Anda di halaman 1dari 8

CRITICAL JOURNAL REVIEW

“ANALISIS VEGETASI MANGROVE PANTAI BINUANGEUN, LEBAK, BANTEN”

DISUSUN OLEH

NAMA : HASRI INDAH ASIAH : 4173351008)

PRODI : PENDIDIKAN IPA

MATA KULIAH : EKOLOGI TUMBUHAN DAN HEWAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan critical jurnal review yang berjudul
“ekologi ”.

Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah crtical journal review ini berkat
bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak terlepas dari bantuan dan dari berbagai
pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang
sebesar – besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan baik materi
maupun cara penulisannya.

Namun demikian, saya telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, saya dengan rendah hati dan
dengan tangan terbuka menerima masukan saran, usul, guna penyempurnaan CJR ini. Penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Medan, 16 Mei 2019

Penyusun
IDENTITAS JURNAL

Jurnal pertama :

Judul jurnal : ANALISIS VEGETASI MANGROVE PANTAI BINUANGEUN,

LEBAK, BANTEN

Penulis/ Editor : Dina Wulandari1*, Alma Luthfiani,dkk

Tahun terbit : 2017

Kota Terbit : Jakarta


BAB I

RINGKASAN JURNAL

Perairan Binuangeun merupakan kawasan yang terdapat banyak mangrove. Mangrove


merupakan komunitas tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh di daerah perairan
asin atau zona terluar. Perairan Binuangeun terletak di selatan Pulau Jawa bagian barat yang
secara administratif merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Lebak, Propinsi Banten.

Menurut Noor dkk., (2006), hutan mangrove adalah tumbuhan yang hidup di sepanjang
areal pantai yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai daerah mendekati ketinggian ratarata
air laut yang tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis. Hutan mangrove merupakan komunitas
tumbuhan yang tumbuh di daerah tropis dan didominasi oleh tumbuhan yang mempunyai akar
napas (Pneumatofora) dan mempunyai kemampuan untuk tumbuh di daerah perairan asin atau
zona terluar (Indriyanto, 2006).

Sonneratia alba adalah salah satu tanaman mangrove dalam famili Lythraceae, dikenal
luas di pesisir pantai Indonesia dengan nama Pidara Putih dan terdistribusikan secara luas di
daerah pesisir Asia Tenggara dan Samudera Hindia (Azuma et al., 2002). Tanaman ini telah
digunakan secara tradisional di masyarakat pesisir Indonesia untuk pengobatan luka, diare, dan
demam (Noor et al., 2006).

Avicenna sering berkelompok atau dalam tegakan terhadap kondisi hipersalinitas.


Avicenna memiliki tingkat toleransi yang sangat tinggi terhadap bermacam macam kondisi
ekologi dari salinitas, suhu, posisi intertidal dan substrat (tempat yang berbatu serta berlumpur)
(Chua, 1998:93-94). Avicenna tampaknya memiliki persyaratan suhu minimun yang sangat
tinggi untuk pertumbuhan tunas, Avicenna toleran terhadap salinitas yang sangat tinggi, tumbuh
pada daerah kering, paparan lumpur (Kitamura dkk, 2003).
Aegiceras corniculatum merupakan semak atau pohon kecil yang selalu hijau dan tumbuh
lurus dengan ketinggian pohon mencapai 6 m dan akar menjalar di permukaan tanah. Kulit kayu
bagian luar abu-abu hingga coklat kemerahan, bercelah, serta memiliki sejumlah lentisel.
Menurut Pramudji (2001), Hal yang paling mendasar dan penting untuk dipahami adalah bahwa
jenis tumbuhan mangrove mampu tumbuh dan berkembang pada lingkungan pesisir yang
berkadar garam sangat ekstrim, jenuh air, kondisi tanah yang kurang stabil dan anaerob. Dengan
kondisi lingkungan tersebut, beberapa jenis tumbuhan mangrove mampu mengembangkan
mekanisme yang memungkinkan secara aktif untuk mengeluarkan garam dari jaringan.

Disamping itu, beberapa jenis tumbuhan mangrove seperti Rhizophora sp., Bruguiera sp.
dan Ceriops sp. mampu berkembang dengan menggunakan buah (propagul) yang sudah
berkecambah sewaktu masih menempel pada pohon induknya atau disebut sebagai vivipar.
Namun sebagaimana halnya dengan jenis tumbuhan lainnya, tumbuhan mangrove ini tetap
membutuhkan air tawar secara normal, unsur hara dan oksigen.

Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui parameter kimia-fisik ekosistem mangrove,


mengetahui fungsi ekologi dari ekosistem mangrove dan untuk mengidentifikasi jenis-jenis
tumbuhan mangrove yang ada pada Pantai Sawah Kabayan Binuangeun Indah, Lebak, Banten.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum antara lain transek 10 m x 10 m, DO
meter, turbidimeter, pH meter, termometer, alat pengukur kecepatan arus, tali rapia, botol UC
1000, rollmeter, stopwatch, sabak, pensil, kamera dan mangrove.
Waktu dan Tempat
Praktikum Analisis Vegetasi Mangrove Pantai Binuangeun, Lebak, Banten dilakukan
pada hari Sabtu, 20 Oktober 2018 pukul 12.00 WIB di Pantai Sawah Kabayan Binuangeun
Indah, Lebak, Banten untuk pengukuran parameter kimia-fisik ekosistem mangrove, mengetahui
fungsi ekologi dari ekosistem mangrove dan untuk mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan
mangrove yang ada pada Pantai Sawah Kabayan Binuangeun Indah, Lebak, Banten.

Cara Kerja
1. Pengambilan dan Pengukuran Parameter Kimia-Fisik Air
2. Teknik Pengambilan Analisis Vegetasi Mangrove
3. Analisis Vegetasi Mangrove

HASIL
Kondisi Fisik Kimia Ekosistem Mangrove
Pengukuran parameter fisik dan kimia perairan ekosistem mangrove dilakukan di setiap
stasiun. Parameter yang diukur adalah suhu, derajat keasaman (pH), kadar oksigen terlarut (DO),
turbiditas, dan arus air. Berikut hasil pengukuran parameter fisik kimia perairan ekosistem
mangrove di Pantai Sawah Kabayan Binuangeun Indah, Lebak, Banten

Komposisi Jenis Vegetasi Mangrove


Stenis dalam Syarifuddin (2012) menyatakan bahwa hutan mangrove adalah suatu hutan
seragam yang berkembang baik pada pantai berlumpur di estuaria dengan pohon-pohon
berbatang lurus dan tinggi mencapai puluhan meter, sedangkan di pantai berpasir atau terumbu
karang tumbuhnya kerdil, rendah dan jarang, dengan batang yang seringkali bengkok. Hutan
mangrove hanya terdiri atas satu lapis (stratum) dan hutan yang sudah tua biasanya hanya
didominasi oleh beberapa jenis saja (Syarifuddin, 2012). Komposisi jenis merupakan susunan
dan jumlah jenis yang terdapat dalam komunitas tumbuhan (Edris dan Soeseno, 1987).
Berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi, didapatkan mangrove di Pantai Sawah Kabayan
Binuangeun Indah, Kecamatan Lebak, kabupaten Banten terdiri dari 3 spesies dari 3 famili
berbeda, yaitu Acanthaceae (Avicennia officianalis), Myrsinaceae (Aegiceras corniculatum), dan
Sonneratiaceae (Sonneratia alba).
BAB III
PEMBAHASAN

Kondisi Fisik Kimia Ekosistem Mangrove


Berdasarkan hasil pengukuran diketahui bahwa suhu perairan berkisar antara 28,2 oC –
32,2 oC (Tabel. 1), kisaran suhu tersebut masih berada dalam batasan toleransi kehidupan
mangrove. Adapun suhu yang baik untuk kehidupan mangrove yaitu tidak kurang dari 20 oC
(Ulqodry, 2010). Aksornkoae dalam Usman (2013) menyatakan bahwa tinggi rendahnya suhu
pada habitat mangrove disebabkan oleh intensitas cahaya matahari yang diterima oleh badan air,
banyak sedikitnya volume air yang tergenang pada habitat mangrove, dan keadaan cuaca. Nilai
derajat keasaman (pH) perairan berkisar antara 7 - 8,09 (Tabel. 1), bila dibandingkan antara ke
enam stasiun maka perubahan nilai pH nya tidak terlalu jauh. Fachrul (2006) mendefinisikan
besarnya indeks keanekaragaman jenis yaitu apabila nilai Hꞌ > 3 maka keanekaragaman jenis
adalah tinggi atau melimpah, apabila nilai Hꞌ 1 ≤ Hꞌ ≤ 3 maka keanekaragaman jenis adalah
sedang dan menyebabkan cahaya matahari yang masuk tidak dapat menyinari lahan hutan
mangrove. Ini yang membuat semai, pancang, dan tiang pertumbuhannya sedikit terhambat.
Secara keseluruhan, nilai kerapatan jenis dan kerapatan relatif tertinggi di lokasi
penelitian diperoleh pada mangrove jenis Aegiceras corniculatum. .Aegiceras corniculatum
memiliki kerapatan mangrove tertingi. Hal ini disebabkan karena Aegiceras corniculatum
pertumbuhannya toleran terhadap kondisi lingkungan. Sesuai dengan pendapat Rusila et all
(1999) bahwa Aegiceras corniculatum memiliki toleransi yang tinggi terhadap salinitas, tanah
dan cahaya yang beragam. Umumnya tumbuh di area yang tergenang pasang-surut normal dan
tepi saluran air yang tergenang secara musiman. Sehingga jenis Aegiceras corniculatum dapat
tumbuh baik pada kondisi kimia fisik perairan ekstrem sekalipun.
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa pengujian faktor fisik-
kimia sesuai dengan toleransi untuk pertumbuhan mangrove. Vegetasi mangrove yang
ditemukan di Pantai Sawah Kabayan Binuangeun Indah adalah Sonneratia alba, Aegiceras
corniculatum dan Avicennia officianalis. Jenis mangrove yang mendominasi adalah Sonneratia
alba karena memiliki nilai Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pada kategori pancang dan pohon
yaitu sebesar 164,11% dan 122,64%.

Anda mungkin juga menyukai