Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKOLOGI

NAMA : MILLA ARTIKA SARI

NIM : 20117046

TK/ SMT : 3B/V

PRODI : D4 TLM

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI


LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS SAINS, TEKNOLOGI DAN
ANALISIS
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
KATA PENGANTAR
PujiSyukurkepadaTuhan Yang MahaEsaatasrahmatnya,
sehinggaPanduanPenulisanLaporanPraktikuminidapat di seleseikan.
PenulisanLaporanPraktikummerupakansalahsatukegiatandalammatakuliahprakti
kum yang harusdilakukanolehsetiappraktikan.
Laporanpraktikumjugamenjadisalahsatuaspekpenilaiandalamnilaiakhir yang
akandiberikanpadasetiappraktikan.
Selamainimahasiswamenulislaporanpraktikumberdsarkanhasilpraktikumdansist
ematika yang
diberikanolehDosenPengampudenganmenggunakanBukuPanduanPraktikumseb
agaisumberreferensiutama.

Penulisandanpenilaianlaporanpraktikumbelummenggunakan format yang


seragamsehinggamahasiswaakanmengikuti format yang
selamainimerekagunakan, padahalsetiapDosenPengampumempunyai format,
sistematikadanstandarpenilaian yang berbeda. Hal ini yang
menyebabkanmahasiswaakanmengikutikebiasaantanpamemperhatikanbahwaseti
appraktikumpenulisanlaporannyaberbeda.
Olehkarenaitusangatlahperludilakukanpenyeragaman format
penulisanlaporanuntukmenghindariperbedaanpersepsi yang
dapatmerugikanmahasiswa.

Panduaninidisususnberdasarkansistematika yang telahberlaku yang


dilengkapidenganpenjelasansetiapbagian yangharusdituliskandalamlaporan.
Bukuinidiharapkandapatdijadikanacuanbagimahasiswa. DosenPengampu agar
kualitaspembelajaranpraktikum di
laboratoriumsemakinbaikdanmampumerangsangkemampuanmahasiswadalamm
elakukanpenuliksanilmiah.

Kediri, Agustus 201

DekanFakultasIlmuKesehatan
PENDAHULUAN

NILAI KOREKTOR

Tanggal : 21 Agustus 2019

Latar Belakang :

Tempe merupakan hasil proses fermentasi kedelai dengan menggunakan


jamur Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae. Proses fermentasi dengan
kapang Rhizopus mampu menghasilkan enzim protease. Aktifitas enzim
protease mulai terjadi pada waktu fermentasi 12 sampai 48 jam dengan bantuan
Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae. Deliani (2008) menyatakan kadar
protein tertinggi diperoleh pada lama fermentasi 24 jam setelah itu akan
mengalami penurunan (Buckle, 1985).

Parameter syarat mutu tempe yang baik meliputi lama inkubasi,


keawetan, tekstur/ kepadatan, warna, aroma, dan rasa (Dwinaningsih, 2010).
Tekstur tempe yang padat dan berwarna putih merupakan hasil kerja dari jamur.
Jamur tersebut ditambahkan sebagai inokulum pada pembuatan tempe (Dewi,
2011).

Tempe yang baik dicirikan oleh permukaan tempe yang ditutupi


olehmiselium kapang secara merata, kompak, dan berwarna putih. Sehingga bila
d iris tempe tersebut tidak hancur. Tempe yang buruk ditandai dengan
pertumbuhan kapang yang tidak merata atau bahkan tidak tumbuh sama sekali,
kedelai menjadi busuk dan berbau amoniak. Oleh karena itu dibutuhkan suatu
alat yang dapatmengontrol suhu dan kelembaban di ruangan pembuatan tempe.

Jamur dari genus Rhizopus merupakan kelompok jamur yang paling


berperan dalam pembuatan tempe. Kelompok jamur Rhizopus sudah terkenal
sejak lama untuk memfermentasikan kedelai menjadi tempe. Jamur Rhizopus
bekerja dengan membentuk miselium pada permukaan biji kedelai. Jenis jamur
Rhizopus sangat banyak sehingga perlu untuk diisolasi dan identifikasi.
Tahapan ini berguna untuk melihat morfologi jamur berdasarkan sporangiofor,
sporangium, hifa dan sporangiospora (Dewi, 2011).

Jamur lain yang berperan dalam pembuatan tempe adalah Aspergillus.


Jamur dari genus Aspergillus merupakan kontaminasi pada berbagai substrat.
Beberapa jenis jamur Aspergillus bersifat pathogen, dan beberapa jenis lainnya
dapat menguntungkan. Aspergillus niger salah satu jamur dari genus
Aspergillus yang tidak menghasilkan mikotoksin. Jamur Aspergillus yang
menguntungkan berperan dalam memfermentasi bahan dasar menjadi produk
makanan. Proses fermentasi oleh Aspergillus dengan cara menghasilkan enzim
dan berbagai asam organik (Samson dkk, 1995). Enzim yang dihasilkan oleh
Aspergillus niger antara lain pektinase, β protease, dan glukoamilase (Crueger
& Crueger, 1982 dalam Gandjar, 2006).

Tujuan : Untuk mengidentifikasi jenis-jenis jamur yang


tumbuh pada sampel Tempe A

Rumusan Masalah : Apakah jenis-jenis jamur yang tumbuh pada


sampel Tempe A?
Metode : Pengamatan makroskopis dan mikroskopis

Prinsip : Identifikasi jamur secara makroskopis dan


mikroskopis

Alat& Bahan :

Alat : Objek glass, cover glass, ose bulat, ose


jarum, penjepit kayu, korek api, tissue, lap,
masker, sarung tangan, bunsen, dan mikroskop

Bahan : Tempe (berjamur) dan methylen blue

Prosedur : 1. Disediakan alat dan bahan

2. Difiksasi objek glass agar terhindar dari lemak dan


kotoran, lalu diberi satu tetes cat methylen blue

3. Difiksasi ose jarum diatas nyala api spirtus

4. Diambil jamur yang terdapat pada sampel kemudian


ditaruh diatas objek dan diberi cover glass

5. Difiksasi sediaan (jangan sampai mendidih)

6. Diamati dibawah mikroskop lensa objektif


perbesaran 100x

7. Catat hasilnya
Hasil :

MAKROSKOPIS

 Bentuk koloni : Filamen


 Warna : Abu-abu
 Tekstur : Kapas
 Konsistensi : Kering

MIKROSKOPIS

 Hifa :+
 Miselium :-
 Pseudohifa :-
 Spora jamur :+
 Bentuk spora : Bulat
 Jenis spora : Konidiospora

