Anda di halaman 1dari 21

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada kebanyakan hewan air reproduksinya terjadi pada hewan harus yang memiliki

kelamin terpisah (dieciour). Induk hewan harus menghasilkan sel kelamin yaitu gamet.

Sel-sel gamet jantan dan betina dihasilkan dalam gonad dan haploid. Sel gamet jantan dan

betina kemudian bergantung pada proses fertilisasi untuk menghasilkan zygote yang

kemudian berkembang menjadi hewan dewasa (Yuwono dan Purnama, 2001).

Jika dibandingkan vertebrata yang hidup di darat, tipe seksualitas ikan yang sangat

beraneka ragam, terdiri dari hemaprodit, unseksual dan biseksual (Price, 1984), dalam

kordi dan Andi (2011). Hemaprodit (hemaphrodite) adalah sifat seksual ikan yang

membawa jaringan jantan dan betina dalam tubuhnya atau menghasilkan spermatozoa

dan ovum secara bersamaan (Kordi dan Andi, 2011).

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum Biologi Perikanan materi Seksualitas yaitu untuk mengetahui

secara mikroskopis organ-organ baik secara eksternal maupun internal. Untuk

mengetahui gambaran secara morfologi dan anatomi organ seksualitas pada ikan.

Tujuan dari praktikum ini yaitu mampu mengetahui dan mempraktikan secara

mikroskopis organ-organ baik secara eksternal maupun internal. Mampu

mengidentifikasikan gambaran secara morfologi dan anatomi organ reproduksi ikan.

1.3 Waktu dan Tempat

Praktikum Biologi Perikanan materi seksualitas dilaksanakan pada tanggal 31 Maret

2012, pukul 07.00- selesai, di laboratorium Reproduksi Ikan, Pembenihan dan

Pemeliharaan Ikan, fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang.
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Klasifikasi dan Morfologi

II.1.1 Ikan Nila

Menurut Kordi (2011), bentuk badan ikan nila (Oreodiromis nilohcus) pipih

kesamping memanjang, sedangkan warna tubuh umumnya putih kehitaman dan

merah sehingga dikenal sebagai nila hitam dan nila merah. Tubuh nila hitam

berwarna kehitaman semakin kearah perut semakin terang, semakin terang

mempunyai garis vertikal 9-11 buah berwarna hijau kebiruan. Pada sirip ekor

terdapat 6-12 garis melintang yang ujungnya berwarna kemerah-merahan pada

punggungnya terdapat garis-garis miring. Nila merah mempunyai warna tubuh

merah, termasuk sirip-siripnya atau merah pada bagian punggung dan putih

kemerahan pada baian perut. Maka nila tampak menonjol agak besar dengan bagian

tepi berwarna hijau kebiruan, letak mulut terminal, posisi sirip perut terhadap sirip

dada thoracis, garis rusuk (Linea Lateralit) terputus menjadi dua bagian.

Klasifikasi ikan Nila Trewavas (1982) dalam Dirjen Perikanan (1991) dalam

Setyo (2006) taksonomi ikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Sub Kingdom : Metazoa

Phylum : Chordata

Class : Osterchyes

Sub Class : Acanthoptenggil

Famili : Cichidae
Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

II.1.2 Ikan Hias

a. Cupang (Betta spendes)

Cupang Hias (Betta Spendes) merupakan jenis cupang yang

keindahannya terletak pada bentuk ekornya saat mengembang. Walaupun

termasuk ikan yang sangat agresif dan cenderung mempertahankan daerah

teritorialnya, tetapi keindahan cupang hias dapat dinikmati tanpa harus

menyiksa dengan membuatnya bertarung, seperti yang harus dilakukan

terhadap cupang adu (Agromedia, 2008)

Daftar klasifikasi ikan cupang dalam Haediman (1975) dalam Novirina

(2002), sebagai berikut:

Filum : Chordota

Sub Filum : Vertebrata

Superkelas : Gnatostomata

Class : Osterchyes

Superordo : Acanthopteri

Ordo : Anabantidei

Subordo : Anabantidae

Famili : Ctienopinae
Genus : Betta

Spesies : Betta splendes

b. Guppy (Poecillia reticulata)

Menurut Agromedia (2008), guppy berasal dari bahasa keluarga

Poecillidae. Ikan ini pertama kali ditemukan di Venezuela, Bugana dan

sebagian kepulauan Karibia pada tahun 1859 oleh Wilhem C. H. Peters,

seorang ahli ilmu ikan berkebangsaan jerman. Guppy merupakan ikan yang

mempunyai telur-telur didalam tubuh induknya. Ukuran guppy jantan

biasanya lebih pendek dari pada guppy betina, tetapi warnanya lebih indah

dan bervariasi. Ekor guppy jantan juga lebih lebar mirip kipas, sedangkan

ekor betinanya lebih sempit.

