Anda di halaman 1dari 14

EKOSISTEM DANAU

Izfarani Nur Khotimah


12/334932/PN/12941
Teknologi Hasil Perikanan

INTISARI
Danau memiliki manfaat yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan
manusia. Namun, karena manfaatnya yang sangat besar, danau terkadang
dieksploitasi secara berlebihan dan tidak jarang dicemari dengan sampah
dan limbah manusia yang dapat menurunkan kadar kualitas perairannya.
Praktikum ekologi perairan acara ekosistem danau ini dilaksanakan pada tanggal 20 April
2013 di Danau Tambak Boyo pada pukul 08.00 WIB. Danau Tambak Boyo dibagi menjadi
tujuh stasiun pengamatan. Pada setiap stasiun dilakukan pengukuran parameter fisika, kimia
dan biologi. Parameter fisika yang diamati adalah suhu air dan suhu udara diukur dengan
termometer, kecerahan diukur denggan secchi disc, TSS dengan metode gravimetri dan warna
air. Parameter kimia yang diamati adalah Do dengan metode Winkler, CO 2 bebas dengan
metode alkalimetri, alkalinitas dengan metode alkalimetri, pH dengan kertas pH atau pH
meter, bahan organic (BO) dan BOD5. Dan parameter biologi yang diamati adalah diversitas
plankton dengan metode Shannon-Wiener dan densitas plankton. Praktikum ini memiliki
tujuan mempelajari karakteristik ekosistem lentik (peraira menggenang) dan faktor-faktor
pembatasnya, mempelajari cara-cara pengambilan data tolokukur (parameter) fisik, kimia dan
biologic suatu perairan lentik, mempelajari korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan
dengan populasi biota perairan (plankton dan benthos), dan mempelajari kualitas perairan
lentik berdasarkan atas indeks diversitas biota perairan. Berdasarkan pengamatan, Danau
Tambak Boyo dinyatakan dalam kondisi baik dan stasiun 5 memiliki densitas plankton
tertinggi dengan nilai 1,9022 dan stasiun 6 memiliki diversitas plankton tertinggi dengna nilai
95. Dan stasiun yang terbaik adalah stasiun 5.
Kata kunci : danau, densitas, diversitas, ekosistem, kualitas air

PENDAHULUAN
Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem yang menempati daerah relative kecil pada
permukaan bumi dibandingkan dengan habitat laut dan daratan. Bagi manusia kepentingannya
jauh lebih berarti dibandingkan dengan luas daerahnya. Keberadaan ekosistem danau

