Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN EKOLOGIS DAN

BIOLOGIS YANG TERJADI ANTARA


MANGROVE, LAMUN, DAN TERUMBU
KARANG

HUBUNGAN EKOLOGIS DAN BIOLOGIS YANG TERJADI


ANTARA MANGROVE, LAMUN, DAN TERUMBU KARANG
Oleh : Rahadian Harry Dewanto
Abstrak
Ekosistem mangrove, terumbu karang, dan lamun mempunyai keterkaitan ekologis
(hubungan fungsional), baik dalam nutrisi terlarut, sifat fisik air, partikel organik, maupun
migrasi satwa, dan dampak kegitan manusia. Oleh karena itu apabila salah satu ekosistem
tersebut terganggu, maka ekosistem yang lain juga ikut terganggu. Yang jelas interaksi yang
harmonis antara ketiga ekosistem ini harus dipertahankan agar tercipta sebentuk sinergi
keseimbangan lingkungan. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang sangat produktif
dengan produktivitas primernya yang sangat tinggi daripada ekosistem lainnya di perairan.
Hutan mangrove mempunyai fungsi ekologis yang sangat penting yaitu sebagai salah satu
penyerap karbondioksida di udara. Peningkatan kandungan karbondioksida di udara dapat
menyebabkan dampak pemanasan global. Jika terjadi pemanasan global oleh penebangan
hutan mangrove besar-besaran maka ini akan berpengaruh terhadap ekosistem terumbu
karang dan lamun. Misalnya zooxanthela pada terumbu karang akan keluar dari karang
akibat meningkatnya suhu perairan. Karang yang membutuhkan zooxanthela dalam

memproduksi zat-zat penting bagi pertumbuhannya akan mati sehingga terjadi pemutihan
karang.
Kata kunci : interaksi yang harmonis antara ketiga ekosistem, fungsi ekologis
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri atas
17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.791 km, memiliki keanekaragaman hayati yang
cukup tinggi seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, ikan, mamalia, reptilia,
krustasea dan berbagai jenis moluska. Sumberdaya alam laut tersebut merupakan salah satu
modal dasar yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan nasional.
Adanya suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara
mahluk hidup dengan lingkungannya disebut dengan ekosistem. Ekosistem berasal dari kata :
Geobiocoenosis, yang berarti Biocoenosis : komponen Biotik dan Geocoenosis : komponen
abiotic.
Tidak hanya tergantung di mana organisme tadi hidup, tetapi juga pada apa yang
dilakukan organisme termasuk mengubah energi, bertingkah laku, bereaksi, mengubah
lingkungan fisik maupun biologi dan bagaimana organisme dihambat oleh spesies lain.
Aliran energi dalam niche yang terjadi adalah ketika matahari menyinari laut,
sinarnya akan membantu proses fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton. Fitoplankton
inilah yang kemudian akan dikonsumsi oleh zooplankton, zooplankton dikonsumsi oleh
hewan dengan tingkat yang lebih tinggi (karnivora), hingga pada akhirnya hewan karnivora
akan mati dan didekomposisi oleh dekomposer menjadi detritus, yang kemudian diserap
fitoplankton sebagai zat hara/nutrien.
Ada beberapa ekosistem yang terdapat di laut tropis contohnya : mangrove, lamun
dan terumbu karang. hubungan ketiga ekosistem ini sangat sinergis. Apabila salahsatu sistem
mengalami gangguan,maka sistem yang lain akan berpengaruh juga.
MANGROVE, LAMUN, DAN TERUMBU KARANG
1.

Ekosistem Mangrove
Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugish) dan grove (English), Suatu

tipe ekosistem hutan yang tumbuh di suatu daerah pasang surut (pantai, laguna, muara
sungai) yang tergenang pasang dan bebas pada saat air laut surut, komunitas tumbuhannya
mempunyai toleransi terhadap garam (salinity) air laut.

Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik
dan rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis, fisik dan ekonomis. Fungsi ekologis
hutan mangrove antara lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat,
feeding ground, nursery ground, spawning ground bagi aneka biota perairan, tempat
bersarang berbagai satwa liar terutama burung,sumber plasma nutfah,serta sebagai pengatur
iklim mikro.
Fungsi fisik hutang mangrove yaitu

mempercepat perluasan lahan, melindungi

daerah di belakang mangrove dari hempasan gelombang dan angin kencang serta
menguraikan/mengolah limbah organic. Fungsi ekonominya antara lain : penghasil keperluan
rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit.
Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili,
dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga : Avicennie, Sonneratia, Rhyzophora,
Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda,
dan Conocarpus (Bengen). Formasi hutan mangrove dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
kekeringan, energi gelombang, kondisi pasang surut, sedimentasi, mineralogi, efek
neotektonik. Ekosistem mangrove yang terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang
surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh
dalam perairan asin/payau.
a. Fungsi Mangrove
1. Sebagai peredam gelombang dan angin, pelindung dari abrasi dan pengikisan pantai oleh air
laut, penahan intrusi air laut ke darat, penahan lumpur dan perangkap sedimen.
2. Sebagai penghasil sejumlah besar detritus bagi plankton yang merupakan sumber makanan
utama biota laut.
3. Sebagai habitat bagi beberapa satwa liar, seperti burung, reptilia (biawak, ular), dan mamalia
(monyet).
4. Sebagai daerah asuhan (nursery grounds), tempat mencari makan (feeding grounds), dan
daerah pemijahan (spawning grounds) berbagai jenis ikan, udang dan biota laut lainnya.
5. Sebagai penghasil kayu konstruksi, kayu bakar, bahan baku arang, dan bahan baku kertas.
6. Sebagai tempat ekowisata.
b. Daya Adaptasi Mangrove Terhadap Lingkungan
Tumbuhan mangrove mempunyai daya adaptasi yang khas terhadap lingkungan
(Bengen, 2001), menguraikan adaptasi tersebut dalam bentuk :
1.

Adaptasi terhadap kadar kadar oksigen rendah, menyebabkan mangrove memiliki bentuk
perakaran yang khas : (1) bertipe cakar ayam yang mempunyai pneumatofora (misalnya:

Avecennia spp., Xylocarpus., dan Sonneratia spp.) untuk mengambil oksigen dari udara; dan
(2) bertipe penyangga/tongkat yang mempunyai lentisel (misalnya Rhyzophora spp.).
2. Adaptasi terhadap kadar garam yang tinggi :
o Memiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam.
o Berdaun kuat dan tebal yang banyak mengandung air untuk mengatur keseimbangan garam.
o Daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.
3. Adaptasi terhadap tanah yang kurang strabil dan adanya pasang surut, dengan cara
mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan horisontal yang
lebar. Di samping untuk memperkokoh pohon, akar tersebut juga berfungsi untuk mengambil
unsur hara dan menahan sedimen.
c. Zonasi Hutan Mangrove
Menurut Bengen (2001), penyebaran dan zonasi hutan mangrove tergantung oleh
berbagai faktor lingkungan. Berikut salah satu tipe zonasi hutan mangrore di Indonesia:
o Daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir, sering ditumbuhi oleh
Avicennia spp. Pada zona ini biasa berasosiasi Sonneratia spp. Yang dominan tumbuh pada
lumpur dalam yang kaya bahan organik.
o Lebih ke arah darat, hutan mangrove umumnya didominasi oleh Rhizophora spp. Di zona ini
juga dijumpai Bruguiera spp. dan Xylocarpus spp.
o Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera spp.
o Zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah biasa ditumbuhi oleh Nypa
fruticans, dan beberapa spesies palem lainnya.
2.

Ekosistem Padang Lamun


Lamun ( sea grass ) adalah Tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya

menyesuaikan diri untuk hidup terbenam dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari Rhizome,daun
dan akar. Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar, serta
berbuku-buku. pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas,berdaun
dan berbunga. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut dapat menancapkan
diri dengan kokoh di dasar laut hingga tahan terhadap hempasan gelombang dan arus.
Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang hidupnya terbenam di dalam laut.Padang
lamun ini merupakan ekosistem yang mempunyai produktivitas organik yang tinggi. Fungsi
ekologi yang penting yaitu sebagai feeding ground, spawning ground dan nursery ground
beberapa jenis hewan yaitu udang dan ikan baranong, sebagai peredam arus sehingga
perairan dan sekitarnya menjadi tenang.
Meskipun padang lamun merupakan ekosistim yang penting namun pemanfaatan
langsung tumbuhan lamun untuk kebutuhan manusia tidak banyak di lakukan. Beberapa jenis

lamun dapat digunakan sebagai bahan makanan, samo-samo ( Enhalus acoroides) misalnya
di manfaatkan bijinya oleh penduduk pulau-pulau seribu sebagai bahan makanan.
Adapun ancaman terhadap padang lamun, diantaranya sebagai berikut :
o