Kesimpulan :

Jadi dari praktikum yang telah dilakukan pada sampel roti dan tempe
yang berjamur dan dilihat menggunakan mikroskop lensa objektif perbesaran
100x didapatkan jamur Aspergillus niger.
Diskusi :

Aspergillosis merupakan penyakit saluran pernafasan yang disebabkan


oleh infeksi jamur dari genus Aspergillus. Aspergillosis di Indonesia di
sebabkan oleh beberapa spesies Aspergillus yaitu Aspergillus fumigarus,
Aspergillus flavus, Aspergillus glaucus, Aspergillus niger, Aspergillus
vesicolor. Jamur-jamur ini selalu ditemukan pada pakan dan juga pada bahan-
bahan lainnya (Fadilah, 2011). Aspergillus bersifat kosmopolitan, sporanya
yang mempunyai ukuran sangat kecil dan ringan mudah menyebar di udara
sehingga mempunyai peran yang sangat besar dalam mencemari bahan-bahan
lain (Alvarez et al., 2010).
Aspergillus merupakan jamur yang mampu hidup pada media dengan
derajat keasaman dan kandungan gula yang tinggi. Jamur ini dapat
menyebabkan pembusukan pada buah-buahan atau sayuran. Aspergillus ada
yang bersifat parasit, ada pula yang besifat saprofit. Aspergillus yang bersifat
parasit menyebabkan penyakit aspergillosis pada unggas karena dapat
memproduksi suatu zat racun yang disebut dengan aflatoksin. Aspergillus Spp
sering ditemukan pada bahan pakan yang disimpan di dalam gudang dengan
kelembaban tinggi. Aspergillus Spp dianggap patogen karena dapat
menyebabkan suatu penyakit saluran pernafasan, radang granulomatosis pada
selaput lendir, mata, telinga, kulit, meningen, bronchus dan paru-paru
(Handajani dan Purwoko, 2008).
Hasil pengamatan yang telah dilakukan terdapat Aspergillus niger yang
terlihat berwarna hitam dengan pinggiran putih yang ada pada sampel. Awal
mula pengamatan, koloni muncul sebagai filamen hitam. Aspergillus secara
mikroskopis menunjukkan adanya tangkai konidia (konidiofora), vesikel dan
spora/konidia berbentuk bulat berwarna hijau kebiruan. Pemeriksaan
mikroskopis menunjukkan adanya tangkai konidia (konidiofora) pendek halus
berwarna kehijauan, kepala konidia (vesikel) berbentuk seperti gada (clavate)
dan bulat, dan menjadi lonjong (columnar) dengan bertambahnya umur koloni.
Sterigmata tampak menutupi setengah bagian atas dari vesikel. Spora/konidia
berbentuk bulat, berwarna kehijauan, dan permukaan bergerigi (echinulate)
(Redig, 2005).

Saran Untuk Laboratorium :

Sebaiknya sebelum dilakukan praktikum mahasiswa diberi sediaan untuk


melihat gambaran nyata dari jenis-jenis jamur pada mikroskop dan lensa
mikroskop yang seharusnya selalu dibersihkan pada saat sebelum dan sesudah
praktikum agar tidak cepat rusak.
ISOLASI JAMUR METODE PERANGKAP

NILAI KOREKTOR

Tanggal : 29 Agustus 2019

Latar Belakang :

Udara mengandung mikrobia yang penyebarannya tidak merata. Populasi


mikrobia yang besar dan beragam dijumpai pada semua tempat dan merupakan
bentuk kehidupan yang tersebar sangat luas di alam. Udara bukan merupakan
habitat mikrobia, sel-sel mikrobia yang terdapat di udara sebagai kontaminan
atau spora jamur yang berasal dari tanah, air dan aktivitas manusia. Partikel-
partikel yang mengandung kehidupan berupa spora dapat tumbuh dan
beradaptasi menjadi sel-sel vegetative bila berada dalam lingkungan yang sesuai
(Brock et al., 1984).

Jenis algae uniseluler, kista protozoa, fragmen miselium, askuspora pada


khamir, ragi jamur, bakteri dan kapang merupakan jenis mikroba yang dapat
ditemukan di udara dekat permukaan bumi (Hawker dan Linton, 1979). Spora
atau konidia merupakan bagian terbesar dari mikrobia dan hampir selalu
ditemukan di udara (Peclzar, 1988).

Spora kapang yang biasa dijumpai dalam suatu ruangan adalah dari jenis
Aspergillus, Penicillium, Mucor, Fusarium, Cladosporium, Alternaria dan
Paecilomyces. Kapang ini biasanya mengkontaminasi pada makanan dan
material organic yang mudah dirombak seperti humus dan sampah organic.
Umumnya kapang menempel pada partikel debu dan dengan jalur inhalasi maka
dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan pada hewan dan manusia serta
menimbulkan reaksi alergi (Gandjar dan Oetari, 1996).
Tujuan :

1. Untuk mengetahui cara mengisolasi jamur metode perangkap.


2. Untuk mengetahui morfologi dan spesies jamur di udara.
3. Untuk mengetahui koloni jamur dari udara pada media SGA.

Rumusan Masalah :

1. Bagaimana cara mengisolasi jamur metode perangkap?


2. Bagaimana morfologi dan spesies jamur di udara?
3. Bagaimana koloni jamur dari udara pada media SGA?
Metode : Perangkap

Prinsip : Dengan menggunakan perangkap jamur dari udara dapat


diketahui bentuk koloni dan morfologi dari spesies jamur.

