kembali di lapangan (Susilo, 2015).
Ada dua macam pengawetan dalam insektarium yaitu, insektarium kering dan
insektarium basah. Insektarium kering pengawetan serangga dengan metode ini
menghasilkan awetan spesimen dalam keadaan kering. biasanya dilakukan untuk
serangga serangga yang bertubuh keras (umumnya fase Imago) dengan cara di pin
(ditusuk dengan jarum preparat atau di karding). Metode ini memerlukan proses
pengeluaran isi perut atau ‘gutting’ sebelum serangga di pin dan perlu hati hati
agar sambungan anterior dan posterior tidak patah (Dewi. Dkk, 2021).

Insektarium basah pengawetan serangga dengan metode ini menghasilkan awetan


spesimen di dalam cairan. Pengawetan bahasa dilakukan untuk serangga-serangga
yang kecil atau yang bertubuh lunak (umumnya fase Larva) dilakukan dengan
cara menyimpan serangga di dalam botol yang telah diisi dengan alkohol 70%
atau hand sanitizer gel. spesimen yang diawetkan dalam alkohol harus disimpan
dalam botol atau gelas dengan tutup yang rapat (Dewi. Dkk, 2021).

Pembuatan awetan basah hewan umumnya menggunakan formalin dan alkohol.


Penggunaan bahan pengawet tesebut terutama formalin menimbulkan bau kurang
sedap dan berbahaya untuk kesehatan. Dalam penggunaannya pada
awetan basah adalah botol bening yang dapat ditutup rapat dan alcohol. Proses
pembuatan insektarium dengan menggunakan alkohol 70% untuk menghambat
pertumbuhan bakteri agar tidak mudah busuk. (Artayasa, 2020).

Dalam awetan kering, serangga yang masih hidup yang berasal dari hasil
penangkapan di lapangan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam kantong plastik/
botol. Kemudian bagian toraks serangga disuntikkan kloroform untuk mematikan
serangga yang sulit diatur. Sedangkan serangga yang sudah mati dapat langsung
di proses untuk dibuat insektarium nya. Serangga yang sudah mati ditaruh di
dalam wadah. (Rosa, 2020).

Cabinet dryer adalah pengering deng pembuataan sistem rak (cabinet) bertingkat
menggunakan sumber panas dari api gas LPG yang dilengkapi dengan blower
sebagai penyebar panas serta katup pengaturan suhu yang dilengkapi dengan
thermocople untuk menjaga suhu tidak berubah. Pengeringan cabinet (Cabinet
dryer) adalah metode pengeringan dengan manggunakan oven berbentuk rak.
Selanjutnya Suhardjo menjelaskan,keuntungan dari pengeringan ini adalah bahan
menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi kurang sehingga memudahkan
pengangkutan (Mardiah, 2017).

Oven cabinet memiliki lantai bak yang berlubang pada alat pengering yang
berfungsi untuk mengalirkan udara dan panas dari plenum chamber. Semakin
banyak lubang semakin besar jumlah panas dan semakin cepat panas melewati
tumpukan bahan. Panas yang melewati tumpukan bahan menyebabkan air keluar
dari bahan. Semakin besar jumlah panas, jumlah air yang diuapkan juga semakin
besar, sehingga kadar air bahan akan berkurang (Mardiah, 2017).

Dalam praktikum determinasi serangga, praktikan hanya meneliti spesimen yang


diamati, lalu menentukan taksonominya. Karena determinasi serangga merupakan
suatu cara untuk mengidentifikasi serangga untuk menentukan nama atau jenis
serangga yang diamati dengan menggunakan kunci determinasi. Sedangkan dalam
praktikum insectarium, praktikan mengamati dan melakukan pengawetan. Karena
insektarium itu sendiri merupakan tempat penyimpanan koleksi spesimen insekta
(Ardiyanti, 2016).
BAB 4
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dalam praktikum ini sebagai berikut.


1. Insektarium sangat diperlukan terutama untuk memenuhi kebutuhan pada masa
yang akan datang, dalam membantu perkembangan ilmu ataupun memudahkan
untuk penelitian.
2. Mahasiswa telah membuat insektarium yaitu tempat penyimpanan koleksi
spesimen insekta, baik awetan basah ataupun kering. Insektarium berupa
awetan serangga dengan bahan pengawet alkohol 70% yang dikemas dalam
bentuk koleksi media pembelajaran.

4.2 Saran

Saran saya mengenai laporan praktikum ini yaitu gunakan spesimen yang lengkap
strukturnya dan jangan terlalu kecil. Agar bisa menjadi lebih mudah dan
berfungsi dalam penelitian. Selain itu, kerjakan laporann jauh dari waktu
pengumpulan agar tidak keteteran. Serta berhati-hati dalam penyimpanannya agar
tidak mudah rusak.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanti, Y. (2016). Berpikir kritis siswa dalam pembelajaran berbasis masalah


berbantuan kunci determinasi. JPI (Jurnal Pendidikan Indonesia), 5(2), 193-
202.

Artayasa, I. P., Muhlis, M., & Ramdani, A. (2020). Pembuatan Spesimen


Tumbuhan dan Hewan serta Manfaatnya Dalam Pembelajaran IPA
SMP. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 3(2).

Dewi, N. R., Yanitama, A., Listiaji, P., Akhlis, I., Hardianti, R. D., Kurniawan, I.
O., & Rumah, P. P. (2021) Pengembangan Media dan Alat Peraga: Konsep
& Aplikasi dalam Pembelajaran IPA. Penerbit Pustaka Rumah C1nta.

Mardiah, M., Novidahlia, N., & Mashudi, M. (2017). Penentuan Metode


Pengeringan (Cabinet Dryer Dan Fluidized Bed Dryer) Terhadap Komponen
Dan Kapasitas Antioksidan Pada Rosela Kering (Hibiscus sabdariffa
L). Jurnal Pertanian, 3(2), 104-110.

Meilin, A. (2016). Serangga dan Peranannya dalam Bidang Pertanian dan


Kehidupan. Jurnal Media Pertanian, 1(1), 18-28.

Primiani, C. N., & Susianingsih, M. D. (2010). Meningkatkan aktivitas dan


prestasi belajar biologi melalui pendekatan kontekstual dengan media
herbarium dan insektarium. Paedagogia, 13(1).

Rosa, E., Ekowati, C. N., & Sumardi, S. (2020). Bimbingan Teknik Pembuatan
Insektarium Bagi Guru-Guru Ipa di Smp Way Tenong Kabupaten Lampung
Barat. Prosiding PKM-CSR Konferensi Nasional Pengabdian kepada
Masyarakat dan Corporate Social Responsibilty, 3, 816-820.

Susilo, M. J. (2015). Analisis kualitas media pembelajaran insektarium dan


herbarium untuk mata pelajaran biologi sekolah menengah. Jurnal
bioedukatika, 3(1), 10-15.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai