TINJAUAN PUSTAKA
tropis atau sub tropis biasanya dipengaruhi oleh pasang surut air laut, serta mampu
berada di daerah estuari, tepi pantai, sungai dan rawa. Mangrove merupakan
sekelompok tanaman yang berasal dari marga Rhizophora. Tanaman ini terbilang
tanaman yang sangat unik karena memiliki perakaran yang kuat dan kokoh serta
Rhizophoraceae mempunyai ciri- ciri akar tunjang yang besar dan berkayu, daun
melebar dengan ujung daun yang meruncing serta dibagian bawah atau belakang
terhadap faktor abiotik (iklim, udara, tanah dan air) dan faktor lingkungan lainnya,
sehingga sebaran setiap spesies tidak selalu sama. Hutan mangrove merupakan
habitat dari berbagai jenis fauna baik ikan, cacing, kepiting, burung dan lain- lain.
et al., 2015). Ekosistem hutan mangrove hidup di daerah pesisir tropis dan
5
6
subtropis yang relatif terlindungi, mengandung endapan lumpur dan tersusun atas
pohon dan semak yang toleran terhadap garam. Zona pasang surut seperti rawa,
sungai, laguna, muara sungai dan pantai merupakan habitan vegetasi mangrove
mangrove untuk memberikan jasa lingkungan ini tentunya tidak terlepas dari
pasang surut, cahaya, salinitas, nutrient dan gelombang. Komponen biotik berupa
flora, fauna dan kegiatan antropogenik yang ada di hutan (Isnaningsih dan Mufti,
2018).
berbagai jenis biota baik hidup di perairan atau dari darat ke arah laut (Basyuni et
al., 2018), hal ini disebakan karena ekosistem mangrove termasuk tipe ekosistem
yang tidak terpengaruh oleh iklim, tetapi faktor lingkungan yang sangat dominan
dari suatu ekosistem yang terdiri atas unsur fisika dan kimia. Unsur fisika dan
mangrove :
a. Substrat
mengandung silt, clay dan bahan-bahan organik. Pada daerah berlumpur, biasanya
sebagian jenis mangrove tumbuh dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa
substrat berlumpur merupakan media tanam yang baik bagi vegetasi mangrove
karena mengandung unsur hara dan nutrisi yang dibutuhkan oleh vegetasi
yang tumbuh pada pantai berpasir atau terumbu karang biasanya lebih didominasi
b. Salinitas
satunya dengan mengeluarkan kadar garam pada kelenjar khusus pada bagian
daunnya. Kisaran salinitas yang baik bagi ekosisem mangrove yaitu berkisar 10-
30 ppt, namun ada beberapa spesies mangrove yang tumbuh pada salinitas yang
adaptasi yang berbeda terhadap kondisi yang ekstrim dibandingkan genus lainnya,
karena memiliki sistem perakaran yang khas yakni akar nafas (Susanto et al.,
2013).
c. Pasang Surut
lingkungan pasang surut. Spesies mangrove Rhizophora sp. berada di daerah yang
selalu terkena pasang harian dengan penggenangan yang tinggi, memiliki akar
udara dan akar tunjang yang berkembang sangat intensif, melengkung dari batang
pokok dan juga berasal dari cabang bawah. Pada jenis mangrove yang hidup di
daerah yang tidak selalu terkena genangan pasang harian, dengan tinggi
Rhizophora sp. Golongan Ceriops sp. mempunyai akar banir dan sistem perakaran
samping yang muncul ke atas permukaan tanah dan kembali lagi ke dalam
tanah, yang disebut akar lutut. Hal ini karena habitat Ceriops sp. sudah jarang
terkena penggenangan dan hanya digenangi pada saat pasang tertinggi (Jamili,
2009).
