Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km. Jajaran pantai ini

tergabung di dalam 17.508 pulau yang merupakan gabungan antara bentuk ekosistem pantai dan hutan

pantai. Dengan banyaknya pulau-pulau ini, maka banyak pula ekosistem hutan pantai yang tumbuh di

sekitar garis pantai tersebut. Ekosistem hutan pantai ini sangat berperan penting dalam kehidupan biota

darat dan biota laut. Diketahui juga bahwa beberapa tipe hutan pantai merupakan tipe perantara antara

ekosistem hutan darat dengan ekosistem laut (Sugiarto dan Willy, 2003).

Sebagaimana diketahui bahwa pantai merupakan kawasan indah dengan pemandangan yang mempesona

bagi banyak orang. Kawasan ini ditumbuhi jenis tumbuhan semak belukar, yang disebut sebagai hutan

mangrove. Hutan mangrove ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia dan hewan yang

hidup di dalamnya atau disekitarnya, bahkan bagi mahluk hidup yang tinggal untuk sementara waktu

(Arief, 2003).

Secara umum, hutan mangrove didefenisikan sebagai hutan yang terdapat di daerah-daerah yang selalu

atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut, tetapi tidak terpengaruh

oleh iklim. Mangrove merupakan vegetasi khas di zona pantai, floranya berjenis semak hingga pohon yang

besar dan tingginya hingga 50-60 meter dan hanya mempunyai satu tajuk di pucuk tanaman (Istomo, 1992).

Hutan mangrove biasa disebut sebagai hutan payau atau hutan bakau.

Namun pengertian hutan mangrove tidak hanya terbatas pada daerah yang bervegetasi saja, tetapi juga

daerah terbuka atau berlumpur, selalu atau secara teratur tergenang air laut yang terletak diantara hutan dan

laut, yang sering dikenal

dengan daerah payau (Istomo, 1992).

Seiring dengan laju pertumbuhan jumlah penduduk dan pembangunan diberbagai sektor, baik sektor

pertanian hingga sektor perumahan pada dasawarsa belakangan ini, telah banyak fungsi lingkungan pantai
di beberapa daerah mengalami kerusakan ataupun penurunan. Efek dari kerusakan itu dapat diindikasikan

(diketahui) oleh adanya proses erosi/abrasi pantai, intrusi air laut, dan degradasi hasil perairan. Adanya

penggunaan lahan mangrove untuk berbagai

kepentingan adalah salah satu penyebabnya. Dan mengingat letaknya yang strategis serta sumber daya

alam yang dapat diperoleh dari kawasan ini, banyak kepentingan masyarakat yang menyebabkan kawasan

mangrove mengalami perlakuan pengelolaan yang melebihi kemampuannya (Arief, 2003).

Saat ini hutan mangrove di dunia hanya tersisa sekitar 17 juta hektar, dan 22% dari luas tersebut

terdapat di kawasan Indonesia. Namun luas hutan mangrove itu telah mengalami kerusakan, bahkan

sebagian besar telah berubah status peruntukannya (fungsi) oleh masyarakat setempat maupun pihak lain

yang berada di sekitar kawasan pantai (Arief, 2003).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian Hutan Mangrove di Desa Manyampa

Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba

1.3Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove di Desa Manyampa

Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba

I.4Manfaat penilitian

1. Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi masyarakat Desa Manyampa untuk memperbaiki

kinerja yang berkaitan dengan pelestarian hutan mangrove.

2. Sebagai bahan informasi untuk penelitian yang sejenis pada masa yang akan datang.

3. Sebagai syarat menyelesaikan sarjana Strata satu (SI) program studi Kehutanan, Fakultas pertanian,

Universitas Muhammadiyah Makassar

.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hutan Mangrove

2.1.1.Pengertian Hutan Mangrove

Hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut

(terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang komunitas tumbuhannya bertoleransi

terhadap kadar garam. Ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme (tumbuhan

dan hewan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungan dan dengan sesamanya di dalam suatu habitat

mangrove (Kusuma, 2009).

Mangrove merupakan suatu tipe hutan tropik dan subtropik yang khas, tumbuh di sepanjang pantai

atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah

pesisir yang terlindung dari gempuran ombak dan daerah dan daerah yang landai. Mangrove tumbuh

optimal di wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak

mengandung lumpur. Sedangkan di wilayah pesisir yang tidak bermuara sungai, pertumbuhan vegetasi

mangrove tidak optimal. Mangrove sukar tumbuh di wilayah pesisir yang terjal dan berombak besar dengan

arus pasang surut kuat, karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur yang

diperlukan sebagai substrat bagi pertumbuhannya (Dahuri, 2003).


Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, dan merupakan komunitas yang hidup di

dalam kawasan lembap dan berlumpur serta dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove disebut juga

sebagai hutan pantai, hutan payau, atau hutam bakau. Pengertian mangrove sebagai hutan pantai (pesisir),

baik daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut maupun wilayah daratan pantai yang dipengaruhi

oleh ekosistem pesisir. Sedangkan pengertian mangrove sebagai hutan payau atau hutan bakau adalah

pohon-pohonan yang tumbuh di daerah payau pada tanah aluvial atau pertemuan air laut dan air tawar di

sekitar muara sungai. Pada umumnya formasi tanaman didominasi oleh jenis-jenis tanaman bakau. Oleh

karena itu, istilah bakau hanya untuk jenis-jenis tumbuhan dari genus Rizhopora, sedangkan istilah

mangrove digunakan untuk segala tumbuhan yang hidup di sepanjang pantai atau muara sungai yang

dipengaruhi pasang surut air laut (Harahab, 2010).

2.1.2 Fungsi dan Manfaat Mangrove

Wilayah mangrove mempunya sifat khas dan unik. Sifat unik mangrove disebabkan oleh luas

vertikal pohon dengan organisme daratan menempati bagian

atas dan organisme lautan menempati bagian bawah. Kondisi pencampuran antara

antara organisme daratan dan lautan ini menggambarkan suatu rangkaian dari darat ke laut dan sebaliknya.

Secara ekologis mangrove memegang peranan kunci

dalam perputaran nutrien atau unsur hara pada perairan pantai di sekitarnya yang dibantu oleh pergerakan

pasang surut air laut.

Interaksi vegetasi mangrove dengan lingkungannya mampu menciptakan kondisi iklim yang sesuai

untuk kelangsungan proses biologi beberapa organisme akuatik, yang termasuk melibatkan sejumlah besar

mikroorganisme dan makroorganisme. Dapat dikatakan apabila terdapat mangrove berarti disitu pula

merupakan daerah perikanan yang subur, karena terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara hutan

mangrove dengan tingkat produksi perikanan (Ghufran dan Kordi, 2012).

Nilai penting mangrove lainnya adalah dalam bentuk fungsi ekologisnya sebagai penyeimbang

tepian sungai dan pesisir, serta memberikan dinamika pertumbuhan di kawasan pesisir. Dinamika tersebut
adalah pengendalian abrasi pantai, menjaga stabilitas sedimen dan bahkan turut berperan dalam menambah

luasan lahan daratan dan perlindungan garis pantai. Selain itu juga berperan penting dalam memberikan

manfaat untuk ekosistem sekitarnya, termasuk tanah tanah basah pesisir terumbu karang, dan lamun.

Manfaat mangrove selain ditinjau dari fungsi ekologisnya, juga diketahui memiliki nilai ekonomis yang

mendorong kegiatan eksploratif, sehingga mangrove rawan terhadap kerusakan (Saputro, dkk, 2009). Maka

dari itu, setidaknya ada tiga fungsi utama ekosistem mangrove yaitu:

1. Fungsi fisik: Pencegah abrasi, perlindungan terhadap angin, peredam gelombang, penahan dan

perangkap sedimen, pencegah intrusi garam, dan sebagai penghasil energi serta hara. 2. Fungai biologis:

Sebagai habitat alami biota dan tempat bersarang jenis aves.

