Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM BIODIVERSITAS

PERCOBAAN III
IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN MANGROVE DI PESISIR
TANJUNG TIRAM

OLEH :
NAMA : IDRIS
STAMBUK : F1D2 22 005
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN PEMBIMBING : REZKA NUR RACHMAWATI. A

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mangrove adalah suatu tempat yang bergerak karena adanya

pembentukan tanah lumpur serta daratan yang terjadi terus menerus,

sehingga perlahan-lahan berubah menjadi semi daratan. Mangrove

didefenisikan sebagai hutan daerah tropika serta sebuah daerah yang ada di

pantai rendah dan tenang, berlumpur dan memperoleh pengaruh dari pasang

surutnya air laut. Mangrove merupakan mata rantai yang sangat penting

dalam pemeliharaan keseimbangan siklus biologi dari suatu perairan.

Ekosistem mangrove didefenisikan sebagai ekosistem, pantai

berlumpur dan estuari yang didominasi oleh halophyta, yakni tumbuh-

tumbuhan yang hidup di air asin, beradaptasi tinggi yang berkaitan dengan

anak sungai, rawa dan banjiran. Hutan mangrove atau mangal adalah

sejumlah komunitas tumbuhan pantai tropis dan sub-tropis yang didominasi

tumbuhan bunga terestial berhabitat pohon dan semak yang dapat menginvasi

dan tumbuh di kawasan pasang surut.

Keanekaragaman hayati ekosistem mangrove berpotensi besar untuk

mengahasilkan produk berguna dimasa depan (bioprospeksi). Tumbuhan

obat yang dimanfaatkan selama ini dimanfaatkan secara tradisional dapat di

teliti secara mendalam hingga diporoleh obat modern. Ekosistem mangrove

dapat melindungi pantai dari abrasi, menjaga intursi air laut, menahan limbah

dari daratan dan laut, tempat lahir dan bersarangnya ikan, udang, kerrang,

burung, biota-biota lain, serta berperan dalam ekosistem dan pendidikan.


Mangrove terbagi dalam 5 jenis yang terdiri dari, Avicennia, Sonneratia,

Ceriops, Baruguera Rhizophora. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan

praktikum identifikasi kenekaragaman ekosistem mangrove.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keanekaragaman mangrove di wilayah pesisir Tanjung Tiram

Kabupaten Konawe Selatan?

2. Apa saja jenis mangrove yang berhasil di identifikasi di wilayah pesisir

Tanjung Tiram Kabupaten Konawe Selatan?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui keanekaragaman mangrove di wilayah pesisir Tanjung

Tiram Kabupaten Konawe Selatan

2. Untuk mengetahui jenis mangrove yang berhasil di identifikasi Tanjung

Tiram Kabupaten Konawe Selatan

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai

berikut:

1. Dapat mengetahui kenaekaragaman mangrove di wilayah pesisir Tanjung

Tiram Kabupaten Konawe Selatan

2. Dapat mengetahui jenis mangrove yang berhasil di identifikasi di wilayah

pesisir Tanjung Tiram Kabupaten Konawe Selatan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Mangrove

Mangrove adalah tanaman tropis dan komunitasnya yang tumbuh

pada daerah intertidal Daerah intertidal adalah wilayah di bawah pengaruh

pasang surut sepanjang garis pantai, seperti laguna, estuarin, pantai dan river

banks. Mangrove merupakan ekosistem yang spesifik pada umumnya hanya

ditemukan pada pantai yang berombak relatif kecil atau bahkan terlindung

dari ombak, disepanjang delta dan estuaria yang dipengaruhi oleh masukan air

dan lumpur dari daratan. Mangrove merupakan tipe vegetasi yang terdapat

didaerah pantai dan selalu atau secara teratur digenangi air laut atau

dipengaruhi oleh pasang surut air laut, daerah pantai dengan kondisi tanah

berlumpur, berpasir atau lumpur pasir, hutan mangrove tersebut merupakan

tipe hutan yang khas, untuk daerah pantai yang berlumpur dan airnya tenang

(Majid, 2017).

