PENDAHULUAN
1
1. Mengetahui bagaimana peran dari mikroorganisme Rhizopus oryzae dalam proses
pembuatan tempe.
2. Mengetahui bagaimana perbedaan cara pembuatan tempe secara teori dan praktek.
3. Mengetahui faktor kegagalan dalam proses pembuatan tempe.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Fermentasi
Fermentasi bahan pangan adalah hasil kegiatan dari beberapa spesies mikroba
seperti bakteri, khamir dan kapang. Mikroba yang melakukan fermentasi dengan memberikan
hasil yang dikehendaki dapat dibedakan dari mikroba-mikroba penyebab penyakit dan penyebab
kerusakan. Mikroba fermentasi mendatangkan hasil akhir yang dikehendaki, misalnya bakteri
akan menghasilkan asam laktat, khamir menghasilkan alkohol, kapang menghasilkan tempe
(Muchtadi; 1989).
Fermentasi biasanya dilakukan dengan menggunakan kultur murni yang dihasilkan di
laboratorium. Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan, misalnya kultur
murni dari bakteri asam laktat untuk membuat keju. Kadang-kadang tidak digunakan kultur
murni untuk fermentasi sebagai laru (starter). Misalnya pada pembuatan tempe atau oncom
digunakan hancuran tempe dan oncom yang sudah jadi.
B. Mikroorganisme pada Fermentasi
Jenis kapang digunakan dalam khususnya bagi beberapa jenis kayu dan fermentasi bahan
pangan khususnya di Asia, seperti kecap, miso, tempe dan lain-lainnya. Jenis kapang yang
banyak memegang peranan penting dalam fermentasi bahan makanan tersebut adalah
Aspergillus, Rhizopus dan Penicillium Tempe adalah sumber protein yang terbuat dari kedelai.
C. Fermentasi Tempe
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa
oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi,
terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam
lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan
produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling
3
sederhana, melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini
dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan.
Klasifikasi :
Kingdom : Fungi
Divisio : Zygomycota
Class : Zygomycetes
Ordo : Mucorales
Familia : Mucoraceae
Genus : Rhizopus
Species : Rhizopus oryzae
Rhizopus sp. yaitu koloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu;
stolon halus atau sedikit kasar dan tidak berwarna hingga kuning kecoklatan; sporangiofora
tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara, baik tunggal atau dalam kelompok (hingga 5
sporangiofora); rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang sama dengan
sporangiofora; sporangia globus atau sub globus dengan dinding berspinulosa (duri-duri pendek),
yang berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak; kolumela oval hingga bulat, dengan
dinding halus atau sedikit kasar; spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder; suhu optimal
untuk pertumbuhan 350C, minimal 5-70C dan maksimal 440C. Berdasarkan asam laktat yang
dihasilkan Rhizopus oryzae termasuk mikroba heterofermentatif (Kuswanto dan Slamet, 1989).
4
BAB III
METODE PENELITIAN
a. Bahan percobaan
1. Rangi tempe 2 ons
2. Kacang kedelai 50 ons
b. Alat percobaan
1. Tungku, Dandang, dan tampah
2. Mesin pengkupas
3. Pelastik
4. Timbangan
5. Pembolong pelastik
6. Ragi tempe 2 ons
7. Kacang kedelai 50kg
8. Bskom
9. Sendok
5
3.2 Cara Kerja :
kembali kedelai hingga bersih. Setelah itu, masukkan kedelai kedalam mesin
penggiling agar kacang kedelai terbelah dua.
6
BAB IV
7
membutuhkan air untuk pertumbuhannya,tetapi kebutuhan air untuk jamur lebih sedikit
dibandingkan dengan bakteri. Selain ph dan kadar air,jumlah nutrien dalam bahan juga
dibutuhkan oleh jamur.
Dikatakan bahwa Rhizopus oryzae yang terdapat pada ragi tempe mempunyai daya nutuk
memcah putih telur dan lemak.oleh karean itu, ia berperan dalam pembautan tempe dan oncom.
Jamur tempe mempunyai hifa yang berguna untuk menyerap makanan dari kacang kedelai.
Dalam waktu sampai 3 hari, kumpulan hifa tersebut akar membungkus kedelai yang kemudian
disebut tempe. Selai pada tempe jamur ini juga dapat tumbuh ditempat-tempat yang lembab.
KLASIFIKASI
Klasifikasi Rhizopus oryzae menurut Germain (2006), adalah sebagai berikut
Kingdom : Fungi
Divisio : Zygomycota
Class : Zygomycetes
Ordo : Mucorales
Familia : Mucoraceae
Genus : Rhizopus
Species : Rhizopus oryza
4.3 Peran Jamur Rhizopus oryzae
Pada penelitian semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai
pH 8,4, sehinggajamur semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan
jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air
jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan kadar air yang kurang sesuai
untuk pertumbuhan jamur, jumlah nutrien dalam bahan, juga dibutuhkan oleh jamur.
8
4.4 Perbedaan Cara Pembuatan Tempe Secara Teori dan Praktik
A. Secara teori
Cara pembuatan tempe yang biasa dilakukan oleh para pengrajin tempe di Indonesia.
Kedelai setelah dilakukan sortasi (untuk memilih kedelai yang baik dan bersih) dicuci
sampai bersih, kemudian direbus yang waktu perebusannya berbeda-beda tergantung dari
banyaknya kedelai dan biasanya berkisar antara 60-90 menit.