memberikan fungsi yang cukup menguntungkan bagi kehidupan manusia (rumah tangga,
industri dan pertanian). Namun keuntungan-keuntungan yang dipakai tersebut tidak dibarengi
dengan upaya untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem. Hal tersebut jika terusmenerus dilakukan dan tidak ada upaya mencegah maupun menanggulangi maka
dikhawatirkan ekosistem tersebut lama kelamaan akan rusak dan kemudian menghilang. Oleh
karena itu, perlu diadakan suatu upaya penanggulangan demi menjaga lingkungan serta
keberlangsungan hidup organism yang berada di dalamnya sehingga dapat mendukung dan
bermanfaat bagi manusia.
Danau adalah massa air yang berada di suatu cekungan (ledok/basin) yang terdapat di
daratan. Berdasarkan terjadinya danau dibagi menjadi lima macam, yaitu: danau tektonik yang
terjadi akibat suatu tempat mengalami penurunan; danau vulkanik yang terjadi akibat adanya
letusan gunung api; danau tektonik vulkanik yang terjadikarena gabungan antara letusan
gunung api da akibat tanah yang turun; danau karst yang terjadi akibat proses pelarutan batuan
kapur oleh air hujan; danau glasial yang terjadi akibat erosi glasial pada zaman pencairan es
(Hartono, 2007). Berdasarkan kedalaman jaraknya dari tepi danau dibagi manjadi empat
daerah, yaitu: daerah litoral merupakan daerah yang dangkal sehingga cahaya matahari dapat
menembus hingga dasar danau; daerah llimnetik merupakan daerah terbuka yang letaknyajaud
dari tepi danau, tetapi masih dapat ditembus cahaya matahari; daerah profundal merupakan
daerah yang tidak dapat ditembus cahaya matahari; daerah bentik merupakan daerah dasar
danau tempat terdapat organism bentos (Samadi, 2007). Berdasarkan produksi materi organik,
danau dibedakan menjadi dua, yaitu danau oligotropik merupakan danau yang dalam dan
kekurangan makanan karena fitoplankton daerah limnetiknya tidak produktif, dengan ciri-ciri
airnya jernih, dihuni oleh sedikit organisme dan di dasar air terdapat banyak oksigen
sepanjang tahun; danau eutropik merupakan danau yang dangkal yang kaya akan kandungan
makanan karena memiliki fitoplankton yang produktif, dengan ciri-ciri airnya keruh, terdapat
banyak organism dan kandungan oksigennya banyak (Setiowati, 2007). Organisme-organisme
penghuni ekosistem danau bermacam-macam, yang terdiri dari makrobentos hingga yang
berukuran mikroskopis seperti plankton dan bentos. Plankton adalah suatu golongan jasad
hidup akuatik yang berukuran skopis, biasanya berenang atau tersuspensi dalam air, tidak
bergerak atau hanya bergerak untuk melawan arus atau mengikuti arus (Wibisono, 2005).

Secara biologi kualitas air tergantung dari tingkat kesuburan perairan, berupa plankton.
Tingkat kesuburan air dibagi menjadi tiga, yaitu perairan yang tingkat kesuburannya rendah,
sedang dan tinggi. Tingkat kesuburan ini akan mempengaruhi pertumbuhan ikan (Khairuman,
2003).
Tujuan praktikum ekosistem danau ini adalah mempelajari karakteristik ekosistem lentik
(perairan menggenang) dan factor-faktor pembatasnya, mempelajari cara-cara pengambilan
data tolokukur (parameter) fisik, kimia dan biologic suatu perairan lentik, serta mempelajari
korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan engan populasi biota perairan (plankton dan
bentos. Selain itu juga mempelajari kualitas perairan lentik berdasarkan atas indeks diversitas
biota perairan.

METODOLOGI
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 20 April 2013 di Danau Tambak
Boyo pada pukul 08.00 WIB. Danau yang diamati dibagi menjadi tujuh stasiun pengamatan.
Pada setiap stasiun pengamatan dilakukan pengamatan parameter fisik (suhu air, suhu udara,
kecerahan TSS dan warna air), parameter kimia (DO, CO 2 bebas, alkalinitas, pH, bahan
organic dan BOD5) dan parameter bilogi (densitas dan diversitas plankton).
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah water sampler, meteran atau penggaris,
termometer, botol oksigen, erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur atau buret, pipet tetes,
mikroburet, aerator, ember plastik, jarring plankton, kertas label an plastik. Dan bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah kertas pH atau pH meter, kertas sarung (milipore)
dengan diameter pori 0,45

m, timbangan plastik, larutan MnSO , larutan reagen oksigen,


4

larutan H2SO4 pekat, larutan 1/80 N Na2S2O3, larutan 1/44 NaOH, larutan 1/50 H2SO4, larutan
1/50 HCl, larutan HCl, larutan indikator amilum, larutan indikator Phenolphphtalein (PP),
larutan indikator Methyl Orange (MO), larutan 4 N H2SO4, larutan 0,1 N Kalium permanganat,
larutan 0,1 Ammonium oksalat dan larutan formalin 4%.