Menurut Lingga dan Heru (2003), Sistematika Ikan guppy antara lain:

Ordo : Cyprinodonoidea

Subordo : Poeciliodea

Famili : Poecilidae

Genus : Poecilia

Spesies : Poecilia reticulata

Asal : Venezuela, Trinidad dan Barbadas

Nama Asing : Guppy, Million fish

Nama Lain : Ikan Seribu


c. Platty (Xiphophorus maculatus)

Menurut Lesmana dan Deden (2009), ikan asal Amerika ini merupakan

salah satu ikan hias yang sudah sejak lama diintroduksi. Varietas platy

sangat mempengaruhi kualitasnya, coral red misalnya termasuk berkualitas

bila badannya agak pendek dan berwarna merah. Sementara varietas simson

disebut bagus bila badannya memanjang dan lebar.

Menurut Daelani (2001), platty pedang mempunyai sirip dubur yang

memanjang sirip sebuah pedang. Ikan ini sangat mudah dikembangbiakkan

dengan induknya dengan kawin silang diantara sesamanya.

Menurut Jecks (2011), klasifikasi ikan platy pedang ialah:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Osterchyes

Ordo : Cymnnodontiformes

Famili : Poecilicilidae

Genus : Xiphononstag

Spesies : Xiphophohorous moculatus

Tubuh memanjang dengan potongan melintang campressed. Ikan ini

mempunyai gonodium berbentuk jangkar yang mengembang memanjang

dan pedang panjang. Pedang ini sebenarnya adalah sirip anak yang tumbuh

memanjang, sirip punggung dan ekornya relative lebar.


d. Ikan molly (Poecilia latipima)

Ada juga Velifera dari varietas yang berwarna kuning keemasan dengan

mata berwarna merah tetapi ukuran badannya lebih kecil hanya sampai 10

cm yaitu Poecilia latipima. Ukuran badannya yang tergolong besar juga

dapat menjadi cirri ikan ini. Panjang tubuh jantan maupun betina bias

mencapai ukuran 13 cm. Tanda yang paling khas pada velifera yakni sirip

punggungnya panjang dan lebar, pada saat berenang seperti sebuah layar

(Daelami, 2001).

Menurut Lesuear (1821) dalam Ask (2011), klasifikasi Sallfin molly

sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Actinoplerygii

Ordo : Cymnnodontiformes

Famili : Poecilicilidae

Genus : Poecilia

Spesies : Poecilia latipima

II.2 Pengertian seksualitas

Menurut wahyuningsih dan Ternala (2008), seksualitas hewan terdiri dari dua jenis

kelamin yaitu jantan dan betina. Begitu pula seksualitas pada ikan, yamg dikatan ikan

jantan adalah ikan yang mempunyai penghasil sperma, sedangkan ikan betina adalah ikan
yang mempunyai organ penghasil tekur. Suatu populasi terdiri dari ikan-ikan yang

berbeda seksualitasnya, maka populasitas tersebut disebut populasi heteroseksual.

Menurut Wilkins (1983), cirri-ciri seksualitas pada ikan-ikan dibedakan secara nyata,

termasuk di dalamnya adalah berbagai jenis mekanisme kromosom sex, reproduksi

gyonesis, diferensiasi, gonopodium seperti sinkroni, protandei dan protogami, spesifikasi

sex eksternal.

II.3 Sifat Sexualitas

Sifat seksualitas primer pada ikanditandai dengan adanya organ yang secara

langsung berhubungan dengan proses reproduksi yaitu ovarium dan pembuluhnya pada

ikan betina, dan testis dan pembuluhnya pada ikan jantan. Sifat seksual skunder adalah

tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina. Satu

spesies yang mempunyai sifat morfologi yang dipakai untuk membedakan ikan jantan

dan betina dengan jelas maka spesies itu bersifat seksual diforfisme. Namun,apabila satu

spesies ikan debedakan jantan dan betinanya berdasarkan perbedaan warna, maka ikan itu

bersifat seksual dikromatisme. Pada umumnya, ikan jantan mempunyai warna yang lebih

cerah dan lebih menarik daripada ikan betina (Wahyuningsih dan Tenda, 2006).