B. Ekosistem Mangrove

Ekosistem mangrove merupakan habitat penting bagi organisme

kelautan dan sebagai penjang pantai dari abrasi. Interaksi ini menjadikan

ekosistem mangrove mempunyai keanekaragam yang tinggi berupa flora dan

fauna laut, tawar dan spesies daratan. Ekosisitem mangrove mempunyai

fungsi ekologis yang cukup banyak. Kawasan mangrove menyediakan jasa

lingkungan yang sangat besar, yaitu perlindungan pantai dari abrasi olch

ombak, pelindung dari tiupan angin, penyaring intrusi air laut ke daratan,
menyerap kandungan logam berat yang berbahaya serta menyaring bahan

pencemar, pengatur iklim mikro, serta sebagai stok karbon. Hutan mangrove

juga berperan sebagai habitat atau tempat tinggal berbagai jenis biota laut,

tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran

(nursery ground), serta berperan sebagai tempat singgah migrasi berbagai

jenis burung (Hadi, 2021).

C. Fungsi Mangrove

Mangrove memiliki fungsi, antara lain fungsi fisik, biologis dan

ekonomi. Fungsi fisik mangrove yaitu untuk menjaga garis pantai agar tetap

stabil dan melindungi pantai dari erosi (abrasi) air laut, fungsi biologis yang

dimiliki hutan mangrove antara lain sebagai daerah asuhan (nursery ground),

daerah mencari makan (feeding ground) dan daerah pemijahan (spawning

ground) dari berbagai biota laut. Sedangkan fungsi ekonomi sebagai sumber

mata pencarian antara lain sumber bahan bakar (kayu) bahan bangunan

(papan) serta bahan tekstil, obat-obatan dan makanan (Sipahelut, 2019).

D. Hutan Mangrove

Hutan mangrove merupakan suatu formasi hutan yang dipengaruhi

oleh pasang surutnya air laut dengan kondisi tanah yang anaerobik Hutan

mangrove sebagai suatu komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi

oleh berbagai jenis pohon mangrove yang bisa tumbuh dan berkembang di

daerah pasang surut pantai yang berlumpur. Hutan mangrove adalah tipe

hutan tropika yang khas tumbuh di sepanjang pantai ataupun muara sungai
yang terpengaruh oleh pasang surut air laut Mangrove sering kali ditemukan

di berbagai pantai teluk yang estuaria, dangkal, serta terlindungi Mangrove

tumbuh dengan optimal di daerah pesisir yang mempunya muara sungai besar

dan bersubstrat lumpur, sedangkan di daerah pesisir yang tidak memiliki

muara sungai, hutan mangrove pertumbuhannya tidak optimal (Rahim, 2017).

E. Faktor Yang Mempengaruhi Keanekaragaman Mangrove

Hutan mangrove mempunyai gradien sifat lingkungan yang sangat

ekstrim Pasang surut air laut menyebabkan terjadinya perubahan beberapa

faktor lingkungan yang besar, terutama suhu dan salinitas Oleh karena itu,

hanya beberapa jenis tumbuhan yang memiliki daya toleransi yang tinggi

terhadap lingkungan yang ekstrim tersebut saja yang mampu bertahan hidup

dan berkembang didalamnya Kondisi yang terjadi tersebut juga menyebabkan

rendahnya keanekaragaman jenis, namun disisi lain kepadatan populasi

masing-masing jenis umumnya tinggi Walaupun habitat hutan mangrove

bersifat khusus, namun masing-masing jenis tumbuhan memiliki kisaran

ekologi tersendiri, sehingga kondisi ini menyebabkan terbentuknya berbagai

macam komunitas dan bahkan permintakatan atau zonası, sehingga kompetisi

jenis berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya (Khairina, 2017).


B. Pembahasan

Mangrove adalah vegetasi hutan yang mengalami pertumbuhan diantara

garis pasang surut, sehingga hutan mangrove dinamakan sebagai hutan pasang.

