Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI PERAIRAN

NAMA : DANU SETIA WARDANA

NIM : 175080600111008

KELOMPOK : 6

ASISTEN : YUDI FEBRIAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018
ANALISIS PARAMETER FISIKA, KIMIA DAN BIOLOGI SEBAGAI

INDIKATOR KUALITAS PERAIRAN DI BEDENGAN, SELOREJO, DAU

MALANG

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI PERAIRAN

ILMU KELAUTAN

PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Oleh :

DANU SETIA WARDANA

175080600111008

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018
iii

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang


Maha Esa yang telah memberkati kami sehingga laporan praktikum ekologi
perairan ini dapat diselesaikan.
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada Seluruh Bapak dan Ibu
Dosen dan Tim Asisten mata kuliah Ekologi Perairan, yang telah membimbing
dan membantu kami pada saat praktikum dan memberikan masukan untuk
menyempurnakan penyusunan laporan ini.
Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan komentar yang dapat
dijadikaan masukan dalam penyempurnaan kekurangan dimasa yang akan
dating Maka dari itu, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca.
Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan
yang dapat memperbaiki karya tulis kami di masa datang. dan semoga laporan
ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Malang, 25 April 2018

Penyusun
iv
v

DAFTAR ISI
vi
vii

DAFTAR GAMBAR
viii
ix

DAFTAR TABEL
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu organisme memerlukan lingkungan hidup yang sesuai dengan


kehidupannya. Air mempunyai beberapa sifat penting sebagai lingkungan bagi
organisme air yang dikaitkan dengan bahan-bahan dan energi yang
dikandungnya dengan sifat fisiknya. Air merupakan media hidup untuk organisme
perairan baik tumbuhan maupun hewan, sedangkan sifat kimia air mempunyai
fungsi sebagai pembawa zat-zat hara yang diperlukan bagi pembentukan
bahanbahan organik oleh produsen primer perairan tersebut.

Sinar matahari merupakan penunjang kehidupan makhluk hidup, kecuali


organisme kimia sintetis yang relatif tidak banyak. Semua bentuk kehidupan
mendapatkan hara organik berenergi tinggi baik langsung maupun tidak
langsung dari fotosintesis. Melalui alur rantai makanan pada akhirnya siklus
energi juga akan dimanfaatkan oleh produsen, begitu pula yang terjadi pada
lingkungan perairan. Salah satu cara untuk memahami interaksi
organismeorganisme dengan lingkungan perairan adalah dengan mempelajari
proses yang terjadi pada rantai makanan. Tingkatan berlapis ekologi meliputi
ekosistem individu/organisme dengan ciri biasanya memiliki struktur khusus yang
disebut dengan adaptasi, ekosistem populasi yaitu kumpulan individu sejenis
pada suatu daerah dan pada waktu tertentu, ekosistem komunitas yang terdiri
dari beberapa populasi yang berbeda dan berinteraksi antar spesies, ekologi
ekosistem yaitu suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen biotik dan
abiotik terdapat siklus kehidupan.

Ekologi umumnya didefinisikan sebagai ilmu tentang interaksi antara


organisme-organisme dan lingkungannya. Lingkungan di sini mempunyai arti
luas, mencakup semua hal di luar organisme yang bersangkutan. Tidak saja
termasuk cahaya, suhu, curah hujan, kelembaban dan topografi, tetapi juga
parasit, predator dan kompetitor.

Ekologi perairan adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal


balik/interaksi antara organisme perairan dengan lingkungannya. Dengan
demikian ada beberapa cabang ilmu yang menunjang ekologi yang harus
2

dipahami mahasiswa misalnya: Klimatologi, Limnologi, Geologi, Fisika, Kimia,


Biologi, Planktonologi dan sebagainya.

1.2 Tujuan Praktikum Ekologi Perairan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melatih dan meningkatkan


kemampuan mahasiswa dalam:
1. Mengetahui hasil pengukuran parameter fisika yang mempengaruhi perairan
Bedengan
2. Mengetahui hasil pengukuran parameter kimia yang mempengaruhi perairan
Bedengan
3. Mengetahui hasil pengukuran parameter biologi yang mempengaruhi perairan
Bedengan
4. Menentukan kualitas perairan Bedengan berdasarkan hasil pengukuran
parameter fisika, kimia dan biologi.

1.2 Kegunaan Praktikum Ekologi Perairan


Kegunaan dari kegiatan praktikum ini adalah:
1. Mengenalkan sekaligus menumbuhkan rasa empati mahasiswa terhadap
ekosistem sungai.
2. Meningkatkan kemampuan teknis dalam mengukur parameter fisika, kimia dan
biologi.
3. Bagi peneliti atau lembaga ilmiah, sebagai sumber informasi keilmuan dan
dasar untuk penulisan ataupun penelitian lebih lanjut berkaitan dengan
ekosistem sungai dan ekosistem kolam.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sungai
Sungai merupakan daerah dimana terdapat air yang mengalir dari hulu
(pegunungan) menuju hilir (laut). Selain mengalirkan air dari hulu, sungai juga
membawa material-material organik maupun anorganik dan mengantarkannya
keseluruh bagian sungai sampai hilir. Oleh karena itu, sungai dapat digolongkan
sebagai perairan yang mengalir. Odum (1998) menyatakan bahwa ada 2 zona
utama pada aliran sungai yaitu:
 Zona Air Deras yaitu daerah yang dangkal dimana kecepatan arus cukup tinggi
untuk menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang
lepas, sehingga dasarnya padat. Zona ini dihuni benthos yang beradaptasi
khusus atau organisme perifitik yang dapat melekat atau berpegang dengan
kuat pada dasar yang padat dan oleh ikan yang kuat berenang. Zona ini
umumnya terdapat pada hulu sungai didaerah pegunungan.
 Zona Air Tenang yaitu bagian sungai yang dalam dimana kecepatan arus
sudah berkurang, maka lumpur dan materi lepas cenderung mengendap di
dasar sehingga dasarnya lunak. Zona ini umumnya terdapat pada bagian hilir.
Arus merupakan faktor pembatas utama pada aliran deras, tetapi dasar yang
keras terdiri dari batu, dapat menyediakan permukaan yang cocok untuk
organisme (flora dan fauna) untuk menempel dan melekat. Dasar air yang tenang
bersifat lunak dan terus-menerus berubah umumnya membatasi organisme
bentik, tetapi bila kedalaman lebih besar lagi, dimana gerakan air lebih lambat,
lebih sesuai untuk plankton dan neuston.

2.2 Parameter Kualitas Air

2.2.1 Fisika

a. Suhu

Suhu adalah derajat panas dinginnya suatu perairan. Kisaran suhu pada
perairan Indonesia antara 23-32oC. Mahida (1986), menyatakan bahwa tingkat
oksidasi senyawa organik jauh lebih besar pada suhu tinggi dibanding pada suhu
rendah. Clark (1974), menjelaskan bahwa keadaan suhu alami memberikan
kesempatan bagi ekosistem untuk berfungsi secara optimum. Banyak kegiatan
hewan air dikontrol oleh suhu, misalnya: migrasi, pemangsaan, kecepatan
berenang, perkembangan embrio dan kecepatan proses metabolisme. Oleh
sebab itu, perubahan suhu yang besar pada ekosistem perairan dianggap
merugikan (Clark, 1974). Sedangkan menurut Handjojo dan Setianto (2005)
dalam Irawan (2009), suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan
makhluk hidup dapat melakukan metabolism dan berkembang biak.

b. Kecepatan Arus

Arus adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horizontal. Menurut
Barus (2001), pada ekosistem lentik arus dipengaruhi oleh kekuatan angin,
4

semakin kuat tiupan angin akan menyebabkan arus semakin kuat dan semakin
dalam mempengaruhi lapisan air. Pada perairan lotik umumnya kecepatan arus
berkisar antara 3 m/detik. Meskipun demikian sangat sulit untuk membuat suatu
batasan mengenai kecepatan arus. Karena arus di suatu ekosistem air dapat
berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung dari fluktuasi debit dan aliran air dan
kondisi substrat yang ada. Arus air pada perairan lotik umumnya bersifat turbulen
yaitu arus air yang bergerak ke segala arah sehingga air akan terdistribusi ke
seluruh bagian dari perairan. Peranan arus adalah membantu difusi oksigen
serta membantu distribusi bahan organik dan nutrien.

2.2.2 Kimia

a. Potential of Hydrogen (pH)

pH (potential of Hydrogen) adalah negatif logaritma dari ion H+. Menurut


Kordi dan Tancung (2007), derajat keasaman (pH) yaitu logaritma dari kepekatan
ion-ion H (hidrogen) yang terlepas dalam satu cairan. Derajat keasaman atau pH
air menunjukkan aktifitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan
sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam nol per liter) pada suhu tertentu atau
dapat ditulis pH = - log (H+). Manik (2003), menyatakan bahwa peningkatan
keasaman air (pH rendah) umumnya disebabkan limbah yang mengandung
asam-asam mineral bebas dan asam karbonat. Keasaman tinggi (pH rendah)
juga dapat disebabkan adanya FeS2 dalam air akan membentuk H2SO4 dan ion
Fe2+ (larut dalam air).

b. Dissolved Oxygen (DO)

DO (Dissolved Oxygen) adalah jumlah oksigen terlarut dalam perairan yang


dimanfaatkan oleh organnisme perairan untuk respirasi dan penguraian zat-zat
anorganik oleh mikroorganisme. Menurut Simanjuntak (2012), sumber utama
oksigen di perairan adalah difusi udara dan dari proses fotosintesis fitoplankton.
Sedangkan pemanfaatannya digunakan untuk respirasi, dekomposisi dan
oksidasi unsur kimia. Oksigen terlarut merupakan salah satu penunjang utama
dalam kehidupan di perairan dan indikator kesuburan perairan.

c. Carbon Dioxide (CO2)


Menurut Susana (1988), karbondioksida adalah senyawa yang terbentuk dari
1 atom Karbon dan 2 atom Oksigen (CO2), mudah larut dalam air, tidak berbau
dan tidak berwarna. Karbondioksida termasuk gas yang reaktif dan banyak
terdapat dalam air. Karbondioksida yang terdapat dalam air umumnya berasal
dari udara melalui proses difusi dan terbawa oleh air hujan. Selain itu
karbondioksida juga berasal dari hasil proses respirasi mikroorganisme dan dari
hasil penguraian zat-zat organik oleh mikroorganisme.
d. Total Organic Matter (TOM)
TOM (Total Organic Matter) adalah kumpulan bahan organik kompleks yang
sedang dan belum mengalami proses dekomposisi yang terdiri dari bahan
5

organik terlarut, tersuspensi (particulate) dan koloid di dalam suatu perairan.


Menurut Kohangia (2002), bahwa kandungan bahan organik yang terdapat di
sedimen perairan terdiri dari partikel-partikel yang berasal dari hasil pecahan
batuan dan potongan-potongan kulit (shell) serta sisa rangka dari organisme
perairan atau dari detritus organik yang telah tertransportasi oleh berbagai media
alam dan terendapkan didasar perairan dalam waktu yang cukup lama. TOM
berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi autochnus (dari perairan itu sendiri)
dan allotochnus (dari perairan luar).
e. Amonia

Menurut Umroh (2007), amonia merupakan hasil katabolisme protein yang


diekskresikan oleh organisme dan merupakan salah satu hasil dari
penguraian zat organik oleh bakteri. Amonia di dalam air terdapat dalam
bentuk tak terionisasi (NH3) atau bebas, dan dalam bentuk terionisasi (NH4)
atau ion ammonium. Sumber amonia di perairan adalah dari sisa metabolism dan
pemecahan nitrogen organik.

f. Nitrat

Menurut Hendrawati, et al. (2007), nitrat (NO3-) adalah bentuk utama


Nitrogen di perairan dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman
dan alga. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Nitrat
merupakan unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting termasuk
DNA dan RNA. Tatangidatu (2013), menyatakan bahwa tingginya kadar nitrat
dipengaruhi oleh tingkat pencemaran dan pemupukan, kotoran hewan dan
manusia. Peran nitrat dalam perairan adalah sebagai nutrien utama bagi alga
dan mengklasifikasi kesuburan perairan.

g. Orthofosfat

Orthofosfat merupakan salah satu bentuk fosfat yang dapat dimanfaatkan


secara langsung oleh tanaman air. Sedangkan polifosfat harus mengalami
hidrolisis membentuk orthofosfat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan
sebagai sumber fosfor. Manurut Sembering (2008), orthofosfat merupakan nutrisi
yang paling penting dalam menentukan produktivitas perairan. Selain sebagai
nutrisi untuk fitoplankton, orthofosfat juga berfungsi sebagai indikator kesuburan
perairan.

2.2.3 Biologi

a. Benthos
Benthos adalah organisme yang hidup di dasar perairan (substrat) baik yang
sesil maupun vagil. Benthos hidup di pasir, lumpur, batuan, patahan karang atau
karang yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman mempengaruhi pola
penyebaran dan morfologi fungsional serta tingkah laku hewan bentik. Hal
tersebut berkaitan dengan karakteristik serta jenis makanan benthos.
6

Organisme yang termasuk makrozoobenthos diantaranya adalah: Crustacea,


Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida. Klasifikasi
benthos menurut ukurannya: Makrobenthos merupakan benthos yang memiliki
ukuran lebih besar dari 1 mm (0.04 inch), contohnya cacing, pelecypod,
anthozoa, echinodermata, sponge, ascidian, and crustacea. Meiobenthos
merupakan benthos yang memiliki ukuran antara 0.1-1 mm, contohnya
polychaete, pelecypoda, copepoda, ostracoda, cumaceans, nematoda,
turbellaria, dan foraminifera. Mikrobenthos merupakan benthos yang memiliki
ukuran lebih kecil dari 0.1 mm, contohnya bakteri, diatom, ciliata, amoeba, dan
flagellata.
Barus (2004) menyatakan bahwa berdasarkan tempat hidupnya, benthos
dapat dibedakan menjadi epifauna yaitu benthos yang hidupnya di atas substrat
dasar perairan, dan infauna yaitu benthos yang hidupnya tertanam di dalam
substrat dasar perairan. Sedangkan berdasarkan siklus hidupnya, benthos dapat
dibagi menjadi holobenthos, yaitu kelompok benthos yang seluruh hidupnya
bersifat benthos dan merobenthos, yaitu kelompok benthos yang hanya bersifat
benthos pada fase-fase tertentu dari siklus hidupnya. Sedangkan Odum (1971),
mengklasifikasikan benthos berdasarkan kebiasaan makannya yaitu filter-feeder
(menyaring partikel-partikel detritus yang melayang di perairan) dan
depositfeeder (memakan partikel-partikel detritus yang mengendap di dasar
perairan).
Hewan makrobenthos mempunyai peranan yang sangat penting dalam siklus
nutrien di dasar perairan. Montagna et al. (1989) menyatakan bahwa dalam
ekositem perairan makrobenthos berperan sebagai salah satu mata rantai
penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai
konsumen tingkat tinggi.

b. Perifiton
Perifiton adalah nama yang diberikan pada kelompok berbagai organisme
yang tumbuh atau hidup menempel pada substrat dalam air seperti tanaman,
kayu, batu dan sebagainya. Meskipun perifiton umumnya diperlakukan sebagai
bentos, ini bukanlah ciri khas komunitas tersebut dalam hal tertentu. Ia hadir
sangat banyak pada substrat apapun, misalnya ujung kayu yang berada dalam
air beberapa centimeter dari dasar. Perifiton adalah hewan maupun tumbuhan
yang hidup di bawah permukaan air, sedikit bergerak atau melekat pada batu-
batu, ranting, tanah atau substrat lainnya. Menurut Wetzel (1982), perifiton
berdasarkan substrat menempelnya dibedakan atas epifitik (menempel pada
permukaan tumbuhan), epipelik (menempel pada permukaan sedimen), epilitik
(menempel pada permukaan batuan), epizooik (menempel pada permukaan
hewan), dan epipsammik (hidup dan bergerak di antara butir-butir pasir).
Dalam suatu perairan mengalir (lotik), alga perifiton lebih berperan sebagai
produsen daripada fitoplankton. Hal ini disebabkan karena fitoplankton akan
selalu terbawa arus, sedangkan alga perifiton relatif tetap pada tempat hidupnya.
Alga perifiton juga penting sebagai makanan beberapa jenis invertebrata dan
ikan (Graham dan Wilcox, 2000). Karena perifiton relatif tidak bergerak, maka
7

kelimpahan dan komposisi perifiton di sungai dipengaruhi oleh kualitas air sungai
tempat hidupnya.
3. METODE

