Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM

MORFOLOGI KAPANG

Di susun oleh :
Rosita Triyanto
1321620014

PROGRAM STUDI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNIK
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
2016

I. TUJUAN
Untuk mengetahui bentuk dan morfologi kapang tempe dan oncom
Untuk mengetahui cara pembuatan media ( bahan untuk perkembang biakan mikroorganisme)

II. DASAR TEORI

Tempe adalah makanan hasil fermentasi yang dibuat dari kedelai diinokulasi dengan jamur
Rhizopus oligosporus ,dalam fermentasi padat (DeReu dkk., 1994). Fermentasi tempe merupakan
fermentasi dua tahap yaitu fermentasi oleh aktivitas bakteri yang berlangsung selama proses
perendaman kedelai, dan fermentasi oleh kapang yang berlangsung setelah diinokulasi dengan kapang.
Komposisi dan pertumbuhan mikroflora tempe selama fermentasi sangat menarik untuk dicermati
karena ternyata tidak hanya R. oligosporus yang berperan. Mulyowidarso dkk., (1989) yang telah
mempelajari secara mendalam tentang ekologi mikrobia selama perendaman kedelai untuk pembuatan
tempe menemukan bahwa bakteri merupakan mikroflora yang secara signifikan selalu tumbuh selama
pembuatan tempe dan mempunyai peran yang penting. Walaupun R. oligosporus berperan utama
dalam pembuatan tempe, yeast kemungkinan juga dapat tumbuh selama fermentasi tempe. Sehingga
analisis mikrobiologis sangat perlu diungkapkan lebih mendetil agar keterlibatan setiap jenis
mikroorganisme dalam pembuatan tempe dapat diketahui dengan jelas. Yeast (ragi) sudah lama diduga
ikut serta dalam fermentasi tempe (Steinkraus, 1982, 1995; Nout dkk., 1987; Mulyowidarso dkk., 1990).
Tetapi peranan yeast dalam pembuatan tempe belum mendapatkan perhatian yang serius (Nout dan
Kiers, 2005). Beberapa jenis yeast telah ditemukan dalam tempe yang dipasarkan dan selama
perendaman kedelai untuk pembuatan tempe (Samson dkk., 1987; Mulyowidarso dkk., 1989) tetapi
yeast yang dalam perendaman kedelai tidak ditemukan dalam produk tempenya. Oleh karena itu dalam
penelitian ini empat spesies yeast terpilih yaitu Saccharomyces boulardii, Yarrowia lipolytica,
Aerobasidium pullulans dan yeast yang menyerupai kapang Geotrichum candidum, masing-masing
akan diinokulasikan bersama dengan Rhizopus oligosporus dalam kedelai untuk fermentasi tempe. Ke
empat yeast tersebut merupakan penghasil enzim ekstraseluler lipolitik dan proteolitik yang sangat
tinggi (Deshpande dkk., 1992; Strauss dkk., 2001; Buzzini dan Martini, 2002). Interaksi pertumbuhannya
dengan kapang dan bakteri selama fermentasi akan diamati. Bila yeast mampu tumbuh dan berinteraksi
dengan mikroflora lain selama fermentasi maka kemungkinan yeast mempunyai peran dalam
meningkatkan kualitas nutrisi dan flavor tempe. Yeast diharapkan mempunyai kontribusi dalam
memperbaiki

kualitas dan flavor tempe, sehingga potensi yeast dalam industri pembuatan tempe perlu di
ungkap secara tuntas yeast like fungi) Geotrichum candidum (dibeli di Culture Center, UNSW, Australia).
Rhizopus oligosporus diisolasi dari tempe yang dibuat dengan ragi RAPRIMA .
Pembuatan Tempe

Pembuatan tempe mengikuti prosedur Mulyowidarso dkk., (1989) yang dimodifikasi oleh
penulis pada beberapa tahapan prosesing sebagai berikut, kedelai 300 g direndam dalam air bersih
semalam pada suhu ruang, kemudian dihilangkan kulit arinya secara manual. Selanjutnya kedelai
direbus dalam air bersih dengan perbandingan 1:3 (kedelai:air) selama 30 menit, ditiriskan dan
dikering-anginkan sampai suhu ruang dan siap diinokulasi dengan biakan tertentu. Inokulasi dilakukan
sebagai berikut: 100g berat basah kedelai diinokulasi dengan 1ml suspensi 10⁷Spora/ml R. oligosporus
dan 1ml sel suspensi 10⁷sel/ml khamir tertentu. Selanjutnya kedelai yang telah diinokulai dikemas dalam
kemasan plastik yang telah dilubangi secara teratur untuk tujuan aerasi dan diinkubasi pada suhu 32 ◦C
selama 48 jam. Enam jenis tempe dengan penambahan yeast yang berbeda dihasilkan pada penelitian
ini, yaitu (1) tempe yang diinokulasi dengan ragi tempe, (2) tempe yang diinokulasi dengan inokulum
murni R. oligosporus (SRH), (3) tempe yang diinokulasi dengan R. oligosporus + S. boulardii (SBRH), (4)
tempe yang diinokulasi dengan R. oligosporus + Y. lipolytica (YRH), (5) tempe yang diinokulasi dengan R.
oligosporus + G. Candidum (GRH), dan (6) tempe yang diinokulasi dengan R. oligosporus + A. Pullulans
(AuRH). Kedelai tanpa inokulasi sebagai kontrol negatif (Soy). Pembuatan tempe dibuat secara duplo

Jamur yang nama ilmiahnya Neurospora sitophila, dahulu bernama Monilia sitophila. Nama Neurospora
berasal dari kata neuron (= sel saraf), karena guratan-guratan pada sporanya menyerupai bentuk
akson. Jamur oncom termasuk dalam kelompok kapang (jamur berbentuk filamen). Sebelum diketahui
perkembangbiakannya secara seksual, jamur oncom masuk ke dalam kelompok Deuteromycota,
namun setelah diketahui fase seksualnya atau fase teleomorph-nya, yaitu dengan pembentukan askus,
maka jamur oncom digolongankan ke dalam Ascomycota (lihat diagram The Biologi of Neurospora,
2000: 13) Pertumbuhan kapang Neurospora yang sangat pesat, warna jingganya yang khas, serta bentuk
spora (konidia) yang seperti tepung merupakan ciri khas kapang ini. Kapang dari genus Neurospora telah
lama diketahui dan telah dipelajari sejak 1843. species N. crassa banyak digunakan di dalam penelitian
di laboratorium sejak 1941. N. Crasa telah menjadi obyek penelitian yang “disukai” oleh pakar
mikrobiologi sebagai model dasar penelitian untuk kapang (filamentous fungi). Menurut Shear and
Dodge (1927), tahapan aseksual dari kapang ini adalah warna sporanya yang dominan orange atau
jingga terang, sedangkan tahapan seksualnya dari N. sitophila, N. crassa, dan N. tetrasperma tidak diakui
pada awalnya, karena tidak mudah diamati pada kondisi alamiah serta membutuhkan strain dari kedua
dua tipe kawin untuk penyempurnaan tahapan seksual tersebut.
Ciri khas konidia dari beberapa spesies, yaitu: N. crassa, N. sitophila, N. intermedia, N.
tetrasperma, dan N. discreta bentuknya sangat mencolok, karena warnanya jingga. Pertumbuhan
kapang ini sangat cepat dan masif serta produksi konidia yang sangat berlimpah, berbentuk seperti
bubuk (powdery). Observasi secara ekstensif telah dilakukan terhadap terjadinya Neurospora di
luar laboratorium pada substrat alami dan buatan di seluruh dunia. Neurospora umum ditemukan di
daerah tropis yang lembab ataupun di lahan subtropis. Diduga askospora dari Neurospra yang tidak
atau belum aktif, dapat diaktifkan oleh panas akibat kebakaran hutan atau lahan. Pertumbuhan
dan perkembangan askospora itu terjadi setelah vegetasi yang berada pada lahan tersebut
terbakar baik secara alami ataupun buatan. Meskipun Neurospora dikaitkan dengan api, namun
masih belum diketahui secara pasti siklus hidupNeurospora di alam liar termasuk reproduksi,
diseminasi , dan kelangsungan hidup di antara peristiwa kebakaran yang terjadi di berbagai vegetasi
(Jacobson et al., 2004, Pandit & Maheshwari 1996, Perkins 2002).

Di negara subtropis dan tropis, makanan fermentasi dari kapang telah banyak ditemukan di negara-
negara Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Rhizopus, Amylomyces, Mucor,
Monascus dan Neurospora telah berperan sebagai mikoflora. Dalam kehidupan sehari-hari
kapangNeurospora telah memegang peranan penting terutama dalam pengolahan makanan
fermentasi. Kapang Neurospora telah dimanfaatkan untuk membuat oncom yang sangat populer bagi
masyarakat Jawa Barat. Di beberapa negara berkembang seperti Brazil, Neurospora telah digunakan
dalam proses pengolahan singkong menjadi minuman fermentasi. Menurut Ogbonna (2004, 350)
beberapa strain dari Neurospora crassa, dapat mengkonversi selulosa dan hemiselulosa menjadi
ethanol.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan :
1. Mikroskop
2. Kaca Preparat
3. Gelas objek
4. Jarum Ose
5. Lampu spirtus
6. Botol semprot
7. Tusuk Gigi
Bahan yang digunakan :
1. Tempe
2. Oncom
3. Bakteri Aspergillus Niger
4. Aquadest
5. Alkohol

