BAB 1. PENDAHULUAN
dapat dilakukan dengan syarat adanya hewan atau organisme hidup serta adanya
wadah atau tempat untuk pembudidaya. Salah satu organisme yang paling sering
dibudidayakan adalah udang vaname. Udang vaname adalah jenis udang yang
memiliki prospek dan profit yang menjanjikan (Dabu dkk., 2014 dalam Arsad
yaitu aspek internal dan aspek ekstrenal. Aspek internal meliputi asal dan kualitas
benih sedangkan pada aspek eksternal meliputi kualitas air budidaya, pemberian
pakan dan penyakit pada udang. Pakan merupakan faktor yang paling banyak
pakan yang besar banyak pembudidaya udang tradisonal maupun modern belum
melakukan pemberian pakan yang efektif. Harga pakan yang makin naik menjadi
budidaya udang. Penyakit yang sering menyerang udang vaname ada tiga
golongan yaitu White Spot Syndrome Virus (WSSV), Taura Syndrome Virus
sampai saat ini permasalahan virus tersebut masih menganggu budidaya udang
pertumbuhan serta kelangsungan hidup udang. Adanya hama dan penyakit pada
pada makanan menurun yang diakibatkan oleh terganggunya fungsi organ tubuh
seperti antena dan antenulla, sehingga udang tidak lagi dapat mendeteksi makanan
dan menyebabkan perubahan metabolisme tubuh udang serta energi yang masuk
kedalam tubuh udang menjadi kurang dan juga dapat mempengaruhi aktivitas
renang udang menjadi pasif (Priatni 2006 dalam Rahma dkk., 2014).
vaname.
Udang vaname adalah jenis udang yang memiliki bentuk tubuh berbuku-
buku dan aktivitas berganti kulit luar (eksoskeleton) secara periodic (moulting).
Udang vaname juga memiliki bagian tubuh yang sudah mengalami modifikasi
kedalam lumpur (burrowing), dan memiliki organ sensor seperti, pada antenna
dan antenula (Haliman dan Adijaya, 2004 dalam Tobing, 2019). Udang adalah
jenis hewan yang memiliki bentuk tubuh yang dapat dilihat dari luar dan bentuk
4
tubuh udang dapat dilihat dari luar terdiri dari tiga bagian yaitu, bagian depan atau
yang disebut cephalothorax, bagian yang dapat menyatu dengan kepala serta
bagain belakang (perut) disebut abdomen dan bagian yang terakhir adalah ekor
atau yang disebut dengan uropod yang terletak diujungnya (Suyanto dan
pembuhan telur yang kemudian berkembang menjadi naupli, mysis, post larva,
juvenile, dan yang terakhir berkembang menjadi udang dewasa. Udang yang telah
dewasa kemudian memijah secara seksual di air laut dalam. Setelah itu masuk ke
stadia larva dari stadia larva naupli sampai pada stadia juvenile dan kemudian
berpindah ke perairan yang lebih dangkal dimana terdapat lebih banyak vegetasi
yang berfungsi sebagai tempat pemeliharaan. Udang yang sudah mencapai tahap
remaja akan kembali kelaut lepas dan menjadi dewasa dan siklus udang
Siklus udang vaname juga terdiri dari beberapa proses dan tahap yaitu:
dimulai dari udang penaeid dewasa yang hidup dan bertelur di laut, setelah telur
menetas menjadi larva tingkat pertama yang disebut nauplius dan kemudian
berkembang menjadi Mysis setelah 5 hari. Mysis tadi akan berkembang menjadi
post larva setelah 4-5 hari. Post larva udang kaki bergerak mendekati pantai dan
menjadi udang muda (juvenile). Perairan estuary adalah perairan yang banyak
terdapat kekayaan nutrient, yang mana sangat dibutuhkan untuk kehidupan larva
5
selama proses perkembang biakan. Proses dan tahapan inilah yang menyebabakan
banyak ditemukannya post larva disepanjang pantai dan didaerah hutan bakau
(Panjaitan, 2012).
Udang vaname adalah jenis udang laut yang habitat aslinya didaerah dasar
dengan kedalam 72 meter. Habitat udang kaki berbeda-beda tergantung dari jenis
udang kaki bersifat bentis dan hidup pada permukaan dasar laut. Habitat yang
paling disukai udang kaki adalah dasar laut yang bisanya ada campuran lumpur
dimana udang yang telah dewasa hidup dilaut terbuka dan udang yang telah muda
bermigrasi kearah pantai. Habitat asli udang yang telah matang gonad, kawin dan
bertelur adalah berada diperairan lepas pantai dengan kedalam sekitar 70 meter
pada suhu 26-28oC dengan salinitas sekitar 35 ppt (Wyban dan Sweeney, 1991
karbohidrat, vitamin dan mineral. Pakan sangat dibutuhkan dalam budidaya udang
karena didalam pakan terdapat nutrisi yang digunakan udang kaki sebagai sumber
kimiawi berupa getaran dengan bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu-bulu
halus (seta). Bantuan sinyal kimiawi udang dapat merespon sumber pakan untuk
mendekati atau menjauhi sumber pakan tersebut. Udang secara alami tidak
6
mampu mensintesis protein dan asam amino serta senyawa anorganik, oleh karena
itu asupan protein dalam bentuk pakan buatan sangat dibutuhkan udang.
benih udang semakin padat memungkinkan ketersedian pakan alami akan semakin
sedikit dan udang akan bergantung pada pakan buatan. Pemberian pakan buatan
didasrkan pada sifat dan tingkah laku udang kaki (Nuhman, 2008).
Udang vaname mempunyai sifat mencari makan pada siang hari dan
malam hari (diunar dan nokturnal) dan sangat rakus. Sifat udang yang seperti itu
pemberian pakan yang diberikan (Nuhman, 2008). Kebiasaan makan udang kaki
dapat merespon dengan cepat pakan yang mengandung senyawa organik, seperti
protein, lemak dan asam lemak dengan cara mendekati sumber pakan tersebut
(Ghufran, 2007).
Congcong atau keong bakau adalah hewan yang sering ditemukan didaerah
lahan bekas tambak atau disekitaran pohon bakau. Klasifikasi dari congcong
umum : Congcong.
7
dan agak sedikit mendatar pada bagian dasar cangkangnya. Congcong juga
memiliki warna cangkang yang sedikit gelap seperti berwarna coklat keruh, coklat
keunguan, dan coklat kehitaman serta lapisan luar cangkang congcong dilengkapi
garis spiral yang sangat rapat dan mempunyai jalur yang melengkung kedalam.
Cangkang keong memiliki panjang yang berkisar antara 7,5-11 cm (Barnes 1974
Lahan terbuka merupakan salah satu tempat yang paling disukai oleh
congcong kerena memiliki banyak sinar matahari serta memiliki substrat lumpur
halus ditengah hutan. Congcong merupakan jenis moluska asli mangrove yang
secara alami memilih hutan mangrove sebagai tempat hidup. Alasan congcong
memilih hutan mangrove sebagai tempat hidup karena hutan mangrove memiliki
genangan air yang cukup luas, kaya akan bahan organic serta tempatnya yang
yang berasal dari famili Potamididae yang hidupnya di air payau pada substrat
8
dasar berlumpur dan dipengaruhi oleh pasang surut. Saat air mengalami pasang
virus, dan jamur. Hal ini merupakan masalah utama pada setiap budidaya udang
ini basanya terjadi dikarenakan salah satu faktor yaitu udang mengalami gangguan
seperti stress dan akan lebih mudah terserang penyakit (Rosnizar dkk., 2018).
Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan produksi budidaya udang
dapat dilihat dengan beberapa faktor seperti faktor fisika, kimia dan biologi.
Pengelolaan kualitas air dan perlakuan jika terjadi penyimpangan nilai optimal
parameter kualitas air (Putra dan Manan, 2014). Adapun beberapa kualiatas air
yang sering dikontrol dalam wadah pemeliharaan antara lain pH, suhu, salinitas,
oksigen terlarut.
9
2.4.1 Suhu
Suhu adalah salah satu faktor yang paling penting untuk kehidupan
organisme di perairan. Suhu merupakan salah satu faktor eksternal yang paling
mudah untuk diteliti dan ditentukan. Suhu pada perairan dapat mempengaruhi
Hamuna dkk., 2018). Suhu yang optimal untuk budidaya udang adalah berkisar
bahan organik oleh mikroba (Effendi, 2003 dalam Hanuma dkk., 2018). Kenaikan
suhu pada perairan dapat menyebabkan stratifikasi atau pelapisan air, stratifikasi
air dapat berpengaruh terhadap pengadukan air dan diperlukan dalam rangka
penyebaran oksigen sehingga dengan adanya pelapisan air tersebut dilapisan dasar
maka tidak akan menjadi anaerob. Perubahan suhu pada permukaan juga dapat
dalam suatu cairan dan merupakan indikator baik buruknya suatu perairan. pH
pada suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia yang cukup penting
2018).