3.1 Fungsi alat dan bahan

3.1.1 Parameter Fisika

a. Suhu

Alat dan Fungsi

- Thermometer Hg : Untuk mengukur suhu

- Stopwatch : Untuk menghitung waktu

- Kamera : Untuk mendokumentasikan kegiatan

praktikum

Bahan dan Fungsi

- Air sungai : Sebagai media yang diukur suhunya

- Tali : Sebagai perantara thermometer dengan

tangan pengukur

b. Kecepatan Arus

Alat dan Fungsi

- Current meter : Untuk mengukur kecepatan arus perairan

- Stopwatch : Untuk mengukur waktu

- Kamera : Untuk mendokumentasikan kegiatan

praktikum

Bahan dan Fungsi

- Air sungai : Sebagai media yang diukur kecepatan

arusnya

3.1.2 Parameter Kimia

a. Potential of Hydrogen (pH)

Alat dan Bahan


9

- Kotak Standar pH : Untuk alat bantu penentu mulai pH

- Stopwatch : Untuk menghitung lama waktu mengukur

pH

- Botol 600 ml : Untuk wadah air sampel yang akan diukur

pHnya

- Nampan : Untuk tempat meletakkan alat dan bahan

- Kamera : Untuk mendokumentasikan kegiatan

praktikum

Bahan dan Fungsi

- Air sampel : Sebagai sampel yang diukur pH airnya

- pH paper : Sebagai pengukur pH air sampel

b. Dissolved Oxygen (DO)

Alat dan Fungsi

- Botol DO : Untuk wadah sampel yang diukur DO-nya

(327 ml)

- Pipet tetes : Untuk mengambil sampel dan larutan

dalam skala kecil

- Buret : Untuk wadah larutan nitrat

- Statif : Untuk menyangga buret

- Corong : Untuk membantu memasukkan air sampel

dan larutan

- Washing bottle : Untuk wadah aquades

- Ember : Untuk tempat membuang larutan bening

- diatas endapan

- Kamera : Untuk mendokumentasikan kegiatan


10

praktikum

- Gelas ukur 25 ml : Untuk mengukur air sampel yang

digunakan

Bahan dan Fungsi

- Air sampel : Sebagai sampel yang akan diuji

- MnSO4 : Sebagai pengikat oksigen

- NaOH+KI : Sebagai pelepas ion I2 dan pembentuk

endapan coklat

- H2SO4 : Sebagai pengondisian asam dan pelarut

endapan coklat

- Amilum : Sebagai indikator warna ungu dan

pengondisian basa

- Na2CO3 (0,025 N) : Sebagai larutan titran

- Aquades : Sebagai pengkalibrasi

- Kertas label : Sebagai penanda pada sampel

- Tisu : Sebagai pembersih alat yang digunakan

c. Carbon Dioxide (CO2)

Alat dan Fungsi

- Gelas ukur 25 ml : Untuk mengukur air sampel yang diuji

- Pipet tetes : Untuk mengambil sampel dalam jumlah

kecil

- Statif : Untuk menyangga buret

- Buret : Untuk wadah larutan titran

- Corong : Untuk membantu memasukkan larutan ke

buret/wadah lain
11

- Botol 600 ml : Untuk wadah air sampel

- Washing bottle : Untuk wadah aquades

- Nampan : Untuk tempat meletakkan alat dan bahan

- Kamera : Untuk mendokumentasikan kegiatan

praktikum

Bahan dan Fungsi

- Air sampel : Sebagai sampel yang diuji kadar CO2 nya

- Indikator PP : Sebagai indikator warna pink

- Na2CO3 (0,0454 N) : Sebagai larutan titran

- Tisu : Sebagai pembersih alat dan bahan

- Aquades : Sebagai pengkalibrasi

- Kertas label : Sebagai penanda air sampel

d. Total Organic Matter (TOM)