IV. CARA KERJA / PROSEDUR KERJA UJI MORFOLOGI KAPANG TEMPE DAN
ONCOM

Siapkan mikroskop beserta pelengkapnya

Siapkan kaca preparat cuci bersih

Teteskan 1 tetes aquadest ke gelas preparat )

Ambil selaput / kapang tempe dan oncom ( ambil sedikit saja )

Letakkan selaput kapang pada tetesan aquadest, kemudian tutup dengan kaca preparat

Amati sampai morfologi kapang pada tempe dan oncom terlihat

IV. CARA KERJA / PROSEDUR KERJA uji morfologi biakan murni Aspergillus niger
Siapkan mikroskop beserta pelengkapnya

Siapkan kaca preparat cuci bersih

Teteskan 1 tetes aquadest ke gelas preparat )

Panaskan jarum ose di atas lampu spirtus sampai jarum ose merah membara

Celupkan jarum ke dalam alcohol 90 % , panaskan kembali hingga 3 kali perlakuan

Ambil biakan murni Aspergillus niger , yang sudah di dalam tabung reaksi

Buka penutup mulut tabung reaksi yang bersikan biakan murni, kemudian panaskan mulut tabung reaksi
secara memutar

Ambil biakan murni dengan jarum ose yang sudah di panaskan tadi , ambil bagian yg
berwarna hitam secara perlahan

Letakkan biakan murni di atas kaca preparat yang sudah di tetesi oleh aquadest
kemudian amati dengan mikroskop sampai di temukan morfologi biakan murni Aspergillus niger

Setelah di temukan gambar morfologi tersebut kemudian di gambar

V. HASIL PENGAMATAN
1. Morfologi Tempe , Oncom & Aspergillus niger

Hasil Pengamatan Literatur


No

1 Kapang tempe (Rhyzopus Oryzae)

2 Kapang oncom (Monila sitophila)

3 Biakan Murni Aspergillus niger

VI . PEMBAHASAN
Tujuan dari di ujinya uji morfologi kapang oncom , tempe dan Aspergillus niger untuk
mengetahui bentuk dari morfologi masing masing mikroorganisme ataupun kapang, dengan
menggunakan mikroskop dengan ukuran lensa yang berbeda beda tergantung dari besaran yang
dapat di lihat dengan menggunakan mikroskop itu . Pada uji morfologi tempe , sampel yang
diambil pada bagian selaput putih bagian atas kemudian di letakkan di kaca preparat dan di lihat
di atas mikroskop jika mengambil selaput bagian putih pada tempe ketebalan maka akan
mengakibatkan tidak terlihat pada saat di lihat di mikroskop dan untuk pada uji morfologi
kapang oncom pun metode atau prosedur kerjanya sama seperti uji analisa kapang tempe .
Digunakannya sampel pada tempe di bagian selaput putihnya berfungsi agar mempermudah
melihat morfologi pada kapang tempe begitupun pada oncom yang di ambil hanya bagian selaput
keorenan yang akan mempermudah melihat struktur morfologi kapang pada oncom . Jika di lihat
pada hasil pengamatan pada kapang tempe terdapat sporangium ,spora dan sporangiofor yang
memiliki bentuk seperti bola-bola kecil dan di sekitarnya terdapat selaput selaput panjang yang
mengelilingi spora . Jika pada kapang oncom hasil pengamatan yang di dapat sedikit sama
seperti literatur yaitu berbentuk bola-bola kecil yang tersusun memanjang atau lurus bisa di
katakan seperti membentuk huruf ’Y’ .

Untuk hasil pengamatan biakan murni Aspergillus niger, prosedur kerja yang di gunakan
berbeda dengan uji morfologi kapang dan oncom , jika uji morfologi ini menggunakan biakan
murni yang sudah di siapkan , sedangkan untuk menggambil sampel biakan murni ini harus di
lakukan secara steril agar biakan murni ini tidak terkontaminasi dengan mikroba yang lainnya .
Tujuan di lakukan pemanasan pada jarum ose, agar pada saat pengambilan sampel jarum dalam
keadaan steril dan juga pada saat pengambilan sampel yang ada di dalam tabung harus di
dekatkan dengan api yang menyala atau di lakukan viksasi . Dan setelah pengambilan sampel
tabung reaksi harus segara di tutup agar mikroba yang ada di sekitar tidak masuk ke dalam
tabung reaksi yang berisi biakan murni Aspergillus niger. Dan hasil yang di dapatkan pada
gambar morfologi biakan murni (Aspergillus niger ) di dapatkan vesicle, phialides, dan konidia

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil uji morfologi kapang ,tempe dan biakan murni
(Aspergillus niger ) di dapatkan hasil bahwa pada sampel yang di gunakan semua jelas terlihat
bentuk dari morfologi masing- masing sampel tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

https://journal.ugm.ac.id/agritech/article/viewFile/9765/7339

https://mudarwan.wordpress.com/2010/06/03/jamur-oncom/

Anda mungkin juga menyukai