d. Bahan Organik
Bahan organik adalah unsur hara penting yang keberadaannya dalam tanah
dibutuhkan oleh makhluk hidup disekitarnya. Bahan Organik yang terdapat dalam
9
ekosistem hutan mangrove yaitu bahan organik yang terlarut dalam air dan bahan
organik yang tertinggal dalam sedimen. Bahan organik dalam tanah mangrove
Sebagian besar bahan organik akan diserap oleh vegetasi mangrove itu sendiri dan
organik yang terdapat pada ekosistem mangrove sebagai penyedia unsur hara,
e. Cahaya Matahari
Morfologi mangrove seperti bentuk dan ukuran daun, tinggi batang serta akar
perbedaannya juga dapat dilihat dari kutikula yang tebal, lapisan lilin dan stomata
dari beberapa jenis mangrove sebagai akibat suhu yang tinggi. Apabila intensitas
cahaya yang dimiliki oleh suatu daerah tinggi, maka suhu juga akan ikut tinggi.
Intensitas cahaya, kualitas dan lama penyinaran merupakan salah satu faktor
(Onrizal, 2005).
yang berada pada pantai atau muara sungai. Terbentuknya padatan yang berada
pada muara sungai ini yang akan menjadi substrat tempat tumbuh ekosistem hutan
dengan laut memiliki gelombang dan arus yang cukup besar, dengan kondisi
10
seperti itu biasanya sering terjadi abrasi sehingga menyebabkan luasan hutan
mangrove akan berkurang. Selain itu secara langsung arus dan gelombang juga
buah atau semai dari mangrove sampai menemukan substrat yang cocok.
Komponen biotik merupakan bagian dari ekosistem yang terdiri dari seluruh
hewan, jamur dan bakteri. Komponen biotik ini akan membentuk suatu hubungan
memakan dan dimakan yang disebut dengan rantai makanan (Yudasmara, 2015).
a. Fauna Mangrove
daratan dan laut yang mempunyai peran yang sangat besar. Ekosistem mangrove
kehidupan berbagi biota laut seperti ikan, udang dan moluska (Karimah, 2017).
Moluska diwakili oleh sejumlah siput yang umumnya hidup pada akar dan batang
2018).
Moluska berperan dalam merobek atau memperkecil serasah yang baru jatuh
dari pohon mangrove. Selain sebagai pemangsa detritus, moluska juga memecah
ditempat berair (Imran et al., 2016). Selain moluska ekosistem hutan mangrove
menyediakan berbagai sumber makanan bagi hewan lain yang lebih tinggi tingkat
b. Flora Mangrove
89, terdiri dari 35 spesies tanaman, 9 spesies perdu, 9 spesies liana, 29 spesies
disekitar habitatnya. Kelompok mangrove mayor ini terdiri dari 5 famili dengan 9
mampu membentuk tegakan murni. Komponen minor terdiri dari 11 genera dari
c. Antropogenik
disebabkan oleh ulah manusia untuk kepentingan konversi lahan sebagai tambak,
Kerusakan lingkungan pantai atau pesisir saat ini belum bisa ditanggulangi
secara optimal. Bahkan sampai saat ini kerusakan di wilayah pesisir semakin
ini berdampak buruk terhadap sejumlah masalah seperti tingkat abrasi yang tinggi,
kerusakan rumah dan sarana jalan di pesisir pantai, menurunnya jumlah tangkapan
udang dan kepiting dan masalah sosial ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat.
