Anda di halaman 1dari 12

67

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Tembang (Sardinella fimbriata)

Klasifikasi ikan tembang menurut (Saanin, 1979) berdasarkan tingkat

sistematikanya adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Clupeiformes

Famili : Clupeidae

Subfamili : Incertae sedis

Genus : Sardinella

Spesies : Sardinella fimbriata

Nama umum : Fringle-scale sardinella, fimbriated sardinella

Bentuk morfologi ikan Tembang dapat dilihat pada Gambar 2.


68

Gambar 2. Ikan Tembang

Menurut Saanin (1979), ikan tembang(S.fimbriata), mempunyai bentuk tubuh

yang memanjang, badan tertutup sisik sampai di kepala, kecuali bagian moncong

sebelah depan. Mulut agak lebar dengan gigi yang lemah, tanda khususnya adalah

sepasang gurat sisi (linea lateralis)membentuk garis yang tak terputus -putus

memanjang mulai dari ujung ekor sampai di ujung tutup insang.

Ikan tembang (S. fimbriata) adalah ikan pelagis kecil yang ditemukan

menyebar di Perairan Teluk Persia, Afrika Timur termasuk Madagaskar,Indonesia,

Taiwan, Korea, LautArafura dan Australia bagian Utara. Spesies inihidup

bergerombol di perairan pesisirpada kedalaman antara 10–70 m. Alat tangkap yang

biasa digunakan untuk menangkap ikan tembang adalah purse seine, seinenetsdan set

net.Jenis ikan tembangini termasuk ikan ekonomis penting dan merupakansalah satu

targettangkapan perikanan yang menjanjikan di pesisirIndonesia(Allen, 2000 dalam

Ernawati dan Kamal, 2010).

Ikan tembang (S. fimbriata) memiliki ciri-ciri bentuk tubuhpipih memanjang

dan tidak begitu kompres. Sirip punggung mempunyai jari-jarilemah dengan jumlah

berkisar 30 – 35dan punggung jari-jari keras berjumlah 8, sirip dubur terdiri dari dua
69

jari-jari keras bergabung dengan 26–30 jari-jari lemah. Kebanyakan ikan iniberwarna

agak cerah yaitu warna tubuhnya yang bertingkat, dibagian dorsalberwarna biru

kemudian bagian sisik keperak-perakan, dan putih bagian perut.Panjangtubuh ikanini

biasanyamencapai21 cm (Dirjen Perikanan, 1998).

Menurut Peristiwady(2006) dalam Izzani, (2012),ikan tembang memiliki

bentuk tubuh memanjang dan pipih serta memiliki duri di bagian bawah badan.

Lengkung kepala bagian atas ikan tembang sampai di atas mata hampir lurus, dan

dari setelah mata sampai awal dasar sirip punggung agak cembung.Tinggi badan ikan

tembang lebih besar daripada panjang kepala dengan mata tertutup oleh kelopak

mata. Awal dasar sirip punggung ikan tembang terletak sebelum pertengahan badan,

sedangkan dasar sirip dubur sama panjang dengan dasar sirip punggung. Kepala dan

badan bagian atas ikan tembang berwarna hijau kebiruan, sedangkan bagian bawah

berwarna putih keperakan.Adapun sirip-sirip berwarna keputihan. Sirip punggung

(dorsal) ikan tembang mempunyai 18 jari-jari lemah, sirip dada (pectoral)

mempunyai 15 jari-jari lemah, sirip dubur (anal) memiliki 18 jari-jari lemah, dan

sirip perut (ventral) memiliki 8 jari-jari lemah.

Distribusi habitat

Ikan tembang (S. fimbriata) adalah ikan permukaan yang hidup di perairan

pantai serta suka bergerombol pada area yang luas sehingga sering tertangkap

bersama ikan lemuru dan terkonsentrasi pada kedalaman kurang dari 100 m (Fischer

dan Whitehead, 1974 dalam Lubis, 2013). Telur dan larva ikan Tembang ditemukan

di sekitar perairan mangrove. Saat juvenil ikan ini masih ada yang hidup di mangrove
70

dan mulai memasuki daerah yang memiliki kadar garam sedang. Ketika dewasa

spesies ini hidup bergerombol bersama ikan pelagis lainnya dan banyak ditemukan

pada daerah dekat pantai sampai ke arah laut (Fishbase, 2014).

Penyebarannya meliputi perairan Indonesia menyebar ke utara sampai ke

Taiwan, ke selatan sampai ujung utara Australia dan ke barat sampai ke laut Merah.