Alat dan Fungsi

- Erlenmeyer : Untuk wadah mereaksikan larutan

- Beaker glass : Untuk mengukur air sampel

- Botol 600 ml : Untuk wadah air sampel

- Pipet volume : Untuk mengambil larutan

- Bola hisap : Untuk menyedot larutan ke dalam pipet

volume

- Hot plate : Untuk memanaskan larutan

- Buret : Untuk wadah larutan titran

- Statif : Untuk menyangga buret

- Corong : Untuk membantu memasukkan larutan ke

wadah lain
12

- Thermometer Hg : Untuk mengukur suhu larutan

- Washing bottle : Untuk wadah aquades

- Nampan : Untuk tempat meletakkan alat dan bahan

- Kamera : Untuk mendokumentasikan kegiatan

praktikum

Bahan dan Fungsi

- Air sampel : Sebagai sampel yang diuji kadar TOMnya

- KmnO4 (0,01 N) : Sebagai pengikat zat organik

- H2SO4 : Sebagai pengondisi asam

- Na-oxalate (0,01 N) : Sebagai pereduksi sisa dari KMnO4

- Aquades : Sebagai pengkalibrasi

- Tisu : Sebagai pembersih alat dan bahan

- Kertas label : Sebagai penanda pada sampel

e. Amonia

Alat dan Fungsi

- Gelas ukur : Untuk mengukut air sampel yang akan diuji

- Erlenmeyer : Untuk wadah menghomogenkan larutan

dan air sampel

- Pipet tetes : Untuk mengambil larutan nessler dalam

larutan kecil

- Tabung reaksi kecil : Untuk wadah larutan yang diuji

- Rak tabung reaksi : Untuk tempat menaruh tabung reaksi kecil

- Washing bottle : Untuk wadah aquades

- Spektrofotometer : Untuk mengukur kadar amonia dalam

sampel
13

- Nampan : Untuk tempat menaruh alat dan bahan

- Kamera : Untuk mendokumentasikan kegiatan

praktikum

Bahan dan Fungsi

- Air sampel : Sebagai sampel yang akan diuji kadar

amonianya

- Larutan nessler : Sebagai pengikat amonia

- Aquades : Sebagai pengkalibrasi

- Tisu : Sebagai pembersih alat yang digunakan

- Kertas saring : Sebagai penyaring saat sampel dituang ke

erlenmeyer

- Kertas label : Sebagai penanda pada sampel

f. Nitrat

Alat dan fungsi

- Botol 600 ml : Untuk wadah air sampel

- Cawan porselen : Untuk wadah air sampel yang di titrasi

- Hot plate : Untuk memanaskan larutan

- Gelas ukur : Untuk mengukur sampel yang akan

digunakan

- Erlenmeyer : Untuk wadah mereaksikan larutan

- Pipet tetes : Untuk mengambil larutan dalam skala kecil

- Spatula : Untuk mengaduk larutan

- Tabung reaksi kecil : Untuk wadah air ketika dimasukkan ke

spektrofotometer

- Rak tabung reaksi : Untuk tempat tabung reaksi kecil


14

- Spektrofotometer : Untuk menghitung kadar nitrat dengan

panjang gelombang 410 nm

- Washing bottle : Untuk wadah aquades

- Nampan : Untuk menaruh alat dan bahan

- Kamera : Untuk mendokumentasikan kegiatan

praktikum

Bahan dan Fungsi

- Air sampel : Sebagai sampel yang diuji kadar nitratnya

- Asam fenoldisulfonik : Sebagai pelarut kerak

- NH4OH : Sebagai indikator basa dan warna kuning

- Aquades : Sebagai pengencer larutan

- Tisu : Sebagai pembersih alat dan bahan

- Kertas label : Sebagai penanda pada sampel

- Kertas saring : Sebagai penyaring partikel tersuspensi

g. Orthofosfat

Alat dan Fungsi

- Botol 600 ml : Untuk wadah air sampel

- Gelas ukur : Untuk mengukur volume sampel yang

digunakan

- Erlenmeyer : Untuk wadah sampel saat diuji

- Pipet tetes : Untuk mengambil larutan dalam skala kecil

- Tabung reaksi kecil : Untuk wadah larutan saat pengukuran

dengan spektrofotometer

- Rak tabung reaksi : Untuk tempat tabung reaksi kecil

- Washing bottle : Untuk wadah aquades


15

- Spektrofotometer : Untuk mengukur orthofosfat air sampel

- Nampan : Untuk tempat meletakkan alat dan bahan

- Kamera : Untuk mendokumentasikan kegiatan

praktikum

Bahan dan Fungsi

- Air sampel : Sebagai sampel yang diuji kadar

orthofosfatnya

- Ammonium molybdate : Sebagai pengikat fosfat dan mengubahnya

menjadi ammonium fosfomolibdate

- SnCl2 : Sebagai indikator warna biru

- Aquades : Sebagai pengkalibrasi

- Tisu : Sebagai pembersih alat yang digunakan

- Kertas label : Sebagai penanda alat yang digunakan

- Kertas saring : Sebagai penyaring air sampel

- Aluminium foil : Sebagai penutup tabung reaksi saat

pengukuran orthofosfat

3.1.3 Parameter Biologi

a. Benthos

Alat dan Fungsi

- Jaring kicking : Untuk mengambil sampel benthos

- Penjepit : Untuk membantu mengambil sampel

- Botol film : Untuk wadah menaruh sampel benthos

- Pipet tetes : Untuk mengambil sampel dalam jumlah

kecil

- Loop : Untuk membantu mengidentifikasi benthos


16

- Buku identifikasi : Untuk mencocokkan dan mencari

klasifikasi benthos

- Nampan : Untuk tempat menaruh alat dan bahan

- Kamera : Untuk dokumentasi kegiatan praktikum

Bahan dan Fungsi

- Air sungai : Sebagai sampel yang akan diuji

- Benthos : Sebagai objek yang akan diamati

- Alkohol 96% : Sebagai pengawet benthos

- Kertas label : Sebagai penanda sampel dan larutan

b. Perifiton

Alat dan Fungsi

- Botol film : Untuk wadah sampel perifiton

- Penggaris : Untuk mengukur luar sampel pada batu

- Cutter : Untuk menandai luar sampel pada batu

- Sikat gigi : Untuk mengambil sampel perifiton pada

batu

- Pipet tetes : Untuk mengambil sampel larutan dalam

skala kecil

- Cool box : Untuk wadah organisme agar tetap awet

- Mikroskop binokuler : Untuk melihat organisme perifiton

- Objek glass : Untuk meletakkan larutan yang

mengandung perifiton

- Cover glass : Untuk menutup objek glass

- Washing glass : Untuk wadah aquades

- Buku identifikasi presscot : Untuk mengetahui spesies perifiton yang


17

diamati

- Nampan : Untuk menaruh alat dan bahan

- Kamera : Untuk dokumentasi kegiatan praktikum

Bahan dan Fungsi

- Air sampel : Sebagai sampel yang akan diuji

- Substrat dasar : Sebagai bahan yang diambil perifitonnya

- Perifiton : Sebagai objek yang akan diamati

- Larutan lugol : Sebagai pengawet perifiton dalam botol

film

- Aquades : Sebagai pengkalibrasi

- Tisu : Sebagai pembersih alat yang digunakan

- Kertas label : Sebagai penanda pada sampel

3.2 Analisis Prosedur

3.2.1 Parameter fisika

a. Suhu

Pada praktikum Ekologi Perairan pada parameter suhu, hal yang

harus dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan. Alat dan bahan

yang digunakan yaitu thermometer Hg. Langkah selanjutnya yang dilakukan

adalah memasukkan thermometer Hg ke dalam perairan selama 2-5 menit

sampai skala menunjukkan angka stabil. Pengukuran dilakukan dengan

membelakangi matahari dan thermometer tidak boleh bersentuhan langsung

dengan tangan. Selanjutnya thermometer diangkat dan dicatat hasilnya.


18

b. Kecepatan Arus

Pada praktikum Ekologi Perairan materi kecepatan arus, hal pertama

yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat dan bahan

yang digunakan yaitu current meter. Langkah selanjutnya yang dilakukan

adalah mengisi salah satu botol dengan air sebagai pemberat, dan botol

lainnya dibiarkan kosong. Lalu kedua botol dihanyutkan di perairan dan

ditunggu hingga tali rafia merenggang. Perhitungan waktu dilakukan tepat

saat botol di hanyutkan sampai tali merenggang, kemudian catat hasilnya.

3.2.2 Parameter Kimia

a. Potential of Hydrogen (pH)

Pada praktikum lapang ekologi perairan materi pengukuran pH, alat

dan bahan yang dibutuhkan adalah air sampel, pH paper, dan kotak standart

pH. Langkah – langkah yang harus dilakukan adalah memasukkan pH paper

dalam air sampel sekitar 1 menit. Kemudia angkat dan kibas – kibaskan

sampai kering. Setelah itu lihat pH paper dan cocokkan warnanya dengan

kotak standart pH. Lalu catat hasil yang diperoleh dalam kegiatan praktikum

pH ini.

b. Dissolved Oxygen (DO)

Pada praktikum lapang ekologi perairan materi pengukuran DO, alat

dan bahan yang dibutuhkan adalah botol DO, pipet tetes, buret, statif,

corong, air sampel, MnSO4, NaOH + KI, H2SO4, Amilum, Na2S2O3, tisu,

kertas label, dan aquades. Langkah – langkah yang dilakukan adalah

mencatat volume botol DO. Lalu memasukkan botol DO kedalam air sungai

secara perlahan dengan kemiringan 450. Kemudian tutup botol DO dalam air

dan cek apakah ada gelembung atau tidak di dalam botol tersebut. Jika
19

tidak, tambahkan 2 ml MnSO4 dan 2 ml NaOH + KI lalu homogenkan

diamkan hingga membentu endapan cokelat. Kemudian endapan diberi 1 – 2

ml H2SO4 lalu di homogenkan sampai endapan larut. Selanjutnya ditetesi

amilum sekitar 2 tetes, kemudian dititrasi dengan 0,025 N Na2S2O3 sampai

air menjadi tidak berwarna (bening) pertama kali. Kemudian catat Na2S2O3

yang dipakai lalu hitung dengan rumus :

c. Carbon Dioxide (CO2)

Pada praktikum lapang ekologi perairan materi pengukuran CO2, alat

dan bahan yang dibutuhkan adalah erlenmeyer, buret, statif, botol air, gelas

ukur, pipet tetes, corong, nampan, air sungai, indikator pp, Na2CO3, tisu dan

kertas label. Masukkan air ke dalam gelas ukur 25 ml dan masukkan

kedalam erlenmeyer, tambahkan 3 tetes indikator pp. Apabila berwarna pink

maka air tersebut tidak mengandung CO2, apabila tetap tidak berwarna,

maka air tersebut mengandung CO2 dan harus di titrasi dengan Na2CO3,

hingga berwarna pink pertama kali. Catat V titran dan hitung dengan rumus:

V titran x N titran x 22 x 1000


CO2 =
V air sampel

d. Total Organic Matter (TOM)

Pada praktikum Ekologi Perairan pada hari Sabtu, 14 April 2018 di

Bumi Bedengan materi TOM, hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan

alat dan bahan. Alat uang digunakan berupa Erlenmeyer, pipet volume, dan

hot plate. Sedangkan bahan yang digunakan adalah KMNO4, H2SO4, Na-

oxalate, dan aquades. Pertama diambil air sampel sebanyak 12,5 ml dan

dimasukkan ke dalam tabung Erlenmeyer. Setelah itu ditambahkan 2,4

KMNO4 0,01 N menggunakan pipet volume untuk mengikat bahan organik di


20

perairan dan sebagai oksidator. Selanjutnya ditambahkan 2,5 ml larutan

H2SO4 sebagai katalisator. Selanjutnya sampel dipanaskan dengan hot plate

sampai suhu mencapai 750C, suhu ini merupakan suhu optimum kerja dari

KMNO4, lalu diangkat. Didiamkan sampai suhu mencapai 650C dan

ditambahkan Na-oxalate 0,01 N perlahan sampai tidak berwarna, suhu ini

merupakan suhu optimum kerja dari Na-oxalate, selain itu Na-oxalate sendiri

berfungsi sebagai reduktor. Selanjutnya sampel tersebut dititrasi dengan

KMNO4 0,01 N sampai terbentuk warna merah jambu, dan dicatat sebagai (x

ml). Selanjutnya ambillah aquades 12,5 ml sebagai lauran standart dan

lakukan prosedur yang telah dilakukan tadi dengan bahan aquades dan

dicatat titran yang digunakan sebagai (y ml). Terakhir hitung kadar TOM

menggunakan rumus:

mg (x − y) x 31,6 x 0,01 x 1000


TOM( )=
L mL air sampel

e. Amonia

Pada praktikum Ekologi Perairan pada hari Sabtu, 14 April 2018 di

Bumi Bedengan materi Ammonia, hal pertama yang harus dilakukan untuk uji

ammonia adalah menyiapkan alat dan bahan. Langkah selanjutnya yaitu

mengambil air sampel dengan menggunakan botol 600 mL. Kemudian

masukkan 50 mL air sampel ke dalam beaker glass. Tambahkan air sampel

dengan 0,5 mL larutan nessler. Diamkan selama kurang lebih selam 10

menit, tujuannya untuk mengikat ammonia dan sebagai indikator warna

kuning. Setelah itu masukkan ke dalma tabung reaksi kecil dengn hati-hati.