14
alam. Lahan bekas tebangan pohon mangrove tersebut akan merusak lingkungan
ekosistem hutan mangrove tetapi juga mengembalikan fungsi ekologis, fisik dan
et al., 2003). Kegiatan rehabilitasi dan restorasi mangrove ini biasanya dilakukan
subtropis antara 32° LU hingga 38° LS meliputi wilayah Afrika, Asia, Australia
dan Amerika. Pada daerah yang beriklim subtropis mangrove masih dapat
derajat lintang (Hogarth, 2007). Hutan mangrove di dunia mencapai luas sekitar
Dengan demikian, luas hutan mangrove Indonesia hampir 50% dari luas
mangrove Asia dan hampir 25% dari luas hutan mangrove dunia (Onrizal, 2010).
terbesar yaitu 6,8 juta. Luasan tersebut merupakan 34 – 42% dari luasan
luas berada di Indonesia yaitu 58,8% dari total luasan di Asia Tenggara yang
disusul oleh Malaysia (11,7%), Myanmar (8,8%), Papua Nugini (8,7%), dan
Menurut Raymond et al. (2010) pada tahun 1982 luas hutan mangrove di
Indonesia sekitar 4,25 juta ha, namun pada tahun 1996 mengalami penurunan
hingga tersisa 3,53 juta ha. Sementara itu Kusmana (2014) melaporkan bahwa
pada tahun 2000 hutan mangrove di Indonesia sekitar 7.758.410 ha, dengan
rincian 30,7% dalam kondisi baik, 27,4% rusak ringan dan 41,9% rusak
berat. Penurunan hutan mangrove terus berlangsung hingga pada tahun 2009
tersisa 3.244.018 ha. Hal ini menunjukkan bahwa dalam periode 9 tahun lebih
dari 4,5 juta ha ekosistem hutan mangrove di Indonesia hilang. Kondisi seperti ini
destruktif namun tidak diimbangi dengan konservasi. Berawi dan Desty (2018),
paling banyak di Indonesia terdapat di Papua dapat dilihat pada Tabel 1. Spesies
pantai utara Provinsi Jawa Tengah menyebabkan kerusakan pantai secara fisik
maupun biologis yang berakibat pada menurunnya daya dukung pantai sehingga
masyarakat pesisir secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Dinas Kelautan dan
Perikanan Jawa Tengah (2011) menjelaskan luasan hutan mangrove yang terdapat
di wilayah Pantai Utara sampai Pantai Selatan sebesar 2.458,39 ha yang tersebar
dari Kabupaten Brebes sampai Kabupaten Rembang yang dapat dilihat pada Tabel
17
Tabel 2. Lokasi dan Luas Ekosistem Hutan Mangrove di Pantai Utara Jawa
Tengah
paling luas area ekosistem mangrovenya sebesar 1.154,55 ha, kemudian disusul
Kabupaten Kendal sebesar 238,88 ha dan Kabupaten Brebes sebesar 223,07 ha.
Menurut data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak pada tahun
rusak. Pada tahun 2012, luas ekosistem hutan mangrove yang rusak mengalami
Demak biasanya disebabkan oleh abrasi yang terjadi di wilayah pesisir. Dampak
18
abrasi paling besar terjadi di Kecamatan Sayung diduga karena struktur tanah yang
rapuh dan kurangnya tanaman pelindung pantai yang terdapat di wilayah tersebut.
pertahanan yang lemah terhadap dinamika alam yang berasal dari arah laut seperti
garis pantai dengan luas hutan mangrove sebesar 209,17 ha. Secara administratif,
Bramantyo, 2017). Desa Betahwalang merupakan salah satu Desa yang terletak di
Kecamatan Bonang. Sebagai suatu desa yang terletak di daerah pesisir, sebagian
kondisinya sudah mulai rusak dan peran serta masyarakat dirasa kurang dalam
ekosistem peralihan antara darat dan laut yang dikenal memiliki peran dan fungsi
sangat besar. Secara ekologis mangrove memiliki fungsi yang sangat penting
19
dalam memainkan peranan sebagai rantai makanan di suatu perairan yang dapat
menumpang kehidupan berbagai jenis ikan, udang dan moluska. Selain itu hutan
dari bahan organik, menstabilkan dan memperbaiki tanah serta menahan erosi
terjangan ombak laut. Ekosistem mangrove perlu dijaga dan dipertahankan karena
memiliki fungsi ekologi dan sosial ekonomi bagi masyarakat di pesisir (Nicolas et
al., 2018). Ekosistem hutan mangrove mempunyai peranan yang sangat penting
bagi ekosistem hutan, air dan lingkungan. Fungsi ekosistem hutan mangrove
secara garis besar dikelompokkan menjadi 3 yaitu fungsi fisik, ekologis dan
pantai dan tebing sungai dari erosi atau abrasi, mempercepat perluasan lahan
dengan adanya endapan lumpur yang terbawa oleh arus ke kawasan hutan
mangrove, mengendalikan laju intrusi air laut sehingga air disekitarnya menjadi
angin kencang dan bahaya tsunami (Pratikto, 2002). Salah satu fungsi utama
mencegah abrasi. Berbagai bagian dari mangrove seperti substrat, serasah, akar
peredaman gelombang.