Alat & Bahan :

Alat : Plate, object glass, cover glass, ose bulat,


ose jarum, spatel, penjepit kayu, korek api,
tissue, lap, masker, sarung tangan, bunsen, dan
mikroskop

Bahan : Cat LCB dan media SGA

Prosedur :

A. Cara isolasi
1. Plate yang berisi SGA dibuka 10 menit lalu ditutup.
2. Diinkubasi dengan suhu kamr 5-7 hari.
3. Diamati secara mikroskopis.
B. Cara pengamatan
1. Object glass ditetesi cat LCB 2 tetes .
2. Diambil koloni jamur dengan spatel dan dicampur dengan cat LCB.
3. Ditutup dengan cover glass.
4. Diperiksa pada mikroskop lensa obyektif 10x dan lensa okuler 10x
(pembesaran 100x) dan hasilnya digambar.
Hasil :

A. Sampel Hembusan Nafas

MAKROSKOPIS

 Bentuk koloni : Filament colony


 Warna : Hitam
 Tekstur : Bludru
 Konsistensi : Kering

MIKROSKOPIS

 Hifa :+
 Miselium :-
 Pseudohifa :-
 Spora jamur :+
 Bentuk spora : Bulat

Kesimpulan :

Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil yaitu jamur


Mucor sp.
B. Kamar Mandi Perempuan

MAKROSKOPIS

 Bentuk koloni : Filament


 Warna : Hitam
 Tekstur : Kapas
 Konsistensi : Kering

MIKROSKOPIS

 Hifa :+
 Miselium :-
 Pseudohifa :-
 Spora jamur :+
 Bentuk spora : Bulat

Kesimpulan :

Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil jamur Aspergillus


niger.
Diskusi :

Mucor adalah kapang bersifat mesofilik, yaitu tumbuh baik pada suhu
kamar sekitar 25-30 0C. Kapang ini juga bersifat aerobik yaitu membutuhkan
oksigen untuk pertumbuhannya. Kebanyakan mucor dapat tumbuh pada kisaran
pH yang luas yaitu 2-8,5 tapi biasanya pertumbuhannya akan lebih pada kondisi
pH (asam rendah ) (Artikata, 2009).

Isolat fungi endofit Mucor sp. memiliki bentuk koloni bulat, tepian koloni
rata, permukaan koloni berserabut halus seperti kapas tebal, miselium berwarna
putih, warna koloni permukaan depan putih, warna permukaan belakang putih,
tidak membentuk lingkaran konsentris. Pertumbuhan miselium semakin tebal
setelah tumbuh lebih dari 7 hari. Pada awal pertumbuhan, miselium mula-mula
berwana putih dan setelah spora muncul berubah berwarna hitam (Yuliana,
2016).
Mucor sp. memiliki sporangiofor bercabang (simpodial atau
monopodial), kolumela berbentuk seperti pir, bulat atau elips. Sporangiospora
berbentuk elips sampai semi bulat, dan memiliki diameter 5 –10 μm. Spesies ini
dapat tumbuh hingga melakukan sporulasi pada suhu 5 –20 °C, namun tidak
dapat tumbuh pada suhu 37 °C (Gandjar, 1996).
Aspergillus bersifat kosmopolitan, sporanya yang mempunyai ukuran
sangat kecil dan ringan mudah menyebar di udara sehingga mempunyai peran
yang sangat besar dalam mencemari bahan-bahan lain (Alvarez et al., 2010).

Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang paling umum dan
mudah diidentifikasi dari genus Aspergillus, Aspergillus niger dapat tumbuh
dengan cepat, dapat tumbuh pada suhu 35ºC-37ºC (optimum), 6ºC-8ºC
(minimum), 45ºC-47ºC (maksimum) dan memerlukan oksigen yang cukup.
Aspergillus niger memiliki bulu dasar berwarna putih atau kuning dengan
lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam (Artikata, 2009).

Hasil pengamatan yang telah dilakukan terdapat Aspergillus niger yang


terlihat berwarna hitam dengan pinggiran putih yang ada pada sampel. Awal
mula pengamatan, koloni muncul sebagai filamen hitam. Aspergillus secara
mikroskopis menunjukkan adanya tangkai konidia (konidiofora), vesikel dan
spora/konidia berbentuk bulat berwarna hijau kebiruan. Pemeriksaan
mikroskopis menunjukkan adanya tangkai konidia (konidiofora) pendek halus
berwarna kehijauan, kepala konidia (vesikel) berbentuk seperti gada (clavate)
dan bulat, dan menjadi lonjong (columnar) dengan bertambahnya umur koloni.
Sterigmata tampak menutupi setengah bagian atas dari vesikel. Spora/konidia
berbentuk bulat, berwarna kehijauan, dan permukaan bergerigi (echinulate)
(Redig, 2005).

Saran Untuk Laboratorium :

Sebaiknya sebelum dilakukan praktikum mahasiswa diberi sediaan untuk


melihat gambaran nyata dari jenis-jenis jamur pada mikroskop dan lensa
mikroskop yang seharusnya selalu dibersihkan pada saat sebelum dan sesudah
praktikum agar tidak cepat rusak.
DAFTAR PUSTAKA

Alvarez-Perez,S., A. Mateos, L. Dominguez, E. Martinez-Nevado, J.L. Blanco,


and M.E. Garcia. 2010. Polyclonal Aspergillus fumigatus infection in
captive penguins. Veterinary Microbiology 144(3): 444–449.

Artikata. 2009. Pengkajian Nilai Gizi Hasil Fermentasi Mutan Aspergillus niger
Pada Substrat Bungkil Kelapa dan Bungkil Inti Sawit. Skripsi.
Sumatera Utara.

Gandjar, I., R.A. Samson, K. van den Tweel-Vermeulen, A. Oetari and I.


Santoso. 1996. Pengenalan kapang tropik umum. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.

Gandjar, I.,R.A. Samson., K. Van den Tweel-Vermeulen., A. Oetari dan I.


Santoso.1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta : Yayasan
Obor Indonesia.

Pelczar, Michael. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Pres.

Redig,P. 2005. Mycotic infections in birds I: Aspergillosis. North American


Veterinary Conference Proceedings, Eastern States Veterinary
Association 1192–1194.

