Anda di halaman 1dari 10

Tugas Individu

JENIS JENIS LOBSTER YANG ADA DI DUNIA

OLEH :

AHMAD RIVAIN
I1B117007

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lobster merupakan komuditas ekspor, yang banyak tertangkap di perairan

dengan nilai ekonomis yang tinggi. Oleh karnanya ekploitas terhadap lobster

cenderung meningkat, yang apabila tidak dikendalikan dapat mengarah pada lebih

tangkap. Konotasi lebih tangkap umumnya selalu “hanya” dikaitkan dengan

adanya penangkapan yang sangat intensif, sehingga volume yang ditangkap

melebihi batas produksi lesarinya (Wijaya 2009).

Akibat tingginya permintaan dan kecenderungan harga yang terus

meningkat, nelayan selalu meningkatkan upaya/usahanya untuk menangkap

lobster dari alam. Penangkapan semakin intensif tersebut tentunya akan semakin

membahayakan populasi lobster di alam jika tidak segera diimbangi dengan

pembenihan dan restocking. Pada tahun-tahun terakhir ini disinylir telah terjadi

penurunan populasi yang ditandai dengan hasil tangkap dan ukuran udang yang

tertangkap di alam (Eny 2006).

Lobster termasuk kedalam hewan Crustasea, artinya hewan yang memiliki

kulit keras, seperti : kepiting, udang lobster dan lain-lain. Lobster dibagi menjadi

dua jenis, yaitu lobster air tawar dan lobster air laut. Jenis lobster air tawar dibagi

menjadi dua, yaitu lobster air tawar yang diperuntukan untuk konsumsi dan

lobster air tawar hias. Sedangkan lobster air laut hanya diperuntukan untuk

konsumsi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi lobster

Lobster laut merupakan jenis hewan invertebrata yang memiliki kulit yang

keras dan tergolong dalam kelompok arthropoda. Memiliki 5 fase hidup mulai

dari proses produksi sperma telur, kemudian fase atau larva, post larva, juvenil

dan dewasa. Secara umum lobster dewasa dapat ditemukan pada hamparan pasir

yang terdapat spot-spot karang dengan kedalaman antara 5–100 meter. ersifat

nokturnal (aktif pada Lobster b malam hari) dan melakukan proses moulting

(pergantian kulit).

Klasifikasi Lobster Air Laut :


Filum : Arthrophoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Bangsa : Decaphoda
Suku : Palinuridae
Genus : Panulirus
Species : P. versicolor, P.longipes, P. ornatus, P.homarus

B. Morfologi

Bentuk fisik udang karang secara umum terdiri atas dua bagian, yaitu bagian

depan disebut cephalotorax dan bagian belakang disebut abdomen. Seluruh tubuh

lobster dilindungi oleh kerangka luar (cangkang) yang keras dan terbagi atas ruas-

ruas. Bagian depan (kepala dan dada) terdiri atas tiga belas ruas dan bagian badan

terdiri atas enam ruas. Pada bagian kepala (rostrum) terdapat organorgan seperti

rahang (mandibula), insang, mata majemuk, antenulla, antenna, dan lima pasang
kaki jalan (pereiopoda). Pada bagian badan terdapat lima pasang kaki renang

(pleopoda) dan sirip ekor (uropoda).

C. Habitat dan Penyebaran

Perairan dunia, udang karang dijumpai mulai dari pantai timur Afrika,

Jepang, Indonesia, Australia, dan Selandia Baru. Di perairan Indonesia diketahui

ada enam jenis udang karang bernilai ekonomis penting. Enam jenis lobster

termasuk dalam genus Panulirus, yaitu udang batu (Panulirus peniculatus), udang

raja (P. longipes), udang rejuna (P. versicolor), udang jarak (P. polyphagus),

udang pantung (P. homarus), dan udang ketangan. Udangudang karang tersebut

banyak dijumpai di perairan pesisir dengan dasar perairan berupa pasir berbatu.

Berdasarkan informasi dari beberapa eksportir lobster, perairan Indonesia yang

mempunyai potensi untuk penangkapan lobster meliputi Paparan Sunda, Selat

Malaka, Kalimantan Timur, Sumatra bagian timur, Pesisir Utara Pulau Jawa,

Sulawesi, Maluku, Pantai selatan Papua, dan seluruh pesisir Samodra Indonesia.
III. PEMBAHASAN

A. Hasil

Lobster air laut termahal

Nama Indonesia :
Lobster Mutiara

Nama Latin :
Panulirus ornatus

Nama Perdagangan /
Internasional :
Green, Fine Pale
Spotted, Zebra legs

Nama Indonesia :
Lobster Bambu

Nama Latin :
Panulirus versicolor

Nama Perdagangan /
Internasional :
Spiny Lobsters

Nama Indonesia :
Lobster Batik

Nama Latin :
Panulirus longipes

Nama Perdagangan /
Internasional :
Spiny Lobsters
Nama Indonesia :
Lobster Pasir

Nama Latin :
Panulirus homarus

Nama Perdagangan /
Internasional :
Green scalloped rock
lobster

Nama Indonesia :
Lobster Batu

Nama Latin :
Panulirus penicillatus

Nama Perdagangan /
Internasional :

Nama Indonesia :
Lobster Pakistan

Nama Latin :
Panulirus polyphagus

Nama Perdagangan /
Internasional :
B. Pemabahasan

Secara morfologi induk lobster yang moltong mengalami regenerasi,

seperti pada kedua antena, sebelum molting antenanya pendek (terpotong) namun

setelah molting antenanya akan kembali nominal. Tetapi kaki jalan dan teleskon

tidak mengalami regenerasi yang sempurna seperti pada antena pada molting

pertama (Yusnaini 2004).

Susunan saraf Crustacea adalah tangga tali. Ganglion otak berhubungan

dengan alat indra yaitu antena (alat peraba), statocyst (alat keseimbangan) da mata

(facet) yang bertangkai. Pada umumnya Crustacea bernafas dengan ingsan.

Kecuali Crustacea yang bertubuh sangat kecil bernafas dengan seluruh permukaan

tubuh.

Menurut slamet dan imanto (1989) suhu uang baik untuk kehidupan dan

pertumbuhan lobster air laut berkisar antara 24-310C. Menrut kartina (2005)

lobster air laut dapat mentolerir salinitas hingga 41 ppt dan kandungan oksigen

yang sesuai dengan pemeliharaan lobster tidak kurang dari tiga ppm.

Panulirus versicolor (Lobster Bambu) jenis ini hidup di perairan terumbu

karang hingga kedalaman beberapa meter, dan terlindung diantara batu-batu

karang serta jarang hidup berkelompok. Udang jenis ini sangat sulit untuk

ditangkap gengan menggunakan alat tangkap, seringkali ditangkap dengan cara

menyelam.

Panulirus penicillatus (Lobster batu) mendiami perairan dangkal seblah

luar terumbu yaitu di tempat yang selalu terkena deburan ombak yang keras.
Lebih mudah ditangkap dengan cara menyelam dibanding dengan menggunakan

perangkap, tetapi kadangkala dapat juga masuk perangkap yangtelah diberi

umpan.

Panulirus longipes (Lobster batik) tempat hidup sedidkit terlindung (tidak

langsung diprngaruhi oleh ombak) dan menyukai perairan yang oseanik. Tinggal

didalam lubang batu karang dan akan naik kepermukaan mencari makan pada

malam hari. Dipantai selatan jawa, lobster ini seringkali ditangkap dengan

menggunakan jaring yang diapasang di tubir.

Panulirus ornatus (Lobster mutiara) pada perairan dangkal dan keruh yang

karangnya tidak tumbuh dengan baik merupakan habitat yang disukai udang ini.

Udang dapat berukan sagat besar dan berat hingga 3 kg. Biasanya tidak mau

masuk perangkap dan ditangkap sambil menyelam.

Panulirus polyphagus (Lobster pakistan) banyak dijumpai pada perairan

yang keruh dengan dasar lumpur dan hidup diperairan yang agak dalam serta

dapat di tangkap dengan jaring. Lobster ini memiliki waena dasar hijau mudah

kebiruan sampai buru dangan garis melintang putih melintang pada setiap

segmen.

Panulirus homarus (Lobster pasir) di jumpai pada perairan dangkal sampai

kedalaman beberapa meter dan tinggal di dalam lubang-lubang granit atau

vulkanik. Hidup berkelompak dalam jumlah yang banyak, dan bisa ditangkap

dengan perangkap yang diberi umpan atau ditangkap saat menyelam. Udang ini

sangat toleransi dengan kekeruhan, sedangkan udang dewa lebih menyukai

perairan cerah (Pratiwi 2013).


Lobster mempunyai sifat pemekan daging (carnivore), tetapi dapat pula,

pemekan bangkai dan pemakan segala (omnivore), terutama hewan yang mati

maupun jenis hewan yang tinggal di dasar, dikarang atau hewan yang berjalan

pelan seperti kerang-kerangan, binatang laut dan bulu babi. Lobster bersifat

nocturnal (mencari makan di malam hari), mereka yang tinggal di perairan

dangkal akan menuju trumbu karang untuk mencari makan, sedangkan yang hidup

di tempat dalam akan mencari makan disekitar lingkunganya. Sebagai hewan

pemangsa organisme dasar, lobster sang bergantung pada fauna dasar yang ada,

sehingga jika terjadi kerusakan dasar perairan akan mengganggu dan

mempengaruhi kondisi parikanan udang karang.

Sistem peredaran darah pada lobster disebut dengan peredaran terbuka.

Dengan sistem ini lobster tidak memiliki pembuluh darah baik vena atau arteri

untuk mengalirkan darahnya. Darah dipompa oleh jantung langsung ke seluruh

tubuh. Darah lobster tidak mengandung hemoglobin melainkan mengandung

hemosianin yang memiliki daya ikat yang rendah terhadap oksigen (Lukito dan

Prayugo 2007). Sebagai pertahanan tubuh internal yaitu hemosit. Sistem imun

pada crustase meliputi reaksi selular dan humoral yang berhubungan dengan

hemolim. Tidak seperti ikan, crustase tidak memiliki aktivitas pembentukan

antibodi untuk mempertahankan kekebalan tubuh sehingga peran sistem imun

alami sangatlah vital untuk kehidupan crustase dan moluska. Salah satu parameter

yang berkaitan dengan sistem imun crusrase yaitu total haemocyte count(THC).
DAFTAR PUSTAKA

Kartina, 2005.Daya tetas telur lobster bambu (P. Versicolor) pada salinitas yang
berbeda. skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kela- utan Universitas Halu
Oleo Kendari. 2005 Kelautan Universitas Halu Oleo Kendari.

Pratiwi R. 2013. Lobster Komersial (Panulirus spp.). Jurnal Oseana. Vol :


XXXVII (2) : 55-68.

Anda mungkin juga menyukai