intensitas gelombang air laut dan panas bumi secara global merupakan salah
penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali
terikat pada partikel lumpur. Dengan adanya hutan mangrove, kualitas air laut
berkembang biak (nursery ground) berbagai jenis ikan, udang, kerang dan biota
laut lainnya. Tempat bersarang berbagai jenis satwa liar terutama burung dan
tempat istirahat, tidur bahkan bersarang. Selain itu, mangrove juga bermanfaat
bagi beberapa jenis burung migran sebagai lokasi antara (stop over area) dan
21
yang kaya sehingga dapat menjamin ketersediaan pakan selama musim migrasi
memelihara kualitas air karena vegetasi ini memiliki kemampuan luar biasa untuk
Crustacea dan Mollusca. Kepiting dan berbagai jenis kerang kerangan umumnya
dijumpai di hutan mangrove. Kepiting, siput dan tiram juga merupakan biota yang
mangrove. Biota yang hidup dibagian akar, mereka akan mencari makan ketika air
pasang naik dan kembali ketika air laut surut. Sejumlah invertebrata tinggal di
dalam lumpur melalui cara ini mereka terlindung dari perubahan temperatur dan
faktor lingkungan akibat adanya pasang surut di daerah hutan mangrove dan
merupakan sumber berbagai produksi hasil hutan yang bernilai ekonomi, seperti
kayu, sumber pangan, bahan kosmetika, bahan pewarna batik dan tempat wisata.
Potensi wisata merupakan salah satu tujuan wisata yang memiliki daya tarik
spesies mangrove yang ditemukan di sepanjang jalan menuju tempat wisata, serta
menjadi salah satu potensi besar untuk dikembangkan menjadi kawasan ekowisata
itu juga diolah menjadi arang karena mampu menghantarkan panas dengan cepat
serta tahan lama. Tidak hanya kayu, daun mangrove juga dapat dijadikan pakan
ternak serta dapat diolah menjadi pupuk kompos. Untuk pemanfaatan buah
pewarna batik alami yang mempunyai nilai jual yang cukup tinggi. Untuk
tingkat kerusakan yang lebih parah, terutama dari konversi hutan mangrove untuk
hutan mangrove untuk ekowisata merupakan terobosan baru yang sangat rasional
melihat suatu sumberdaya sebagai fungsi dari manfaat ekonomi, ekologi, sosial
nilai tersebut dalam bentuk moneter maka akan dijadikan sebagai standar nilai
barang dan jasa yang dapat dipenuhi oleh lingkungan sumberdaya pesisir dan laut
berupa energi, ruang rekreasi, kehidupan biota, air dan ruang kehidupan lainnya.
wilayah pesisir dan laut. Seiring berjalannya waktu perubahan lingkungan dapat
sumberdaya sebagai salah satu faktor input dalam mengambil suatu kebijakan
(Adrianto, 2006).