Yuliana, Anik Karimatu. 2016. Potensi Fungi Endofit pada Kulit Buah Naga
Super Merah (Hylocereus costaricensis) sebagai Penghasil Senyawa
Antioksidan. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
ISOLASI JAMUR METODE SEMAI

NILAI KOREKTOR

Tanggal : 29 Agustus 2019

Latar Belakang :

Makanan yang disukai manusia, pada umumnya juga disukai oleh


mikroorganisme.Bahan-bahan olahan makanan merupakan salah satu potensi
tinggi terkontaminasi. Banyak virus,bakteri, dan jamur menyerang makanan
yang masih berupa bahan mentah ataupun yang sudah diolah atau dimasak.
Makanan yang telah dihinggapi mikroorganisme itu mengalami peguraian,
sehingga dapat berkuranglah nilai gizi dan kelezatannya, bahkan makanan yang
telah dalam keadaan terurai itu dapat menyebabkan sakit sampai matinya
seseorang yang memakannya (Dwidjoseputro, 2005).

Bahan tambahan makanan merupakan bahan kimia yang terdapat dalam


makanan yang ditambahkan secara sengaja atau yang secara alami bukan
merupakan bagian dari bahan baku, untuk mempengaruhi dan menambah cita
rasa, warna, tekstur, dan penampilan dari makanan (Ratnani, 2009).

Sifat kulturan dari jamur dapat dilihat dengan kenampakan


pertumbuhannya pada makanan. Pada permukaan bahan makanan tampak
kering, membentuk masa serbuk, kadang-kadang halus dan lunak atau kelihatan
basah dan berair. Warna miselia hijau biru, biru ke hijauan, kuning, orange,
merah muda, coklat, abu, dan hitam (Kusnadi, 2003).

Adanya mikroorganisme yang tumbuh disuatu bahan pangan sangat


berpengaruh terhadap penurunan kualitas produknya. Yang mana hal tersebut
dapat menyebabkan terkontaminasinya bahan makanan. Salah satu
mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi bahan pangan yaitu jenis fungi.
Aspergillus adalah satu dari beberapa jenis fungi yang termasuk dalam kelas
Ascomycetes yang memiliki penyebaran paling luas serta melimpah di alam, di
berbagai substrat dalam daerah tropis dan subtropis Aspergillus juga merupakan
kontaminan umum (Dina K, 2016).

Aspergilus. S.p. kebanyakan spesies ini sering menyebabkan kerusakan


makanan, tetapi beberapa spesies ini digunakan dalam fermentasi makanan.
Aspergilus Sp. yang dapat menyebabkan kerusakan makanan. Kapang ini
mampu tumbuh baik pada substrat dengan konsentrasi gula dan garam tinggi.
Kelompok Aspergilus flavus – oryzae termasuk spesies penting dalam
fermentasi beberapa makanan tradisional dan untuk memproduksi enzim.
Aspergilus oryzae digunakan dalam fermentasi makanan tahap pertama dalam
pembuatan kecap dan tauco konidia kelompok ini berwarna kuning sampai
hijau, atau mungkin membentuk sklerotia (Waluyo, 2005).

Tujuan :

1. Untuk mengetahui cara mengisolasi jamur secara semai/17abor.


2. Untuk mengetahui bentuk koloni dan morfologi jamur dari sampel
masako pada media SGA.

Rumusan Masalah :

1. Bagaimana cara mengisolasi jamur secara perangkap?


2. Bagaimana bentuk koloni dan morfologi jamur dari sampel masako pada
media SGA?
Metode : Semai

Prinsip :

Dengan cara tabur dari sampel masako pada media SGA dapat ditemukan
morfologi dari spesies jamur pada sampel tersebut.

Alat & Bahan :

Alat : Plate, object glass, cover glass, ose bulat,


ose jarum, spatel, penjepit kayu, korek api,
tissue, lap, masker, sarung tangan, bunsen, dan
mikroskop

Bahan : Cat LCB dan media SGA

Prosedur :

A. Cara Isolasi
1. Masako ditaburkan pada media SGA secara merata.
2. Ditutup, lalu diinkubasi dengan suhu kamar 5-7 hari.
3. Diamati secara mikroskopis.
B. Cara Pengamatan
1. Object glass ditetesi cat LCB 2 tetes.
2. Diambil koloni jamur dengan spatel dan dicampur dengan cat LCB.
3. Ditutup dengan cover glass.
4. Diperiksa pada mikroskop dengan lensa obyektif 10x dan lensa okuler
10x (pembesaran 100x) dan hasilnya digambar.
Hasil :

A. Sampel Masako

MAKROSKOPIS

 Bentuk koloni : Filament colony


 Warna : Hitam
 Tekstur : Bludru
 Konsistensi : Kering

MIKROSKOPIS

 Hifa :+
 Miselium :-
 Pseudohifa :-
 Spora jamur :+
 Bentuk spora : Bulat

Kesimpulan :

Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil jamur Aspergillus


niger.
B. Sampel Susu Bubuk

MAKROSKOPIS

 Bentuk koloni :-
 Warna :-
 Tekstur :-
 Konsistensi :-

MIKROSKOPIS

 Hifa :-
 Miselium :-
 Pseudohifa :-
 Spora jamur :-
 Bentuk spora :-

Kesimpulan :

Dari praktikum yang telah dilakukan tidak ditemukan jamur pada sampel
susu bubuk.
Diskusi :

Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak


dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada
tanaman yang berklorofil. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan
yang sudah jadi yang dibuat atau dihasilkan oleh organisme lain untuk
kebutuhan hidupnya. Sifat ketergantungan terhadap organisme lain
menyebabkan jamur digolongkan sebagai tumbuhan heterotrofik. Sebagai
tumbuhan heterotrofik, jamur membutuhkan sumber makanan sebagai substrat,
sumber energi, aktivitas metabolisme, dan nutrisi. Energi dapat diperoleh dari
oksidasi senyawa karbon, metabolisme untuk mensintesis senyawa-senyawa
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan hifa jamur, dan sumber
nutrisi yang dibutuhkan seperti vitamin, CO2, dan nitrogen (Arif dkk., 2007).

Adanya mikroorganisme yang tumbuh disuatu bahan pangan sangat


berpengaruh terhadap penurunan kualitas produknya. Yang mana hal tersebut
dapat menyebabkan terkontaminasinya bahan makanan. Salah satu
mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi bahan pangan yaitu jenis fungi.
Aspergillus adalah satu dari beberapa jenis fungi yang termasuk dalam kelas
Ascomycetes yang memiliki penyebaran paling luas serta melimpah di alam, di
berbagai substrat dalam daerah tropis dan subtropis aspergillus juga merupakan
kontaminan umum (Dina K, 2016).

