Anda di halaman 1dari 14

ORGANISME LAUT BENTHOS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Biologi Laut

Disusun oleh:
Perikanan C
Kelompok 3

Nama

NPM

Adli Muhammad A.

230110130052

Muh Aulia Rahman S.

230110130176

Wildan Shobara

230110130187

Dwi Muthiah M. P.

230110130193

Kartika Irta Dewi

230110130194

Silmi Fitriani

230110130216

PROGRAM STUDI PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia- Nya, sehingga penyususn dapat menyelesaikan
penyusunan tugas Makalah Survival dan Mortalitas. Tugas makalah yang telah
terselesaikan ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Biologi Perikanan.
Proses penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penyususn menyampaikan terima kasih
sebanyak-banyaknya kepada pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah
kali ini. Semoga bantuan, kebaikan dan dukungan yang telah diberikan kepada
penyusun selama penyelesaian makalah ini mendapat balasan yang tiada terkira
daru Tuhan Yang Maha Esa.
Penyususn menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
sangat jauh dari kata sempurna. Akhir kata, kami penyusun berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jatinangor, Februari 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
Bab

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

I.

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang...............................................................
I.2 Tujuan............................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1Benthos di Zona Subtidal...............................................
2.2.1 Organisme yang Hidup di Zona Subtidal....................
II.2Pengetian Benthos Fauna Bentik...................................
II.2.1 Pengertian Benthos.....................................................
II.2.2 Fauna Bentik...............................................................
II.2.2.1Habitat dan Distribusi Makrozoobenthos.................
II.2.2.2Makrozoobenthos sebagai Indikator Pencemaran....
II.2.2.3Faktor Lingkungan yang Memperngaruhi Keberadaan
Genus Makrozoobenthos..........................................
II.3Infauna & Epifauna........................................................
II.3.1 Diversitas Makrozoobenthos......................................
II.3.2 Makrozoobenthos sebagai Bioindikator.....................
II.3.3 Faktor abiotic yang Mempengaruhi Makrozoobentos
II.4Metode Pengamatan Benthos.........................................
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lautan telah lama dikenal sebagai salah satu ekosistem yang paling
besar, paling kompleks dan paling dinamis di dunia. Interaksi antara factor
fisik, kimia dan biologi yang terjadi di lautan sangat cepat dan terus menerus
sehingga amat menentukan kondisi ekosostem yang ada di lingkungan
periaran tersebut. Organisme yang ada harus mampu beradaptasi, baik secara
morfologis, maupun fisiologis untuk dapat bertahan hidup. Adanya gangguan
terhadap lautan dan ekosistemnya baik secara langsung maupun tidak
langsung akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia.
Bentos merupakan organisme yang hidup di dasar wilayah perairan
atau endapan, seperti laut, sungai dan perairan lainnya. Binatang yang disebut
bentos ini dapat di bagi berdasarkan cara makanannya menjadi pemakan
penyaring (seperti kerang) dan pemakan deposit (seperti siput). Siklus hidup
bentos, baik sebagian maupun keseluruhannya berada di dasar perairan baik
yang sesil, menyerap, atau yang menggali lubang.
Makrozoobenthos mempunyai peranan yang sangat penting dalam
siklus nutrient di dasar perairan. Hewan benthos hidup relative menetap,
sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, kerana selalu
kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut
dapat lebih mencerminkan adanya perubahan factor-faktor lingkunngan dari
waktu ke waktu.
1.2 Tujuan
Mengetahui apa saja benthos yang ada di zona subtidal dan bagaimana
kehidupannya. Mengetahui lebih jelas apa itu benthos dan juga benthos fauna
bentik. Selain itu kita juga dapat mengetahui apa itu banthos infauna dan
epifauna dan yang terakhir adalah mengetahui metode pengamatan benthos.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Benthos di Zona Subtidal
Bentos merupakan organisme yang hidup di dasar wilayah perairan atau
endapan, seperti laut, sungai dan perairan lainnya. Binatang yang disebut bentos
ini dapat di bagi berdasarkan cara makanannya menjadi pemakan penyaring
(seperti kerang) dan pemakan deposit (seperti siput). Siklus hidup bentos, baik
sebagian maupun keseluruhannya berada di dasar perairan baik yang sesil,
menyerap, atau yang menggali lubang. Bentos mempunyai peranan yang sangat
penting dalam siklus nutrient di dasar perairan. Karena bentos berperan sebagai
salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga
planktonik sampai konsumen tingkat tinggi.
Zona Subtidal merupakan daerah yang terletak antara batas air surut
terendah di pantai dengan ujung paparan benua (continental shelf), dengan
kedalaman sekitar 200 meter. Pada skema klasifikasi ini dikenal sebagai
sublitoral. Zona paparan atau sublitoral adalah zona bentik pada paparan benua di
bawah zona pelagik neritik. Zona ini mendapat cahaya dan pada umumnya dihuni
oleh bermacam jenis biota laut yang melimpah dari berbagai komunitas, termasuk
padang lamun dan terumbu karang. Zona subtidal meliputi daerah dibawah ratarata level pasang surut yang rendah dan biasanya selalu digenangi air secara terus
menerus.
Zonasi zona subtidal terdiri dari lingkungan sedimen tanpa vegetasi,
substrat keras yang didominasi oleh tanaman dan hewan berkulit keras, hamparan
dan hutan kelp dan daerah padang lamun. Karakteristik zona Subtidal yaitu zona
ini merupakan zona fotik (masih mendapatkan cahaya), kedalaman sekitar 200 m,
terdiri dari sedimen lunak, pasir, lumpur, dan sedikit daerah dengan substrat keras,
turbulensi tinggi, suhu berubah secara musiman dan makanan melimpah.
2.1.1 Organisme yang Hidup di Zoba Subtidal
Secara ekologis ada 3 kelompok organisme yang hidup di daerah subtidal:

1. Epifauna adalah organisme bentik yang hidup pada atau, dalam keadaan
lain berasosiasi dengan permukaan.
2. Infauna adalah organisme yang hidup di substrat lunak. Organisme infauna
di golongkan menurut ukurannya.
3. Predator-predator besar dan bergerak aktif dan seperti ikan dan kepiting
Contoh Organisme Subtidal yaitu Anemon laut, ganggang, bulu babi dan bintang
laut.
2.2 Pengertian Benthos Fauna Bentik
2.2.1 Pengertian Benthos
Bentos merupakan kelompok organisme yang hidup di dalam atau di
permukaan sedimen dasar perairan. Bentos memiliki sifat kepekaan terhadap
beberapa bahan pencemar, mobilitas yang rendah, mudah ditangkap dan memiliki
kelangsungan hidup yang panjang. Berdasarkan sifat hidupnya, bentos dibedakan
menjadi fitobentos yaitu bentos yang bersifat tumbuhan dan zoobentos yaitu
bentos yang bersifat hewan.
2.2.2 Fauna Bentik
Zoobentos adalah hewan yang melekat atau beristirahat pada dasar atau
hidup di dasar endapan (Odum, 1984). Hewan ini merupakan organisme kunci
dalam jaring makanan karena dalam sistem perairan berfungsi sebagai pedator,
suspension feeder, detritivor, scavenger dan parasit. Menurut Lalli dan Pearsons
(1993), hewan bentos dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuh yang bisa
melewati lubang saring yang dipakai untuk memisahkan hewan dari sedimennya.
Berdasarkan kategori tersebut bentos dibagi atas :
a. Makrozoobentos, kelompok hewan yang lebih besar dari 1,0 mm. Kelompok
ini adalah hewan bentos yang terbesar, jenis hewan yang termasuk kelompok ini
adalah molusca, annelida, crustaceae, beberapa insekta air dan larva dari diptera,
odonata dan lain sebagainya.
b. Mesobentos, kelompok bentos yang berukuran antara 0,1 mm -1,0 mm.
Kelompok ini adalah hewan kecil yang dapat ditemukan di pasir atau
lumpur.Hewan yang termasuk kelompok ini adalah molusca kecil, cacing kecil,
dan crustaceae kecil.