Pengerukan

dan

pengurugan

dari

aktivitas

pembangunan

(pemukiman

pinggir

laut,pelabuhan,industri dan saluran navigasi).


o Pencemaran limbah industri terutama logam berat dan senyawa organoklorin.
o Pencemaran minyak dan industri.
a. Upaya pelestarian Padang Lamun mencegah terjadinya pengrusakan akibat pengerukan dan
pengurugan kawasan lamun.
b. Mencegah terjadinya pengrusakan akibat kegiatan konstruksi di wilayah pesisir.
c. Mencegah terjadinya pembuangan limbah dari kegiatan industri, buangan termal serta
limbah pemukiman.
d. Mencegah terjadinya penangkapan ikan secara destruktif yang membahayakan lamun.
e. Memelihara salinitas perairan agar sesuai batas salinitas padang lamun.
f. Mencegah terjadinya pencemaran minyak di kawasan lamun
3.

Ekosistem Terumbu Karang


Terumbu karang adalah suatu ekosistem di laut tropis yang mempunyai produktivitas

tinggi (Sukarno et al., 1986). Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas di daerah
tropis dan sering digunakan untuk menentukan batas lingkungan perairan laut tropis dengan
laut sub tropis maupun kutub (Nontji, 1987 dan Nybakken, 1988). Ekosistem ini mempunyai
sifat yang menonjol karena produktivitas dan keaneka- ragaman jenis biotanya yang tinggi.
Longhurst dan Pauly (1987) menyatakan bahwa besarnya produktivitas yang dimiliki
terumbu karang disebabkan oleh adanya pendauran ulang zat-zat hara melalui proses hayati.
Terumbu karang adalah endapan-endapan masif yang penting dari kalsium karbonat
(CaCO3) dan terutama dihasilkan oleh karang (Filum Cnidaria, Kelas Anthozoa, Ordo
Madreporaria = Scleractinia) dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organismeorganisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat.
Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang dinamis, mengalami
perubahan terus menerus dan tidak tahan terhadap gangguan-gangguan alam yang berasal
dari luar terumbu. Beberapa faktor yang membatasi pertumbuhan karang adalah : cahaya,
diperlukan oleh Zooxanthellae untuk melakukan

fotosintesis

dalam jaringan karang.

Suhu dapat merupakan faktor pembatas yang umum bagi karang. Pertumbuhan karang yang
optimum terjadi pada perairan yang rata-rata suhu tahunannya berkisar 23 25 oC, akan tetapi
karang juga dapat mentoleransi suhu pada kisaran 20 oC, sampai dengan 36 40oC
(Nybakken, 1988).

