I. PENDAHULUAN
Kira-kira dua per tiga luas bumi terdiri dari perairan yang meliputi
lautan, rawa-rawa, sungai, danau dan air tanah. Air merupakan komponen
lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup di muka bumi ini tak
dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi
tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak
tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air yang
relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup
Air yang kita pergunakan setiap hari tidak lepas dari pengaruh yang
beberapa bahan anorganik (garam, asam, logam), serta beberapa bahan kimia
lainnya misalnya sulfida, sudah banyak ditemukan dalam air yang kita
dengan kandungan dalam kerak bumi mencapai 880 mg/kg. Kadar sulfur
(sebagai total sulfur) dalam batuan beku dan batuan sedimen berkisar antara
270-2400 mg/kg, dalam air laut 905 mg/L, sementara dalam air tawar mencapai
2
3,7 mg/L. Senyawa sulfur yang ditemukan di alam memiliki tingkat oksidasi
bervariasi antara -2 sampai +6, dengan tingkat oksidasi yang stabil yaitu -
2, 0, dan +6. Sulfur memiliki peran penting dalam sistem biologis yaitu dalam
terdapat setidaknya dua peranan sulfur bagi prokaryot, yaitu: i) Dalam bentuk
pereduksi; ii) Dalam bentuk sulfur teroksidasi dan sulfur elemental, sulfur
Hidrogen sulfida (H2S) adalah gas yang tidak berwarna, beracun, mudah
terbakar dan berbau seperti telur busuk. Gas ini dapat timbul dari aktivitas biologis
anaerobik), seperti di rawa, dan saluran pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul
pada gas yang timbul dari aktivitas gunung berapi dan gas alam (anonim, 2017).
Hidrogen sulfida (H2S) merupakan gas yang tidak berwarna, toksik dengan
bau yang sangat busuk. Menurut Wyk dan Scarpa (1999), H2S terjadi karena
dekomposisi bahan organik dalam keadaan anaerob. Reduksi anion sulfat menjadi
hidrogen sulfida dalam proses dekomposisi bahan organik (persamaan 1.1 dan 1.2)
Sumber utama H2S adalah dekomposisi bahan organik oleh bakteri heterotrof
tanah (Desulfovibrio spp) dalam kondisi anaerob. Bakteri heterotrof juga dapat
mereduksi sulfit (SO32-), tiosulfat (S2O32-), dan hiposulfat (S2O42-) serta unsur sulfur
respirasi secara anaerob dengan mengunakan sulfat (SO42-) sebagai elektron aseptor
Pada kondisi aerob, hidrogen sulfida akan dioksidasi oleh bakteri Thiobacillus
menjadi sulfur juga dapat terjadi dalam proses sintesis karbohidrat. Dalam reaksi
4
tersebut (persamaan 1.3), hidrogen sulfida digunakan sebagai sumber hidrogen donor
untuk membentuk kembali unsur sulfur, sebagai hasil samping dari sintesis
dari HS- dan H+, proporsinya ditentukan oleh pH, suhu, dan salinitas. Kadar sulfida
total kurang dari 0,002 mg/liter dianggap tidak membahayakan kelangsungan hidup
organisme akuatik (Wyk dan Scarpa, 1999). Hidrogensulfida sangat beracun bagi
udang vaname meskipun pada konsentrasi rendah 0,05 mg/liter (Hanggono, 2005
(dissolved sulfide) dan H2S (hidrogen sulfida atau unonizer hidrogen sulfide). Sulfide
dalam bentuk H2S tak terionisasi (unionized H2S) bersifat sangat toksik dan korosiv
terutama terhadap bahan-bahan yang tersusun dari logan (metal). Kadar H2S tak
terionisasi sebesar 0.025-0.25 ug/L dalam air bersih sudah menimbulkan bau telur
tanggal 28 November 2017 pukul 15.30 WIB bertempat di kolam budidaya perikanan
Alat yang digunakan pada saat praktikum adalah, buku penuntun praktikum
yang digunakan sebagai pedoman selama dilapangan, botol BOD, Erlenmeyer, pipet
Bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah, air sample, Zn-acetat,
1. mengambil air sampel dengan mengunakan botol BOD dan dijaga supaya
mengendap.
6
tetes amilum, lanjutkan titran hingga terjadi perubahan warna dari biru
4.1. Hasil
berikut:
= 31.2 + 28
= 59.2 mg/L.
4.2. Pembahasan
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanankan didapatkan hasil sulfide yaitu
59.2 mg/L. Tingginya kadar sulfide di perairan karena tidak adanya aerasi.
Pada umumnya bentuk sulfur di air permukaan adalah sulfat (SO42-) (boyd,
1988). Pada perairan alami yang mendapat cukup aerasi biasanya tidak ditemukan
adanya H2S karena telah teroksidasi menjadi sulfat (effendi, 2003). Sulfat merupakan
sulfur yang paling banyak dioksidasi, dan menjadi salah satuanion utama dalam air
laut (madigan et al., 1996). kadar sulfat pada perairan tawar alami berkisar antara 2-
5.1. Kesimpulan
kolam percobaan budidaya perairan fakultas perikanan dan kelautan universitas riau,
maka dapat disimpulkan bahwa kandungan sulfide di perairan tersebut ialah sebesar
59.2 mg/L. Tingginya kandungan sulfide tersebut disebabkan tidak adanya aerasi di
1.2. Saran
dahulu supaya praktikum dapat berjalan dengan lancar, serta melakukan pengamatan
DAFTAR PUSTAKA
Anwar. H. 2010. Penentuan Batas Deteksi Metode (Method Detection Level) dan
Air Limbah dengan Biru Metilen Secara Spektrofotometri. Ecolab Vol. 4 No.
Rezqi Velyan S.K. 2010. Pengaruh Tiga Cara Pengolahan Tanah Tambak terhadap
LAMPIRAN
11
Larutan Titran
12
Lampiran 2. Perhitungan
Pengukiran DO
8000
DO (mg/L) =
44/2 1000
CO2 (mg/L) =