Daerah penyebarannya di Indonesia terutama berkumpul di daerah perairan

Kalimantan Selatan, Laut Jawa, Sulawesi Selatan, Selat Malaka, dan Laut Arafura

(www.dkp.go.id).

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran suatu jenis ikan di perairan

diantaranya adalah kompetisi antar spesies dan intra spesies, heterogenitas

lingkungan fisik, reproduksi, ketersediaan makanan, arus air, dan angin. Pergerakan

vertikal terjadi karena perubahan siang dan malam, dimana pada malam hari

gerombolan ikan cenderung berenang ke permukaan dan berada pada permukaan

sampai matahari sudah akan terbit dan pada waktu malam terang bulan gerombolan

ikan tersebut agak berpencar atau berada tetap di bawah permukaan air

(Dwiponggo,1998 diacu oleh Izzani, 2012).

Menurut Peristiwady (2006) dalam Syakilla (2009), ikan tembang termasuk

ikan pelagis kecil yang hidup di lautan terbuka, lepas dari dasar perairan. Pergerakan

vertikal terjadi karena perubahan siang dan malam, dimana pada malam hari

gerombolan ikan cenderung berenang ke permukaan dan berada pada permukaan

sampai matahari sudah akan terbit dan pada waktu malam terang bulan gerombolan

ikan tersebut agak berpencar atau berada tetap di bawah permukaan air.
71

Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah suatu pertambahan bobot badan secara

keseluruhan.Pertumbuhan terjadi karena adanya dua proses yang terpisah yaitu

pertambahan jumlah sel dan pertambahan besar sel. Pertumbuhan meliputi

pertumbuhan dalam bentuk dan berat macam-macan jaringan misalnya otot, tulang

dan semua jaringan lainnya kecuali jaringan lemak (Wahyuningsih, 2009).

Secara umum pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor

eksternal.Faktor internal yang memengaruhi pertumbuhan ikan yaitu keturunan

(genetik), jenis kelamin, parasit dan penyakit, serta umur dan kedewasaan. Faktor

eksternal yang memengaruhi pertumbuhan ikan yaitu jumlah dan ukuran makanan

yang tersedia, jumlah ikan yang menggunakan sumber makanan yang tersedia, suhu,

oksigen terlarut, kadar amonia di perairan, dan salinitas. Pertumbuhan ikan bersifat

sangat labil (Effendi, 2002).

Pertumbuhan secara fisik diekspresikan dengan adanya perubahan jumlah atau

ukuran sel penyusun jaringan tubuh pada periode tertentu, yang kemudian diukur

dalam satuan panjang ataupun bobot. Namun, pertumbuhan juga bisa dinyatakan

secara energetik dengan adanya perubahan kandungan total energi tubuh pada kurun

waktu tertentu (Rahardjo dkk, 2011).

Dalam hubungannya dengan pertumbuhan dan kondisi ikan, analisa hubungan

panjang – berat menurut Merta (1993) dalam Manik (2009) dimaksudkan untuk

mengukur variasi berat harapan untuk panjang tertentu dari ikan secara individual

atau kelompok–kelompok individu sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan,

kesehatan, perkembangan gonad dan sebagainya.Secara umum pertumbuhan ikan


72

dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal yang

memengaruhi pertumbuhan ikan yaitu keturunan (genetik), jenis kelamin, parasit dan

penyakit, serta umur dan kedewasaan. Faktor eksternal yang memengaruhi

pertumbuhan ikan yaitu jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, jumlah ikan yang

menggunakan sumber makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, kadar amonia di

perairan, dan salinitas. Pertumbuhan ikan bersifat sangat labil (Effendi, 2002).

Dari hasil perhitungan hubungan panjang dan bobot, terdapat suatu model

yang dapat digunakan untuk menduga bobot dan panjang ikan, keterangan mengenai

tipe pertumbuhan, kemontokan ikan, dan perubahan lingkungan (Effendie, 1997).

Tipe pertumbuhan ikan dapat diketahui dari hubungan panjang dan

bobotnya.Konstanta yang menggambarkan tipe pertumbuhan adalah nilai b. Nilai b

yang lebih besar dari 3 menunjukkan bahwa tipe pertumbuhan ikan tersebut bersifat

allometrik positif, artinya pertumbuhan bobot lebih besar daripada pertumbuhan

panjang.Nilai b yang lebih kecil dari 3 menunjukkan bahwa tipe pertumbuhan ikan

bersifat allometrik negatif, yakni pertumbuhan panjang lebih besar daripada

pertumbuhan bobot. Jika nilai b sama dengan 3, tipe pertumbuhan ikan bersifat

isometrik yang artinya pertumbuhan panjang sama dengan pertumbuhan bobot

(Tutupoho, 2008).

