Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN LENGKAP RAKTIKUM LAPANGAN

EKOLOGI PERAIRAN

OLEH:

SITTI RAHMANIA ZURAWANTI


I1D120033

Laporan ini Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan pada


mata kuliah Ekologi perairan

JURUSAN AGROBISNIS PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang luar biasa. Namun

juga memiliki potensi ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan dari

potensi sumberdaya alam tersebut. Indonesia merupakan negara kelautan tropis

terbesar didunia dan memiliki keanekaragaman hayati terbesar yang ada dilaut.

Potensi sumberdaya hayati laut di wilayah pesisir dan laut di Indonesia selalu

dapat memberikan manfaat secara optimal bagi pengembangan ekonomi dan

sosial budaya masyarakat. Kondisi ini didukung dalam Undang Undang No. 27

Tahun 2007 juncto UU No. 1 tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau Kecil untuk dimanfaatkan dan dikonservasi. Studi kasus dari masing-

masing bagian mengkaji tentang kawasan estuaria, kawasan ekosistem mangrove,

kawasan ekosistem lamun, kawasan ekosistem terumbu karang, pengelolaan

ekowisata pantai, kawasan pulau-pulau kecil. Posisi estuari yang merupakan

wilayah muara sungai sebagai tempat bermuaranya buangan dan run off dari

daratan, sehingga menjadikan daerah estuari sebagai tempat menumpuknya

limbah dari daratan. Hal ini menyebabkan estuari sebagai tempat yang sangat

rentan terhadap gangguan dan kerusakan lingkungan. Disisi lain, pada daerah

estuari merupakan tempat menumpuknya nutrien baik dari daratan maupun lautan,

sehingga daerah estuari merupakan daerah yang memiliki produktivitas yang

tinggi. Ekosistem estuari merupakan eksoistem yang sangat rentan terhadap

perubahan dan kerusakan lingkungan seperti pendangkalan, pencemaran,


gelombang pasang bahkan pemanasan global.. Ekosistem manggrove merupakan

penyangga dan memiliki multi fungsi. Secara fisik, mangrove memiliki peranan

penting dalam melindungi pantai dari gelombang, angin dan badai. Secara

ekologi, ekosistem mangrove berperan sebagai system penyangga kehidupan bagi

berbagai organisme akuatik maupun organisme teresterial.

Mangrove merupakan karakteristik dari bentuk tanaman pantai, estuari atau muara

sungai, dan delta di tempat yang terlindung daerah tropis dan sub tropis. Dengan

demikian maka mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan

dan lautan dan pada kondisi yang sesuai mangrove akan membentuk hutan yang

ekstensif dan produktif. Karena hidupnya di dekat pantai, mangrove sering juga

dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau.

Istilah bakau itu sendiri dalam bahasa Indonesia merupakan nama dari salah satu

spesies penyusun hutan mangrove yaitu Rhizophora sp. Sehingga dalam

percaturan bidang keilmuan untuk tidak membuat bias antara bakau dan mangrove

maka hutan mangrove sudah ditetapkan merupakan istilah baku untuk

menyebutkan hutan yang memiliki karakteristik hidup di daerah pantai.

Hutan mangrove sering disebut hutan bakau atau hutan payau. Dinamakan

hutan bakau oleh karena sebagian besar vegetasinya didominasi oleh jenis bakau,

dan disebut hutan payau karena hutannya tumbuh di atas tanah yang selalu

tergenang oleh air payau. Arti mangrove dalam ekologi tumbuhan digunakan

untuk semak dan pohon yang tumbuh di daerah intertidal dan subtidal dangkal di

rawa pasang tropika dan subtropika. Tumbuhan ini selalu hijau dan terdiri dari

bermacam-macam campuran apa yang mempunyai nilai ekonomis baik untuk


kepentingan rumah tangga (rumah, perabot) dan industri (pakan ternak, kertas,

arang).