Spora Aspergillus terdapat di tanah dan di udara bebas. Kemasan kantong


plastik yang dijual di pasar memiliki kondisi lingkungan yang kondusif bagi
pertumbuhan jamur. Penyimpanan pada kantong plastik yang tidak kedap udara
telah menghasilkan lingkungan dengan oksigen berlimpah sehingga memicu
jamur untuk tumbuh dan menghasilkan aflatoksin (Rahmianna dan Purnomo,
2015). Tingkat kerusakan selama penyimpanan salah satu nya adalah sirkulasi
udara dalam penyimpanan, suhu dan kelembapan ruang simpan (Nasrianto dkk.,
2004).

Hasil pengamatan yang telah dilakukan terdapat Aspergillus niger yang


terlihat berwarna hitam dengan pinggiran putih yang ada pada sampel. Awal
mula pengamatan, koloni muncul sebagai filamen hitam. Aspergillus secara
mikroskopis menunjukkan adanya tangkai konidia (konidiofora), vesikel dan
spora/konidia berbentuk bulat berwarna hijau kebiruan. Pemeriksaan
mikroskopis menunjukkan adanya tangkai konidia (konidiofora) pendek halus
berwarna kehijauan, kepala konidia (vesikel) berbentuk seperti gada (clavate)
dan bulat, dan menjadi lonjong (columnar) dengan bertambahnya umur koloni.
Sterigmata tampak menutupi setengah bagian atas dari vesikel. Spora/konidia
berbentuk bulat, berwarna kehijauan, dan permukaan bergerigi (echinulate)
(Redig, 2005).

Saran Untuk Laboratorium :

Sebaiknya sebelum dilakukan praktikum mahasiswa diberi sediaan untuk


melihat gambaran nyata dari jenis-jenis jamur pada mikroskop dan lensa
mikroskop yang seharusnya selalu dibersihkan pada saat sebelum dan sesudah
praktikum agar tidak cepat rusak.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, A, dkk. 2007. Isolasi dan Identifikasi Jamur Kayu dari Hutan Pendidikan
dan Latihan Taboo-Tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep.
Perrenial, 3(2): 49-54.

Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi. UMY Pres: Yogyakarta.

Nasrianto, H., Mulyati, A.H dan Rachmawati, E. 2004. Kandungan Aflatoksin


(B1, B2, G1, G2) pada Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) yang
beredar di Pasar Tradisional Daerah Jabotabek.

Ratnani, RD. 2009. Bahaya Bahan Tambahan Makanan Bagi Kesehatan.


Momentum Vol. 5 (1) No. 1: 16 –22.

Redig,P. 2005. Mycotic infections in birds I: Aspergillosis. North American


Veterinary Conference Proceedings, Eastern States Veterinary
Association 1192–1194.

Waluyo, Srikandi. 2004. Aneka Tip Obat Alami dalam Buah dan Sayuran.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
ISOLASI JAMUR METODE PENGENCERAN

NILAI KOREKTOR

Tanggal : 5 September 2019

Latar Belakang :

Adanya mikroorganisme yang tumbuh disuatu bahan pangan sangat


berpengaruh terhadap penurunan kualitas produknya. Yang mana hal tersebut
dapat menyebabkan terkontaminasinya bahan makanan. Salah satu
mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi bahan pangan yaitu jenis fungi.
Aspergillus adalah satu dari beberapa jenis fungi yang termasuk dalam kelas
Ascomycetes yang memiliki penyebaran paling luas serta melimpah di alam, di
berbagai substrat dalam daerah tropis dan subtropis Aspergillus juga merupakan
kontaminan umum (Dina, 2016).

Aspergilus sp. kebanyakan spesies ini sering menyebabkan kerusakan


makanan, tetapi beberapa spesies ini digunakan dalam fermentasi makanan.
Aspergilus sp. yang dapat menyebabkan kerusakan makanan. Kapang ini
mampu tumbuh baik pada substrat dengan konsentrasi gula dan garam tinggi.
Kelompok Aspergilus flavus dan Aspergillus oryzae termasuk spesies penting
dalam fermentasi beberapa makanan tradisional dan untuk memproduksi enzim.
Aspergilus oryzae digunakan dalam fermentasi makanan tahap pertama dalam
pembuatan kecap dan tauco konidia kelompok ini berwarna kuning sampai
hijau, atau mungkin membentuk sklerotia (Waluyo, 2005).
Tujuan :

1. Untuk mengetahui cara mengisolasi jamur secara pengenceran 10-1


sampai 10-4 dari sampel cair .
2. Untuk mengetahui bentuk koloni dan morfologi jamur dari sampel pada
media SGA.

Rumusan Masalah :

1. Bagaimana cara mengisolasi jamur secara pengenceran 10-1 sampai


10-4 dari sampel cair?
2. Bagaimana bentuk koloni dan morfologi jamur dari sampel pada
media SGA?
Metode : Pengenceran (Pour Plate dan Spread Plate)

Prinsip : Dengan menggunakan pengenceran dari suatu sampel 10 -1,


10-2, 10-3 dan 10-4 dapat diketahui jamur setelah penanaman
media.

Alat & Bahan :

Alat : Plate, object glass, cover glass, lampu


spirtus, spatel, mikroskop, erlenmeyer 100 ml,
tabung reaksi, rak tabung reaksi, kapas bebas
lemak, pipet 10 ml, pipet 1 ml, push ball.

Bahan : Media SGA, cat LCB, PZ (NaCl 0,85%).

Prosedur :

A. Cara Isolasi
1. Disiapkan 1 erlenmeyer 100 ml dan 3 tabung reaksi.
2. Erlenmeyer diisi 90 ml PZ dan 3 tabung reaksi masing-masing diisi 9
ml PZ dan disterilkan.
3. Disiapkan plate yang sudah disterilkan dan media SGA (dalam bentuk
cair).
4. Dipipet 10 ml sampel cair yang akan diteliti (jika sampel dalam
bentuk padat/serbuk sebanyak 10 gram) dan dimasukkan ke
erlenmeyer yang berisi 90 ml PZ dan dikocok (10-1).
5. Dari 10-1 diambil 1 ml, dimasukkan ke tabung reaksi I yang berisi 9 ml
PZ dan dikocok (10-2).
6. Dari 10-2 diambil 1 ml, dimasukkan ke tabung reaksi II yang berisi 9
ml PZ dan dikocok (10-3).
7. Dari 10-3 diambil 1 ml, dimasukkan ke tabung reaksi III yang berisi 9
ml PZ dan dikocok (10-4).
8. Dari 10-4 diambil 1 ml, dimasukkan ke plate yang sudah disterilkan
tadi, kemudian ditambahkan dengan media SGA cair dan diratakan
lalu dibiarkan membeku.
9. Diinkubasi selama 5-7 hari.
10.Diamati secara mikroskopis.
B. Cara Pengamatan
1. Object glass ditetesi cat LCB.
2. Diambil koloni jamur dengan spatel dan dicampur dengan cat LCB.
3. Ditutup dengan cover glass.
4. Diperiksa pada mikroskop dengan lensa obyektif 10x dan lensa okuler
10x (pembesaran 100x) dan hasilnya digambar.
Hasil :

Sampel Susu Mr. Jussie

A. Pour Plate

MAKROSKOPIS

 Bentuk koloni :-
 Warna :-
 Tekstur :-
 Konsistensi :-

MIKROSKOPIS

 Hifa :-
 Miselium :-
 Pseudohifa :-
 Spora jamur :-
 Bentuk spora :-
 Jenis spora :-

B. Spread Plate

MAKROSKOPIS

 Bentuk koloni :-
 Warna :-
 Tekstur :-
 Konsistensi :-

MIKROSKOPIS

 Hifa :-
 Miselium :-
 Pseudohifa :-
 Spora jamur :-
 Bentuk spora :-
 Jenis spora :-
Kesimpulan :

Dari praktikum yang telah dilakukan tidak ditemukan jamur pada sampel
susu Mr. Jussie baik pada metode pour plate dan spread plate.

Diskusi :

Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak


dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada
tanaman yang berklorofil. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan
yang sudah jadi yang dibuat atau dihasilkan oleh organisme lain untuk
kebutuhan hidupnya. Sifat ketergantungan terhadap organisme lain
menyebabkan jamur digolongkan sebagai tumbuhan heterotrofik. Sebagai
tumbuhan heterotrofik, jamur membutuhkan sumber makanan sebagai substrat,
sumber energi, aktivitas metabolisme, dan nutrisi. Energi dapat diperoleh dari
oksidasi senyawa karbon, metabolisme untuk mensintesis senyawa-senyawa
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan hifa jamur, dan sumber
nutrisi yang dibutuhkan seperti vitamin, CO2, dan nitrogen (Arif, 2007).

Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak


jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana
dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis
untuk menghindari kontaminasi pada media (Fathir, 2009).

Pada saat isolasi mikrobia perlu dilakukan inokulasi mikrobia. Sebelum


dan sesudah menginokulasikan mikrobia jarum ose yang digunakan harus
dipanaskan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar jarum ose yang digunakan
bersifat steril dan bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Sedangkan
pada cawan petri, setelah sampel dimasukan kedalam cawan petri setiap
membuka dan menutup cawan petri harus terlebih dahulu dipanaskan untuk
meminimalkan terkontaminasinya sampel. Wadah media yang menggunakan
cawan petri, pada saat inkubasi mikrobia pada cawan petri selalu dalam posisi
terbalik. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah mikrobia terkena uap air yang
dihasilkan pada saat inkubasi. Sehingga kualitas mikroba tidak rusak atau
mengalami gangguan (Arif, 2007).
Praktikum kali ini, sample yang diamati untuk mengetahui bentuk koloni
dan morfologi jamur adalah pada sample susu Mr. Jussie yang ditanam pada
media SGA. Setalah melakukan inkubasi selama kurang lebih 7 hari, tidak
ditemukan jamur pada saat dilihat secara mikroskopis.
Saran Untuk Laboratorium :

Sebaiknya sebelum dilakukan praktikum mahasiswa diberi sediaan untuk


melihat gambaran nyata dari jenis-jenis jamur pada mikroskop dan lensa
mikroskop yang seharusnya selalu dibersihkan pada saat sebelum dan sesudah
praktikum agar tidak cepat rusak.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, A. 2007. Isolasi dan Identifikasi Jamur Kayu dari Hutan Pendidikan dan
Latihan Taboo-Tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep.
Perrenial, 3(2): 49-54.

Fathir, dkk. 2009. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Waluyo, Srikandi. 2004. Aneka Tip Obat Alami dalam Buah dan Sayuran.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
ISOLASI JAMUR METODE TANAM LANGSUNG

NILAI KOREKTOR

Tanggal : 5 September 2019

Latar Belakang :

Makanan yang disukai manusia, pada umumnya juga disukai oleh


mikroorganisme.Bahan-bahan olahan makanan merupakan salah satu potensi
tinggi terkontaminasi. Banyak virus,bakteri, dan jamur menyerang makanan
yang masih berupa bahan mentah ataupun yang sudah diolah atau dimasak.
Makanan yang telah dihinggapi mikroorganisme itu mengalami peguraian,
sehingga dapat berkuranglah nilai gizi dan kelezatannya, bahkan makanan yang
telah dalam keadaan terurai itu dapat menyebabkan sakit sampai matinya
seseorang yang memakannya (Dwidjoseputro, 2005).

Bahan tambahan makanan merupakan bahan kimia yang terdapat dalam


makanan yang ditambahkan secara sengaja atau yang secara alami bukan
merupakan bagian dari bahan baku, untuk mempengaruhi dan menambah cita
rasa, warna, tekstur, dan penampilan dari makanan (Ratnani, 2009).

Sifat kulturan dari jamur dapat dilihat dengan kenampakan


pertumbuhannya pada makanan. Pada permukaan bahan makanan tampak
kering, membentuk masa serbuk, kadang-kadang halus dan lunak atau kelihatan
basah dan berair. Warna miselia hijau biru, biru ke hijauan, kuning, orange,
merah muda, coklat, abu, dan hitam (Kusnadi, 2003).