10
2.4.3 Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air,
dimana salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air. Semakin tinggi
salinitas pada air maka akan semakin besar pula tekanan osmotiknya. Perbedaan
salinitas pada periaran dapat terjadi karena adanya perbedaan penguapan dan
Salinitas yang baik atau optimal untuk pertumbuhan udang vaname adalah
salinitas yang berkisar antara 15-25 ppt (Sahrijannah dan Sahabuddin, 2014).
Nilai salinitas dipengaruhi oleh dua faktor yaitu horizontal dan vertikal. Pada
sebaran horizontal salinitas dipengaruhi oleh pola sirkulasi air, penguapan dan
curah hujan. Sedangkan secara vertikal salinitas terbagi menjadi dua yaitu, pada
lapisan permukaan yang tercampur baik dan memiliki nilai salinitas yang
beragam, lapisan dengan perubahan salinitas yang relative besar atau yang disebut
lapisan haloklin, dan lapisan dengan nilai salinitas yang seragam dan berada
dibawah lapisan haloklin hingga lapisan dasar (Garrison, 2004 dalam Kalangi
dkk., 2013).
Oksigen adalah salah satu unusur kimia yang sangat pentig bagi kehidupan
digunakan untuk mengurai zat organik. Oksigen terlarut dalam air berasal dari
difusi udara dan hasil proses fotosintesis organisme berklorofil yang hidup dalam
mengoksidasi zat hara yang masuk kedalam tubuhnya (Nybakken, 1988 dalam
Simanjuntak, 2007).
Kadar oksigen yang optimal untuk budidaya udang vaname adalah berksisar
3.55 mg/L (Sahrijannah dan Sahabuddin, 2014). Oksigen terlarut adalah salah satu
parameter yang sangat berperan penting dalam suatu perairan. Oksigen terlarut
Kadar oksigen terlarut suatu perairan dapat di pengaruhi oleh suhu. Selain di
pengaruhi oleh suhu, oksigen terlarut juga di pengaruhi oleh faktor lain seperti
tekanan uap air dan salinitas. Adanya fluktuasi suhu pada kolam perairan akan
merubah proses dan reaksi oksigen terlarut dan dapat merubah konsentrasi
dan Penyakit pada Budidaya Udang Vaname, yang dilaksanakan pada hari rabu
Tadulako, palu.
Akuakultur mengenai Hama dan Penyakit pada Budidaya Udang Vaname, adalah
sebagai berikut:
Tabel 3-1. Alat yang digunakan pada praktikum Penyakit Organisme Akuakultur
Nomor Nama alat Kegunaan
1. Akuarium atau baksom Wadah tempat pemeliharaan organisme
2. Seser Untuk menangakap udang
3. Timbangan digital Menimbang udang dan pakan
4. Thermometer Mengukur suhu
5. pH meter Mengukur derajat keasaman
6. Aerator Penyuplai oksigen
8. DO meter Mengukur kadar oksigen terlarut
9. Refraktometer Mengukur salinitas
Adapun beberapa bahan yang digunakan pada praktikum, yaitu:
Vaname, yaitu:
telah direndam dengan klorin tadi dibias menggunakan air bersih hingga
liter.
pemeliharaan.
7. Mengukur kualitas air mulai dari pH, suhu, salinitas dan oksigen terlarut
masing percobaan yang dilakukan sebanyak 2 kali (pagi dan sore) selama
14
Cacat jumlah udang yang mati setiap pengamatan yang dilakukan selama 2
kali sehari.
10. Memberikan pakan sebesar 10% dari berat biomassa organisme uji dan
11. Pada akhir percobaan ukurlah kualiats air (suhu, pH, dan oksigen terlarut)
( SR = (Nt/No) × 100% )
Dimana : SR = sintasan (%)
( W = Wt - Wo )
mg 1.000
O₂= × p × N ×8
L V
Keterangan:
Ikan
A1 1 H0 Organisme uji Organisme uji dalam keadaan lemah
bergerak aktif
H1 Organisme uji Organisme uji mulai normal
bergerak pasif
H2 Organisme uji Organisme uji dalam keadaan normal
bergerak pasif
H3 Organisme uji Organisme uji dalam keadaan normal
bergerak pasif
H4 Organisme uji Organisme uji dalam keadaan normal
bergerak pasif
H5 Organisme uji Organisme uji dalam keadaan normal
bergerak pasif
H6 Organisme uji Organisme uji dalam keadaan normal
bergerak sangat
aktif
H7 Organisme uji Organisme uji dalam keadaan normal
bergerak sangat
aktif
2 H0 Bergerak pasif Organisme uji dalam keadaan lemah
H1 Mulai aktif Organisme uji dalam keadaan sehat
bergerak
H2 Aktif bergerak Organisme uji dalam keadaan sehat
H3 Aktif bergerak Organisme uji dalam keadaan sehat
H4 Aktif bergerak Organisme uji dalam keadaan sehat
H5 Aktif bergerak Organisme uji dalam keadaan sehat
H6 Aktif bergerak Organisme uji dalam keadaan sehat
H7 Aktif bergerak Organisme uji dalam keadaan sehat
A2 1 H0 bergerak pasif Organisme uji dalam keadaan gelisah
H1 tidak ada gerakan Organisme uji dalam keadaan mati
sama sekali
17
disetiap wadah serta hama yang digunakan juga berbeda-beda disetiap wadah.