Faktor Kondisi

Faktor kondisi merupakan salah satu derivat dari pertumbuhan yang sering

disebut pula sebagai Faktor K. Faktor kondisi ini menunjukkan keadaan baik dari

ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi.Apabila dalam
73

suatu perairan terjadi perubahan mendadak darikondisi ikan itu, situasi demikian itu

memungkinkan untuk dapat diselidiki.Apabila kondisinya kurang baik mungkin

populasinya terlalu padat, dansebaliknya apabila kondisinya baik dan sumber

makanan cukup melimpahmaka ada kecenderungan ikan-ikan yang mendiami habitat

tersebut gemuk/montok.Untuk keperluan analisis tersebut dilakukan uji Faktor

Kondisi (Effendi, 2002).

Aspek Biologi Reproduksi

Reproduksi adalah kemampuan suatu makhluk hidup untuk menghasilkan

keturunan, sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya,sehingga mahkluk tersebut

tetap ada sepanjang masa. Pada hewan air seperti ikan, sistem genital terdiri atas

gonad. Gonad hewan air yang sudah berkembang pada umumnya dibedakan antara

gonad jantan dan gonad betina. Gonad jantan disebut testis dan gonad betina disebut

ovari. Gonad berfungsi untuk melakukan proses reproduksi yakni pada testis akan

terjadi spermatogenesis sehingga akan dihasilkan sperma yang fungsional dan pada

ovari akan terjadi oogenesis, sehingga akan dihasilkan sel telur yang mempunyai

kuning telur dalam jumlah maksimaldan siap untuk dibuahi serta siap untuk

mendukung kehidupan embrio (Riani, 2012).

Reproduksi pada ikan merupakan tahap penting dalam siklus hidupnya untuk

menjamin kelangsungan hidup suatu spesies (Effendi, 1997). Beberapa aspek biologi

reproduksi dapat memberi keterangan yang berarti mengenai frekuensi pemijahan,

keberhasilan pemijahan, lama pemijahan dan ukuran ikan ketika pertama kali matang
74

gonad. Aspek reproduksi tersebut meliputi nisbah kelamin, tingkat kemtangan gonad

(TKG), dan indeks kematangan gonad (IKG) (Nikolsky, 1963).

Nisbah Kelamin

Nisbah kelamin merupakan perbandingan ikan jantan dan ikan betina dalam

suatu populasi, dimana nisbah 1 : 1 (50% ikan jantan dan 50 % ikan betina)

merupakan kondisi yang ideal, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan pola tingkah

laku bergerombol antar ikan jantan dan ikan betina, perbedaan laju mortalitas dan

pertumbuhan (Baginda, 2006).

Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

Tingkat Kematangan Gonad (TKG) merupakan salah satu pengetahuan dasar

dari biologi reproduksi pada suatu ketersediaan ikan. Penentuan TKG secara

morfologi dapat dilihat dari bentuk, panjang, berat dan warna serta perkembangan isi

gonad, sedangkan histologi dapat dilihat dari anatomi perkembangan gonadnya.

Tingkat kematangan gonad merupakan tahapan tertentu perkembangan gonad

sebelum dan sesudah ikan itu berpijah perkembangan gonad yang semakin matang

merupakan bagian dari pross reproduksi ikan betina dimana perkembangan gonad

tersebut terjadi akibat proses vitellogenesis yaitu proses pegendapan telur kuning

telur pada tiap-tiap individu telur ikan. Perkembangan gonad yang semakin matang

merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu

sebagian besar hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonad (Effendi, 1979)
75

Perkembangan gonad semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan

sebelum terjadi pemijahan. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina

sebesar 10 – 25 % dari berat tubuh dan ikan jantan sebesar 5 – 10 % . Dalam biologi

perikanan pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan

untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang melakukan reproduksi atau tidak.

Dari pengetahuan tahap kematangan gonad ini juga akan didapatkan keterangan

bahwa ikan tersebut akan memijah, baru memijah, atau sudah selesai memijah.

Mengetahui ukuran ikan untuk pertama kali matang gonad, ada hubunganya dengan

pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya

(Effendi, 2002).

Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Indeks kematangan gonad (IKG) adalah perbandingan bobot gonad dengan

bobot gonad termasuk gonad (bobot ikan total).IKG menggambarkan perubahan yang

terjadi didalam gonad secara kuantitatif dapat.bertambah sejalan dengan

perkembangan kematangan, berat gonad semakin bertambah. IKG akan mencapai

maksimum sesaat sebelum terjadi pemijahan (Yustina dan Arnentis, 2002).

Sejalan dengan perkembangan gonad, gonad semakin bertambah berat dan

semakin bertambah besar sampai mencapai maksimum pada saat terjadi

pemijahan.Perubahan nilai IKG berhubungan erat dengan tahap perkembangan

telur.Dengan pemantauan perubahan IKG dari waktu ke waktu maka dapat diketahui

ukuran ikan waktu memijah.Pada ikan betina nilai IKG lebih besar dibandingkan ikan

jantan. Berat gonad akan mencapai maksimum sesaat sebelum ikan memijah
76

kemudian menurun cepat selama pemijahan berlangsung sampai selesai

(Effendi,1979).

Pengetahuan tentang indeks kematangan gonad (IKG) merupakan salah satu

aspek yang memiliki peran penting dalam biologi perikanan, dimana nilai IKG

digunakan untuk memprediksi kapan ikan tersebut akan siap melakukan pemijahan.

Dengan begitu penangkapan pada waktu ikan mencapai IKG maksimum dapat

ditekan agar keberlangsungan dan ketersedian ikan tersebut dapat berlangsung secara

terus menerus di perairan (Putri,2012).

Parameter Fisik dan Kimia Perairan

Parameter Fisika

1. Suhu

Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh dua musim, lintang ( latitude),

ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu malam hari, sirkulasi udara,

penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Perubahan suhu sangat

berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi air. Suhu juga sangat berperan

mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran

suhu tertentu (batas atas dan bawah) yang disukai dalam pertumbuhannya(Effendi,

2003).

Pada permukaan laut, air murni berada dalam keadaan cair pada suhu tertinggi

100ºC dan suhu terendah 0ºC.Karena adanya pengaruh salinitas dan densitas maka air

laut tetap cair pada suhu di bawah 0ºC.suhu alami air laut berkisar antara suhu di

bawah 0ºC tersebut sampai 33ºC. di permukaan laut air laut membeku pada suhu -
77

1,9º. Perubahan suhu dapat member pengaruh besar kepada sifat-sifat air laut lainnya

dan kepada biota laut (Romimohtarto dan Juwana, 2009).

2. Kecerahan

Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan.Kecerahan merupakan

ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan

Secchi disk.Nilai kecerahan dinyatakan dengan satuan meter.Nilai ini sangat

dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan

tersuspensi serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran.Pengukuran kecerahan

sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah (Effendi, 2003).

Parameter Kimia

1. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)

Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam

ekosistem air, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar

organisma air. Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen

dari udara melalui kontak antara permukaan air dengan udara dan dari

fotosintesis.Nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara 6 – 8

mg/l(Barus, 2004).

Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman,

tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air,

aktifitas fotosintesis, respirasi dan limbah (effluent) yang masuk ke badan air.

Peningkata suhu sebesar 1°C akan mningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10%.

Dekomposisi bahan organic dan oksidasi bahan anorganik dapat mengurangi kadar
78

oksigen terlarut hingga mencapai nol (anaerob). Hubugan antara kadar oksigen

terlarut jenuh dn suhu menggambarkan bahwa semakin tinggi suhu kelarutan oksige

berkurang. Kelarutan oksigen dan gas-gas lainjuga berkurang dngan meningkatnya

salinitas shingga kadar oksigen di laut cenderung lebih rendah dibandingkan kadar

oksigen di perairan tawar (Effendi, 2003).

2. Derajat Keasaman (pH)

Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam suatu

larutan.Organisma air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH

netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah.Nilai pH yang

ideal bagi kehidupan organisma air pada umumnya terdapat antara 7 sampai

8.5.Kondisi perairan dengan pH tetentu mempengaruhi metabolisma dan respirasi

bagi kelangsungan hidup organisma (Barus, 2004).

Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di perairan. Salinitas

meggambarkan padatan total dalam air, setelah semua karbonat dikonversi menjadi

oksidasemua bromide dan iodide digantikan menjadi kloridadan semua bahan organik

telah dioksidasi. Salinitas dinyatakan dalam satuan g/kg atau promil (‰). Nilai

salinitas perairan tawar biasanya kurang dari 0,5‰, perairan payau antara 0,5‰–

30‰, dan perairan laut 30‰–40‰. Pada perairan pesisir, nilai salinitas sangat

dipengaruhi oleh masukan air tawar yang berasaldari darat (Effendi, 2003).

Salinitas didefinisikan sebagai berat zat padat terlarut dalam gram per

kilogram air laut, jika zat padat telah dikeringkan sampai beratnya tetap pada 480ºC,

Anda mungkin juga menyukai