3. Fungsi ekonomi: Sebagai sumber bahan bakar (kayu bakar dan arang), bahan bangunan (balok, atap),

perikanan, pertanian, makanan, minuman, bahan baku kertas, keperluan rumah tangga, tekstil, serat sintesis

penyamakan kulit, dan obat-obatan (Ghufran dan Kordi, 2012).

2.1.3 Karakteristik Hutan Mangrove

Menurut Arief (2003) hutan mangrove umumnya tumbuh pada daerah yang jenis tanahnya

berlumpur, berlempung atau berpasir. Daerahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun

yang hanya tergenang pada pasang saat purnama. Frekuensi genangan menentukan komposisi vegetasi

hutan mangrove, menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat melalui aliran air sungai, serta

terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat.

a. Struktur Vegetasi dan Daur Hidup Mangrove

Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak, vegetasi hutan Mangrove di Indonesia memiliki

keanekaragaman jenis yang tinggi, dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri atas 89
jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit dan 1 jenis sikas. Namun hanya terdapat kurang

lebih 47 jenis tumbuhan yang termasuk jenis mangrove.

b. Zonasi Ekosistem Mangrove

Menurut Sukardjo (1993) dalam Ghufran dan Kordi (2012) terdapat lima faktor utama yang

mempengaruhi zonasi mangrove di kawasan pantai tertentu, yaitu gelombang yang menentukan

frekuensi tergenang, salinitas yang berkaitan dengan hubungan osmosis mangrove, substrat, pengaruh

darat seperti aliran air masuk dan rembesan air tawar, dan keterbukaan terhadap gelombang yang

menentukan jumlah substrat yang dapat dimanfaatkan. Supriharyono (2000) membagi zona mangrove

berdasarkan jenis pohon ke dalam enam zona, yaitu:

1. Zona perbatasan dengan daratan

2. Zona semak-semak tumbuhanCeriops

3. Zona HutanBruguiera

4. Zona hutanRhizophora

5. Zona Avicenniayang menuju ke laut

6. Zona Sonneratia

Zonasi mangrove juga dilakukan berdasarkan salinitas, sebagaimana dikembangkan oleh de Haan (1931)

dalam Supriharyono (2000) yang terbagi kedalam dua divisi yaitu zona air payau ke laut dengan kisaran

salinitas antara 10 30 ppt, dan zona air tawar ke air payau dengan salinitas antara 0-10 ppt pada waktu air

pasang

2.1.4. Keadaan Hutan Mangrove di Indonesia

Indonesia memiliki hutan mangrove terluas, akan tetapi laju deforestrasi hutan mangrove tetap

tinggi dan merupakan penyebab utama rusaknya hutan mangrove. Menurut data, akibat deforestasi hutan

mangrove menyebabkan hutan mangrove dalam kondisi rusak berat mencapai luas 42%, kondisi rusak

mencapai luas 29%, kondisi baik mencapai luas < 23% dan kondisinya sangat baik hanya seluas 6%. Saat

ini keberadaan hutan mangrove semakin terdesak oleh kebutuhan manusia, sehingga hutan mangrove sering
dibabat habis bahkan sampai punah (Wiyono, 2009). Jika hal ini terus menerus dilakukan maka akan

mengakibatkan terjadinya abrasi, hilangnya satwa atau biota laut yang habitatnya sangat memerlukanhutan

mangrove.

2.2 Rehabilitasi Hutan Mangrove

Rehabilitasi hutan mangrove adalah penanaman kembali hutan mangrove yang telah mengalami

kerusakan. Agar rehabilitasi dapat berjalan secara efektif dan efisien perlu didahului survei untuk

menetapkan kawasan yang potensial untuk rehabilitasi berdasarkan penilaian kondisi fisik dan vegetasinya

(Anonimous, 2005).