Pada pengamatan parameter fisika yang diamati adalah warna air, kecerahan yang diukur
dengan mengguakan secchi disc, suhu air dan suhu udara yag diukur dengan termometer, dan
TSS yang diukur dengan metode gravimetri. Parameter kimia yang diukur adalah DO dengan
metode Winkler. Untuk CO2 bebas digunakan metode alkalimetri. Alkalinitas digunakan
metode alkalimetri. BOD5 diukur dengan mengambil air sampel sebanyak 4 botol oksigen.
Botol 1 dan 2 diinkubasi selama 5 hari. Sebelum diinkubasi, air sampel dalam botol tersebut
dijenuhkan terlebih dahulu O2 terlarutnya dengan bantuan aerator. Kemudian pada botol 3 dan
4 serta botol 1 dan 2 yang telah diinkubasi, ditambahkan 1 ml 4 H 2SO4, 2 tetes 0,1 N Kalium
permanganat dan 1 tetes 0,1 N Ammonium oksalat, selanjutnya dianalisis sama dengan
analisis DO. Bahan organik (BO) diukur dengan mengambil sampel air sebanyak 50 ml
ditambahkan 2 tetes larutan 0,01 N Kalium permanganat hingga berwarna merah muda,
tambahkan 1 ml larutan 6 N H2SO4 hingga warna merah muda hilang, kemudian tambahkan 10
ml larutan 0,01 N Kalium permanganate dan oanaskan hingga mendidih (5-10 menit),
ditambahkan 10 ml 0,01 N Asam oksalat lalu didinginkan hingga suhunya 60oC. Kemudian
dititrasi dengan larutan 0,01 N Kalium permanganate hingga terbentuk warna rose. Dan
parameter biologi yang diamati adalah densitas dan diversitas plankton. Perhitungan diversitas
plankton dihitung dengan rumus Shannon-Wiener.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Danau Tambak Boyo yang dijadikan sebagai tempat pengamatan ini memiliki warna air
hijau kecokelatan. Vegetasi yang ada disekitar perairan berupa semak-semak atau rumputrumput liar. Fauna yang terdapat di dalam perairan danau adalah ikan-ikan. Sehingga banyak
orang yang memancing di pinggir danau. Dan di titik-titik tertentu juga terlihat adanya
sampah-sampah yang menggenang.
Tabel 1. Hasil Pengamatan
Parameter
Fisika
Suhu Air (C)

1
27.2

2
28

3
25

Stasiun
4
26

5
27.5

6
27

7
27

5
Suhu Udara
(C)
Kecerahan
(cm)

29

30

27

56
0.30
8

29
73.2
5
0.06
7

66
0.67
3

69
0.24

70
0.002
7

5.58
18.7

3.2
9

5.5
15

4.78
8.3

2.8
11

9.5
6.3

85
7

96
7

97
7

20
7.1

74
7

63
7

BO (ppm)

4.80

7.21

7.27

9.50

BOD5 (ppm)