Adanya mikroorganisme yang tumbuh disuatu bahan pangan sangat


berpengaruh terhadap penurunan kualitas produknya. Yang mana hal tersebut
dapat menyebabkan terkontaminasinya bahan makanan. Salah satu
mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi bahan pangan yaitu jenis fungi.
Aspergillus adalah satu dari beberapa jenis fungi yang termasuk dalam kelas
Ascomycetes yang memiliki penyebaran paling luas serta melimpah di alam, di
berbagai substrat dalam daerah tropis dan subtropis Aspergillus juga merupakan
kontaminan umum (Dina, 2016).

Aspergilus sp. kebanyakan spesies ini sering menyebabkan kerusakan


makanan, tetapi beberapa spesies ini digunakan dalam fermentasi makanan.
Aspergilus sp. yang dapat menyebabkan kerusakan makanan. Kapang ini
mampu tumbuh baik pada substrat dengan konsentrasi gula dan garam tinggi.
Kelompok Aspergilus flavus – oryzae termasuk spesies penting dalam
fermentasi beberapa makanan tradisional dan untuk memproduksi enzim.
Aspergilus oryzae digunakan dalam fermentasi makanan tahap pertama dalam
pembuatan kecap dan tauco konidia kelompok ini berwarna kuning sampai
hijau, atau mungkin membentuk sklerotia (Waluyo, 2005).

Tujuan :

1. Untuk mengetahui cara mengisolasi jamur secara tanam langsung dari


bahan akar, batang, daun, tulang daun, dan ranting.
2. Untuk mengetahui bentuk koloni dan morfologi jamur dari sampel
(akar, batang, daun, tulang daun, dan ranting) pada media SGA.

Rumusan Masalah :

1. Bagaimana cara mengisolasi jamur secara tanam langsung dari bahan


akar, batang, daun, tulang daun, dan ranting?
2. Bagaimana bentuk koloni dan morfologi jamur dari sampel (akar,
batang, daun, tulang daun, dan ranting) pada media SGA?
Metode : Tanam Langsung

Prinsip : Dengan menanam sampel ( akar, batang, daun, tulang daun,


dan ranting ) ke media SGA dapat diketahui bentuk koloni
dan morfologi jamur spesies pada sampel tersebut.

Alat & Bahan :

Alat : Plate, object glass, cover glass, lampu


spirtus, spatel, mikroskop, erlenmeyer, tisu.

Bahan : Media SGA, cat LCB, aquadest steril.

Prosedur :

A. Cara Isolasi
1. Potongan akar/batang/daun dicuci dengan aquadest steril.
2. Dikeringkan dengan kertas tisu.
3. Ditanam pada media SGA.
4. Diinkubasi pada suhu kamar selama 5-7 hari.

B. Cara Pengamatan
1. Object glass ditetesi cat LCB 2 tetes.
2. Diambil koloni jamur dengan spatel dan dicampur dengan cat LCB.
3. Ditutup dengan cover glass.
4. Diperiksa pada mikroskop dengan lensa obyektif 10x dan lensa okuler
10x (pembesaran 100x) dan hasilnya digambar.
Hasil :

Sampel Buah Srikaya

MAKROSKOPIS

 Bentuk koloni : Filamen koloni


 Warna : Hitam
 Tekstur : Bludru
 Konsistensi : Kering

MIKROSKOPIS

 Hifa :+
 Miselium :-
 Pseudohifa :-
 Spora jamur :+
 Bentuk spora : Bulat
 Jenis spora : Konidiospora

Kesimpulan :

Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil jamur Aspergillus


niger pada sampel buah srikaya.
Diskusi :

Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak


dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada
tanaman yang berklorofil. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan
yang sudah jadi yang dibuat atau dihasilkan oleh organisme lain untuk
kebutuhan hidupnya. Sifat ketergantungan terhadap organisme lain
menyebabkan jamur digolongkan sebagai tumbuhan heterotrofik. Sebagai
tumbuhan heterotrofik, jamur membutuhkan sumber makanan sebagai substrat,
sumber energi, aktivitas metabolisme, dan nutrisi. Energi dapat diperoleh dari
oksidasi senyawa karbon, metabolisme untuk mensintesis senyawa-senyawa
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan hifa jamur, dan sumber
nutrisi yang dibutuhkan seperti vitamin, CO2, dan nitrogen (Arif, 2007).

Adanya mikroorganisme yang tumbuh disuatu bahan pangan sangat


berpengaruh terhadap penurunan kualitas produknya. Yang mana hal tersebut
dapat menyebabkan terkontaminasinya bahan makanan. Salah satu
mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi bahan pangan yaitu jenis fungi.
Aspergillus adalah satu dari beberapa jenis fungi yang termasuk dalam kelas
Ascomycetes yang memiliki penyebaran paling luas serta melimpah di alam, di
berbagai substrat dalam daerah tropis dan subtropis aspergillus juga merupakan
kontaminan umum (Dina, 2016).

Spora Aspergillus terdapat di tanah dan di udara bebas. Kemasan kantong


plastik yang dijual di pasar memiliki kondisi lingkungan yang kondusif bagi
pertumbuhan jamur. Penyimpanan pada kantong plastik yang tidak kedap udara
telah menghasilkan lingkungan dengan oksigen berlimpah sehingga memicu
jamur untuk tumbuh dan menghasilkan aflatoksin (Rahmianna dan Purnomo,
2015). Tingkat kerusakan selama penyimpanan salah satu nya adalah sirkulasi
udara dalam penyimpanan, suhu dan kelembapan ruang simpan (Nasrianto,
2004).

Praktikum kali ini, sample yang diamati untuk mengetahui bentuk koloni
dan morfologi jamur adalah pada sample buah srikaya yang ditanam pada media
SGA. Setalah melakukan inkubasi selama kurang lebih 7 hari, ditemukan jamur
Aspergillus niger. Hasil pengamatan yang telah dilakukan terdapat Aspergillus
niger yang terlihat berwarna hitam dengan pinggiran putih yang ada pada
sampel. Awal mula pengamatan, koloni muncul sebagai filamen hitam.
Aspergillus secara mikroskopis menunjukkan adanya tangkai konidia
(konidiofora), vesikel dan spora/konidia berbentuk bulat berwarna hijau
kebiruan. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan adanya tangkai konidia
(konidiofora) pendek halus berwarna kehijauan, kepala konidia (vesikel)
berbentuk seperti gada (clavate) dan bulat, dan menjadi lonjong (columnar)
dengan bertambahnya umur koloni. Sterigmata tampak menutupi setengah
bagian atas dari vesikel. Spora/konidia berbentuk bulat, berwarna kehijauan,
dan permukaan bergerigi (echinulate) (Redig, 2005).