Ekosistem mangrove memiliki peranan sebagai ekologi, sosial dan sosial budaya

yang sangat penting, menjaga stabilitas pantai dari abrasi, sumber ikan, udang dan

keanekaragaman hayati lainnya. Mangrove juga merupakan sebagai sumber kayu

bakar dan kayu bergunan yang memiliki fungsi konservasi, pendidikan,

ekoturisme dan identifikasi budaya (Majid, 2016).

Prosedur kerja pada percobaan identifikasi keanekaragaman mangrove

yaitu, mula-mula melakukan observasi pada lokasi pengamatan dan menentukan

lokasi tempat pengamatan. Mengamati tanaman mangrove dan mencocokan

dengan buku identifikasi yang di gunakan. Buku identifikasi merupakan buku

referensi yang berisi keanekaragaman tumbuhan maupun hewan yang akan

diamati. Buku identifikasi mangrove berfungsi untuk mengetahui pengertian,

jenis-jenis serta sempat tinggal dari mangrove sebelum turun kelapangan langsung

maupun setelah berada di lapangan untuk melakukan pengamatan. Tahap akhir

adalah mencatat yang telah ditemukan dan mendokumentasi jenis tanaman

mangrove yang telah ditemukan (Liuban et al., 2022).

Hasil pengamatan, mangrove yang di temukan di pesisir pantai tanjung

tiram terdapat 5 jenis mangrove. Hal ini di dukung oleh peneliyian Supriyadi

(2021) di teluk kendari yabg mendapat 5 jenis mangrove yang terdiri dari

Avicenia sp., Sonerata sp., Bruguera sp., Rhizophora sp., dan Xylocarpus sp.,
jenis-jenis mangrove yang ditemukan di Pesisir Tanjung Tiram berdasakan tabel

hasil pengamatan terdiri dari Sanneratia alba, memiliki karakteristik akar yang

dimiliki berjenis akar napas, kayu yang terdapat pada batang pohonya berwarna

putih tua hingga cokelat hampir sama seperti pohon yang ada di darat, bentuk

daun membulat, mempunyai buah dengan bentuk mahkota di atasnya. Rhizophora

apiculata, ciri karakteristiknya memiliki tinggi mencapai 15m dengan tipe akar

tunjang, biji vivipar, buah bulat panjang dengan diameter 1,3-1,7 cm, daun

berbentuk oval dengan ruas daun kecil. Rhizophora mucronata, memiliki ciri

ketingian pohon mencapai 27 m, diameter batang 70 cm kulit katu berwarna gelap

hitam dan terdapat cela horizontal, daun bentuk oval ruas daun lebih besar,

gagang daun berwarna hijau serta panjang daun 2,5-5,5 cm. Avicennia marina,

karakteristinya tinggi pohon 30 m, bagian daun ditutupi bitnik-bintik kelenjar

berbentuk cekung, bawah daun abu-abu muda, buah agak membulat, serta

berwana hijau agak kebulatan. Avicennia eucalyptifolia, memiliki karakteristik

tinggi pohon 17 m, kulit kayu luar halus, berwarna coklat kekuningan,

mengelupas, kulit kayu bagian dalam berwarna seperti Jerami, kayu berwarna

putih sama peperti jerami.

Berdasarkan data hasil pengamatan ada beberapa biota asosiasi yang di

temukan di setiap spesies mangrove, pada Sonneratia alba biota asosiasi yang

terdapat adalah ikan-ikan dan keong kecil, pada Rhizophora Apiculata biota

asosiasi yang biasa ditemukan adalah ikan-ikan kecil, keong dan kepiting kecil.

Biota asosiasi ikan-ikan kecil juga ditemukan pada spesies Rhizophora

mucronate, Avicennia marina biota asosiasi yang mendiami adalah kerang-


kerangan dan kepiting kecil dan pada spesies Avicennia eucalytifolia biota

asosiasi yang mendiami terdiri dari litorina, butng-burung kecil, itulah beberpa

biota yang ditemukan dari percobaan identifikasi mangrove.