Kegiatan rehabilitasi dilakukan untuk memulihkan kondisi ekosistem mangrove yang telah rusak

agar ekosistem mangrove dapat menjalankan kembali fungsinya dengan baik. Upaya rehabilitasi harus

melibatkan seluruh lapisan masyarakat yang berhubungan dengan kawasan mangrove. Rehabilitasi

Kawasan mangrove dilakukan sesuai dengan manfaat dan fungsi yang seharusnya berkembang, serta

aspirasi masyarakat. Rencana rehabilitasi disusun dengan mempertimbangkan zonasi kawasan, manfaat dan

fungsi, serta aspirasi masyarakat. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan dalam menyusun rencana

rehabilitasi adalah pendekatan fisik, pendekatan biologi, dan pendekatan sosial.

Pendekatan fisik dimaksudkan sebagai upaya mencegah dan menanggulangi kerusakan kawasan

mangrove dengan membangun bangunan fisik (alat pemecah ombak, penjaga garis pantai dan sebagainya)

untuk mengurangi energi gelombang laut yang mengenai bibir pantai. Pendekatan biologi merupakan upaya

vegetative (penanaman pohon mangrove) untuk memperkuat bibir pantai dan mencegah terjadinya erosi.

Sedangkan pendekatan sosial merupakan upaya meningkatkan dan menumbuhkembangkan partisipasi

masyarakat dalam upaya mencegah dan menanggulangi kerusakan di kawasan pantai (Sudarmadji, 2001)

2.3 Pelestarian Hutan Mangrove

Pelestarian merupakan kegiatan/upaya, termasuk didalamnya pemulihan dan penciptaan habitat

dengan mengubah sistem yang rusak menjadi yang lebih stabil. Pemulihan merupakan suatu kegiatan untuk
menciptakan suatu ekositem atau memperbaharuinya untukkembali pada fungsi alamiahnya. Namun

demikian, pelestarian mangrove sering diartikan secara sederhana, yaitu menanam mangrove

atau membenihkan mangrove lalu menanamnya tanpa adanya penilaian yang memadai dan evaluasi

terhadap keberhasilan penanaman dan level ekosistem.

2.4 Partisipasi Masyarakat

Menurut Wardoyo (1992) partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat baik dalam bentuk

pernyataan maupun kegiatan. Keikutsertaan tersebut terbentuk sebagai akibat terjadinya interaksi sosial

antara individu atau kelompok masyarakat yang lain dalam pembangunan. Soekanto (2009) juga

menyatakan bahwa partisipasi mencakup tiga hal, yaitu:

1. Partisipasi meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam

masyarakat.

2. Partisipasi adalah suatu konsep perilaku yang dapat dilaksanakan oleh individu individu dalam

masyarakat sebagai organisasi.

3. Partisipasi juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting bagi sosial masyarakat.

2.4.1 Bentuk Partisipasi

Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam suatu program

pembangunan, yaitu partisipasi uang, partisipasi harta benda, partisipasi tenaga, partisipasi keterampilan,

partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, dan partisipasi

representatif.

Dari berbagai bentuk partisipasi yang telah disebutkan diatas, partisipasi dapat dikelompokkan

menjadi 2 jenis, yaitu bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga

bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Bentuk partisipasi yang nyata

misalnya uang, harta benda, tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk partisipasi yang tidak nyata

adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, pengambilan keputusan dan partisipasirepresentatif

(Huraerah,2008: 102)
Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dapat dilihat sebagai berikut (Huraerah, 2008: 102):

1. Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha usaha bagi pencapaian

kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam

bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas. Partisipasi

tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha

yang dapat menunjang keberhasilan suatu program. Sedangkan partisipasi keterampilan, yaitu

memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat

lainyang membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang

dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.

2. Partisipasi buah pikiran merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran

konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program

dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna

mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

3. Partisipasi sosial diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya arisan,

menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan

dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.

4. Pada partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, masyarakat terlibat dalam setiap

diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan

bersama. Sedangkan partisipasi representative dilakukan dengan cara memberikan

kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia.

Partisipasi menurut Effendi dalam Siti Irine Astuti D. (2009: 37), terbagi atas partisipasi vertikal

dan partisipasi horizontal. Disebutpartisipasi vertical karena terjadi dalam kondisi tertentu, masyarakat

terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan di mana masyarakat

berada sebagai status bawahan, pengikut atau klien. Sedangkan partisipasi horizontal, masyarakat
mempunyai prakarsa di mana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu

dengan yang lainnya.