Kemudia hitung kadar ammonia menggunakan spektrofotometer dengan

panjang gelombang 425 nmdan nomor program 380 nm. Cara menggunakan
21

spektrofotometer yaitu sambungkan terlebih dahulu spektrofotometer pada

sumber arus listrik. Lalu tekan tombol on/off di bagian belakang dan diamkan

selama kurang lebih 30 menit untuk melakukan pemanasan. Atur panjang

gelombang dan programnya kemudian lap tabung reaksi kecil dengan tissue.

Setelah itu masukkan tabung reaksi ke dalam spektrofotometer dan tekan

tombol zero lalu baca hasilnya.

f. Nitrat

Pada praktikum Ekologi Perairan pada hari Sabtu, 14 April 2018 di

Bumi Bedengan materi Nitrat, hal pertama yang harus dilakukan untuk uji

nitrat adalah menyiapkan alat dan bahan. Langkah selanjutnya yaitu

mengambil air sampel dengan botol 600 mL. Kemudian masukkan ke dalam

cawan porselen dengan 42,5 mL air sampel. Lalu panaskan diatas hot plate

sampai terbentuk lalu didinginkan. Tambahkan asam fenol disulfonik

sebanyak 6-7 tetes dan aduk dengan spatula, tujuannya untuk melarutkan

kerak nitrat dan encerkan dengan 3 mL aquades. Setelah itu tambahkan

NH4OH sebanyak 7 mL dengan tujuan untuk melarutkan ,mensu[lai ion H+

dan indikator warna kuning. Kemudian encerkan dengan aquades sampai

12,5 mL. Lalu masukkan sampel kedalam tabung reaksi kecil dan tutup

dengan menggunakan alluminium foil. Hitung kadar nitrat menggunakan

spektrofotometer dengan panjang gelombang 410 nm dan nomor rogram 353

nm. Cara menggunakan spektrofotometer yaitu sambungkan terlebih dahulu

spektrofotometer pada sumber arus listrik. Lalu tekan tombol on/off di bagian

belakang dan diamkan selama kurang lebih 30 menit untuk melakukan

pemanasan. Atur panjang gelombang dan programnya kemudian lap tabung

reaksi kecil dengan tissue. Setelah itu masukkan tabung reaksi ke dalam

spektrofotometer dan tekan tombol zero lalu baca hasilnya.


22

g. Orthofosfat

Pada praktikum Ekologi Perairan pada hari Sabtu, 14 April 2018 di

Bumi Bedengan materi Orthofosfat, hal pertama yang harus dilakukan untuk

uji orhofosfat adalah menyiapkan alat dan bahan. Langkah selanjutnya yaitu

mengambil air sampel sebanyak 12,5 mL lalu dimasukkan pada erlemenyer

250 mL. Setelah itu menambahkan 0,5 mL ammonium molybdat yang

berfungsi untuk mengikat fosfat dan membentuk ammonium fosfolybdate dan

dihomogenkan. Kemudian ditambahan 5 tetes SnCl2 sebagai indikator warna

biru muda dan dihomogenkan. Lalu dimasukkan larutan pada tabung reaksi

kecil. Dan dihitung menggunakan spektrofotometer dengan panjang

gelombang 690 nm dan nomor program 490 nm. Cara menggunakan

spektrofotometer yaitu sambungkan terlebih dahulu spektrofotometer pada

sumber arus listrik. Lalu tekan tombol on/off di bagian belakang dan diamkan

selama kurang lebih 30 menit untuk melakukan pemanasan. Atur panjang

gelombang dan programnya kemudian lap tabung reaksi kecil dengan tissue.

Setelah itu masukkan tabung reaksi ke dalam spekktrofotometer dan tekan

tombol zero lalu baca hasilnya.

3.2.3 Parameter Biologi

a. Benthos

Berdasarkan praktikum lapang ekologi perairan materi pengambilan

sampel benthos. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat

dan bahan. Alat yang digunakan adalah jaring kicking, penjepit, botol filum,

buku identifikasi, dan kamera. Sampel bahan yang digunakan adalah air

sungai, benthos, alkohol dan kertas label.


23

Cara pengambilan benthos adalah menancapkan jaring kicking dan

meletakkannya melawan arus sambil mengaduk-aduk substrat untuk

melepas organisme hingga masuk ke dalam jaring. Setelah, itu pisahkan

organisme dari ranting ataupun dedaunan. Cuci organisme dan kumpulkan

lalu, dimasukkan organisme ke dalam botol filum. Selanjutnya teteskan

cairan alkohol 96% guna mengawetkan organisme.

Setelah itu benthos diamati di labolatorium dengan cara ambil

benthos dengan penjepit kemudian letakkan di atas tissue dengan perlahan

jangan sampai merusak tubuh benthos. Lalu dengan menggunakan kaca

pembesar diamati.cocokkan benthos dengan buku identifikasi. Hal ini utnuk

menemukan family, genus, ataupun spesies. Setelah itu, dihitung

kelimpahan benthos dengan menggunakan rumus:


n
N=A

Keterangan :

N : Kepadatan benthos (ind/m²)

n : Jumlah individu benthos

A : Luas area (m²)

b. Perifiton

Berdasarkan praktikum lapang ekologi perairan materi perifiton, hal

pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan diantaranyabotol

filum, penggaris. Cutter, sikat gigi, pipet tetes, cool box, mikroskop, object

glass, cover glass, washing bottle, buku identifikasi perifiton, larutan lugol,

aquades, tissue, kertas label dan mikroskop binokuler.


24

Cara mengambil perifiton yaitu mengambil bebatuan di perairan alami.

Ditandai daerah permukaan batu 3x3 cm dengan ukuran penggaris

menggunakan cutter. Setelah itu disikat dengan sikat gigi pada bagian yang

ditandai, penyikatan dilakukan dengan searah. Hasilnya dimasukkan ke

dalam botol filum dan dibilas dengan aquades. Kemudian tetesi dengan lugol

untuk pengawetan dan masukkan cool box.

Kemudian untuk mengamati perifiton, pertama ambil sampel perifiton

yang di dapat. Diambil sampel menggunakan pipet tetes dan teteskan ke

object glass, setelah itu tutup menggunakan cover glass. Diusahakan jangan

sampai ada udara yang masuk dalam penutupan menggunakan cover glass.

Diatur perbesaran mikroskop dengan benar, lalu mengamati perifiton yang

telah ditemukan. Kemudian dicocokkan perifiton yang ditemukan

menggunakan menggunakan buku Prescott (buku identifikasi). Setelah

dicocokkan tulis klasifikasi spesies perifiton yang ditemukan. Kemudian

hitung kelimpahan perifiton dengan rumus n: x At x Vt


N = Ac x Vs x As

Keterangan :

N : Kelimpahan perifiton (md/cm²)

n : Jumlah perifiton (ind)

At : Luas cover glass (mm²)

Vt : V kosentrasi pada botol contoh (ml)

Ac : Luas amatan (mm²)

Vs : V konsentrasi object glass

As : Luas substrat yang dikerik (cm²)


4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lingungan Pengamatan

4.1.1 Stasiun Benthos

Pada praktikum ekologi perairan tentang pengamatan sampel benthos kondisi

lingkungan sejuk dan berawan. Praktikum ekologi perairan dilaksanakan di Bedengan

dan dimulai pada pukul 08.30 WIB. Lingkungan sekitar pengambilan sampel benthos

adalah di aliran sungai dimana banyak sekali di tumbuhi tumbuhan liar dan terdapat

batu-batuan. Perairan di bedengan termasuk kedalam perairan lotik. Dalam praktikum

lapang ekologi perairan kemarin ditemukan sampah rumahan yang dibuang kesungai.

Pada stasiun benthos bentuk kondisi perairannya air di sungai jernih meskipun

terdapat sampah rumahan. Di sekitar sungai banyak ditemukan tumbuhan atau vegetasi

dan substratnya adalah bebatuan dan pasir. Berdasarkan praktikum ekologi perairan

yang telah dilakukan masih dijumpai benthos berpa insekta yang menandakan perairan

di Bedengan masih tergolong baik.

4.1.2 Stasiun Perifiton

Pada praktikum ekologi perairan tentang pengamatan sampel perifiton

kondisi lingkungan sejuk dan berawan. Perairan di bedengan termasuk kedalam

perairan lotik. Di daerah sekitar aliran sungai banyak ditumbuhi vegetasi berupa

pohon dan rumput. Didalam sungai banyak dijumpai batu-batu besar dan kecil.

Pada stasiun perifiton bentuk perairan aliran sungai didominasi oleh

substrat batu dan pasi, terdapat juga tumbuhan liar disekitar aliran sungau

sehingga substrat terlihat jelas dan ditemukan cukup banyak perifiton yang

menempel disubstrat.
26

4.2 Analisis Hasil Pengamatan Tiap Parameter

4.2.1 Parameter Fisika

a. Suhu

Pada praktikum lapang mata kuliah Ekologi Perairan yang dilaksanakan

di sungai Bedengan telah dilakukan pengukuran suhu pada sungai bedengan

yang dibagi menjadi pos perifiton dan pos benthos. Data yang didapatkan di

pada pos perifiton 1 sebesar 190C, pos perifiton 2 sebesar 200C, pos perifiton 3

sebesar 190C, pos perifiton 4 sebesar 190C, pos perifiton 5 sebesar 220C, pos

perifiton 6 sebesar 200C. Sedangkan data hasil yang didapatkan pada pos

benthos 1 sebesar 200C, pos benthos 2 sebesar 220C, pos benthos 3 sebesar

190C , pos benthos 5 sebesar 190C, pos benthos 6 sebesar 200C. Suhu tertinggi

terdapat pada pos dan terendah terdapat pada pos. Perbedaan suhu tersebut

dikarenakan letak pengambilan berbeda dan juga factor intensitas cahaya

matahari yang masuk ke perairan.

b. Kecepatan Arus

Berdasarkan pada praktikum lapang Ekologi Perairan yang dilakukan di

sungai Bedengan dilakukan pengukuran arus pada pos perifiton maupun pos

benthos. Data hasil yang didapatkan pada pos perifiton 1 sebesar 1,25m/s, pos

perifiton 2 sebesar 0,75m/s, pos perifiton 3 sebesar 1,1m/s, pos perifiton 4

sebesar 0,65m/s, pos perifiton 5 sebesar, pos perifiton 6 sebesar. Sedangkan

data hasil yang didapatkan pada pos benthos 1 sebesar 0,83m/s, pos benthos 2

sebesar 0,13m/s, pos benthos 3 sebesar 0,38m/s, pos benthos 4 sebesar, pos

benthos 5 sebesar 1m/s, pos benthos 6 sebesar 1m/s. Kecepatan arus tertinggi

terdapat pada pos dan terendah terdapat pada pos. Perbedaan kecepatan arus
27

ini dikarenakan oleh beberapa faktor antara lain topografi, kemiringan, dan

kelandaian.

4.2.2 Parameter Kimia

a. Potential of Hydrogen (pH)

Menurut Latuconsina, et al. (2012), bagi pertumbuhan ikan pH air

mempengaruhi tingkat kehidupan jasad renik. Perairan yang asam akan kurang

produktif karena kandungan DO-nya rendah. Hal ini akan berakibat aktivitas

pernafasan ikan yang meningkat dan nafsu makan ikan yang menurun. pH

optimal pada perairan berkisar 7-8. Kisaran pH optimal untuk organisme hidup

akuatik tergantung pada karakteristik spesiesnya. Menurut Ridwan, et al. (2016),

pH merupakan faktor pembatas bagi organisme hidup pada suatu perairan.

Kisaran pH yang baik dan optimal adalah 7-8. Tinggi rendahnya pH akan

mempengaruhi pertumbuhan organisme di suatu perairan. Nilai pH adalah nilai

yang dapat mendukung kehidupan mikroorganisme. Sebagian organisme akuatik

sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai pH antara 7-8,5.

b. Dissolved Oxygen (DO)

Menurut Khatimah (2016), semakin besar nilai DO pada perairan

menafsirkan perairan tersebut memiliki kualitas yang bagus dan baik. Sebaliknya,

jika nilai DO rendah dapat diketahui bahwa perairan tersebut telah tercemar.

Salah satu bahan pencemaran masuk ke dalam perairan adalah logam berat.

Kelarutan logam berat sangat mempengaruhi kandungan dari oksigen terlarut.

Oksigen yang terlarut dapat digunakan sebagai penguraian zat perncernaan

tersebut. Menurut Prabowo, et al. (2016), kandungan oksigen dalam suatu


28

perairan mempengaruhi daya tahan organisme akuatik terhadap letak suatu

kontaminan. Tingginya kecepatan arus dan turbensi akibat kemiringan DAS akan

meningkatkan oksigen di dalam perairan. Pencemaran perairan dapat

mempengaruhi tinggi rendahnya suatu oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut

minimum berada pada 5 mg/L.

c. Carbon Dioxide (CO2)

Menurut Rukmini, et al. (2012), nilai karbondioksida berkisar antara 10,45-

11,55 mg/L. Perairan yang baik diperuntukkan bagi perikanan yaitu dengan

kadar CO2 sebesar 25 mg/L. Kadar CO2 yang terlalu tinggi akan meracuni

organisme di suatu perairan. Sedangkan CO2 yang terlalu rendah akan

menghambat pertumbuhan organisme dan mengganggu laju fotosintesis.

Menurut Yumame, et al. (2013), naiknya kadar karbondioksida seallu diiringi oleh

kadar oksigen terlarut. Apabila kadar CO2 tinggi maka akan mematikan

organisme di perairan karena kekurangan DO. Di dalam perairan kadar CO 2 di

dapat dari proses respirasi. Keberadaan CO2 di perairan memegang peranan

penting bagi organisme. Pada air tanah, kadar CO2 berkisar 10 mg/L dan nilai

tersebut masih bisa di toleransi oleh organisme di suatu perairan.

Total Organic Matter (TOM)

Amonia

Nitrat
29

Orthofosfat

4.2.3 Parameter Biologi

a. Benthos

Menurut Ridwan, et al. (2016), benthos terutama makrozoobenthos merupakan

organisme yang hidup menetap (sessile) dan memiliki daya adaptasi yang bervariasi

terhadap kondisi lingkungan. Makrozoobenthos sangat baik digunakan sebagai

bioindikator lingkungan perairan karena habiat hidupnya yang menetap dan sangat

sensitif terhadap perubahan lingkungan. Makrozoobenthos ini paling banyak digunakan

sebagai indikator pencemaran logam. Menurut Leatemia, et al. (2017),

Makroavertebrata bentos dapat menggambarkan kualitas perairan sungai, sehingga

sangat baik dijadikan sebagai bioindikator. Hal ini dikarenakan tiap spesies memiliki

toleransi yang berbeda terhadap bahan pencemar organik dalam perairan.

Makroavertebrata bentos dengan toleransi tinggi biasanya mengindikasikan kualitas air

buruk. Sebaliknya makroavertebrata bentos dengan toleransi rendah mengindikasikan

kualitas air baik.

Perifiton

4.3 Kualitas Perairan Bedengan

Menurut Tatangindatu, et al. (2013), Suhu mempunyai peranan penting dalam

menentukan pertumbuhan ikan yang dibudidaya, kisaran yang baik untuk menunjang

pertumbuhan optimal adalah 28⁰C – 32⁰C. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan suhu air

di Kelurahan Paleloan masih layak dan memenuhi syarat untuk dilakukan kegiatan usaha
30

budidaya ikan. Secara umum kecerahan di Kelurahan Paleloan masih berada dalam

kondisi alami karena perairan dengan tingkat kecerahan 2 m sangat baik untuk lokasi

budidaya ikan. Penelitian sebelumnya oleh Arifin (2003), kecerahan air untuk Kelurahan

Paleloan 1,34 m pada saat cuara cerah. Hasil ini menunjukkan telah terjadi peningkatan

kecerahan pada lokasi tersebut. pH yang ideal bagi kehidupan biota air tawar adalah

antara 6,8 - 8,5. pH yang sangat rendah, menyebabkan kelarutan logam-logam dalam air

makin besar, yang bersifat toksik bagi organisme air, sebaliknya pH yang tinggi dapat

meningkatkan konsentrasi amoniak dalam air yang juga bersifat toksik bagi organisme

air. Kisaran DO dengan nilai 7,41 – 7,77 mg/L masih sangat menunjang untuk

kelangsungan kegiatan budidaya ikan. Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di

perairan alami dan merupakan sumber nutrisi utama bagi pertumbuhan fitoplankton

dan tumbuhan air lainnya. Kadar nitrat yang lebih dari 5 mg/L menggambarkan telah

terjadinya pencemaran.Kadar amoniak yang baik bagi kehidupan ikan air tawar kurang

dari 1 ppm. Apabila kadar amoniak telah melebihi 1,5 ppm, maka perairan tersebut

telah terjadi pencemaran. BOD tinggi menunjukkan bahwa jumlah oksigen yang

dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam air

tersebut tinggi, hal berarti dalam air sudah terjadi defisit oksigen. Banyaknya

mikroorganisme yang tumbuh dalam air disebabkan banyaknya makanan yang

tersedia (bahan organik), oleh karena itu secara tidak langsung BOD selalu dikaitkan

dengan kadar bahan organik dalam air.

4.4 Faktor Koreksi

Berdasarkan praktikum Ekologi Perairan dapat dilihat bahwa faktor-faktor

koreksi di dalam perairan di Bedengan adalah:


31

- Pada Bedengan ditemukan organisme cacing dan lichen sehingga dapat

dikategorikan perairan yang baik

- Di sekitar Bedengan terdapat beberapa sampah yang bisa menimbulkan

pencemaran

- Pohon-pohon yang berada di sekitar perairan akan membantu penyeraan karbon

dioksida di udara

- Banyaknya wisatawan yang datang ke Bedengan dapat mengakibatkan pencemaran

berasal dari sampah yang mereka hasilkan

4.5 Manfaat di Bidang Perikanan

Pada praktikum Ekologi Perairan di Bedengan,, Dau dapat diambil manfaat yaitu:

- Praktikan dapat mengetahui parameter fisika, kimia, dan biologi yaitu suhu,

kecepatan arus, pH, DO, CO2, TOM, Amonia, Nitrat, Orthofosfat, Benthos dan

Perifiton yang berada di Perairan Bedengan

- Praktikan dapat menghitung kadar tiap parameter di perairan

- Selain itu juga praktikan dapat mengetahui kadar optimum tiap parameter

- Dapat mengetahui lingkungan yang cocok untuk kelangsungan hidup ikan

- Praktikan mengetahui bentuk-bentuk (spesies) dari benthos dan perifiton serta

mengidentifikasi jenis-jenis benthos apa saja yang didapat pada saat

penyamplingan

- Praktikan dapat langsung melihat atau mempraktekan cara mengambil sampel

benthos dan perifiton kemudian menghitung kelimpahannya

- Sehingga untuk ke depannya dapat menciptakan alat-alat yang berguna untuk

membantu kegiatan pembudidayaan di daerah tersebut


32
5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
Diharapkan pada praktikum ekologi perairan menggunakan alat
pengeras suara dikarenakan suara asisten tidak terlalu terdengar oleh
seluruh praktikan. Untuk transportasi harap lebih teliti lagi supaya tidak
terdapat kendala seperti mogok di tengah jalan. Pada praktikum
laboratorium harap lebih diteliti lagi alat alat sebelum praktikum dimulai.
34
DAFTAR PUSTAKA

Barus, S. L., Yunasfi, dan A. Suryanti. 2014. Keanekaragaman dan Kelimpahan Perifiton di

Perairan Sungai Deli Sumatera Utara. Jurnal Aquacoastmarine. 2(1): 139-

149.

Khatimah, K. 2016. Analisis Kandungan Logam Timbal (Pb) pada Cacilepra racemosa yang

Dibudidayakan di Perairan Dasar Kutondo, Kabupaten Takalar. Skripsi.

Makassar: Universitas Hassanudin.

Latuconsina, K., M. N. Neosa dan R. A. Rappe. 2012. Komposisi Spesies dan Struktur

Komunitas Padang Ikan Lamun di Perairan Tanjung Tirah Teluk Ambon

Dalam. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 4(1): 42-46.

Leatemia, S. P.O., E. Manangkalangi., P. T. Lefaan., H. F. Z. Peday, dan L. Sembel. 2017.

Makroavertenbrata Bentos sebagai Bioindikator Kualitas Air Sungai Nimba

Manokwari, Papua Barat. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 22(1): 25-33.

Prabowo., R. Purwanto dan H. R. Sunoko. 2016. Akumulasi Kadmium (Cd) pada Ikan

Wadah Merah (Puntinus bramoides C. V) di Sungai Kaliarang. Jurnal MIPA.

3(9): 1-10.

Ridwan, M., R. Fathoni., I. Fatihah, dan D. A. Pangestu. 2016. Struktur Komunitas

Makrozoobenthos di Empat Muara Sungai Cagar Alam Pulau Dua, Serang,

Banten. Al-Kauniyah Jurnal Biologi. 9(1): 57-65.

Rukmini, M., D. Arfiati dan A. Mursyid. 2012. Karakteristik Ekologis Habitat Larva Ikan

Betok (Anabas tertedineas bloch) di Perairan Rawa Monoton Danau Bangka,

Kalimantan Selatan. Limnotok. 19(2): 166-175.


36

Tatangindatu, F., O. Kalesaran, dan R. Rompas. 2013. Study on Water Physical-chemical

Parameters Around Fish Culture Areas in Lake Tondano. Budidaya Perairan.

1(2): 8-19.

Yumame, Y., R. Rompas., R. Pangemanan dan P. L Nasution. 2013. Kelayakan Kualitas Air

Kolam di Lokasi Pariwisata Embung Lamanu, Kabupaten Sorong, Provinsi

Papua Barat. 1(3): 56-62.


LAMPIRAN

Skema Kerja
Fisika
a. Suhu

Thermometer Hg

- Dimasukkan kedalam dimasukkan ke dalam


perairan (usahakan pengukuran membelakangi
matahari dan thermometer tidak bersentuhan
langsung dengan tangan pengukur).
- Dibiarkan 2-5 menit sampai skala suhu pada
thermometer menunjukkan angka yang stabil.
- Diangkat thermometer pada perairan dan dicatat hasilnya.

Hasil
b. Kecepatan Arus

Current Meter

- Diisi air pada salah satu botol sebagai pemberat,


dan botol lain dibiarkan kosong
- Dihanyutkan pada peraitan dan ditunggu hingga
tali rafia merenggang
- Dicatat waktu tali merenggang dengan stopwatch
- Dicatat hasil dan dihitung dengan rumus:

Hasil

Kimia
a. Potential of Hydrogen (pH)

pH Paper

- Dimasukkan ke dalam air sampel sekitar 1 menit


- Dikibas-kibaskan sampai setangah kering
- Dicocokkan perubahan warna pH paper dengan kotak
standar pH dan dicatat hasilnya.

Hasil
38

b. Dissolved Oxygen (DO)

Botol DO

- Dicatat volume botol DO


- Dimasukkan ke dalam perairan dengan kemiringan 450
- Ditutup botol saat ma sih berada di dalam perairan agar tidak
terjadi gelembung udara.
- Ditambahkan 2 ml MnSO4 dan 2 ml NaOH+KI.
- Dihomogenkan dan ditunggu sampai terbentuk endapan.
- Dibuang air bening di atas endapan
- Ditambahkan 2 ml H2SO4 (1:1) dan dihomogenkan
sampai endapan larut
- Ditambahkan 4 tetes amilum dan dititrasi dengan Na2S2O3
0,025 N sampai berubah menjadi tidak berwarna (bening)
pertama kali
- Dicatat ml titran dan dihitung menggunakan rumus:

Hasil

c. Carbondioxide (CO2)

Air Sampel

- Diukur 25 ml dengan gelas ukur


- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- Ditambahkan 3 tetes indikator PP
- Bila air berwarna merah jambu berarti air
tersebut tidak mengandung CO2 bebas
- Bila air sampel tetap tidak tidak berwarna, maka
dilakukan titrasi dengan Na2CO3 0,0454 N sampai warna
menjadi merah jambu pertama kali
- Dihitung kadar CO2 dengan menggunakan rumus:

Hasil
39

d. Total Organic Matter (TOM)


Air Sampel

- Diambil 12,5 ml air sampel


- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- Ditambahkan 42,4 ml KMnO4 0,01 N menggunakan pipet
volume
- Ditambahkan 2,5 ml H2SO4 (1:4)
- Dipanaskan dengan hot plate sampai suhu mencapai 750C
kemudian diangkat
- didiamkan sampai suhu mencapai 650C dan dutambahkan
Na-oxalate 0,01 N perlahan sampai tidak berwarna
- dititrasi dengan KMnO4 0,01 N sampai terbentuk warna
merah jambu
- dicatat sebagai ml titran (x ml)
- diambil 12,5 ml aquades
- dilakukan prosedur (1-6) dengan bahan aquades dan
dicatat titran yang digunakan sebagai (y ml)
- dihitung kadar TOM menggunakxan rumus

Hasil

e. Amonia

Air Sampel

- Diambil 25 ml air sampel


- Dimasukkan ke dalam beaker glass
- Ditambahkan 0,5 ml larutan nessler dan didiamkan ±10 menit
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil
- Dihitung kadar ammonia menggunakan
spektrofotometer (panjang gelombang 425 nm dan
nomor program 380 nm)
- Dicatat hasilnya

Air Sampel
40

f. Nitrat

Air Sampel

- Disaring 12,5 ml air sampel


- Dimasukkan ke dalam cawan porselen
- Dipanaskan di atas hot plate sampai terbentuk kerak
dan didinginkan
- Ditambahkan asam fenol disulfonik dan diaduk dengan spatula
- Diencerkan dengan 3 ml aquades
- Ditambahkan NH4OH sampai berwarna kekuningan
- Diencerkan dengan aquades sampai 12,5 ml
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil
- Dihitung kadar nitrat menggunakan spektrofotometer
(panjang gelombang 410 nm dan nomor program 353 nm)
- Dicatat hasilnya

Air Sampel

g. Orthofosfat

Air Sampel

- Diambil 12,5 air sampel


- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- Ditambahkan 0,5 ml ammonium molybdat dan dihomogenkan
- Ditambahkan 3 tetes SnCl2 dan dihomogenkan
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil
- Dihitung kadar orthofosfat menggunakan
spektrofotometer (panjang gelombang 690 nm dan
nomor program 490 nm)
- Dicatat hasilnya

Hasil
41

h. Spektofotometer
Spektofotometer
- PenggunaanMemasang kabel alat ke sumber listrik
- Tekan “Power” dan ditunggu hingga selftest menjadi 0 (nol)
- Ditekan “Method” atau diatur nomor program sesuai
parameter yang diukur
- Diatur nomer gelombang sesuai dengan parameter
yang diukur
- Tekan “Enter”
- Diatur panjang gelombang sesuai dengan parameter
yang diukur
- Tekan “Enter”
- Masukkan sampel blangko
- Tekan “Zero” hingga muncul angka 0,00 mg/l

Air Sampel
42

Biologi
a. Benthos
 Pengambilan sampel benthos

Jaring Kicking

- Dipegang dengan arah melawan arus


- Diaduk dasar perairan dengan dua kaki secara
bersamaan untuk melepas organisme dari dasar
perairan agar masuk ke dalam jaring
- Dibalik jala ke arah luar untuk memindahkan sampel ke
dalam wadah sampel
- Diberi alkohol 96% untuk mengawetkan

Hasil

 Perhitungan kelimpahan benthos

Sampel Benthos

- Diamati secara langsung dengan bantuan loop

- Diamati bentuk dan jenis benthos

- Dicocokkan dengan buku identifikasi benthos

- Dihitung kelimpahan benthos menggunakan rumus:

Hasil
43

b. Perifiton
 Pengambilan Sampel Perifiton

Substrat Perairan
- Ditandai dengan cutter pada permukaan sunstrat deluas 3x3
cm

- Disikat/dikerik bagian permukaan yang ditandai

- Dimasukkan hasil kerikan ke dalam botol film

- Diberi aquades hingg botol film penuh

- Diberi lugol sebagai pengawet

hasil

 Perhitungan Kelimpahan Perifiton

Sampel Perifiton

- Diambil menggunakan pipet tetes

- Diteteskan pada onjek glass sebanyak 1 tetes

- Ditutup menggunakan cover glass dengan kemiringan 450


- Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x, 100x,
400x, 1000x

- Diamati dan dihitung jumlah perifiton pada tiap bidang


pandang

- Diidentifikasi menggunakan bukuidentifikasi prescott

- Dihitung kelimpahan perifiton dengan rumus:

Hasil
44

Lampiran 1. Data Hasil Pengamatan Organisme Perairan


- Stasiun Benthos dan Perhitungan
No. Gambar Jumlah Klasifikasi Kelimpahan LBP
Phylum : N=n
A
1. 2 Anlida
𝟑
Class : = 𝟐.𝟓𝑿𝟎.𝟓

Hirudinea = 2.4
Family :
Piscicolidae

2. 1 Ordo : n
N=A
Crustacea
Class : 3
=
2.5𝑋0.5
Schopoda
= 2.4
Family :
Asellidae
45

- Stasiun Perifiton dan Perhitungan


BP Gambar Jumlah Klasifikasi Kelimpahan LBP

Perhitungan:
46

Lampiran 2. Data Hasil Kualitas Air


- Stasiun Benthos dan Perhitungan
No Parameter Hasil Pengukuran
1 Suhu 20⁰ C
2 Kecepatan Arus 1 m/s
3 pH 7-8
4 DO 8.37 ppm
5 CO₂ 19.8 ppm
6 TOM 45.5 ppm
7 Amonia 1.09 ppm
8 Nitrat 0.2 ppm
9 Orthofosfat 0.15 ppm

Perhitungan:

𝑠 5
Kecepatan Arus : V= 𝑡 = 5 = 1 m/s

𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥𝑁𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 8 𝑥1000 10.29𝑥0.025𝑥8𝑥1000


Do : 𝑉𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝐷𝑜−4
= 250−4
= 8.37 ppm

𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥𝑁𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 22 𝑥1000 5 𝑥0.045 𝑥 22𝑥1000


CO₂ : 𝑉𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 250
= 19.8 ppm

(x−y) x 31,6 x 0,01 x 1000 (0.7−) x 31,6 x 0,01 x 1000


TOM : mL air sampel
= 12.5
= 45.5 ppm
47

- Stasiun Perifiton dan Perhitungan


No Parameter Hasil Pengukuran
1 Suhu 20⁰ C
2 Kecepatan Arus 0.71 m/s
3 pH 7
4 DO 6.8 ppm
5 CO₂ 19.8 ppm
6 TOM 25.28 ppm
7 Amonia 0.63 ppm
8 Nitrat 0.2 ppm
9 Orthofosfat 0.11ppm

Perhitungan:
𝑠
Kecepatan Arus : V= = = 0.71 m/s
𝑡

𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥𝑁𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 8 𝑥1000 8.36𝑥0.025𝑥8𝑥1000


Do : 𝑉𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝐷𝑜−4
= 250−4
= 6.8 ppm

𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥𝑁𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 22 𝑥1000 5 𝑥0.045 𝑥 22𝑥1000


CO₂ : 𝑉𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 250
= 19.8 ppm

(x−y) x 31,6 x 0,01 x 1000 (x−y) x 31,6 x 0,01 x 1000


TOM : mL air sampel
= 12.5
= 25.28 ppm

Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan (Tiap Perlakuan)

Anda mungkin juga menyukai