Zonasi hutan mangrove terdiri dari tiga bagian antara lain zonasi dekat

dengan laut, zonasi antara laut dan darat, zonasi dekat dengan darat, namun selain

berdasarkan letaknya pembagian zonasi mangrove juga berdasarkan pada

tumbuhan penyusunnya. Ekosistem mangrove memiliki zonasi yang berbeda-beda

pada kawasan atau pulau. Zonasi hutan mangrove sangat dipengaruhi oleh

substrat, dimana terdiri dari tipe tanah (lumpur, pasir atau gambut), keterbukaan

terhadap hempasan gelombang, salinitas serta pangaruh pasang surut. Pasang

surut dan arus yang membawa material sedimen terjadi secara priodik

menyebabkan perbedaan dalam pembentukan zonasi mangrove (Mughofar, 2018).


V. PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi mangrove dapat dilakukan dengan mengenali terlebih

dahuu jenis-jenis mangrove yang terdapat di buku identifikasi kemudian

mengidentifikasi secara lngsung pada lokasi pengamatan mangrove.

2. Jenis mangrove yang terdapat di perairan pantai tanjung tiram yaitu

senneratia alba, Rhizophora apiculate, Rizophora mucronate, Avicennia

marina dan Avicennian eucalyptifolia.

B. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan pada praktikum ini yaitu sebagai

berikut:

1. Untuk laboratorium, diharapkan alat-alat yang ada di laboratorium

disimpan dengan teratur, sehingga praktikum lebih leluasa bekerja etika

praktikum berlangsung.

2. Untuk asisten, agar tetap mempertahankan cara memimbingnya dan tetap

semangat mentransfer ilmunya kepada kami.

3. Untuk praktikum, jangan pernah ragu untuk bertanya kepada asisten

pembimbing dan lebih disiplin.


DAFTAR PUSTAKA

Hadi, A. Wahyuni, D., Safitri, N. Jannah, N. R. Rahmandi, M. G. & Febrianti, S.


S. (2021). Rehabilitas Lahan Mangrove sebagai Strategi Mitigasi Bencana
Alam di Desa Serwe, Kecamatan Jerowaru, Nusa Teggara Barat. Jurnal
Pengabdian Magister Pedidikan IPA. 5(1). 45-50.

Karimah. (2017). Peran Ekosistem Hutan Mangrove sebagai Habitat untuk


Organisasi Laut. Jurnal Biologi Tropis, 17(2). 51-53.

Khalwani, K. M., Pambudi, A. S. & Pramujo, B. (2021). Mangrove untuk SDGS.


Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Liubana, D. V., Ratu, A. R. M. Sabu., Costa, A. G. D. & Pereira, A. (2022).


Identifikasi Jenis-Jenis Mangrove di Kawasan Ekowisata Mangrove di
Desa Dualaus Kecamatan Kakuluk Mesak Kabupaten Belu. Jurnal
Aquatik, 5(2). 165-170.

Majid, I., Muhdar, A. I. H. M., Rohman, F., Syamsuri, I. (2017). Konservasi


Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Kota Ternate Teri tegrasi dengan
Kurikulum Sekolah. Juranl Bioedukasi, 4(2).

Mughofar, A., Masyukuri, M., Setyono, P. (2018). Zonasi dan Komposisi


Vegetasi Hutan Mangrove Pantai Cengkrong Desa Karanggandu
Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur. Jurnal Pengelolaan
Sumberdaya dan Lingkungan. 8(1), 77-85.

Rahim, S., & Baderan, D. W. K. (2017). Komposisi Jenis Struktur Komunitas dan
kenanekaragaman mangrove Asosiasi Langge kabupaten GrontalomUtara-
Provinsi Grorontalo. Juranal Ilmu Lingkungan, 17(1). 181-188.

Sipahelut, P., Wakano, D., & Sahertian, D. E. (2019). Kenaekaragaman Jenis dan
Dominasi Mangrove di Pesisir Pantai Desa Sehati Kecamatan Amahai,
Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Biology Education, 8(2). 160-161.

Anda mungkin juga menyukai