0.97

0.75

8.40
0.86
5

0.35

0.7

2.40
0.73
1

47.6
7
18.34
54

0.35
59

0.86
98

0.34
76

0.79
6

1.09
22

0.78
08

0.111
8

38

17

23

52

30

95

14

TSS (ppm)
Kimia
DO (ppm)
CO2 (ppm)
Alkalinitas
(ppm)
pH

Biologi
Densitas
Plankton
Diversitas
Plankton

29

34

27

14
0.45
26

117
0.26
7

5
8.4

1.15

Stasiun 4 yang menjadi salah satu stasiun yang diamati memiliki suhu air 26 oC dan suhu
udara 25oC. Suhu di staiun ini tergolong normal. Suhu erat kaitannya dengan oksigen terlarut
dalam air. Apabila suhu meningkat maka oksigen terlarut dalam air menurun, tetapi hal ini
berbeda dengan kadar CO2 karena peningkatan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan
dekomposisi bahan organik sehingga kadar CO2 pun semakin meningkat (Effendi, 2003).
Kecerahan pada stasiun ini yaitu 73,25 cm. Nilai kecerahan ini tergolong sedang. Kecerahan
diakibatkan oleh bahan organik atau anorganik yang terlarut. Apabila nilai kecerahan air < 25
cm, maka akan berpengaruh pada organisme perairan seperti kultur plankton yang dapat mati
dan penurunan DO (SITH, 2009). Selain itu, nilai kecerahan juga menunjukkan nilai TSS
suatu perairan dan BO yang ada pada perairan tersebut. TSS dan BO adalah suspensi terlarut
dalam air yang mampu mempengaruhi dan mampu menyebabkan pantulan air menjadi keruh
dan tidak cerah. Warna air pada stasiun 4 adalah hijau cokelat. Warna perairan dipengaruhi
oleh pengaruh bahan organik dan bahan anorganik, keberadaan plankton, humus, ion-ion

logam serta bahan-bahan lain (Effendi, 2003). Sehingga warna air berkaitan dengan
kecerahannya. Air yang memiliki nilai kekeruhan rendah biasanya memiliki warna tampak dan
warna sesungguhnya sama dengan warna standar. Jai, warna air berbanding lurus dengan
kecerahannya sehingga akan memiliki kecerahan yang rendah apabila TSS dan BO semakin
meningkat. Tetapi intensitas warna air akan semakin meningkat dengan meningkatnya nilai pH
yang justru mengurangi kadar DO dan meningkatkan kadar CO2 dalam air. Berdasarkan warna
danau pada staiun 4, disimpulkan bahwa di danau tersebut banyak mengandung kalsium
karbonat, algae dan plankton yang menyebabkan warna hijau dan bahan organik serta diatom
yang menyebabkan warna kecokelatan (Effendi, 2003). TSS adalah bahan yang tersisa setelah
air sampel mengalami evaporasi dan penyaringan. Nilai TSS pada stasiun 4 adalah 0,067 ppm.
Nilai ini mempengaruhi kecerahan pada danau dan selanjutnya akan menghambat penetrasi
cahaya matahari ke danau yang berpengaruh pada proses fotosintesis.
Parameter kimia yang diamati meliputi DO, CO 2 bebas, alkalinitas, pH, BO dan BOD5.
Kadar DO pada stasiun 4 adalah 5,5 ppm. Nilai ini tergolong normal. DO tergantung pada
suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer. Semakin tinggi suhu dan ketinggian serta
kecilnya tekanan atmosfer, maka kadar oksigen terlarut semakin kecil (Jeffries, 1996). DO
juga berbanding terbalik dengan CO2 dan BO yang disebabkan oleh aktivitas dekomposisi
yang dilakukan oleh mikrobia terhadap bahan-bahan organik. Kadar CO 2 bebas di perairan
bernilai 15 ppm. Hal ini karena CO2 berbanding terbalik dengan DO. Nilai alkalinitas pada
stasiun 4 adalah 20 ppm. Nilai ini berada di bawah kisaran normal yang berada pada nilai 80
120 ppm (SITH, 2009). Nilai alkalinitas seharusnya berbandig lurus dengan pH yang bernilai
normal pada stasiun ini, yaitu 7,1. Karena sifat basa pada alkalinitas menyebabkan tingginya
pH dan bila alkalinitas rendah, rendah pula pHnya. Seharusnya nilai alkalinitas berbanding
lurus dengan nilai pH dan BO berbanding terbalik dengan BO berbanding terbalik dengan
CO2. BO pada stasiun ini adalah 7,27 ppm. Kandungan BO yang tinggi berdampak pada
rentannya kehidupan organisme dalam air. Kandungan BOD5 pada stasiun 4 adalah 0,35 ppm.
BOD5 merupakan indikator baik atau buruknya suatu perairan, sebab jumlah oksigen yang
digunakan untuk menguraikan senyawa organik semakin banyak, sehingga menurunkan nilai
oksigen terlarut. Sehingga, kandungan oksigen terlarut dalam air menurun (Effendi, 2003).