c. Mikrobentos, kelompok bentos yang berukuran lebih kecil dari 0,1 mm.
Kelompok ini merupakan hewan yang terkecil. Hewan yang termasuk ke
dalamnya adalah protozooa khususnya cilliata.
Odum (1994) menyatakan makroinvertebrata air (makrozoobenthos)
memegang peranan penting dalam ekosistem perairan dan menduduki beberapa
tingkatan trofik pada rantai makanan. Kedudukan makroinvertebrata air di dalam
tingkatan trofik digolongkan ke dalam kelompok :
a. Grazers dan Serapers, adalah herbivor pemakan tumbuhan air dan periphyton.
Taksa yang termasuk ke dalam golongan ini adalah Ecdyonurus sp.
(Ephemeroptera), Gastropoda, Elmis sp. dan Latelmis sp. (Coleoptera).
b. Shredders adalah detritivor pemakan partikel organik kasar. Takson yang
tergolong ke dalam golongan ini adalah Tipula sp. (Diptera), Neumora sp.
(Plecoptera).
c. Collector adalah detritivor pemakan organik halus. Berdasarkan cara
pengambilan makanannya collector dapat dibagi dua yaitu golongan filter
feeder (contoh : Simulidae (Diptera), Rheotanytarsus sp., Hydropsyche sp dan
golongan deposit feeder (contoh : Chiromonidae, Orthoeladine, Diamesiae)
d. Predator adalah carnivor pemakan hewan lain. Taksa yang termasuk golongan
ini adalah Tanypodidae (Diptera), Perla sp.,(Plecoptera) dan Hirudinae.
2.2.2.1 Habitat dan Distribusi Makrozoobenthos
Makrozoobentos merupakan organisme yang banyak ditemukan di
perairan laut, estuari, maupun perairan tawar. Menurut habitatnya makrozoobentos
dapat

dikelompokkan

menjadi

infauna

dan

epifauna.

Infauna

adalah

makrozoobentos yang hidupnya terpendam di dalam substrat perairan dengan cara


menggali lubang, Sebagian hewan tersebut bersifat sesil. Epifauna adalah
makrozoobentos yang hidup di permukaan dasar perairan, gerakannya lambat di
atas permukaan substrat yang lunak atau menempel dengan kuat pada substrat
padat yang terdapat di dasar (Levinton, 1982). Menurut Lalli dan Parson (1993
kelompok infauna sering mendominasi komunitas substrat yang lunak dan
melimpah di daerah subtidal, sedangkan kelompok epifauna dapat ditemukan pada
semua jenis substrat tetapi lebih berkembang pada substrat yang keras dan
melimpah di daerah intertidal.

2.2.2.2 Makrozoobenthos sebagai Indikator Pencemaran


Alasan pemilihan makrozoobentos sebagai indikator biologis menurut
Tarigan (2009 ), yaitu mobilitas terbatas sehingga memudahkan dalam
pengambilan sampel, ukuran tubuh relatif besar sehingga memudahkan untuk
identifikasi, hidup di dasar perairan, relatif diam sehingga secara terus menerus
terdedah (exposed) oleh air sekitarnya serta pendedahan yang terus menerus
mengakibatkan makrozoobentos dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.
Menurut Hawkes (1979) dalam Sastrawijaya (1991) dengan mempelajari
komposisi jenis makrozoobentos di suatu perairan dapat diketahui apakah perairan
tersebut sudah tercemar atau belum. Perairan yang masih baik dapat menunjang
keragaman jenis makrozoobentos yang hidup pada perairan tersebut. Sebaliknya
perairan dengan kualitas yang tidak baik keragaman makrozoobentosnya akan
menurun atau sedikit.
2.2.2.3 Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Keberadaan Genus
Makrozoobentos
Makrozoobentos sebagai organisme dasar perairan, memiliki habitat yang
relatif tetap. Perubahan kondisi lingkungan sangat mempengaruhi keragaman dan
distribusi makrozoobentos. Nybakken (1992) menyatakan sifat fisik dan kimia
perairan sangat penting di dalam ekologi. Oleh karena itu selain melakukan
pengamatan faktor biotik seperti makrozoobentos, perlu juga dilakukan
pengamatan faktor-faktor lingkungan dalam suatu perairan. Faktor lingkungan
yang mempengaruhi keragaman dan distribusi makrozoobentos antara lain:
a. Suhu Perairan
Bila suhu dalam suatu perairan mengalami kenaikan, maka kelarutan oksigen
dalam perairan akan naik dan menyebabkan hadirnya berbagai organisme perairan
termasuk makrozoobentos. Batas toleransi hewan bentos terhadap suhu perairan
tergantung jenisnya. Umumnya temperatur di atas 30C dapat menekan
pertumbuhan populasi hewan bentos (James dan Evison, 1979).
b. Penetrasi Cahaya