Kedelai yang telah direbus tadi kemudian direndam semalam. Setelah perendaman, kulit
kedelai dikupas dan dicuci sampai bersih. Untuk tahap selanjutnya kedelai dapat direbus
atau dikukus lagi selama 45-60 menit, tetapi pada umumnya perebusan yang kedua ini
jarang dilakukan oleh para pengrajin tempe. Kedelai setelah didinginkan dan ditiriskan
diberi ragi tempe, dicampur rata kemudian dibungkus dan dilakukan pemeraman selama
36-48 jam
B. Secara praktik
a. Bahan percobaan
1. Rangi tempe 2 ons
2. Kacang kedelai 50 ons
b. Alat percobaan
1. Tungku, Dandang, dan tampah
2. Mesin pengkupas
3. Pelastik
4. Timbangan
5. Pembolong pelastik
6. Ragi tempe 2 ons
7. Kacang kedelai 50kg
8. Bskom
9. Sendok
10. Serbet
9
c. Cara Kerja
1. Sebelum digunakan, semua alat proses pembuatan tempe harus bersih
2. Cuci kedelai hingga bersih. Lalu rendam selama satu malam. Setelah direndam,
cuci kembali kedelai hingga bersih. Setelah itu, masukkan kedelai kedalam mesin
penggiling agar kacang kedelai terbelah dua.
3. Rebus kedelai sekitar satu jam.
4. Kemdudian angkat rebusan kacang kewadah yang besar.
5. Kemudian dinginkan dengan menggunakan kipas angin.
6. Setelah dingin, kacang dibubuhi 2 ons ragi tempe dan aduk hingga rata. Perhatian:
7. Siapkan kantong plastik yang telah dilubangi kecil-kecil dengan alat pelobang
plastic.
8. Isi kantong plastik itu dengan kedelai sekitar 2 ons bagian, kemudian dilipat, lalu
9. Lalu susun diatas meja bungkus - bungkusan kedelai selama satu hari.
10. Letakkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung (temperature
ruangan adalah 26° – 30°).
11. Setelah satu hari, kemudian gantung bungkus - bungkusan kacang kedelai.
12. Setelah dua hari tempe siap dikonsumsi. Tempe yang sudah jadi masih
mengalami poses fermentasi sehingga jangan ditutup rapat karena tempe dapat
membusuk.
4.2 Faktor – Factor Yang Mempengaruhi Kegagalan Dalam Proses Pembuatan Tempe
Kebanyakan pengerajin tempe saat ini mempunyai kapasitas produksi yang berbeda-beda,
sehingga berakibat pada perbedaan kondisi ruang fermentasi yang digunakan. Terutama dari
suhu dan kelembaban ruang fermentasi yang berpengaruh langsung terhadap mutu tempe.
Secara umum, tempe yang baik dicirikan oleh permukaan tempe yang ditutupi oleh
miselium kapang secara merata, kompak, dan berwarna putih. Antar butiran kacang kedelei di
10
penuhi oleh miselium dengan ikatan yang kuat dan merata. Sehingga bila di iris tempe tersebut
tidak hancur.
Tempe yang buruk sering kali terdapat pecah2, pertumbuhan kapang tidak merata atau
bahkan tidak tumbuh sama sekali, kedelei menjadi busuk dan berbau amoniak. Beberapa
penyimpangan dan penyebab kegagalan pembauatn tempe adalah:
1. Tempe terlalu basah, disebabkan oleh suhu fermentasi terlalu
tinggi,kelembabanudara terlalu tinggi, lubang pembungkus terlalu kecil.
2. Tempe tidak kompak, disebabkan oleh pengadukan laru tidak merata,waktu
fermentasi kurang lama, suhu fermentasiterlalu rendah.
3. Permukaan tempe bercak-bercak, disebabkan oleh fermentasi terlalulama, suhu
terlalu tinggi, kelembaban terlalu kering.
4. Tempe terlalu panas, disebabkan oleh pengatur suhu, kelembaban, suhuterlalu tinggi,
inkubasi terlalu tertutup.
11
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan
dan produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling
sederhana, melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini
dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan.
Klasifikasi :
Kingdom : Fungi
Divisio : Zygomycota
Class : Zygomycetes
Ordo : Mucorales
Familia : Mucoraceae
Genus : Rhizopus
Species : Rhizopus oryzae
Tempe adalah salah satu makanan yang berbahan dasar kedelai dan di fermentasi
bersama ragi tempe. Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan
anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi
anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai
respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
5.2 SARAN
Adapun saran dari penulis untuk para pembaca yaitu agar menggunakan literatur atau
sumber bacaan lain sebagai bahan perbandingan guna memperdalam informasi yang diperoleh
sehingga dapat diaplikasikan dalam masyarakat.
12
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M., 2008. Sehat Dengan Tempe.Panduan Lengkap Menjaga Kesehatan dengan Tempe.
PT Dian Rakyat, Jakarta.
Astuti, M., Meliala, Andreanyta., Fabien, Dalais., Wahlq, Mark. 2003. Tempe, a nutritious and
healthy food from Indonesia. Asia Pacific J Clin Nutr (2000) 9(4): 322–325.
http://iqbalali.com/2008/05/07/buat-tempe-yuuuuk/. Diakses tanggal 14 April 2016
Badan Standarisasi Nasional. 1992. Standar Mutu Tempe Kedelai SNI 01-3144-1992.
Cahyadi, W. 2006. Kedelai Khasiat dan Teknologi. Bumi Aksara. Bandung.
Dewi, R., & Aziz, S. (2011). Isolasi Rhizopus Oligosporus Pada Beberapa Inokulum Tempe Di
Kabupaten Banyumas. Molekul, 6 (2), 93-104.
Dinda. 2008. “Fermentasi Tempe”. http://medicafarma.blogspot.com. Diakses 3 Agustus 2011.
Kasmidjo, R.B., 1990. TEMPE : Mikrobiologi dan Kimia Pengolahan serta Pemanfaatannya.
PAU Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta.
Ketaren, S., 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta.
13