Suhu udara pada Danau Tambak Boyo ini berkisar antara 27 34oC. Untuk iklim beriklim
tropis, suhu ini merupakan suhu yang ideal. Tinggi rendahnya suhu udara dipengaruhi oleh
intensitas cahaya matahari, ketinggian tempat, vegetasi dan letak geografis (Effendi, 2003).
Pertukaran panas antara air dengan udara disekelilingnya juga dipengaruhi oleh faktor vegetasi
di sekitar stasiun. Suhu udara tertinggi ada pada stasiun 2 yaitu 34 oC dan terendah ada pada
stasiun 3 dan 7 yaitu 27oC. Suhu air pada danau yang diamati berkisar antara 12 28oC. Suhu
air dengan kisaran suhu tersebut merupakan suhu yang optimum untuk kehidupan orgnisme
perairan, termasuk plankton. Suhu ini akan berpengaruh pada kebutuhan plankton terhadap
oksigen. Hal ini karena suhu memicu aktivitas fisiologis plankton sehingga kebutuhan oksigen
meningkat. Sehingga apabila suhu meningkat maka oksigen terlarut dalam air menurun.
Karena, kandungan DO yang ada di perairan dimanfaatkan oleh plankton untuk respirasi
zooplankton dan organisme lain. Dan hasil dari respirasi organisme-organisme tersebut adalah
CO2, sehingga kandungan CO2 berbanding terbalik dengan kanungan DO pada perairan. Jadi,
dapat disimpulkan apabila suhu meningkat maka DO akan menurun dan CO 2 bebas

Suhu Udara vs Stasiun


35
33.5
32
Suhu Udara (C) 30.5
29
27.5
26

1234567

Stasiun

meningkat.

CO2 vs Stasiun
25
20
15
CO2 (ppm) 10
5
0

1 2 3 4 5 6 7
Stasiun

Gambar 1. Grafik Suhu Air vs


stasiun

Suhu Air vs Stasiun


29
28
27
Suhu Air (C) 26
25
24
23

1 2 3 4 5 6 7

Stasiun

Gambar 2. Grafik Suhu Udara vs


stasiun

DO vs Stasiun
20
15
DO (ppm) 10
5
0

1 2 3 4 5 6 7
Stasiun

Gambar 3. Grafik DO vs stasiun

Gambar 4. Grafik CO2 vs stasiun

Kandungan CO2 bebas dalam perairan dapat digunakan untuk penetralan suatu perairan
sehingga perairan tersebut tidak bersifat asam. Dengan perairan yang tidak bersifat asam maka
akan berpengaruh pada alkalinitas. Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa
atau bahan yang mampu menetralisir keasaman dalam air secara khusus. Alkalinitas
merupakan besaran yang menunjukkan kapasitas penetralan dari ion karbonat. Secara tidak
langsung, keberadaan CO2 dan alkalinitas akan berpengaruh pada nilai pH. Jadi, dapat
disimpulkan besarnya CO2 dapat mempengaruhi alkallinitas. Dan alkalinitas dengan pH
mempunyai hubungan yang mengimbangi. CO2 bebas tertinggi ada pada stasiun 2 yaitu 18,7
ppm dan terendah ada pada stasiun 7 yaitu 6,3 ppm. Alkalinitas tertinggi ada pada stasiun 3

yaitu 97 ppm dan yang terendah ada pada stasiun 4 yaitu 20 ppm. Dan untuk pH semua stasiun

pH vs Stasiun
7.15
7.1
pH 7.05
7
6.95

Stasiun

dpat dikatakan normal, yaitu sekitar 7.

Alkalinitas vs Stasiun
150
100
Alkalinitas (ppm)

50
0

1234567
Stasiun

Gambar 6. Grafik pH vs stasiun


Gambar 5. Grafik Alkalinitas vs
Keberadaan CO stasiun
bebas dan DO kan berpengaruh pada BO dan BOD . BO yang menigkat
2

akan menurunkan DO, karena oksigen dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik. Dan
akan berpengaruh juga pada BOD5. Semakin tinggi BOD5 suatu perairan maka semakin buruk
kondisi perairan tersebut. Sebab jumlah oksigen yang digunakan atau dibutuhkan untuk
menguraikan senyawa organik semakin banyak, sehingga menurunkan nilai oksige terlarut.
Dengan demikian, kadar air akan miskin oksigen sehingga organisme tidak akan berkembang

karena BOD5 mengindikasikan banyak limbah yang terdapat pada peraira tersebut (Barus,
2004). Kandunngan DO tertinggi ada pada stasiun 7 yaitu 9,5 ppm dan yang terendah ada pada
stasiun 6 yaitu 2,8 ppm. BO tertinggi ada pada stasiun 7 yaitu 18,35 ppm dan terendah pada
stasiun 6 yaitu 2,4 ppm. Dan BOD 5 tertinggi pada stasiun 7 yaitu 1,15 ppm dan terendah pada
stasiun 4 yaitu 0,35 ppm.

BOD5 vs Stasiun

20.00

1.5

15.00

1
BOD5 (ppm)

BO (ppm) 10.00
5.00

0.5
0

BO vs Stasiun

1 2 3 4 5 6 7
Stasiun

Gambar 7. Grafik BO vs stasiun

0.00

1 2 3 4 5 6 7
Stasiun

Gambar 8. Grafik BOD5 vs


stasiun

Kandungan DO dalam suatu perairan akan berbanding terbalik dengan CO2. Hal ini
dikarenakan CO2 merupakan hasil respirasi organisme-organisme akuatik dan dibutuhkan oleh
plankton untuk membuat makanannya. Semakin tinggi DO maka semakin rendah kadar CO 2

bebas suatu perairan. Dan sebaliknya, semakin rendah DO maka semakin tinggi kadar CO 2
bebasnya.
TSS merupakan suspensi yang terlarut dalam air dan menyebabkan pantulan air menjadi
keruh atau tidak cerah. Semakin tinggi nilai TSS suatu perairan, maka kecerah perairan
tersebut akan semakin menurun karena banyaknya bahan-bahan yang tersuspensi dalam
perairan. Sehingga akan menghalangi penetrasi cahaya dalam air. Karena penetrasi cahaya
yanng kurang, maka produktifitas fitoplankton menjadi terhambat dan menyebabkan DO dari
hasil fotosintesis pun berkurang. Dan dengan terhambatnya produktifitas fitoplanton,
zooplankton puntidak mendapat nutrisi dari fitoplankton, sehingga densitas plankton akan
menurun. Kandungan TSS tertinggi ada pada stasiun 6 yaiitu 0,24 ppm dan terendah pada
stasiun 7 yaitu 0,0027 ppm. Kecerahan tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu 117 cm dan
terendah ada pada stasiun 1 yaitu 14 cm. Dan densitas plankton tertinggi ada pada stasiun 5
yaitu 1,09 dan terendah ada pada stasiun 7 yaitu 0,1118. Dengan telah ditentukannya densitas
plankton, maka dapat pulan ditentukan diversitasnya. Diversitas plankton menunjukkan
seberapa banyak jenis plankton yang dapat dihuni suatu perairan.