Menurut Retta (2011), sifat seksual ikan ada dua yaitu sifat seksual primer dan

sekunder.

1. Primer

Langsung berhubungan dengan proses reproduksi.

2. Sekunder

Tanda-tanda luar yang nampak: - seksual dimorfisme

- Seksual dikromatisme

Sifat seksual sekunder ada yang bersifat sementara dan ada yang tetap.
Sementara → ovipositor

Tetap → bulatan hitam pada ekor (Amia calva),

Conopodium (Gambusia offinus)

Clasper (elasmobranchi)

Warna menyala (lesbiter, ikan karang, betta)

2.4 Macam Seksualitas

Menurut Wahyuningsih dan Ternala (2006), berdasarkan perkembangan ovarium

dan atau testis yang terdapat dalam satu individu dapat menentukan jenis hermaproditnya.

a. Hermaprodit sinkron/ simultaneous

Dalam gonad individu terdapat sel kelamin betina dan jantan yang dapat masak

secara bersma-sama dan siap untuk dikeluarkan. Contoh ikan hermaprodit

sinkroni yaitu ikan-ikan dari family serranidae.

b. Hermaprodit protandious

Ikan ini mempunyai gonad yang mengandalkan proses diferensiasi dari fase

jantan ke betina,. Ketika ikan masih muda gonadnya mempunyai daerah ovarium

dan testis, tetapi jaringan testid mengisi bagian besar gonad pada bagian latero

ventral. Setelah jaringan testisnya berfungsi dan dapat mengeluarkan sperma,

terjadi masa transisi yaitu ovariumnya membesar dan testisnya mengkerut.

Contoh ikan-ikan yang termasuk dalam golongan ini antara lain Sparus aurus,

Sargus amularis, Lates calcarifer (Ikan kakap).

c. Hermaprodit protoginynous

Keadaan yang sebaliknya dengan hermaprodit protandri. Proses diferensiasi

gonadnya berjalan dari fase betina ke jantan. Misalnya pada ikan Larbus
ossifagus ada dua individu yang berwarna merah adalah ikan betina, sedangkan

yang berwarna biru adalah ikan jantan. Selain hermaproditisme, pada ikan

terdapat gonokhorisme, yaitu kondisi seksual berganda yaitu jaringan yang jelas

status jantan atau betinanya.

Menurut Fujujaya (2008), sebagian besar spesies ikan adalah gondioristik (diocorus),

dimana sepanjang hidupnya memiliki jenis kelamin yang sama. Selain gonokoristik, juga

dikenal istilah hermaprodit yaitu didalam tubuh individu ditemukan dua jenis gonad. Bila

kedua jenis gonad berkembang secara bersamaan dan mampu berfungsi, keduanya dapat

matang bersamaan atau bergantian maka jenis hermaprodit ini disebut hermaprodit

sinkroni. Hermaprodit protandri, bila pada awalnya ikan-ikan tersebut berkelamin jantan

namun semakin tua akan berubah kelamin menjadi betina.

2.5 Perbedaan Jenis Kelamin Berdasarkan Ciri Seksualitas Primer dan Sekunder

2.5.1 Perbedaan Jenis Kelamin Berdasarkan Ciri Seksualitas Primer

Dilihat dari ciri kelamin primer, ikan Nila jantan dan betina dapat dibedakan

berdasarkan jumlah disekitar anus. Pada ikan nila jantan terdapat 2 lubang anus dan

lubang urogenital, sedangkan pada ikan nila betina terdapat 3 lubang yaitu lubang

anus, lubang ureter dan lubang genital. Cirri kelamin sekundr biasanya lebih besar

dibandingkan dengan ikan betina (Ariyanto, 2010) dalam Rokhmulyanti (2003).

Organ reproduksi primer adalah testis pada jantan dan ovarium pada betina.

Testes menghasilkan gamet jantan atau spermatozoa dan ovarium menghasilkan

gamet betina, fungsi ovarium mengalami peremajaan (Suendsen and Anthony,

1984).