24
ekonomi seperti pajak lingkungan atau pajak produksi produk perikanan serta
bahan galian di pesisir pantai. Valuasi ekonomi juga penting dalam menilai barang
dan jasa yang dihasilkan sumberdaya, sehingga akan membantu dalam penilaian
penilaian total (Total Economic Value/TEV). Dalam konteks ini, TEV merupakan
penjumlahan dari nilai ekonomi berbasis pemanfaatan (Use Value/UV) dan nilai
Value/OV). Sementara itu NUV terdiri dari 2 komponen nilai yaitu nilai warisan
dari ekosistem hutan mangrove seperti penangkapan hasil perikanan seperti ikan,
25
nilai pasar. Pendekatan ini sebagian besar digunakan untuk mengetahui nilai uang
Nilai guna tidak langsung adalah nilai yang dirasakan secara tidak langsung
terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya dan lingkungan (Fauzi,
2002). Nilai guna tidak langsung dari ekosistem hutan mangrove diperoleh dari
suatu ekosistem secara tidak langsung seperti penahan abrasi pantai dan penyedia
3. Nilai Pilihan
Nilai pilihan adalah suatu nilai yang menunjukan kesediaan seseorang untuk
masa depan (Fahrudin, 1996). Nilai ini didekati dengan mengacu pada nilai
1. Nilai Keberadaan
tidak langsung dan manfaat pilihan). Manfaat ini adalah nilai ekonomis
2. Nilai Warisan
metode valuasi ekonomi atau Total Economic Value (TEV). Pendekatan ini
merupakan penjumlahan dari nilai guna dan tidak ada nilai guna yang telah
hal salah satunya kegiatan manusia di daerah pesisir. Alih fungsi lahan mangrove
mangrove Rhizophora sp. dan Avicennia sp. dimana Rhizophora sp. menjadi jenis
mangrove yang mendominasi kawasan ini. Luas total ekosistem hutan mangrove
di Desa Timbulsloko adalah 77,04 ha. Nilai guna langsung ekosistem hutan
hutan mangrove di Desa Dudepo terdiri atas nilai manfaat langsung sebesar Rp
15 ha, maka total nilai manfaat eksistensi hutan mangrove di Desa Dudepo adalah
terdiri dari manfaat langsung berupa penangkapan ikan, kepiting dan udang,
manfaat tidak langung berupa penahan abrasi, manfaat pilihan berupa nilai
Sonneratia sp. dan Bruguera sp. Manfaat langsung yang diperoleh masyarakat
dari hutan mangrove di daerah peneitian adalah kayu bakar, atap nipa, ikan dan
nilai rata-rata per ha 11.343.117. Nilai manfaaat tidak langsung terdiri dari
pilihan Rp 203.250 per ha. Hasil tersebut dikalikan dengan luas total dari
ekosistem hutan mangrove yang ada saat ini yaitu seluas 758 ha, dengan nilai total
keberadaan sebesar Rp 446.260 ha/thn. Dengan luas area mangrove sebesar 758,
hasil tangkapan laut, pembuat garam rebus dan pembuat bandeng cabut duri. Nilai
total use value sebesar Rp 9.927.638.100 dan total non use value sebesar Rp
sekitar Rp 230.000. Desa Sawojajar memiliki nilai total yang lebih besar
terdiri dari alat pemecah ombak, hybrid engeneering dan geotube. Nilai total
Desa Pasar Banggi memiliki luasan ekosistem hutan mnagrove sebesar 14.88
ha. Nilai ekonomi total yang sebesar Rp 19.610.846.229/th terdiri dari manfaat
Banggi meliputi penjualan bibit mangrove yang memiliki dua jenis bibit yaitu,
bibit Rhizophora sp. dan Avicennia sp. untuk bibit Rhizophora sp. didapat nilai Rp
penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan tradisional yang hidup di Desa
Pasar Banggi umumya menggunakan Pukat cincin (purse seine), Jaring insang
hanyut (drift gill net) bagi nelayan besar dan jaring dan alat pancing bagi nelayan
pada Tabel 3.
30