TSS vs Stasiun

Kecerahan vs Stasiun

150

100

TSS (ppm) 4
2
0
1

Kecerahan(cm)

Stasiun

50
0
1 2 3 4 5 6 7
Stasiun

Gambar 9. Grafik TSS vs stasiun

Gambar 10. Grafik Kecerahan vs


stasiun

Diversitas Plankton vs Stasiun Densitas Plankton vs Stasiun


100
80
60
Diversitas Plankton 40
20
0

1.5
1
Densitas Plankton

1234567

Stasiun

Gambar 11. Grafik Densitas


Plankton vs stasiun

0.5
0

1234567
Stasiun

Gambar 12. Grafik Diversitas


Plankton vs stasiun

Densita dan diversitas plankton dapat menunjukkan tingkat kesuburan suatu perairan.
Keberadaan plankton dalam ekosistem perairan dipengaruhi oleh suhu, kecerahan, DO, CO 2
bebas, pH, alkalinitas, BO, BOD5 dan TSS. Suhu akan berpengaruh pada metabolisme
plankton. Pada zoopalnkton akan membutuhkan oksigen untuk proses metabolilsme melalui
respirasi dan pada fitoplankton membutuhkan CO2 untuk proses fotosintesis. Nilai pH dan
alkalilnitas berpengaruh pada keasaman perairan, perairan yang memiliki pH rendahatau
terlalu tinggi sulit untuk menjadi habitat plankton dan organisme lainnya. TSS dan BO
merupakan bahan yang tersuspensi dalam air. TSS menyebabkan kekeruhan air dan

menghalangi penetrasi cahaya yang dapat menghambat proses fotosintesis fitoplankton. BO


berpengaruh pada proses dekomposisi materi dalam perairan yang akan diuraikan oleh
plankton. Dan dapat disimpulkan secara garis besar berdasarkan pada parameter yang diamati
perairan ini tergolong baik. Hal ini karena pada setiap parameter yang diamati masih dalam
kisaran normal. Perairan yang berkualitas baik dapat digunakan untuk habitat organisme air.
Dan dapat disimpulkan pula stasiun yang terbaik adalah stasiun 5, karena mamiliki densitas
plankton tertinggi dan parameternya menunjang untuk hidup plankton tersebut.

KESIMPULAN
Karakteristik perairan lentik atau danau dititikberatkn pada daerah terbuka dengan sistem
perairan tertutup atau tergenang. Setiap parameter yang diukur berhubungan dan menimbulkan
dampak atau pengaruh pada tinggi dan rendahnya nilai parameter tersebut. Populasi biota
perairan khususnya plankton dipengaruhi oleh parameter fisik dan kimia karena berhubungan
langsung pada kemampuan metabolisme dan kehidupan plankton. Densitas dan diversitas
plankton menjadi parameter kualitas perairan. Semakin tinggi densitas dan diversitasnya maka
kualitasnya semakin baik. Dan sebaliknya, jika densitas dan diversitasnya semakin rendah
maka kualitas airnya akan semakin rendah. Dari hasil praktikum ini, Danau Tambak Boyo
memiliki kualitas air yang baik. Hal ini karena setiap parameter yang diamati berada pada
kisaran normal.

SARAN
Metode yang dilakukan dalam praktikum ini cukup baik. Namun diperlukan kehati-hatian
dari praktikan karena melihat kondisi lingkungan danau yang terjal. Shingga apabila tercebur
kedalamnya sulit untuk keluar. Di sekitar danau terlihat masyarakat yang sedang memancing
ikan, masyarakat tersebyt diharapkan tidak mencemari danau sehingga dapat menjaga
keseimbangan ekosistem.

DAFTAR PUSTAKA
Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.
Hartono. 2007. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Grafindo Media Pratama. Jakarta.
Jeffries, D.S, Wales, D.L. 1996. Fresh Water Ecology, Principles and
Applications. John Wiley and Sons, Chichester. UK.
Khairuman. 2003. Pembenihan dan Pembesaran Gurami secara Intensif. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Samadi. 2007. Geografi 2 SMA Kelas 2. Yudhistira. Jakarta.
Setiowati, Tetty. 2007. Biologi Interaktif. Azka Press. Jakarta.
SITH. 2009. Teknologi Pengelolaan Kualitas Air. Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Wibisono. 2005. Hikmah Kelimpahan Plankton. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Anda mungkin juga menyukai