Padang lamun merupakan suatu ekosistem di kawasan pesisir yang

memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang cukup tinggi dan sebagai

penyumbang nutrisi yang sangat berpotensial bagi perairan disekitarnya karena

memiliki tingkat produktivitas yang tinggi. Ekosistem padang lamun memberikan

habitat bagi biota laut. Disebut padang lamun karena ekosistem padang lamun

tersebut berasosiasi dengan berbagai jenis biota laut yang bernilai sangat penting

dengan tingkat keragamannya yang tinggi (Nainggolan, 2011). Ekosistem lamun

mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang kehidupan dan

perkembangan biota di laut dangkal. Menurut Bengen (2011) dalam Nur (2011),

dalam hasil penelitiannya diketahui bahwa peranan lamun di lingkungan perairan

laut dangkal yaitu, produsen, penangkap Sedimen dan pendaur zat hara.

Ekosistem lamun mempunyai distribusi luas di daerah pesisir tropis dan

lamun mempunyai berbagai peranan bagi kehidupan dan penghidupan ikan yaitu,

sebagai daerah asuhan dan perlindungan, sebagai makanan ikan-ikan itu sendiri

dan sebagai padang pengembalaan atau tempat mencari makan (feeding ground).

B. Tujuan dan Manfaat

Adapun Tujuan dan manfaat dari praktikum ini yaitu Untuk

mengamati, dan mengidentifikasi karakteristik mangrove, mengidentifikasi jenis

jenis mangrove di perairan serta jenis biota yang menjadi habitatnya, Serta
mengamati, dan mengidentifikasi karakteristik lamun, mengidentifikasi jenis jenis

lamun di perairan serta jenis biota yang menjadi habitatnya.

Praktikum ini sangat bermanfaat untuk menambah wawsan dan sekaligus

pengalaman tentang wawsan akan mangrove dan lamun serta jenis jenisnya dan

pengetahuan tersebut dapat menjadi pedoman pada bidang studi selanjutnya.


II.TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian Ekosistem Mangrove

Menurut Imran (2016), ekosistem hutan mangrove merupakan salah

satu ekosistem yang memiliki produktivitas tinggi dibandingkan ekosistem lain

dengan dekomposisi bahan organik yang tinggi, dan menjadikannya sebagai mata

rantai ekologis yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup yang berada di

perairan sekitarnya. Materi organik menjadikan hutan mangrove sebagai tempat

sumber makanan dan tempatasuhan berbagai biota seperti ikan, udang dan

kepiting. Produksi ikan dan udang di perairan laut sangat bergantung dengan

produksi serasah yang dihasilkan oleh hutan mangrove. Berbagai kelompok

moluska ekonomis juga sering ditemukan berasosiasi dengan tumbuhan penyusun

hutan mangrove. hutan mangrove mempunyai karakteristik yang unik

dibandingkan dengan formasi hutan lainnya. Keunikan hutan tersebut terlihat dari

habitat tempat hidupnya, juga keanekaragaman flora, yaitu: Avicennia,

Rhizophora, Bruguiera, dan tumbuhan lainnya yang mampu bertahan hidup

disalinitas air laut, dan fauna yaitu kepiting, ikan, jenis Molusca, dan lain-lain.

Hutan mangrove juga memiliki fungsi ekonomi, ekologi, dan sosial. Fungsi

ekonomi yang ada di hutan mangrove yaitu penghasil kebutuhan rumah tangga,

penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit. Fungsi ekologisnya yaitu

sebagai pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, sebagai habitat berbagai

jenis burung, dan lain-lain (Kustanti, 2011). Namun Saenger et al. (1983)

menyatakan bahwa, jenis tumbuhan mangrove di seluruh dunia adalah sekitar 60

jenis( Karimah,2017).
kungan yang utama karena mempunyai dampak yang sangat besar bagi dunia dan

kehidupan mahluk hidup yang menghuninya, yakni perubahan iklim dunia dan

kenaikan permukaan laut. Peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer

merupakan salah satu penyebab terbesar terjadinya pemanasan global (Sunu,

2001). Perairan pesisir, termasuk mangrove, berperan penting terhadap total

budget karbon (Nasprianto dkk, 2016).

Ekosistem mangrove (bakau) adalah ekosistem yang berada di daerah

tepi pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga lantainya selalu

tergenang air. Ekosistem mangrove berada di antara level pasang naik tertinggi

sampai level di sekitar atau di atas permukaan laut rata-rata pada daerah pantai

yang terlindungi (Supriharyono, 2009), dan menjadi pendukung berbagai jasa

ekosistem di sepanjang garis pantai di kawasan tropis (Donato dkk, 2012).

Manfaat ekosistem mangrove yang berhubungan dengan fungsi fisik adalah

sebagai mitigasi bencana seperti peredam gelombang dan angin badai bagi daerah

yang ada di belakangnya, pelindung pantai dari abrasi, gelombang air pasang

(rob), tsunami, penahan lumpur dan perangkap sedimen yang diangkut oleh aliran

air permukaan, pencegah intrusi air laut ke daratan, serta dapat menjadi

penetralisir pencemaran perairan pada batas tertentu (Lasibani dan Eni, 2009).

Manfaat lain dari ekosistem mangrove ini adalah sebagai obyek daya tarik wisata

alam dan atraksi ekowisata (Sudiarta, 2006; Wiharyanto dan Laga, 2010) dan

sebagai sumber tanaman obat (Supriyanto dkk, 2014).


1. klasifikasi

Tumbuhan Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas

tanaman yang hidup di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh

pasang surut. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia

dan juga memiliki keragaman hayati yang terbesar serta strukturnya paling

bervariasi. Di Indonesia tercatat setidaknya terdapat 202 jenis tumbuhan

mangrove, meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44

jenis herba tanah, 44 jenis epifit dan 1 jenis paku. Dari 202 jenis tersebut,

43 jenis (diantaranya 33 jenis pohon dan beberapa jenis perdu) ditemukan

sebagai mangrove sejati (true mangrove), sementara jenis lain ditemukan

disekitar mangrove dan dikenal sebagai jenis mangrove ikutan (asociate).

Beberapa ahli mendefinisikan istilah“mangrove” secara berbeda-beda,

namun pada dasarnya merujuk pada hal yang sama.

Mangrove baik sebagai tumbuhan yang terdapat di daerah pasang

surut maupun sebagai komunitas. Mangrove juga didefinisikan sebagai

formasi tumbuhan daerah litoral yang khas di pantai daerah tropis dan

sub tropis yang terlindung. Sementara itu hutan mangrove juga

didefinisikan sebagai hutan yang tumbuh pada tanah lumpur aluvial di

daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut,
dan terdiri atas jenis-jenis pohon Avicennia, Sonneratia, Rhizophora,

Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras,

Scyphyphora dan Nypa[1]. Hutan mangrove hanya ditemukan didaerah

tropis dan sebagian didaerah subtropis. Komunitas tumbuhan

mangrove terdiri atas berbagai genus dan familia, yang memiliki

kesamaan adaptasi fisiologi, morfologi dan reproduksi yang

memungkinkan untuk hidup di lingkungan berair payau sampai asin

(halofit).

Umumnya mangrove dapat ditemukan di seluruh kepulauan

Indonesia. Mangrove terluas terdapat di Irian Jaya sekitar 1.350.600 ha

(38%), di Kalimantan 978.200 ha (28 %) dan di Sumatera 673.300 ha

(19%). Pada daerah-daerah tersebut danjuga daerah lainnya, mangrove

tumbuh danberkembang dengan baik pada pantai yang memiliki sungai

yang besar dan terlindung.Walaupun mangrove dapat tumbuh

disistem lingkungan lain di daerah pesisir, perkembangan yang paling

pesat tercatat di daerah tersebut[1].Cara pengenalan jenis tumbuhan

mangrove dapat dilihat dari karakteristikmorfologi tumbuhan mangrove

tersebut. Morfologi adalah sebuah cabang di dalam ilmu biologi yang

secara khusus mempelajari tentang bentuk struktur/bentuk luar dari


sebuah organisme. Salah satubidang morfologi yang banyak diteliti

adalah morfologi pada tumbuhan yangmempelajari mengenai struktur

dan bentuk dari suatu tumbuhan. Karakteristik morfologi tumbuhan

mangrove dapatdilihat dari bentuk pohon/tanaman, bentuk akar, bentuk

buah, bentuk dan susunandaun, rangkaian bunga dan habitat tempat

tumbuh(Wardani,2016).

2. Morfologi

spesies mangrove asosiasi mampu tumbuh di lingkungan yang

memiliki salinitas rendah hingga tinggi dan setiap spesies memiliki

kemampuan yang berbeda-beda dalam beradaptasi terhadap faktor

lingkungan, sehingga sebaran spesies tidak selalu sama begitupun

dengan spesies yang lainnya yang individunya ditemukan dalam jumlah

sedikit maupun dalam jumlah yang banyak. umumnya pH tanah mangrove

berkisar antara 6-7 satuan pH. Salinitas pada lokasi penelitian berkisar

antara 29-30 ppt, kisaran salinitas ini masih dapat mendukung

pertumbuhan mangrove. Hal ini sesuai pendapat Kusmana (2005), bahwa

salinitas optimum yang dibutuhkan untuk tumbuh berkisar antara 10-

30 pp(Rahim,2019). Mangrove secara umum tersebar di sungai dan


garis pantai yang terletak di pulau Karimunjawa dan pulau Kemujan.

Berdasarkan hasil analisis di ketahui bahwa luasan mangrove pada tahun

1992 sebesar 473,94 ha, pada tahun 2003 meningkat menjadi

600,75 ha sedangkan pada tahun 2017 menurun menjadi 391,57 ha

(Gambar 3). Faktor utama penyebab penurunan luasan mangrove antara

lain penebangan liar, faktor alam, perubahan fungsi lahan menjadi

pertambakan dan perhotelan. Menurut Eddy et al. (2016), kerusakan

ekosistem mangrove yang ada di seluruh dunia sebagian besar

disebabkan karena adanya kegiatan manusia. Ditambahkan menurut

Setyawan dan Kusumo (2006), alih fungsi hutan mangrove

menjadi tambak dengan hak milik perorangan maupun kelompok.

Penambahan luasan mangrove terjadi pada antara tahun 1992 sampai

2003(hal tersebut disebabkan sedimentasi yang menumpuk dipantai dan

sudah ditumbuhi oleh mangrove (Latifah,2018).

3. Organisme yang Berasosiasi dengan Ekosistem Mangrove

Ekosistem mangrove merupakan komunitas vegetasi yang tumbuh

dilaguna pesisir dangkal dan esturia tropis dan subtropics,didominasi oleh

beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang

pada daerah yang pasang surut pantai berlumpur. Mangrove merupakan

aslah satu ekosistem yang memiliki produktivitas tinggi dibandingkan


ekosistem lain dengan dekomposisi bahan organikyang tinggi, dan

menjadikannya sebagai mata rantai ekologis yang sangat penting bagi

kehidupan makhlk hidup yang berada diperairan sekitarnya. Materi

organic menjadikan hutan yang mengarove sebgai tempat sumber

makanan dan tempat asuhan berbagai biota laut seperti ikan,udang,dan

kepiting(Olii,2014).

B. pengertian Ekosistem lamun

Padang lamun merupakan suatu ekosistem di kawasan pesisir yang

memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang cukup tinggi dan sebagai

penyumbang nutrisi yang sangat berpotensial bagi perairan disekitarnya

karena memiliki tingkat produktivitas yang tinggi. Ekosistem padang lamun

memberikan habitat bagi biota laut. Disebut padang lamun karena ekosistem

padang lamun tersebut berasosiasi dengan berbagai jenis biota laut yang

bernilai sangat penting dengan tingkat keragamannya yang tinggi

(Nainggolan, 2011). Ekosistem lamun mempunyai peranan yang sangat

penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan biota di laut dangkal.

Menurut Bengen (2011) dalam Nur (2011), dalam hasil penelitiannya

diketahui bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal yaitu,

produsen, penangkap Sedimen dan pendaur zat hara.


1. klasifikasi

Ekosistem padang lamun sangat terkait dengan ekosistem di

dalam wilayah pesisir seperti mangrove, terumbu karang, estauria

dan ekosistem lainya dalam menunjang keberadaan biota laut,

serta beberapa aspek lain seperti fungsi fisik dan sosial-ekonomi.

Hal ini menunjukkan keberadaan ekosistem padang lamun adalah

tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan ekosistem sekitarnya,

bahkan sangat dipengaruhi aktivitas yang berada di daratan.

2. Morfologi

Di seluruh dunia telah terindentifikasi 60 jenis Lamun. Di

perairan Asia Tenggara terdapat 20 jenis lamun. Di Indonesia

sendiri terdapat 15 jenis Lamun yang dapat dijumpai yaitu Enhalus

acoroides, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulate, Halophila

decipiens, Halophila ovalis, Halophila minor, Halophila spinulosa,

Haludole pinifolia, Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium,

Thalassia hemprichii, Thalassodendron ciliatum, Halophila

sulawesii, Halophila becarii danRuppia maritima.Di Kawasan

Taman Nasional Kepulauan Seribu terdapat 7 jenis Lamun yaitu

Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii,Cymodocea serrulata,


Cymodocearotundata, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium,dan

Halodule uninervis(BTNKpS 2008). Padang Lamun yang terdapat

di hamparan pesisir Pulau Pramuka khusunya di bagian timur

memiliki banyak manfaat yaitu sebagai produsen primer habitat biota

laut, stabilisator dasar perairan, penangkap sedimen, dan pendaur

hara yang dapat menciptakan air dengan kualitas yang jernih di

sekitar perairan tersebut.

3. Organisme yang Berasosiasi dengan Ekosistem Lamun

Terdapat berbagai jenis fauna yang berassosiasi di sekitar

ekosistem padang lamun Pulau Pramuka bagian timur,biota –biota

yang terdapat ditempat tersebut senantiasa hidup, berkembang

biak, dan mencari makan bahkan bergantung dengan tanaman lamun

tersebut. Berbagai contoh fauna sessile (yang tidak banyak

bergerak) yang hidup di sekitar ekosistem lamun yakni bulu babi

(Echinoidea),teripang (Holothuroidea),dan faun lain seperti ikan

baronang(siganusguttatus),penyu(Chelonioidea),kepiting(Brachyura).
Daun-daun dari lamun juga menjadi makanan bagi biota yang hidup

diluar perairan contohnya burung laut.Pada dasarnya banyak jenis

ikan yang berasosiasi dengan lamun,keanekaragaman jenis (diversitas)

bergantung kepada kehadiran ekosistem lain di sekitar padang

lamun.
III. METODE PRAKTEK

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ekologi perairan ini dilaksanakan pada:

Tempat : Desa tanjung tiram,konawe selatan

Tanggal : 27-28 november 2021

*mematuhi protocol kesehatan dan mengikuti instruksi dari asisten pembimbing

B. Alat dan Bahan

Beberapa alat dan bahan digunakan pada saat mengikuti praktikum

lapangan ekologi perairan adalah:

1. Transek kuadrat(1x1m)

2. Tali raffia

3. Meteran roll

4. Plastic sampel

5. Kertas label

6. Kamera HP

7. Alat tulis(kertas/buku,pulpen,papan,penggaris)

C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut.

A. Ekosistem Mangrove

Identifikasi mangrove di tentukan pada transek dan dibuat petak petak

contoh menurut tingkat tegakan dengan kategori :


 Kategori pohon. Pada praktek contoh ( 10 x 10 ) meter2 dengan diameter

batang lebih besar dari 4 cm pada ketinggian > 1 meter

 Kategori anakan. Pada praktek contoh ( 5 X 5 ) m2 dengan diameter

batang kurang dari 4 cm pada ketinggian > 1 m.

 Kategori Semai. Pada praktek contoh ( 1 x1 ) m2 dengan ketinggian < 1m

Pengamatan:

1. Melakukan perhitungan jumlah pohon , anakn, dan semai di setiap transek.

2. Mengidentifikasi semua jenis mangrove di setiap transek.

3. Mengamati damn mengidentifikasi organisme yang berasosiasi dengan

ekosistem mangrove.

4. Mengambil sampel daun, buah dan foto akar Mangrove.

B. Ekosistem lamun

Untuk pengambilan data lamun di lakukan pengambilan contoh

menggunakan transek kuadrat berukuran 1 x 1 m ( 25 plot ) dengan jarak antar

titik pengamatan sejauh 10 meter. Titik pertama dimulai sejauh 10 m dari garis

pantai dan seterusnya, total titik pengamatan per-transek sebanyak 3 titik.

D. Analisis Data

Adapun analisis data padda praktikum kali ini adalah sebagai berikut.

Kerapatan Jenis ( Di ) adalah jumlah tegakan jenis ke-i dalam suatu unit area.

Rumus :

Di= ¿
A

Keterangan :
 Di = kerapatan ke-i ( ind/m2)

 Ni = jumlah total individu dari jenis ke-i (ind)

 A = Luas area total pengambilan contoh (m2)

Kerapatan Relatif ( Rdi ) adalah perandingan jumlah tegakan jenis ke-i

dalam suatu unit area. Rumus :

¿ x 100 %
Rdi =
∑n
Keterangan:

 Rdi = Kerapatan relatif ( % )

 Ni = jumlah individu jenis ke-i ( ind )

 ∑n = jumlah selruh individu ( ind )

Keanekaragaman ( H’ ) adalah perhitungan indeks shannon weiner.

Rumus

H =−∑ pi x log
' pi

Keterangan :

 H’ = Indeks keanekaragaman

 Pi = ni/N

 ni = Jumlah individu setiap jenis

 N = jumlah individu seluruh jenis


Indeks kemerataan atau keseragaman. Rumus :

H'
e=
¿5

Keterangan :

 e = nilai keseimbangan antar jenis

 H’ = Indeks keanekaragaman shannon wiener

 S = Jumlah jenis

Indeks Dominasi. Rumus :

D=( ∑ Pi ) 2

Keterangan :

 D = indeks dominasi

 Pi = ni/N

 ni = jumlah total individu jenis ke-i

N = jumlah total individu dari seluruh jenis

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil pengamatan

1. Pengamatan Mangrove

a. Transik 10 x 10

Pohon : 4 dengan dua jenis (Rizopora dan Bulguwera) Rizoppora 53

cm (diameter), Bulguwera 34 cm (diameter).

Onakan

Semai :

Organisme : sponge,Teleskopium,bluguera,kuda laut

b. Transik 5 x 5

Pohon : -

Onakan : 2 (diameter 9 cm)

Semai :

Organisme : Burungo,kepiting.

c. Transik 1 x 1

Pohon : -

Onakan : -

Semai : 1

Organisme : Burungo

2. Pengamatan Ekosistem lamun


a. Pengulangan 1

Jenis lamun : Thalassia hemprichii

Organisme lamun : -

b. Pengulangan 2

Jenia lamun : Thalassia hemprichii

Organisme lamun : -

c. Pengulangan 3

Jenis lamun : Thalassia hemprichii

Organisme lamun : kepiting,ikan,taripang sponge.

Anda mungkin juga menyukai