2.5.2 Perbedaan Jenis Kelamin Berdasarkan Ciri Seksualitas Sekunder


Menurut Murtidjo (2001), ikan nila kelamin jantan dan ikan kelamin betina

sebagai berikut.

a. Ikan Nila jantan

1. Ujung-ujung siripnya berwarna kemerah-merahan, terang dan jelas

2. Warna perut terlihat lebih gelap atau kehitam-hitaman

3. Lubang urogenital ada dua buah, yakni lubang anus (paling depan) dan

lubang sperma sekaligus lubang urine yang berbentuk meruncing

4. Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan

5. Perut jika ditekan pelan kea rah anus akan mengeluarkan cairan berwarna

putih.

b. Ikan Kelamin Betina

1. Ujung-ujung siripnya berwarna kemerah-merahan pucat dan tidak jelas

2. Warna perut terlihat lebih putih

3. Lubang urugenital ada 3 buah, yakni lubanganus (paling depan), lubang

telur atau genital papilla dan lubang urine

4. Warna dagu putih

5. Perut jika ditekan pelan kearah anus tidak keluar cairan seperti air.

Menurut Lagler, et.al (1962), cirri sex sekunder dibedakan menjadi dua jenis

yaitu cirri seks yang tidak berhubungan dengan organ reproduksi dan cirri seks

sekunder yang berperan dalam proses pemijahan. Cirri sex sekunder tersebut dapat

dilihat pada lubang urugenital, pada masing-masing jantan dan betina. Pada jantan
disalah satu lubang genitalnya dapat berbentuk tonjolan bila ditekan. Selain itu

bentuk tubuh juga merupakan cirri sex sekunder yang penting. Pada umumnya

ukuran betina lebih besar daripada jantan. Bentuk sirip dan jumlah daripada sirip

dorsal, juga dapat digunakan sebagi cirri seks sekunder.


III. METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum Biologi Perikanan tentang seksualitas

antara lain adalah:

 Dissecting set : untuk membedah ikan

 Nampan : sebagai wadah alat dan bahan yang digunakan dan sebagi

wadah saat ikan dibedah

 Serbet : untuk mengkondisikan ikan agar tidak bergerak

 Kamera : untuk mengambil gambar gonad ikan Nila (Oreochoromis niloticus) dan

organ seks sekunder ikan hias

 Aquarium : untuk tempat ika Nila (Oreochoromis niloticus) dan ikan hias

sebelum diamati

 Seser : untuk mengambil ikan

3.2 Bahan dan Fungsi

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum Biologi Perikanan tentang seksualitas

antara lain adalah:

 Ikan Nila (Oreochromis niloticus) : sebagai objek pengamatan

 Ikan Cupang (Betta splendens) : sebagai objek pengamatan

 Air : sebagai media pengamatan

 Kertas saring : sebagai tempat meletakkan gonad


 Tissue : untuk membersihkan alat yang sudah

digunakan

 Ikan Guppy (Poecillia reticulata) : sebagai objek pengamatan

 Ikan Patty (Xiphophorus maculatus) : sebagai objek pengamatan

 Ikan Molly (Poecelia latipinna) : sebagai objek pengamatan

3.3 Skema Kerja

Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

- ditusuk medulla oblongata

- Diamati organ seks sekunder

- Dibedah bagian perut

- Diamati letak, bentuk gonad dan digambar gonad

- Dimasukkan semua data yang diamati dalam form

Hasil
Ikan Guppy (Poecillia reticulata), Ikan Patty (Xiphophorus maculatus), Ikan
Molly (Poecelia latipinna), Ikan Cupang (Betta splendens)

Diamati organ dan cirri-ciri seks sekunder (jantan dan betina)


Digambar dan difoto
Dimaukkan semua data yang diamati dalamform

Hasil
IV. PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur

Langkah-langkah praktikum Biologi Perikanan tentang seksualitas pertama

adalahdisiapkan alat dan bahan. Alat-alatnya adalah dissecting set, nampan, kamera,

aquarium dan seer.Sedangkang bahan yang digunakan adalah Ikan Nila (Oreochromis

niloticus), Ikan Guppy (Poecillia reticulata), Ikan Patty (Xiphophorus maculatus), Ikan

Molly (Poecelia latipinna), Ikan Cupang (Betta splendens), air, kertas saring dan tissue.

a. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Selanjutnya diambil ikan dari aquarium dengan seser sebanyak tiga ekor dengan

ukuran yang berbeda.Lalu diletakkan dinampan.Masing-masing ditusuk pada bagian

medulla oblongata, karena pada bagian tersebut merupakan letak otak dimana merupakan

pusat saraf sehingga ikan cepat mati.Diamati organ seks sekunder, organ seks sekunder

merupakan cirri-ciri seksualitas ikan yang diamati dari morfologi.Setelah diamati, ikan

disusun berjajar lalu difoto dengan kamera digital.Kemudian masing-masing ikan dibedah

dengan dissecting, dari anus menuju arah sirip dorsal sampai mengenai tulang,

dilanjutkan kearah sirip pectoral dan diteruskan sampai sirip vertak, bentuk gonad

digambar yang merupakan seksualitas primer.Selesai diamati gonad pada ikan, lalu organ

dalam ikan difoto dengan kamera untuk masing-masing ikan.Setelah itu, dicatat hasil

pengamatan dalam bentuk form.

b. Ikan Hias
Pada pengamatan seksualitas ikan hias, ikan yang digunakan adalah Ikan Guppy

(Poecillia reticulata), Ikan Patty (Xiphophorus maculatus), Ikan Molly (Poecelia

latipinna), Ikan Cupang (Betta splendens).Masing-masing ikan tersebut diamati organ

dan cirri-ciri seks sekundernya, ikan termasuk jantan atau betina.Selesai diamati, ikan-

ikan hias tersebut digambar dan difoto dengan kamera digital.Kemudian dicatat hasil

pengamatan dalam bentuk form.

4.2 Analisa Data

4.2.1 Analisa Organ Seks primer

Pada praktikum Biologi Perikanan tentang seksualitas didapatkan hasil sebagai

berikut. Pada kelompok 12 didapatkan hasil, pada ikan nila (Oreochromis niloticus) pada

ikan pertama, kedua dan ketiga jenis kelaminnya jantan, hal tersebut terlihat dari organ

selesnya yang memiliki 3 lubang. Selain itu pada ikan kelompok ini, memiliki organ

penghasil sperma yaitu testis.Menurut pernyataan Suenden and Anthony (1984), bahwa

organ reproduksi primer adalah testis pada jantan dan ovarium pada betina.Testis

menghasilkan gamet jantan atau spermatozoa dan ovarium menghasilkan gamet betina

atau ovum.

Selain jumlah lubang pada organ seks, organ seks primer dapat dilihat dari bentuk

gonad.Pada ikan pertama berjenis kelamin jantan, gonad sepasang, kecil dan panjang.

Pada ikan betina bentuk ovarium umumnya memanjang dan agak bulat. Letak ovarium

ikan ada yang langsung melekat pada dinding rongga tubuh sebelah dorsal dan adapula

yang menggantung pada rongga tubuh.Luas rongga tubuh yang digunakan untuk

perletakan ovarium sangat beragam.

4.2.2 Analisa Organ Seks Sekunder


Pada praktikum Biologi Perikanan tentang seksualitas, pada organ seks sekunder

pada kelompok 15 didapatkan hasil sebagai berikut.Pada ikan Molly (Poecelia latipinna)

jantan, cirri-ciri seks sekunder (cirri-ciri seks yang diamati dari luar) adalah lebih aktif

(agresif), variasi warna banyak dan terdapat gonopodium.Pada betina, perut membuncit

dan pasif.

Pada ikan Guppy (Poecillia reticulata) jantan adalah warna lebih terang, ekornya

kalau dibuka lebih lebar dan gesit.Pada betina warna pucat, variasi warna sedikit.Pada

ikan Cupang (Betta splendens) jantan adalah ekornya lebih mekar (kipas), warna cerah,

pada betina ekor tidak terlalu mekar.Sesuai dengan pernyataan Lesmana dan Deden

(2009), bahwa jenis yang berkelamin jantan memiliki penampilan yang jauh lebih

menarik dari betina karena warnanya lebih cerah dan siripnya panjang dengan aneka

ragam bentuk yang memikat.

Menurut pernyataan Retta (2011), pengamatan seks sekunder didasarkan pada

tanda-tanda luar yang nampak yaitu seksual dimorfisme dan seksual dikromantisme.

4.3 Manfaat di Bidang Perikanan.

Pada praktikum Biologi Perikanan tentang seksualitas, didapatkan manfaat di bidang

perikanan antara lain:

 Kita dapat mengetahui perbedaan ikan jantan dan betina.

 Kita dapat mengetahui organ seksualitas pada ikan jantan dan betina.

 Kita dapat mengetahui cirri seks sekunder pada ikan hias antara Ikan Guppy

(Poecillia reticulata), Ikan Molly (Poecelia latipinna) dan Ikan Cupang (Betta

splendens).

 Kita dapat mengetahui cirri-ciri seksualitas pada ikan jantan dan betina baik

primer maupun sekunder.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum Biologi Perikanan tentang seksualitas, dapat disimpulkan:

a. Seksualitas pada hewan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina

b. Seksualitas pada ikan yang dikatakan ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ

penghasil sperma sedangkan ikan betina adalah ikan yang mempunyai organ

penghasil telur.

c. Sifat seksualitas ada 2 yaitu:

- Primer, berhubungan dengan proses reproduksi

- Sekunder, sifat yang dapat dilihat dari cirri-ciri luarnya saja baik warna atau

morfologinya.

d. Macam seksualitas ada 2 macam, yaitu gonokhorisme dan hemaprodit. Hemaprodit

dibagi dibagi menjadi: Sinkroni, protandri dan protogini.

e. Perbedaan ikan hias jantan dan betina yaitu ada tidaknya gonopodium (panjang

anal).

f. Pada pengamatan ikan nila (Oreochromis niloticus) yaitu:

- Ikan 1 → jantan

- Ikan 2 → betina

g. Pada ikan jnatan memiliki gonopodium, warna lebih menarik, tubuh ramping dan

ekor panjang.
h. Pada ikan betina memiliki warna kusam (gelap), tubuhnya gendut dan ekornya

pendek.

V.2 Saran

Sebaiknya dalam praktikum Biologi Perikanan tentang seksualitas selanjutnya, bias

lebih lengkap lagi materinya dan lebih lama pengamatannya agar lebih paham.
DAFTAR PUSTAKA

Agromedia. 2008. Buku Pintar Ikan Hias Populer. Aromedia Pustaka: Jakarta

Fujaya, Y. 2008. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta:

Jakarta

Jecks, Black. 2011. Ikan Plati Pedang. http://www.2lisan.com/read/ikan-plati-pedang.

Diakses pada 14 April 2011, pukul 11.00 WIB

Kordi, M. Ghufron. 2010. Budidaya Ikan Konsumsi di Kolam Terpal. Erlangga: Jakarta

Kordi dan Andi. 2010. Budidaya Ikan Konsumsi diKolam Terpal. Erlangga: Jakarta

Lagler, K. F. John E. Bardach, Robert R. Miller. 1962. Ichtylogi John Wiley and Sons,

Inc. New York. London

Lesmana, D. Setyani dan Deden D. 2009. Panduan Lengkap Ikan Hias Air Tawar

Populer. Penebar Swadaya: Depok

Lingga, D. dan Heru S. 2003. Ikan Hias Air Tawar Edisi Revisi. Penebar Swadaya:

Depok

Murtidjo, B. A. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Penerbit Kanisius:

Yogyakarta

Novrina. 2002. Investasi Parasit pada Ikan Maanvis, Ikan Black Ghost, Ikan Maskoki dan

Ikan cupang, di Jakarta Timur, DKI Jakarta.

http://pafbe.com/25/25c77fd9437ad2fb_download.pdf. Diakses pada 14 April

2011 pukul 13.00 WIB


Retta. 2011. Seksualitas Pada Ikan. http://wordpress.com/ Diakses pada 4 April 2011,

pukul 10.00 WIB

Rolehmulyanti. 2003. Diferensiasi Kelamin dan Performasisi Tiga Genotipe Ikan Nila

yang diberi Bahan aromafase Inhibitor Hingga Thap Pembesaran.

http://repository.ipb.ac.id/ Diakses pada 30 Maret 2011, pukul 16.00 WIB

Svendsen, P and Anthony M. C. 1984. An Introduction to Animal Physiology Second

Edition MTP. Press Limited Lancaster, England

Wahyuningsih dan Termala. 2006. Buku Ajar Ichtyologi. http://e-prints.45678.7/php/pdf.

Diakses pada 4 April 2011, pukul 07.00 WIB

Wilkins, N. P. E, M. Gasling. 1983. Genetics In Aquaculture Elsevier Science Publishers.

B. V. Amsterdam. Oxford: New York

Yuwono, E dan Purnama, S. 2001. Fisiologi Hewan Air. CV. Sagung Seto: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai