Anda di halaman 1dari 6

PAPER

EKOSISTEM TERUMBU KARANG

DOSEN PEMBIMBING :
Ph.D. Ir. Agus N. Setiawan, M.P.

DISUSUN OLEH:
Sarah Dhia Salsabila

20220210169

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2022
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang sangat unik di
perairan tropis yang dibentuk oleh biota laut penghasil kapur khususnya jenis-
jenis karang batu dan alga berkapur, bersama dengan biota lain yang hidup di
dasar lautan. Ekosistem ini memiliki keanekaragaman biota dengan nilai
estetika yang tinggi termasuk salah satu yang paling peka terhadap perubahan
kualitas lingkungan. Ekosistem ini sangatlah dinamis yaitu memiliki peranan
yang signifikan, di antaranya sebagai tempat tinggal, tempat berlindung,
tempat mencari makan dan berkembang biak bagi beragam biota laut.

Disamping berperan sebagai pelindung kehidupan ekosistem perairan


dangkal dari abrasi laut, dan penghasil sumber daya hayati yang bernilai
ekonomi tinggi. Terumbu karang sangat sensitif terhadap pengaruh
lingkungan, baik yang bersifat fisik (dinamika perairan laut dan pantai),
kerusakan akibat aktivitas manusia, pencemaran bahan kimia maupun
kerusakan akibat aktivitas biologis. Oleh karena itu pemanfaatannya harus
dilakukan secara ekstra hatihati. Apabila terumbu karang mengalami
kematian (rusak) maka akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk
dapat pulih kembali.

Dalam paper ini akan di bahas secara spesifik peranan komponen-


komponen penyusun ekosistem terumbu karang, hubungan antar komponen
penyusun sehingga membentuk suatu sistem dan evaluasi ekosistem tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apasaja komponen-komponen penyusun ekosistem terumbu karang?
2. Apa peranan komponen penyusun tersebut bagi ekosistem terumbu
karang?
3. Bagaimana hubungan antar komponen nya sehingga membentuk
sebuah sistem?

C. Tujuan
1. Agar dapat mengevaluasi ekosistem terumbu karang berdasarkan
komponen analisis ekosistem
2. Agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
kehidupan ekosistem terumbu karang
3. Sebagai bentuk pemenuhan tugas mata kuliah Ekosistem dalam Perspektif
Al-Quran
PEMBAHASAN
A. Komponen penyusun ekosistem terumbu karang
Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang
penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut.
Komponen penyusun terumbu karang berdasarkan bentuk pertumbuhan,
meliputi komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik yang menempati
ekosistem terumbu karang terutama adalah hewan karang itu sendiri,
termasuk hewan lainnya, seperti moluska, sponge, berbagai jenis
echinodermata, dan berbagai jenis algae.
Komponen abiotik:
 Karang mati merupakan salah satu komponen abiotik yang di gunakan
sebagai tempat hidup oleh berbagai biota. Selain itu, karang mati juga
merupakan habitat yang baik bagi tempat hidup dekapoda karena
banyaknya retakan dan celah-celah kecil sebagai tempat perlindungan
biota tersebut.

 Karang memerlukan air laut yang bersih dari kotoran-kotoran. Air laut
yang kotor, akan menghalangi cahaya yang diperlukan oleh zooxanthella
untuk hidup. Di samping itu, endapan lumpur atau pasir yang terkandung
di dalam air akan diendapkan oleh arus sehingga akan dapat
mengakibatkan kematian pada terumbu karang.

 Cahaya matahari yang cukup harus tersedia untuk fotosintesis


zooxanthellae simbiotik dalam jaringan karang dapat terlaksana dengan
baik. Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang dan
bersama dengan itu kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium
karbonat dan membentuk terumbu akan berkurang pula.
 Bebatuan dan tanah berperan penting dalam persebaran organisme dengan
struktur fisik, pH dan kandungan mineral yang beragam di dalamnya.
Keduanya tidak bisa terpisahkan, bebatuan tanpa tanah tidak akan bisa
ditempati makhluk hidup, begitu pun sebaliknya.

Komponen biotik:
 Binatang karang (karang lunak) adalah pembentuk utama ekosistem
terumbu karang. Sebagai hewan yang menghasilkan kapur untuk kerangka
tubuhnya. Peranannya selain sebagai salah satu hewan penyusun ekosistem
terumbu karang, karang lunak merupakan hewan pemasok terbesar
senyawa karbonat yang berguna bagi pembentukan terumbu.

 Spons di ekosistem terumbu karang mempunyai peranan ekologis yang


sangat komplek. spons sebagai salah satu penyumbang biodiversitas
tertinggi di ekosistem terumbu karang. Spons memproduksi banyak jenis
metabolit sekunder yang dapat menjadi media interaksi spons dengan
organisme lain. Selain itu, pori-pori spons juga mampu menjadi tempat
yang baik bagi biota-biota kecil untuk berlindung ataupun memperoleh
makanan dari air yang masuk. Spons dikenal sebagai salah satu kompetitor
utama karang batu di ekosistem terumbu karang.
 Bulu babi adalah salah satu biota yang berperan dalam keseimbangan
ekosistem habitatnya. Menurunnya populasi bulu babi diduga akan
menyebabkan matinya terumbu karang karena populasi makroalgae akan
meningkat dengan drastis sehingga makroalgae akan mendominasi
menutupi karang. Keseimbangan populasi ini akan menjaga keseimbangan
populasi alga dan karang.

 Makroalga berupa talus yang tidak mempunyai akar, batang dan daun
sejati. Makroalga mempunyai peranan terhadap lingkungan sekitarnya
yaitu sebagai tempat perlindungan bagi jenis-jenis ikan tertentu, tempat
pemijahan, dan tempat mencari makanan alami ikan-ikan dan hewan
herbivor. Keberadaanya sebagai organisme produsen memberikan
sumbangan berarti bagi kehidupan binatang akuatik terutama herbivor di
laut.

 Bintang laut berperan penting dalam ekosistem terumbu karang, umumnya


sebagai grazer, predator dan pemakan detritus. Bintang laut berperan
sebagai penyeimbang populasi, terutama karang, yang ada di perairan
tersebut.

B. Hubungan antar komponen dalam ekosistem terumbu karang

Sistem rantai makanan merupakan sebuah siklus, semua kehidupan


hewan bergantung pada kemampuan tumbuh-tumbuhan hijau untuk
berfotosintesis. Fungsi dari rantai makanan ini adalah untuk menjaga jumlah
makhluk hidup di dalamnya, dan jangan sampai jumlah pemangsa lebih
banyak daripada jumlah mangsanya.
Ekosistem terumbu karang memiliki sebuah interaksi antar makhluk
yang hidup pada sebuah rantai makanan, umumnya sebuah rantai makanan
memiliki produsen, konsumen, serta dekomposer. Pada rantai makanan di
ekosistem terumbu karang terdapat produsen utama atau tumbuhan autotrof
yang merupakan dasar dari semua rantai makanan seperti fitoplankton.
Tumbuhan autotrof mampu mensistesis senyawa organik kompleks dari
kombinasi molekul anorganik sederhana dan energi cahaya dalam proses
yang dikenal fotosintesis. Hasil dari fotosintesis digunakan untuk proses
metabolisme. Hasil dari metabolisme akan dikonsumsi oleh tingkat konsumen
pertama.
Konsumen tingkat pertama merupakan hewan herbivora yakni
pemakan tumbuh-tumbuhan yang berasal dari produsen seperti alga.
Konsumen tingkat satu memanfaatkan tumbuh-tumbuhan yang hidup di laut
maupun zooxanthellae untuk menjadi bahan-bahan makanannya.
Konsumen tingkat kedua merupakan hewan karnivora yakni pemakan
hewan/daging seperti moluska, krustacea, biasanya memangsa konsumen
tingkat pertama. Pada konsumen tingkat ketiga merupakan hewan tingkat
tertinggi dalam rantai makanan seperti ikan hiu, biasanya memangsa
konsumen tingkat kedua. Semua organisme baik itu produsen, konsumen
tingkat pertama, kedua, dan ketiga apabila mati maka akan terurai oleh
dekomposer. Dekomposer akan menghasilkan nutrient yang diperlukan oleh
produsen untuk metabolisme produsen dan akan membentuk rantai makanan
kembali.

C. Komponen evaluasi ekosistem

i. Produktivitas
Konservasi dan pengelolaan terumbu karang secara lestari sangat produktif
dapat mendukung kehidupan nelayan setempat. Jika habitat terumbu
karang dapat berfungsi secara optimal, maka produksi ikan-ikan karang
akan dapat dimanfaatkan dan akan memberikan keuntungan secara sosial
dan ekonomi bagi masyarakat, untuk masa kini dan masa yang akan
datang.
ii. Stabilitas
Terumbu karang memainkan peranan penting dalam memelihara stabilitas
garis pantai dan iklim global.
iii. Ekuitabilitas
Kemampuan yang dapat di terapkan dalam ekosistem ini adalah dengan
melibatkan masyarakat dalam upaya pelestarian terumbu karang.
iv. Sustainabilitas
Faktor yang mempengaruhi keberlanjutan pengelolaan ekosistem terumbu
karang, yaitu kondisi terumbu karang, luas area dilindungi, pendapatan
masyarakat, penyerapan tenaga kerja pariwisata, ketersediaan SDM,
kebijakan pemerintah, dll.
KESIMPULAN
Terumbu karang adalah ekosistem di laut yang terbentuk oleh biota laut
penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama
dengan biota lain yang hidup di dasar lautan. Terumbu karang merupakan
ekosistem dinamis dengan kekayaan biodiversitasnya serta produktivitas tinggi
dan mempunyai peran yang signifikan. Secara ekologis, terumbu karang
merupakan tempat organisme hewan maupun tumbuhan mencari makan dan
berlindung. Secara fisik menjadi pelindung pantai dan kehidupan ekosistem
perairan dangkal dari abrasi laut.
Komponen penyusun ekosistem terumbu karang terdiri atas komponen
biotik dan abiotik dimana masing-masing komponen memiliki peranannya.
Komponen biotik di antaranya alga, karang lunak, dan fauna lain, sedangkan
komponen abiotiknya adalah karang mati, pasir, pecahan karang, batuan, lumpur
dan air.
Komponen rantai makanan pada ekosistem terumbu karang yaitu produsen
(organisme autotrof), konsumen (organisme heterotrof), dekomposer dimana
terjadi interaksi secara sirkular. Dalam ekosistem ada komponen yang harus
dimiliki oleh sebuah ekosistem yaitu produktivitas, stabilitas, ekuitabilitas, dan
sustainabilitas.

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Tri Aryono. (2018). Peranan ekologis spons pada ekosistem terumbu karang.
Oseana, Volume XLIII, Nomor 1 Tahun 2018 : 53–62.
file:///C:/Users/%23/Downloads/15-Article%20Text-27-1-10-20191114.pdf
Adriman dkk. (2012). ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN
EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KAWASAN KONSERVASI LAUT
DAERAH BINTAN TIMUR KEPULAUAN RIAU. Jurnal Perikanan
dan Kelautan 17,1 (2012) : 1-15.
https://media.neliti.com/media/publications/296059-analisis-keberlanjutan-
pengelolaan-ekosi-ed308098.pdf

Naiu, Chika A dkk. (2014). Kondisi Terumbu Karang di Perairan Desa Bintalahe
Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Nikè:
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume II, Nomor 1, Maret 2014.
file:///C:/Users/%23/Downloads/1248-1323-1-PB.pdf

Pratiwi, Rianta. (2017). STUDI TENTANG JENIS KRUSTASEA YANG HIDUP


DI KARANG BATU DAN PERANANNYA DALAM EKOSISTEM
TERUMBU KARANG. Oseana, Volume XLII, Nomor 1 Tahun 2017 : 47 –
57. file:///C:/Users/%23/Downloads/38-Article%20Text-69-1-10-
20191115.pdf

Anda mungkin juga menyukai