Hubungan :
o Sifat fisik air Hutan mangrove sejati biasanya tumbuh di daerah yang terlindung dari
pengaruh ombak dan arus yang kuat. Terumbu karang dan lamun disini berfungsi sebagai
penahan ombak dan arus yang kuat untuk memperlambat pergerakannya. Ini merupakan salah
satu interaksi fisik dari terumbu karang dan lamun terhadap mangrove sehingga mangrove
terlindungi dari ombak dan arus yang kuat. Hutan mangrove kaya akan sedimen yang
mengendap di dasar perairan. Apabila sedimen ini masuk ke ekosistem lamun maupun
terumbu karang dengan jumlah yang sangat banyak dan terus menerus oleh pengaruh hujan
lebat, penebangan hutan mangrove maupun pasang surut dapat mengeruhkan perairan, maka
ini akan mempengaruhi fotosintesis dari lamun dan zooxanthela yang hidup pada karang.
Sedimen yang membuat perairan keruh akan berdampak pada berkurangnya penetrasi cahaya
matahari (kecerahan). Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang. Dan ini
akan mempengaruhi persebaran dan kelimpahan lamun serta terumbu karang secara vertikal
dan horizontal.
o Partikel organik yang berasal dari serasah lamun dan mangrove dapat mempengaruhi
pertumbuhan dari terumbu karang. Tingginya partikel organik yang tersuspensi diperairan
dapat menurunkan fotosintesis dari lamun dan zooxanthela di perairan. Partikel organik ini
akan mengurangi intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan lamun dan zooxanthella untuk
proses fotosintesis. Selain itu partikel organik yang terbawa dari ekosistem mangrove ke
ekosistem lamun dan terumbu karang merupakan makanan bagi biota-biota perairan seperti
filter feeder dan detritus feeder. Khusunya ekosistem mangrove, arus dan gelombang
disekitarnya cukup kuat sehingga berfungsi mencernihkan perairan. Sedangkan ekosistem
lamun yang berdekatan dengan ekosistem mangrove yang kaya sedimen, mempunyai
rhizoma yang saling menyilang untuk menahan substrat dasar. Penebangan hutan, pembukaan
jalan, pembukaan lahan pertanian dapat meningkatkan partikel organik diperiaran. Partikel
yang tersuspensi terutama dalam bentuk partikel halus maupun kasar, akan menimbulkan
dampak negatif terhadap biota perairan pesisir dan lautan. Misalnya partikel tersebut
menutupi sistem pernafasan yang mengakibatkan biota tersebut susah bernafas.
o Nutrien Terlarut
Nutrien diperiaran penting bagi produsen primer untuk proses fotosintesis. Nutrien di
perairan dapat berasal dari batuan-batuan maupun serasah tumbuhan dan organismeorganisme yang mati, dan kemudian didekomposisi oleh bakteri menjadi zat anorganik yang
diserap oleh produsen primer. Mangrove kaya akan nutrien yang biasanya terbawa ke

ekosistem lamun dan terumbu karang melalui aliran sungai maupun efek pasang surut.
Nutrien ini diserap langsung oleh lamun melalui perakarannya, dan zooxanthella memperoleh
nutrien tersebut juga.Batuan-batuan karang yang pecah juga merupakan nutrien yang
dibutuhkan bagi organisme yang ada disekitar mangrove yang bisanya membentuk cangkang.
Nutrien ini juga bisanya dibawa oleh arus dan ombak untuk diserap oleh lamun.
o

MigrasiFauna

Migrasi fauna dapat disebabkan oleh meningkatnya predator pada suatu ekosistem,
berkurangnya makanan, reproduksi, meningkatnya persaingan dalam memperbutkan
makanan, tempat persembunyian yang aman, dll. Ketika ekosistem mangrove dalam keadaan
rusak atau terganggu oleh aktivitas manusia maupun oleh pengaruh alam, maka biotabiota/fauna yang hidupnya disekitar mangrove akan beralih tempat ke ekositem
lamunmaupun terumbukarang untuk memperoleh perlindungan. Apabila dalam ekosistem
lamun, terjadi persaingan yang ketat dalam memperbutkan makanan, maka fauna-fauna
disekitarnya akan bermigrasi ke darerah mangrove untuk memperoleh makanan yang banyak.
Ketika terjadi kekeruhan di ekosistem lamun oleh pengaruh sedimentasi, maka fauna-fauna
yang hidup disekitarnya khususnya ikan akan menghindari daerah tersebut dan menempati
ekosistem terumbu karang yang tidak kecerahan lebih baik.
o Dampak manusia
Penebangan hutan mangrove untuk pemukiman, pebukaan lahan pertanian dan pertambakan
dapat mengakibatkan erosi sehingga mengeruhkan perairan. Pengaruhnya ini akan berdampak
pada ekosistem lamun dan terumbu karang yang ada disekitarnya. Proses fotosintesis akan
yang berjalan akan terhambat. Selain pemanfaatan mangrove yang merusak lingkungan,
pemanfaatan lamun dengan cara yang sama akan menyebabkan sedimentasi, mengingat
bahwa lamun mempunyai rhizoma yang saling mentilang yang berfungsi untuk mengikat
sedimen didasar Pengambilan terumbu karang sebagai bahan bangunan akan mengancam
ekosistem mangrove. Mengingat bahwa secara ekologis terumbu karang berfungsi untuk
menahan gelombang dan arus yang kuat, sehingga tanpa keberadaannya akan mengamcam
ekosistem mangrove yang biasanya terlindung dari ombak dan arus yang kuat.Ikan di daerah
terumbu karang yang memakan suatu spesies ikan di sekitar daerah lamun lama kelamaan
akan habis apabila terus menerus dieksploitasi secara besar-besaran oleh manusia. Ikan di
daerah terumbu karang berkurang jumlahnya sedangkan ikan di daerah lamun meningkat
jumlahnya. Dari pembahasan diatas kita dapat melihat bahwa dampak manusia dan alam akan
mempengaruhi ketiga ekosistem ini.