Menurut Basrowi dalam Siti Irine Astuti D.(2009: 37), partisipasi masyarakat dilihat dari bentuknya

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu “partisipasi non fisik dan partisipasi fisik”. Partisipasi fisik adalah

partisipasi masyarakat (orang tua) dalam bentuk menyelenggarakan usaha- usaha pendidikan, seperti

mendirikan dan menyelenggarakan usaha-usaha beasiswa, membantu pemerintah membangun gedung-

gedung untuk masyarakat, dan menyelenggarakan usaha usaha perpustakaan berupa buku atau bentuk

bantuan lainnya. Sedangkan partisipasi non fisik adalah partisipasi keikutsertaan masyarakat dalam

menentukan arah dan pendidikan nasional dan meratanya animo masyarakat untuk menuntut ilmu

pengetahuan melalui pendidikan, sehingga pemerintah tidak ada kesulitan mengarahkan rakyat

untukbersekolah.

2.5. Kerangka Pikir

Kondisi hutan mangrove yang ada saat ini berada dalam situasi yang sangat mengkhawatirkan. Hal

ini terlihat dari luas hutan mangrove yang mengalami penyusutan tiap tahunnya. Keadaan ini tidak terlepas

dari kerusakan yang disebabkan oleh alam, dan terutama oleh manusia. Lestarinya kawasan hutan

mangrove sangat dipengaruhi oleh aktifitas yang terjadi di sekitar hutan itu sendiri. Adapun aktifitas yang

dapat membantu pelestarian hutan mangrove itu adalah adanya partisipasi masyarakat yang timbul secara

berkelanjutan dalam pelestarian hutan mangrove. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar.1 Kerangka Berfikir

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Waktu dan Lokasi Penelitian

penelitian ini dilakukan pada tanggal ..-..-2022 Penelitian ini berlokasi di Kawasan Wisata Hutan

Mangrove Luppung, Desa Manyampa, Kecamatan Ujungloe, Kabupaten Bulukumba.

3.2. Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode survey dan wawancara yang bertujuan untuk

mendapatkan hasil riset melalui pendapat (opini) dari orang-orang yang berinteraksi langsung dengan objek

yang diamati.

3.3. Sasaran Penelitian

Sasaran dalam penelitian ini antara lain kelompok petani tambak dan anggota kelompok sadar

wisata.

3.4. Jenis dan Sumber Data

a) Data primer, yakni pendapat para responden yang didapatkan melalui kuesioner dan wawancara serta

observasi terhadap kondisi aktual di lokasi.

b) Data sekunder, yakni data penunjang data primer yang terdiri dari kondisi umum daerah penelitian,

dokumen Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPH jeneberang, peta kawasan, kondisi topografi,

klasifikasi tanah dan informasi penunjang lainnya.


3.5. Populasi Responden

Jumlah populasi yang terdapat pada Kelompok Petani Tambak sebanyak 15 responden dan jumlah

yang terdapat pada Kelompok Sadar Wisata sebanyak 17 responden. Jadi total keseluruhan responden pada

dua kelompok di atas sebanyak 32 responden.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi yaitu pengumpulan data melalui kunjungan dan penilaian langsung kelapangan.

b. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya

jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara.

c. Pemeriksaan Dokumen Pemeriksaan dokumen dilakukan dengan memeriksa ketersediaan dan

kelengkapan isi dokumen RU dan RKT (Sudarsono, 2016).