Pada awal pemeliharaan keadaan udang pada semua wadah masih bergerak aktif
dan normal, sedangkan pada hari kedua sebagian udang diwadah pemeliharaan
yang tidak menggunakan aerasi dan ada hama didalamnya mengalami kematian
massal. Kematian massal yang terjadi pada udang, karena udang tidak
mendapatkan oksigen dan hama yang ada didalamnya membuat ruang gerak
terbatas, sehingga udang mudah stress serta daya tahan tubuhnya kurang. Tingkah
laku udang pada wadah yang menggunakan aerasi, memiliki perubahan seperti
respon terhadap makanan menjadi lambat serta keadaan udang gelisah dan sering
kebutuhan udang bisa menjadi salah satu pengaruh terdapat pertumbuhan serta
tingkah laku udang, dimana nutrisi yang udang butuhkan untuk memenuhi energy
dalam tubuhnya, yaitu protein, karbohidrat, dan lemak. Pemberian pakan pada
udang juga harus menyesuaikan dari kebisaan makan serta tingkah laku ikan,
karena adanya sebagian udang yang respon terhadap pakan kurang baik (Tahe
dkk., 2011).
sesuai dengan perlakuan dan pengamatan yang dilakukan. Berikut adalah hasil
tingkat kelangsungan hidup pada udang yang diamati, dapat dilihat pada diagram
Gamb
Berdasarkan hasil dari diagram diatas dapat kita lihat bahwa tingkat
kelangsungan hidup pada udang vaname kebanyakan wadah hanya 0%, tetapi
tidak disemua wadah melainkan ada wadah dengan perlakuan yang tidak
udang dapat mencapai 10% dari wadah yang lain. Pengaruh hama dapat
organisme, hama dapat menjadi kompetitor atau penyaing pada udang dalam hal
seperti pakan, oskigen terlarut serta ruang gerak organisme menjadi terbatas
dikarenakan keberadaan hama. Tidak hanya sebagai penyaing, tetapi hama juga
24
dkk., 2017).
berbeda-beda setiap perlakuan. Berikut ini adalah hasil dari pengamatan yang
udang vaname pada setiap wadah berbeda-beda. Pada wadah perlakuan B1dan C1
pada udang. Perbedaan pertumbuhan pada udang disetiap wadah dan perlakuan
terjadi karena, pada wadah terdapat hama serta tidak adanya bantuan oksigen atau
aerasi, sedangkan diwadah yang lain tidak ada hama dan ada bantuan
25
oksigen/aerasi.
mana sangat dibutuhkan udang untuk tumbuh dan bertahan hidup. Selain hama
Pemberian pakan yang tidak sesuai dapat mempengaruhi laju pertumbuhan udang
vaname. Pakan yang diberikan pada udang harus sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan, karena pakan yang diberikan akan digunakan untuk tumbuh sehingga
pakan yang kurang dan tidak memenuhi kebutuhan udang dapat mengakibatkan
penurunan bobot atau berat tubuh udang, kerana cadang makanan yang ada
didalam tubuh digunakan untuk beraktivitas (Susilo dkk., 2002 dalam Mansyur
dkk., 2011).
4.4.1 Suhu
pengamatan pada setiap perlakuan dan wadah yang berbeda, suhu pada pagi hari
dan wadah yang berbeda-beda. Hasil pengukuran pH diwaktu pagi dan sore dapat
Gamb
minggu pH yang didapatkan berbeda-beda pada setiap wadah dan pH juga tidak
terlalu mengalami fluktusi, dan masih dalam keadaan yang optimal dalam harian.
pH yang paling tinggi terjadi pada waktu sore hari, dan waktu pagi hari pH tidak
oleh fitoplankton melalui proses fotosintesis, sedangkan pada waktu pagi hari pH
rendah karena kadara CO2 digunakan udang untuk respirasi (Malik, 2014 dalam
4.4.3 Salinitas
29
wadah yang berbeda hasil dari salinitas pada udang vaname, dapat dilihat pada
dan hama yang digunakan juga berbeda. Salinitas dalam wadah diwaktu pagi
mengalami fluktuasi disetiap wadah dan waktu sore hari pun sama mengalami
udang vaname selama pemeliharaan adalah berkisar antara 15-25 ppt, sainitas
menurun maka diperlukan adanya penambahan air yang bersalinitas tertentu serta
dan diwadah yang berbeda-beda, hasil dari oksigen terlaut dapat dilihat pada
fluktuasi harian yang sangat ekstrim, yang mana terjadi perubahan yang sangat
dengan 10 ppm, dan oksigen terlarut rendah pada wadah A1 dan B2 dengan
dengan kadar oksigen 4 ppm. Sedangkan pada akhir pemeliharaan oksigen terlarut
paling tinggi terjadi pada perlakuan C1 dan D2 diwadah dengan kisaran 15 ppm
dan terendah pada perlakuan A2, B2, C2 dan D2 diwadah dengan kisaran 5 ppm.
31
Kadar oksigen terlarut yang baik untuk udang adalah 4-8ppm (Amri,2006 dalam
5.1 Simpulan
wadah pemeliharaan sesuai dengan perlakuan yang dilakukan serta hama yang
ada didalam wadah. Pada wadah perlakuan A2.1 pertumbuhan udang vaname
0%, tetapi tidak disemua wadah melainkan ada wadah dengan perlakuan yang
hidup udang dapat mencapai 10% dari wadah yang lain. Pengaruh hama dapat
mana pada awal pemeliharaan udang masing bergerak aktif dan keadaanya
masih normal, tetapi pada saat hari kedua pada perlakuan yang tidak
Sedangkan pada wadah lainnya udang mengalami respon yang lambat dan
wadah dan perlakuan yang berbeda-beda, yang mana suhu tidak terlalau
waktu sore hari mengalami pengingkatan serta terjadi fluktuasi harian yang
5. pH tidak terlalu mengalami fluktusi, dan masih dalam keadaan yang optimal
dalam harian. pH yang paling tinggi terjadi pada waktu sore hari, dan waktu
7,5-8,5.
6. Salinitas dalam wadah diwaktu pagi mengalami fluktuasi disetiap wadah dan
waktu sore hari pun sama mengalami fluktuasi disetiap masing-masing wadah.
diwadah 1 dengan 8 ppm, dan oksigen terlarut rendah pada wadah 1 dan 2
sore hari oksigen terlarut paling tinggi terjadi pada perlakuan C1 dan C2
5.2 Saran
Saran saya untuk semua dalam pelaksanan praktikum mata kuliah Penyakit
Organisme Akuakultur, sebaiknya lebih tertib dan teratur agar dapat memahami
lebih jelas apa yang di jelaskan oleh asisten dosen. Praktikum yang dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Arsad, S., Afandy, A., P, A., Purwadhi., Maya, B, V., Saputra, D, K., Buwono, R,
N. 2017. Studi Kegiatan Budidaya Pembesaran Udang Vaname dengan
Penerapan Sistem Pemelihraan Berbeda. Jurnal. Ilmiah Perikanan dan
Kelautan. Vol : 9 (1).
Husein, S., Bahtiar., Oetama, D. 2017. Studi Kepdatan dan Distribusi Keong
Bakau di Perairan Magrove. Jurnal. Manajemen Sumber Daya Perairan. Vol : 2
(3): 235-242.
Megawati, NI, M, S., Putra, A, A, B., James, S. 2013. Pemanfaatan arang batang
pisang untuk menurunkan kesadahan air. Jurnal. Kimia. Vol 7 (2) : 153-162.
Rosnizar, R., Fitria, F., Devira, C, N., Nasir, M. 2018. Identifikasi dan Prevalensi
Jenis-jenis Ektoparasit pada Udang Windu Berdasarkan Tempat Pemeliharaan.
Jurnal Bioleuser. Vol : 2 (1) : 12-19.
Sahrijanna, A dan Sahabuddin. 2014. Kajian Kualitas Air pada Budidaya Udang
Vaname dengan Sistem Pengairan Pakan di Tambak Intensif. Prosiding Forum
Inovasi Teknologi Akuakultur.