B.

Keterkaitan Ekosistem secara Biologis


Hubungan keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang sudah

diduga sejak lama oleh para ahli ekologi. Namun kepastian tentang bentuk keterkaitan antara
ketiga ekosistem tersebut secara biologis masih belum banyak dibuktikan. Salah satu
penelitian yang dilakukan untuk membuktikan adanya keterkaitan ekosistem antara
mangrove, lamun dan terumbu karang tersebut dilaksanakan oleh Nagelkerken et al., (2000),
di Pulau Curacao, Karibia.
Penelitian tersebut dilakukan untuk membuktikan apakah daerah mangrove dan lamun
benar-benar secara mutlak (obligat) dibutuhkan oleh ikan karang untuk membesarkan ikan
yang masih juvenil ataukah hanya sebagai tempat alternatif (fakulatif) saja untuk memijah.
Lokasi penelitian dibagi menjadi 4 jenis biotope (habitat) yang berbeda, yaitu : daerah padang
lamun di teluk yang ditumbuhi komunitas mangrove, daerah padang lamun di teluk yang
tidak ditumbuhi mangrove (tanpa mangrove), daerah berlumpur di teluk yang ditumbuhi
lamun dan mangrove serta daerah berlumpur di teluk yang tidak ditumbuhi lamun dan
mangrove (daerah kosong tanpa vegetasi).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, Nagelkerken et al., (2000) melaporkan
bahwa beberapa spesies ikan menggunakan daerah lamun dan mangrove sebagai daerah
asuhan tempat membesarkan juvenile (nursery ground). Kelimpahan dan kekayaan jenis
(species richness) tertinggi ditemukan di daerah padang lamun dan daerah berlumpur yang
sekelilingnya ditumbuhi oleh vegetasi mangrove.
Keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang menciptakan
suatu variasi habitat yang mempertinggi keanekaragaman jenis organisme. Hal ini
membuktikan adanya pengaruh tepi (edge effect) seperti tampak pada penelitian Nagelkerken
et al. (2000). Adanya variasi habitat menciptakan daerah tepi yang saling tumpang tindih. Hal
ini

menimbulkan

suatu daerah

pertemuan antar spesies

sehingga meningkatkan

keanekaragaman jenis organisme di daerah tersebut.


C.

Keterkaitan ekositem secara Ekologis


Secara ekologis, terumbu karang mempunyai keterkaitan dengan daratan dan lautan

serta ekosistem lain, seperti hutan mangrove dan lamun. Hal ini disebabkan karena terumbu
karang berada dekat dengan ekosistem tersebut serta daratan dan lautan. Berbagai dampak
kegiatan pembangunan yang dilakukan di lahan atas atau di sekitar padang lamun atau hutan
mangrove akan menimbulkan dampak pula pada ekosistem terumbu karang. Demikian pula

dengan kegiatan yang dilakukan di laut lepas, seperti: kegiatan pengeboran minyak lepas
pantai, pembuangan limbah dan perhubungan laut.
Kesimpulan
Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugish) dan grove (English), Suatu
tipe ekosistem hutan yang tumbuh di suatu daerah pasang surut (pantai, laguna, muara
sungai) yang tergenang pasang dan bebas pada saat air laut surut, komunitas tumbuhannya
mempunyai toleransi terhadap garam (salinity) air laut.
Lamun ( sea grass ) adalah Tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya
menyesuaikan diri untuk hidup terbenam dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari Rhizome,daun
dan akar. Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar, serta
berbuku-buku. pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas,berdaun
dan berbunga. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut dapat menancapkan
diri dengan kokoh di dasar laut hingga tahan terhadap hempasan gelombang dan arus.
Terumbu karang adalah suatu ekosistem di laut tropis yang mempunyai produktivitas
tinggi (Sukarno et al., 1986). Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas di daerah
tropis dan sering digunakan untuk menentukan batas lingkungan perairan laut tropis dengan
laut sub tropis maupun kutub (Nontji, 1987 dan Nybakken, 1988).
Secara ekologis, terumbu karang mempunyai keterkaitan dengan daratan dan lautan
serta ekosistem lain, seperti hutan mangrove dan lamun.
Keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang menciptakan
suatu variasi habitat yang mempertinggi keanekaragaman jenis organisme.
Saran
Dari pembahasan diatas kita dapat melihat bahwa dampak manusia dan alam akan
mempengaruhi ketiga ekosistem ini. Ketiga ekosistem ini saling terkait satu sama lain dan
biasanya ke tiga ekosistem ini bersama-sama terdapat di sekitar pesisir. Untuk itu penting
bagi ketiga ekosistem ini untuk dilestarikan dan dijaga secara sinergis sehingga terhindar dari
kerusakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anugerah Nontji.2007.Laut Nusantara.Djambatan:Jakarta.
Bengen Dietriech. G. 2001. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. PKSPL IPB, Bogor.
27 halaman