3.7. Analisis Data

Proses analisa data dilaksanakan dalam rangka menemukan informasi agar kelak bisa digunakan

untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan penelitian mengenai tingkat partisipasi masyarakat terhadap

pelestarian hutan mangrove. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan analisis yang berlainan

disesuaikan dengan tujuan penelitian, sebagai berikut:

1. Bentuk Partisipasi, dijabarkan dengan mengacu pada uraian Huraerah (2008);

a) Partisipasi Buah Pikiran, merupakan ide/gagasan yang disampaikan oleh partisipan pada pertemuan

atau rapat;

b) Partisipasi Tenaga, merupakan bentuk partisipasi yang diwujudkan melalui beragam aktivitas

seperti pekerjaan perbaikan atau pembangunan desa, uluran tangan terhadap pihak lain, dan lain-

lain;

c) Partisipasi Sosial, ialah bentuk partisipasi atau keterlibatan seseorang pada sistem kehidupan sosial.
2. Tingkat Partisipasi, dapat diukur dengan menggunakan indikator keterlibatan dalam kegiatan

berdasarkan uraian Yadav (1980) dalam (Theresia 2014) dan pemberian skoring menggunakan skala

Likert. Untuk mendapatkan pemeringkatan partisipasi masyarakat, diajukan beberapa pertanyaan

dengan total nilai maksimum 5 dan minimum 1. Selanjutnya nilai setiap responden dijumlahkan dan

dibuat pemeringkatan dengan skala penilaian sebagai berikut :

Berdasarkan rumus diatas, dapat dilihat tingkat nilainya masing-masing seperti pada Tabel berikut ini :

Tabel 1. Skala Sikap Masyarakat


Skala Sikap Masyarakat
No
Sikap Skor Kategori
1 Sangat berpartisipasi 5 4,3 - 5,0
2 Berpartisipasi 4 3,5 - 4,2
3 Cukup berpartisipasi 3 2,7 - 3,4
4 Kurang berpartisipasi 2 1,9 - 2,6
5 Tidak berpartisipasi 1 1,0 - 1,8
Sumber :Hasil modifikasi Skala Likert (Yudiantari, 2002)

a) Partisipasi dalam pembuatan rencana

b) Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan

c) Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi

d) Partisipasi dalam pemanfaatan hasil.

Masing-masing indikator diatas dibagi menjadi 7 variabel dan akan diturunkan menjadi 4

pertanyaan, sehingga akan terdapat 28 pertanyaan dimana setiap pertanyaan memiliki 5 (lima) pilihan

jawaban yang akan direpresentasikan.


3.8. Variabel Penelitian

Tabel 3.4. Variabel, Definisi dan Indikator

NO Variabel Definisi Indicator Kategori Nilai

pengukuran responden

1 Apakah anda Keterlibatan Diukur 1. Sangat 5

ikut responden berdasarkan berpartisipasi

berpartisipasi dalam skor 2. 4

dalam memberikan apakah Berpartisipasi

memberikan gagasan/usulan responden 3. Cukup 3

ide ataupun , ide pada memberikan berpartisipasi

gagasan dalam pertemuan dan atau tidak 4. Kurang 2

upaya rapat memberikan berpartisipasi

pelestarian gagasan, 5. Tidak 1

hutan usulan/ide berpartisipasi

mangrove dalam setiap

pertemuan atau

rapat

2 Apakah anda Keterlibatan Diukur 1. Sangat 5

ikut responden berdasarkan berpartisipasi

berPartisipasi dalam skor apakah 2. 4

dalam bentuk memberikan responden Berpartisipasi

tindakan sumbangan memberikan 3. Cukup 3

terhadap upaya dalam bentuk atau tidak berpartisipasi

pelestarian tenaga memberikan 4. Kurang 2

hutan sumbangan berpartisipasi


mangrove dalam bentuk 5. Tidak 1

tenaga berpartisipasi
3 Apakah anda Keterlibatan Diukur 1. Sangat 5

ikut serta responden berdasarkan berpartisipasi

dalam kegiatan dengan ikut skor apakah 2. 4

Sosial dalam kegiatan responden Berpartisipasi

Terhadap sosial, seperti terlibat atau 3. Cukup 3

pelestarian arisan, gotong- tidak terlibat berpartisipasi

hutan royong dalam 4. Kurang 2

mangrove dan/atau kegiatan- berpartisipasi

serikat tolong- kegiatan sosial 5. Tidak 1

menolong di desa seperti berpartisipasi

arisan, gotong-

royong

dan/atau

serikat tolong

menolong

4 Apakah adan Keterlibatan Dinilai dengan 1. Sangat 5

ikut serta responden mengacu pada berpartisipasi

dalam dalam skor responden 2. 4

merencanakan merencanakan atas kegiatan Berpartisipasi

kegiatan yang kegiatan- perencanaan 3. Cukup 3

terkait kegiatan berpartisipasi

program terkait dengan 4. Kurang 2

pelestarian program berpartisipasi

hutan pelestarian 5. Tidak 1

mangrove mangrove berpartisipasi


5 Apakah anda Keterlibatan Dinilai dengan 1. Sangat 5

ikut serta responden mengacu pada berpartisipasi

dalam dalam skor responden 2. 4

melaksanakan melaksanakan atas Berpartisipasi

program kegiatan- pelaksanaan 3. Cukup 3

kegiatan kegiatan yang kegiatan berpartisipasi

Terhadap telah 4. Kurang 2

pelestarian direncanakan berpartisipasi

hutan 5. Tidak 1

mangrove berpartisipasi

6 Apakah anda Keterlibatan Dinilai dengan 1. Sangat 5

ikut serta responden mengacu pada berpartisipasi

dalam dalam skor responden 2. 4

memanfaatkan memanfaatkan atas Berpartisipasi

hasil dari hasilhasil dari pemanfaatan 3. Cukup 3

kegiatan dari kegiatan hasil berpartisipasi

pelestarian pelestarian 4. Kurang 2

hutan hutan berpartisipasi

mangrove mangrove 5. Tidak 1

berpartisipasi

7 Apakah anda Keterlibatan Dinilai dengan 1. Sangat 5

terlibat dalam responden mengacu pada berpartisipasi

Pemantaun dalam skor responden 2. 4


Terhadap melakukan atas kegiatan Berpartisipasi

kegiatan pemantauan pemantauan 3. Cukup 3

pelestarian terhadap berpartisipasi

hutan kegiatan- 4. Kurang 2

mangrove kegiatan yang berpartisipasi

sudah 5. Tidak 1

dilakukan berpartisipasi

DAFTAR PUSTAKA

Arief, A. 2003. Hutan Mangrove, Fungsi dan Manfaatnya. Kanisius. Yogyakarta

Dahuri R, J. Rais, S.P. Ginting, M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan
Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita.

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.

Ghufran, M. dan Kordi, K.M. 2012. Ekosistem Mangrove: potensi, fungsi, dan pengelolaan. Rineka Cipta.
Jakarta.

Harahab, N. 2010. Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove dan Aplikasinya dalam Perencanaan
Wilayah Pesisir. Graha Ilmu.Yogyakarta
Kusmana C. 2010. Konsep Pengelolaan Mangrove yang Rasional. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Sudarmadji, 2001. Rehabilitasi Hutan Mangrove dengan Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir.
Jurnal Ilmu Dasar Vol. 2 No.2. 68- 71.
Huraerah, 2008. Bentuk Partisipasi Masyarakat.

Yudiantari, 2002. Hasil modifikasi Skala Likert

Kuesioner Penelitian Tingkat Partisipasi Masyarakat Sekitar


Terhadap Pelestarian Hutan Mangrove Di Desa Manyampa
Kecamatan Ujungloe Kabupaten Bulukumba
ARDI PRATAMA PUTRA
105951103717

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

Hari/Tanggal :

Kode. Responden :

Nama Responden :

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai Tingkat

Partisipasi Masyarakat Sekitar Terhadap Pelestarian Hutan Mangrove Di Desa

Manyampa Kecamatan Ujungloe Kabupaten Bulukumba oleh Ardi pratama putra,

Mahasiswa kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Kami mohon partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk bersedia mengisi

kuesioner ini dengan lengkap dan benar sehingga mampu menjadi data obyektif.

Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/Saudari berikan akan dijamin kerahasiaan,

tidak untuk dipublikasikan, tidak untuk kepentingan politik tertentu, dan semata-

mata hanya untuk pengkajian dan penelitian. Atas perhatian dan partisipasi yang

diberikan kami sampaikan banyak terima kasih.


6

Anda mungkin juga menyukai