Banyaknya sinar matahari yang masuk ke kolom air berubah-ubah tergantung


pada intensitas cahaya, banyaknya pemantulan di permukaan, sudut datang cahaya
dan transparansi permukaan air (Wiwoho, 2008).
c. Kecepatan Arus.
Menurut Kementerian Lingkungan hidup (2011) arus mempunyai pengaruh positif
maupun negatif terhadap kehidupan biota perairan. Di perairan dengan dasar
lumpur arus dapat mengaduk endapan lumpur sehingga mengakibatkan kekeruhan
air yang dapat menyebabkan kematian bagi beberapa biota perairan. Manfaat dari
arus bagi banyak biota adalah menyangkut penambahan makanan bagi biota-biota
tersebut.
d. Substrat Dasar Susunan
Substrat dasar merupakan salah satu faktor utama yang sangat mempengaruhi
kehidupan, perkembangan dan keragaman makrozoobentos (Hynes, 1976).
Substrat dasar berupa bebatuan merupakan tempat bagi spesies yang melekat
sepanjang hidupnya, sedangkan substrat dasar yang halus seperti pasir dan lumpur
menjadi tempat makanan dan perlindungan bagi organisme yang hidup di dasar
perairan (Lalli dan Parsons, 1993).
2.3 Infauna & Epifauna
2.3.1 Diversitas (Keanekaragaman) Makrozoobenthos
Makrozoobenthos merupakan organisme yang hidup di dasar perairan dan
tersaring oleh saringan yang berukuran mata saring 1,0x1,0 milimeter atau 2,0x2,0
mm, yang pada pertumbuhan dewasanya berukuran 3-5 mm. Ukuran yang
digunakan sebagai dasar dalam klasifikasi adalah sebagai berikut:
a. Mikrofauna: hewan-hewan yang mempunyai ukuran < 0,1 mm. Seluruh
Protozoa termasuk dalam golongan ini.
b. Meiofauna: hewan-hewan yang mempunyai ukuran antara 0,1 mm
sampai 1,00 mm. Protozoa yang berukuran besar, Cnidariacacing-cacing yang
berukuran kecil dan beberapa Crustacea yang berukuran sangat kecil termasuk
dalam golongan ini.

c. Makrofauna: hewan-hewan yang mempunyai ukuran > 1,0 mm. ini


termasuk Echinodermata, Crustacea, Annelida, Molusca dan anggota Phylum
lainnya.
Berdasarkan kebiasaan hidupnya, fauna bentuk dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan, yaitu :
1. In-fauna yaitu Benthos yang hidupnya di dalam sedimen atau menggali
lubang di dasar perairan, misalnya : Crustacea dan larva serangga.

Gambar 1.1: Beberapa contoh hewan infauna yang memperlihatkan kebiasaan-kebiasaan


yang berbeda di dalam menggali lubang. (a) cacing, (b) tiran, (c) Macoma, (d) remis.

2. Epi-fauna yaitu Benthos yang hidupnya dipermukaan dasar perairan


atau menempel pada daun-daun lamun, misalnya :

Bivalvia,

Gastropoda, Polichaeta,
Berdasarkan cara makannya, makrozoobenthos dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu :
a. Pemakan suspensi (Suspension Feeder) yaitu Benthos yang menyaring
partikel-partikel detritus yang masih melayanglayang di perairan, misalnya:
kerang.
b. Pemakan deposit (Deposit Feeder) yaitu Benthos yang memiliki sifat
mengumpulkan detritus yang telah mengendap di dasar perairan, misalnya :
siput.

Gambar 2.2: Beberapa contoh makrozoobenthos dari phylum Molusca

Keterangan :A. Telescopium telescopium (kerang bakau);B. Terebralia palustris;


C. Littorina scabra (siput)
2.3.2 Makrozoobenthos Sebagai Bioindikator
Komunitas

makroinvertebrata

bentik

(makrozoobenthos)

merupakan

indikator yang baik untuk kondisi lokal, karena organisme ini bersifat sessile
(tidak banyak bergerak atau migrasi terbatas) sehingga organisme ini sangat tepat
untuk mendeteksi polutan yang bersifat site-specific (misalnya studi pada daerah
hulu dan hilir suatu sungai, estuarine dan sebagainya).
Alasan pemilihan makrozoobenthos sebagai indikator ekologi adalah
pergerakannya yang sangat terbatas sehingga memudahkan dalam pengambilan
sampel, ukuran tubuh relatif besar sehingga memudahkan untuk diidentifikasi,
hidup di dasar perairan serta relatif diam sehingga secara terus-menerus terdedah
(exposed)

oleh

air

sekitarnya

serta

pendedahan

yang

terus-menerus

mengakibatkan Benthos sangat terpengaruh oleh berbagai perubahan lingkungan


yang mempengaruhi kondisi air tersebut.
2.3.3 Faktor-Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Makrozoobenthos
Faktor-faktor abiotik yang mempengaruhi kehidupan makrozoobenthos :
A. Faktor Fisika
1) Suhu
Perubahan suhu air yang drastis dapat mematikan biota air karena terjadi
perubahan

daya

angkut

darah.

Suhu

yang

baik

untuk

pertumbuhan

makrozoobenthos berkisar antara 250 C sampai 300 C.


2) Kecerahan

Kecerahan dan kekeruhan mempunyai peranan yang penting bagi hewanhewan yang mencari makan dan melakukan interaksi biotik lainnya secara visual.
3) Substrat Dasar
Keadaan substrat dasar merupakan faktor yang sangat menentukan
komposisi hewan Benthos dalam suatu perairan. Benthos pemakan deposit
cenderung melimpah pada sedimen lempung, dan sedimen lunak yang merupakan
daerah yang mengandung bahan organik yang tinggi, sedangkan Benthos pemakan

suspensi lebih berlimpah pada substrat yang berbentuk pasir dan bahan organik
lebih sedikit.
B. Faktor Kimia
1. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD yang tinggi akan akan menurunkan kandungan kandungan oksigen
terlarut didalam air karena akan digunakan oleh mikroorganisme aerobik dalam
proses penguraian senyawa organik.
Hal ini akan mengakibatkan kehidupan makrozoobenthos di dalam perairan
terganggu dikarenakan oksigen terlarut yang akan digunakan makrozoobenthos
telah terpakai untuk proses penguraian mikroorganisme aerobik.
2. Derajat Keasaman (pH)
pH suatu sistem harus dipertahankan dalam batas tertentu untuk
memperoleh fungsi yang optimal.33 Sebagian Benthos termasuk Gastropoda yang
terdapat pada perairan memiliki derajat toleransi keasaman berkisar >7,0 dan pada
Bivalvia mempunyai kisaran lebih luas yaitu 5,6 sampai 8,3.344).
3. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat pada perairan. Nilai
salinitas perairan air tawar biasanya kurang dari 0,5o/oo , perairan payau antara
0,5o/oo-30o/oo, dan perairan laut 30o/oo-40o/oo. Pada perairan hipersaline, nilai
salinitas dapat mencapai kisaran 40o/oo-80o/oo.
Keterangan : Promil (0/00 ) = gram/1 liter air
2.4 Metode Pengamatan Benthos
Bentos mencakup semua organisme yang hidup didasar atau di dalam
dasar perairan.

Berdasarkan ukurannya, bentos dikelompokkan menjadi

makrobentos (tersaring dengan alat saringan bertingkat atau SIEVE SET. US.
30) dan mikrobentos. Menurut Fachrul (2007) ukuran bentos diantaranya adalah
makrobentos yaitu 1,0 -5,0 mm, mesobentos yaitu 0,1 -1,0 mm dan mikrobentos
yaitu < 0,1 mm.