Saran Untuk Laboratorium :

Sebaiknya sebelum dilakukan praktikum mahasiswa diberi sediaan untuk


melihat gambaran nyata dari jenis-jenis jamur pada mikroskop dan lensa
mikroskop yang seharusnya selalu dibersihkan pada saat sebelum dan sesudah
praktikum agar tidak cepat rusak.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, A. 2007. Isolasi dan Identifikasi Jamur Kayu dari Hutan Pendidikan dan
Latihan Taboo-Tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep.
Perrenial, 3(2): 49-54.

Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Kusnadi, D. 2003. Mikrobiologi. UMY Pres: Yogyakarta.

Nasrianto, H., Mulyati, A.H dan Rachmawati, E. 2004. Kandungan Aflatoksin


(B1, B2, G1, G2) pada Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) yang
beredar di Pasar Tradisional Daerah Jabotabek.

Ratnani, RD. 2009. Bahaya Bahan Tambahan Makanan Bagi Kesehatan.


Momentum Vol. 5 (1) No. 1: 16 –22.

Redig, P. 2005. Mycotic infections in birds I: Aspergillosis. North American


Veterinary Conference Proceedings, Eastern States Veterinary
Association 1192–1194.

Waluyo, Srikandi. 2004. Aneka Tip Obat Alami dalam Buah dan Sayuran.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
ISOLASI JAMUR METODE HENDRIKILL’S

NILAI KOREKTOR

Tanggal :

Latar Belakang :

Tujuan :
Rumusan Masalah :

Metode :

Prinsip :

Alat & Bahan :

Prosedur :
Probandus :

Hasil :

MAKROSKOPIS

 Bentukkoloni :
 Warna :
 Tekstur :
 Konsistensi :

MIKROSKOPIS

 Hifa :
 Miselium :
 Pseudohifa :
 SporaJamur :
 Bentukspora :

Kesimpulan :
Diskusi :
Saran Untuk Laboratorium :

Saran Untuk Penderita :


ISOLASI JAMUR PADA KULIT

NILAI KOREKTOR

Tanggal :

Latar Belakang :

Tujuan :
Rumusan Masalah :

Metode :

Prinsip :

Alat & Bahan :

Prosedur :
Probandus :

Hasil :

MAKROSKOPIS

 Bentukkoloni :
 Warna :
 Tekstur :
 Konsistensi :

MIKROSKOPIS

 Hifa :
 Miselium :
 Pseudohifa :
 SporaJamur :
 Bentukspora :

Kesimpulan :
Diskusi :
Saran Untuk Laboratorium :

Saran Untuk Penderita :


UJI KEPEKAAN JAMUR TERHADAP ANTIBIOTIK

NILAI KOREKTOR

Tanggal :

Latar Belakang :

Tujuan :
Rumusan Masalah :

Metode :

Prinsip :

Alat & Bahan :

Prosedur :
Probandus :

Hasil :

MAKROSKOPIS

 Bentukkoloni :
 Warna :
 Tekstur :
 Konsistensi :

MIKROSKOPIS

 Hifa :
 Miselium :
 Pseudohifa :
 SporaJamur :
 Bentukspora :

Kesimpulan :
Diskusi :
Saran Untuk Laboratorium :

Saran Untuk Penderita :


UJI KEPEKAAN JAMUR TERHADAP OBAT KULIT

NILAI KOREKTOR

Tanggal :

Latar Belakang :

Tujuan :
Rumusan Masalah :

Metode :

Prinsip :

Alat & Bahan :

Prosedur :
Probandus :

Hasil :

MAKROSKOPIS

 Bentukkoloni :
 Warna :
 Tekstur :
 Konsistensi :

MIKROSKOPIS

 Hifa :
 Miselium :
 Pseudohifa :
 SporaJamur :
 Bentukspora :

Kesimpulan :
Diskusi :
Saran Untuk Laboratorium :

Saran Untuk Penderita :


FERMENTASI Saccharomyces Cereviae

NILAI KOREKTOR

Tanggal :

Latar Belakang :

Tujuan :
Rumusan Masalah :

Metode :

Prinsip :

Alat & Bahan :

Prosedur :
Probandus :

Hasil :

MAKROSKOPIS

 Bentukkoloni :
 Warna :
 Tekstur :
 Konsistensi :

MIKROSKOPIS

 Hifa :
 Miselium :
 Pseudohifa :
 SporaJamur :
 Bentukspora :

Kesimpulan :
Diskusi :
Saran Untuk Laboratorium :

Saran Untuk Penderita :


OLIGODINAMIK TERHADAP UANG LOGAM

NILAI KOREKTOR

Tanggal :

Latar Belakang :

Tujuan :
Rumusan Masalah :

Metode :

Prinsip :

Alat & Bahan :

Prosedur :
Probandus :

Hasil :

MAKROSKOPIS

 Bentukkoloni :
 Warna :
 Tekstur :
 Konsistensi :

MIKROSKOPIS

 Hifa :
 Miselium :
 Pseudohifa :
 SporaJamur :
 Bentukspora :

Kesimpulan :
Diskusi :
Saran Untuk Laboratorium :

Saran Untuk Penderita :


PEMERIKSAAN CANDIDA ALBICANS

NILAI KOREKTOR

Tanggal :

Latar Belakang :

Tujuan :
Rumusan Masalah :

Metode :

Prinsip :

Alat & Bahan :

Prosedur :
Probandus :

Hasil :

MAKROSKOPIS

 Bentukkoloni :
 Warna :
 Tekstur :
 Konsistensi :

MIKROSKOPIS

 Hifa :
 Miselium :
 Pseudohifa :
 SporaJamur :
 Bentukspora :

Kesimpulan :
Diskusi :
Saran Untuk Laboratorium :

Saran Untuk Penderita :

Anda mungkin juga menyukai