Naamin, N. 2001. Oseanology (Parameter fisik, Kimia dan Biologi) Dari Terumbu Karang. Badan Riset
Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia. Jakarta.
Sudarmadji, 2003. Konservasi dan Rehabilitasi Hutan Mangrove. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Jember, Bali. 53 halaman
Sukarno, M., M. Hutomo, K. Moosa, dan P. Darsono,. 1986. Terumbu Karang di Indonesia :
Sumberdaya, Permasalahan dan Pengelolaannya. Proyek Studi Potensi Sumberdaya Alam
Indonesia. Studi Potensi Sumberdaya Hayati Ikan. LON-LIPI. Jakarta
Suharsono. 1998. Standard Monitoring Terumbu Karang. Puslitbang LIPI. Jakarta
Supriharyono, 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. PT.
Gramedia Pustaka Umum Jakarta,
Sudarmadji, 2003. Konservasi dan Rehabilitasi Hutan Mangrove. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Jember, Bali.
Yayasan Terangi. 2005. Selamatkan Terumbu Karang Indonesia. Jakarta
http://shifadini.wordpress.com/2010/04/15/56/
http://www.shttp://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0027%2
0Bio%201-6b.htmmkjeunieb.co.cc/2010/08/keterkaitan-ekosistem-secara-biologis.html
http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/02201/kel4_012.htm

HUBUNGAN EKOSISTEM MANGROVE, LAMUN,


DAN TERUMBU KARANG
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di
dunia, terdiri atas 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.791
km, memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi seperti
hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, ikan, mamalia,
reptilia, krustasea dan berbagai jenis moluska. Sumberdaya alam
laut tersebut merupakan salah satu modal dasar yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangunan nasional.
Adanya suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya disebut
dengan ekosistem. Ekosistem berasal dari kata : Geobiocoenosis,
yang berarti Biocoenosis : komponen Biotik dan Geocoenosis :
komponen abiotik
Tidak hanya tergantung di mana organisme tadi hidup, tetapi
juga pada apa yang dilakukan organisme termasuk mengubah
energi, bertingkah laku, bereaksi, mengubah lingkungan fisik
maupun biologi dan bagaimana organisme dihambat oleh spesies
lain.
Aliran energi dalam niche yang terjadi adalah ketika matahari
menyinari laut, sinarnya akan membantu proses fotosintesis yang
dilakukan oleh fitoplankton. Fitoplankton inilah yang kemudian akan
dikonsumsi oleh zooplankton, zooplankton dikonsumsi oleh hewan

dengan tingkat yang lebih tinggi (karnivora), hingga pada akhirnya


hewan karnivora akan mati dan didekomposisi oleh dekomposer
menjadi detritus, yang kemudian diserap fitoplankton sebagai zat
hara/nutrien.
Ada

beberapa

ekosistem

yang

terdapat

di

laut

tropis

contohnya : mangrove, lamun dan terumbu karang. hubungan


ketiga ekosistem ini sangat sinergis. Apabila salahsatu sistem
mengalami gangguan,maka sistem yang lain akan berpengaruh
juga.
B. Rumusan Masalah
1. Hubungan ekosistem secara ekologis biologis yang terjadi antara
mangrove, lamun, dan terumbu karang
2. Hubungan ekosistem secara ekologis yang terjadi antara mangrove,
lamun, dan terumbu karang
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan ekosistem secara ekologis yang terjadi
antara mangrove, lamun, dan terumbu karang
2. Untuk mengetahui hubungan ekosistem secara biologis yang terjadi
antara mangrove, lamun, dan terumbu karang

BAB II
PEMBAHASAN

A. Keterkaitan Ekosistem secara Biologis


Hubungan keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun
dan terumbu karang sudah diduga sejak lama oleh para ahli ekologi.
Namun

kepastian

tentang

bentuk

keterkaitan

antara

ketiga

ekosistem tersebut secara biologis masih belum banyak dibuktikan.


Salah satu penelitian yang dilakukan untuk membuktikan adanya
keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang
tersebut dilaksanakan oleh Nagelkerken et al., (2000), di Pulau
Curacao, Karibia.
Penelitian tersebut dilakukan untuk membuktikan apakah
daerah mangrove dan lamun benar-benar secara mutlak (obligat)
dibutuhkan oleh ikan karang untuk membesarkan ikan yang masih
juvenil ataukah hanya sebagai tempat alternatif (fakulatif) saja
untuk memijah. Lokasi penelitian dibagi menjadi 4 jenis biotope
(habitat) yang berbeda, yaitu : daerah padang lamun di teluk yang
ditumbuhi komunitas mangrove, daerah padang lamun di teluk yang
tidak ditumbuhi mangrove (tanpa mangrove), daerah berlumpur di
teluk yang ditumbuhi lamun dan mangrove serta daerah berlumpur
di teluk yang tidak ditumbuhi lamun dan mangrove (daerah kosong
tanpa vegetasi).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, Nagelkerken et al.,
(2000) melaporkan bahwa beberapa spesies ikan menggunakan
daerah lamun dan mangrove sebagai daerah asuhan tempat

membesarkan juvenile (nursery ground). Kelimpahan dan kekayaan


jenis (species richness) tertinggi ditemukan di daerah padang lamun
dan daerah berlumpur yang sekelilingnya ditumbuhi oleh vegetasi
mangrove.
Keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu
karang menciptakan suatu variasi habitat yang mempertinggi
keanekaragaman jenis organisme. Hal ini membuktikan adanya
pengaruh

tepi

(edge

effect)

seperti

tampak

pada

penelitian

Nagelkerken et al. (2000). Adanya variasi habitat menciptakan


daerah tepi yang saling tumpang tindih. Hal ini menimbulkan suatu
daerah

pertemuan

antar

spesies

sehingga

meningkatkan

keanekaragaman jenis organisme di daerah tersebut.


B. Keterkaitan ekositem secara Ekologis
Secara ekologis, terumbu karang mempunyai keterkaitan
dengan daratan dan lautan serta ekosistem lain, seperti hutan
mangrove dan lamun. Hal ini disebabkan karena terumbu karang
berada dekat dengan ekosistem tersebut serta daratan dan lautan.
Berbagai dampak kegiatan pembangunan yang dilakukan di lahan
atas atau di sekitar padang lamun atau hutan mangrove akan
menimbulkan dampak

pula

pada

ekosistem

terumbu

karang.

Demikian pula dengan kegiatan yang dilakukan di laut lepas,


seperti: kegiatan pengeboran minyak lepas pantai, pembuangan
limbah dan perhubungan laut.

2. apa yang dimaksud dengan La nina dan el-nino??

Kumpulan Materi Yang dimaksud El Nino adalah gejala gangguan iklim


yang diakibatkan oleh naiknya suhu permukaan laut Samudera Pasifik
sekitar khatulistiwa bagian tengah dan timur. Naiknya suhu di Samudera
Pasifik ini mengakibatkan perubahan pola angin dan curah hujan yang ada
di atasnya. Pada saat normal hujan banyak turun di Australia dan
Indonesia, namun akibat El Nino ini hujan banyak turun di Samudera
Pasifik sedangkan di Australia dan Indonesia menjadi kering.
La Nina
La Nina adalah gejala gangguan iklim yang diakibatkan suhu permukaan
laut Samudera Pasifik dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Akibat dari
La Nina adalah hujan turun lebih banyak di Samudera Pasifik sebelah
barat Australia dan Indonesia. Dengan demikian di daerah ini akan terjadi
hujan lebat dan banjir di mana-mana.

Anda mungkin juga menyukai