Pengambilan contoh bentos di danau atau sungai yang berarus lemah serta
subtrat dasar yang lunak, umumnya menggunakan Ekcman Grab.
a. Metode Kicking
Langkah awal yaitu menentukan lokasi pengambilan sampel bentos dan
ditentukan jarak pengambilan sampel bentos. Diambil jaring kicking/ jaring
bentos lalu disiapkan tiang jala dan dipegang tiang jala tersebut dengan arah
melawan arus, lalu diaduk dasar perairan dengan dua kaki secara bersamasama untuk melepaskan organisme dari dasar perairan sehingga organisme
akan masuk kedalam jala. Setelah itu, diperiksa jala tersebut apakah ada
organisme didalamnya. Kemudian disaring dengan menggunakan saringan
dengan pinset dan dicuci organisme yang tersaring dengan air lalu
dipindahkan ke wadah sampel. Diawetkan dengan alkohol 96% dan diamati
lalu dimasukkan tabel.
b. Metode Eckman Grab
Pertama-tama

disiapkan

eckman

grab

dibuka

penutupnya.

Lalu,

dimasukkan kedalam kolam secara tegak lurus sampai ke dasar. Hal itu
dimaksudkan agar pemberat mudah jatuh kedalam perairan. Kemudian,
dijatuhkan pemberatnya hingga berbunyi dan setelah itu ditarik pelanpelan ke permukaan. Lalu, dibuka penutupnya dan diletakkan sampel
bentos yang didapatkan ke dalam nampan. Setelah itu, diamati jenis bentos
dengan lonp dan dimasukkan botol film dan diberi alkohol 75 %.
Kemudian benthos dikelompokkan berdasarkan jenis lalu dihitung dan
didapatkan hasil yang kemudian dimasukkan kedalam tabel l`poran. Untuk
pengambilan bentos di sungai yang dangkal dan subtrat dasar yang keras /
bebatuan digunakan Surber atau Square-Foot Sampler dan atau bingkai
kuadrat. Pengumpulan bentos pada masing-masing lokasi dapat secara
acak maupun secara stratifikasi (Dahuri, 1997). Metode pengambilan
sample bentos menurut Suin (2002) dapat dilakukan dengan Metode
kolonisasi, Metode perangkap dan Metode tangkap segera.

DAFTAR PUSTAKA
Nybakken, J.W., 1992. (Terjemahan: H.M. Eidman et al ) Biologi Laut Suatu
Pendekatan Ekologis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Odum, E. P. 1971. Dasar-Dasar Ekologi. Diterjemahkan Oleh T. Samingan.
Gadjah Mada

University press. Yogyakarta.

Prahasta, E. 2002. Sistem Informasi Geografis: Tutorial Arcview. Informatika,


Bandung.

Supriyadi, I. H and T. E. Kurinadewa. 2008. Seagrass

Distribution at Small Island:

Derawan

Archipelago,

Kalimantan Province, Indonesia. Oseanologi dan Limpnologi

East
di

Indonesia. 34 (1) p: 83-99.


Supriyadi, I. H. 2008. Pemetaan Padang Lamun di Perairan Indonesia: Kema
Minahasa Utara,

Sulawesi utara. P2O-LIPI, Jakarta.

Supriyadi, I. H. 2010. Pemetaan Padang Lamun di Perairan Teluk Toli-Toli dan


Pulau Sekitarnya

Sulawesi Barat. 36 (2) p: 147-164

Sunarto, dkk.2010. Study Of Bentos Community Based On Diversity And


Similarity Index In Cengklik Dam Boyolali. Jurnal EKOSAINS Vol. II,
No. 2 . http://eprints.uns.ac.id/1451/1/20-38-1-SM.pdf. 23 Februari 2015.
Nimas, Putri dkk. (2010). Laporan Praktikum Biota Bentik di Pantai Kenjeran
Surabaya. Surabaya : FMIPA Institut Teknologi Sepuluh November.
Hakim,L. 2009. Makrozoobenthos Sebagai Indikator Pencemaran Lingkungan.
http//ilmukelautan.com.
Mayasari, I. 2011. Keanekaragaman Makrozoobentos di Ekosistem Mangrove
Iboih Sabang Provinsi Aceh. Skripsi. Banda Aceh: Universitas Syiah
Kuala.
Anonim (2010). Ekologi. Semarang
Odum, E. P., 1971. Fundamentals of Ecology. W. B. Saunder Company.
Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai