Anda di halaman 1dari 18

Gyrodactylus, Dactylogyrus, Paravortex

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan

Disusun Oleh:
KELOMPOK 8
KELAS C

Rheza Firmansyah 230110130049


Riana Faosa 230110130167
Zahra Imma Ratu S 230110130169
Ali Aji Adi Negara 230110130181
Jumaidi Efendi 230110130200
Agung Fuadi 230110130204

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNVERSITAS PADJADJARAN
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat hidayah dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Parasit dan Penyakit
Ikan ini.
Dalam menyelesaikan susunan makalah ini, kami banyak menemukan
hambatan. Namun, berkat dukungan pihak-pihak yang telah membantu, kami
dapat menyelesaikannya dengan baik. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih kepada orang-orang yang telah membantu kami dalam penyusunan
makalah ini dengan baik.
Kritik dan saran kami harapkan untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.

Jatinangor, Maret 2015

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ---------------------------------------------------------- i
DAFTAR ISI ----------------------------------------------------------------------- ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ---------------------------------------------------------------- 1
1.2 Tujuan -------------------------------------------------------------------------- 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Dactylogyrus sp. -------------------------------------------------------------- 3
2.2 Gyrodactylus sp. -------------------------------------------------------------- 6
2.3 Paravortex sp. ----------------------------------------------------------------- 10
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan -------------------------------------------------------------------- 13
3.2 Saran ---------------------------------------------------------------------------- 13
DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------ 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi dan atau fungsi
yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab dan
terbagi atas 2 kelompok yaitu penyebab dari dalam (internal ) dan luar
(eksternal) . Penyakit internal meliputi genetic, sekresi internal, imunodefesiensi,
saraf dan metabolic. Sedangkan penyakit eksternal meliputi penyakit
pathogen (parasit, jamur, bakteri , virus) dan non pathogen (lingkungan dan
nutrisi ).
Penyakit parasitic merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering
menyerang ikan terutama pada usaha pembenihan. Serangan parasit bisa
mengakibatkan terganggunnya pertumbuhan, kematian bahkan penurunan
produksi ikan. Berbagai organisme yang bersifat parasit mulai dari protozoa,
crusstacea dan annelida.
Di perairan bebas, terdapat berbagai macam parasit dengan variasi yang luas
tetapi jumlahnya sedikit. Sedangkan dalam kegiatan budidaya, parasit terdapat
.dengan variasi yang sedikit tetapi jumlahnya banyak.
Dalam kegiatan budidaya, penyakit merupakan permasalahan yang sangat
serius dan menakutkan karena hal tersebut dapat mengakibatkan kerugian yakni
selain dapat mematikan ikan, hal ini juga dapat menurunkan mutu dari ikan itu
sendiri. Kematian yang ditimbulkan oleh penyakit ikan sangat tergantung pada
jenis penyakit, kondisi ikan dan kondisi lingkungan.
Menurut penyebabnya, penyakit ikan dibedakan atas penyakit infeksi
(infectious diseases) dan non infeksi (non infectious diseases). Penyakit infeksi
adalah penyakit yang menular yang disebabkan oleh jasad parasitik, bakteri, jamur
dan virus sedangkan penyakit non infeksi adalah penyakit yang tidak menular.
Penyakit yang sangat berbahaya dan ditakutkan oleh kalangan pembudidaya yaitu
penyakit infeksi karena akan sangat cepat menyerang/menginfeksi ikan dalam
suatu populasi sehingga akan menurunkan produksi. Tentunya hal ini akan
menimbulkan kerugian yang cukup besar di kalangan pembudidaya.
Dengan adanya beberapa permasalahan tersebut, sangat penting dilakukan
pengkajian terhadap penyakit ikan agar kedepannya bisa diketahui solusi dan
upaya yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
 Untuk mengetahui Paravortex, Gyrodactylus, dan Dactylogyrus
 Untuk mengetahui klasifikasi, morfologi, siklus hidup, gejala yang
ditimbulkan, serta penanggulangan dari Paravortex, Gyrodactylus, dan
Dactylogyrus
BAB II
ISI

2.1 Dactylogyrus sp.


2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi Dactylogyrus sp. menurut Kabata (1985) adalah sebagai
berikut:
Filum : Vermes
Subfilum : Platyhelminthes
Class : Trematoda
Ordo : Monogenea
Famili : Dactylogyridae
Genus : Dactylogyrus
Spesies : Dactylogyrus sp.
Bentuk cacing ini pipih seperti daun berukuran antara 0,2 – 0,5 mm dan
dapat mencapai 2 mm pada cacing dewasa. Dactylogyrus sp. mempunyai dua
pasang mata. Pada bagian posterior Dactylogyrus sp. terdapat ophisthaptor
yang dikelilingi oleh 14 kait marginal. Serta terdapat kait besar dari khitin
yang terletak di tengah-tengah ophisthaptor (Kabata, 1985). Menurut Dujin
(1967) dalam Kardi (2013) pada bagian anterior terdapat prohaptor yaitu alat
menghisap bercabang empat dan memiliki ujung kelenjar yang dapat
mengeluarkan semacam cairan kental yang berfungsi untuk penempelan
maupun pergerakan pada permukaan tubuh inang.
Dactylogyrus adalah hewan yang kedalam golongan cacing-cacingan.
Berukuran sangat kecil dan tidak bisa dilihat dengan kasat mata, tetapi hanya
bisa dilihat lewah mikroskop. Dalam tubuh ikan, hewan ini digolongkan
sebagai parasit. Artinya hewan yang mengambil makanan untuk hidupnya
dari hewan yang ditumpanginya. Keadaan itu menimbulkan kerusakan
(Anonim, 2009).
Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat rendah (Trematoda).
Dactylogyrus sp sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau
dan laut. Pada bagian tubuhnya terdapat posterior Haptor. Haptornya ini tidak
memiliki struktur cuticular dan memiliki satu pasang kait dengan satu baris.
Cacing dewasa berukuran 0,2 – 0,5 mm. Mempunyai dua pasang eye
spots pada ujung anterior. Sucker terletak dekat ujung anterior. Pada ujung
posterior tubuh terdapat alat penempel yang terdiri dari 2 kait besar yang
dikelilingi 16 kait lebih kecil disebut Opisthaptor. Mempunyai testis dan
ovary.
Kutikular, memiliki 16 kait utama, satu pasang kait yang sangat kecil.
Dactylogyrus sp mempunyai ophistapor (posterior suvker) dengan 1 – 2
pasang kait besar dan 14 kait marginal yang terdapat pada bagian posterior.
Kepala memiliki 4 lobe dengan dua pasang mata yang terletak di daerah
pharynx. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar . Gejala infeksi pada
ikan antara lain : pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih.
Sifat Biologis: Bersifat hermaprodit, sebagian besar telur terlepas dari
insang dan sebagian kecil tertanam pada insang, ukuran telur : 50 um,
bentuknya ovoid dan berspina seperti duri mawar/ rosethorn like, sexual
maturity 3 – 6 hari. Larva dapat hidup tanpa hospes selama 1 hari, ikan mas
dapat terinfeksi berat,juga ikan-ikan air tawar di kolam dan ikan-ikan impor.

2.1.2. Siklus Hidup


Dactylogyrus sp. mempunyai siklus hidup langsung yang melibatkan
satu inang. Dactylogyrus sp. merupakan ektoparasit pada insang ikan. Telur-
telur yang dilepaskan akan menjadi larva cilia yang yang dinamakan
penetasan oncomiracidium. Oncomiracidium mempunyai haptor dan dapat
menyerang sampai menyentuh inang. Hal ini sesuai dengan pendapat Anshary
(2004) yang menyatakan sebagian besar parasit monogenea seperti
Dactylogyrus spp. bersifat ovivarus (bertelur) dimana telur yang menetas
menjadi larfa yang berenang bebas yang dinamakan oncomiracidium.

2.1.3. Gejala Pada Ikan


Ikan yang terinfeksi Dactylogyrus sp akan memperlihatkan sekresi mu-
kosa yang berlebihan serta ikan terlihat sesak nafas dan biasanya akan
menjadi kurus, berenang menyentak-nyentak, tutup insang tidak dapat
menutupi dengan sempurna karena insangnya rusak, dan kulit ikan tidak
bening lagi. Rukmono (1998) dalam Eka (2011) mengatakan ciri ikan yang
terserang monogenea adalah produksi lendir pada bagian epidermis akan
meningkat, kulit terlihat lebih pucat dari normalnya, frekuensi pernapasan
terus meningkat karena insang tidak dapat berfungsi secara sempurna,
kehilangan berat badan (kurus) melompat- lompat ke permukaan air dan
terjadi kerusakan berat pada insang. Namun menurut (Rahayu dkk, 2013)
karena Dactylogyrus sp. merupakan cacing parasitik yang tidak bersifat
patogen, sehingga tidak mempengaruhi terjadinya penurunan berat badan
akibat adanya infestasi cacing parasitik tersebut walaupun jumlahnya tinggi.
Dactylogyrus sp. sering menyerang ikan di kolam yang kepadatannya
tinggi dan ikan-ikan yang kurang makan lebih sering terserang parasit ini
dibanding yang kecukupan pakan.
Parasit golongan monogenea, tidak memerlukan inang antara untuk
kelangsungan hidupnya. Parasit ini dapat ditemukan menginfeksi ikan di alam
meskipun tingkat prevalensi dan intensitasnya relatif rendah, Hal ini
disebabkan karena lingkungan alami yang relatif seimbang antara pathogen,
ikan dan lingkungannya. Jika salah satu dari inang tidak ada maka siklus
hidup parasit akan terputus (Sriwulan et al, 1998 dalam Susanti, 2004).
2.1.4. Penanggulangan
Menurut (Rahayu dkk, 2013) ikan yang terinfeksi Dactylogyrus sp.
dapat ditangani dengan menjaga kualitas air agar tetap bersih. Hal ini
disebabkan karena kualitas air yang bersih mampu mempercepat penyembu-
han luka akibat infeksi Dactylogyrus sp. serta dapat mencegah terjadinya
infeksi ulang.

2.2 Gyrodactylus sp.


2.2.1. Klasifikasi dan Morfologi Gyrodactylus sp.
Filum : Vermes
Anak filum : Plathihelminthes
Kelas : Trematoda
Bangsa : Monogenea
Anak bangsa : Monopisthocotylae
Suku : Gyrodactylidae
Marga : Gyrodactylus
Species : Gyrodactylus (G) elegans, G medius, G gracilis, G salaris

Gyrodactylus memiliki bentuk tubuh yang kecil, bulat memanjang


atau oval dan pipih. Salah satu ujung yang lebih besar (posterior) yang
merupakan tempat menempel pada inang. Bagain posterior terdapat
ophisthaptor yang memiliki 16 kait (hook) tepi yang mengelilingi
ophisthaptor dan sepasang kait tengah (anchor) yang menyerupai kuping.
Ophisthaptor yang fungsinya untuk menghisap darah dan memakan jaringan
hospes. Gyrodactylus tidak memiliki bintik mata. Bagain anterior berbentuk
seperti 2 tonjolan atau cuping.
Dalam siklus hidupnya, Gyrodactylus tidak memerlukan inang
perantara, artinya setelah keluar dari embryo induk, larva akan langsung
mencari inang baru. Hewan ini berukuran 0,5 – 0,8 mm. Cacing dewasa dapat
melekat pada kulit hospes karena dilengkapi serta tidak memiliki vitelaria
atau bersatu dengan ovary.
Gambar Gyrodactylus

2.2.2. Siklus hidup Gyrodactylus


Siklus Gyrodactylus sp. dari larva hingga menjadi dewasa
membutuhkan waktu kira-kira 60 jam. Itu terjadi pada suhu 25 – 27 O C
(Anonim, 2009). Gyrodactylus sp. ini sering ditemukan menginfeksi ikan-
ikan air tawar seperti Ikan Mas (Cyprinus carpio), Betutu (Oxyeleotris
marmorata) Nila (Oreochromis niloticus) dan lainnya. Pada umumnya
berkumpul/bergerombol di sekitar kulit dan sirip ikan, meskipun kadang-
kadang juga ditemukan di insang (secara umum Dactylogyrus lebuh
menyukai insang) (Dedi, 2010).
Monogenes ovipar (yaitu Dactylogyridae) melepaskan telur ke dalam
kolom air yang menetas dan dewasa sebelum mencari host baru. Monogenes
vivipar (yaitu Gyrodactylidae) mengeluarkan larva hidup yang segera dapat
menempel ke jaringan host. Ada dua genera umum di air tawar, Gyrodactylus
dan Dactylogyrus, yang berbeda nyata dalam strategi mereka bereproduksi
serta cara mereka menempel pada ikan inang. Gyrodactylus umumnya
ditemukan pada tubuh dan sirip ikan. Mereka vivipar yang berarti bahwa
mereka melahirkan larva muda. Parasit dewasa membawa embrio yang
identik dengan induknya yang diwariskan pada generasi berikutnya. Oleh
karena itu, setiap individu parasit dapat mewakili beberapa generasi. Strategi
reproduksi ini memungkinkan populasi Gyrodactylus untuk memperbanyak
diri sangat cepat, terutama dalam sistem air tertutup.
Gambar siklus hidup oviparous monongenea (Dactylogyrus) dan viviparus
monogenea (Gyrodactylus)

2.2.3. Gejala terserang Gyrodactylus


Penularan parasit ini melalui kontak langsung dengan ikan yang sakit
dengan ikan yang sehat, atau antara ikan dengan lingkungannya. Apabila
terserang parasit ini, biasanya menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut :
 Bintik-bintik merah pada beberapa bagian tubuh
 Kulit berwarna putih keabu-abuan
 Produksi lendir (muskus) tidak normal, biasanya berlebih dengan lendir
yang kental sehingga kulit ikan terlihat kusam
 Sisik dan/atau kulit terkelupas, biasanya akan diikuti luka
 proses osmoregulasi dan respirasi terganggu
 ikan sering menggosok-gosokkan badan pada jaring atau diding dan dasar
kolam
 Sel darah putih meningkat (dilihat melalui pengamatan sel darah)
 Nafsu makan rendah dan gerakan lamban sehingga pertumbuhan ikan
menjadi terganggu
Gambar Gyrodactylus menyerang kulit ikan salmon

2.2.4. Penanggulangan
Cara pengangulangan ikan yang terserang penyakit ini adalah dengan
cara berikut:
 Methylene Blue
Pemberian dilakukan dengan perendaman dengan dosis 3 ppm selama 24
jam atau lebih, jika larutan yang tadinya berwarna biru berubah menjadi
biru terang, maka larutan perlu diganti dengan yang baru
 Larutan ammonium
Perendaman dilakukan dengan larutan ammonium 1:2000 selama 5-15
menit.umunya dalam jangka waktu tadi kedua monogenia di atas sudah
dapat diberantas. Untuk mendapatkan larutan ammonium 1:2000,
dilakukan dengan membuat larutan dengan perbandingan ammonium
dengan air 1:9. Kemudian dari campuran tadi, diambil sekitar 5% untuk
dicampurkan dengan 1 liter air sehingga didapat larutan ammonium
1:2000
 Formalin atau MGO
Menggunakan dosis 15-50 ppm atau dengan MGO 0,1ppm selama 24 jam.
Perendaman dilakukan 3x selama seminggu untuk memastikan ikan
terbebas dari parasit
 Garam dapur
Garam merupakan yang paling mudah didapat dan cukup efektif.
Perendaman dilakukan dengan dosis 100-500 ppm dan dapat dilakukan
dalam jangka panjang, atau 1-2% selama 30menit. Perendaman dapat
dilakukan dengan melarutkannya dalam air terlebih dahulu atau langsung
ditebar di kolam

2.3 Paravortex sp.


2.3.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi
Klasifikasi dari Paravortex yaitu :
Kingdom : Animalia
Philum : Platyhelmintes
Class : Tubellaria
Ordo : Neorhabdocoela
Famili : Graffillidae
Genus : Paravortex
Spesies : Paravortex scrobiculariae
Cacing dewasa berbentuk gelondong dan berwarna krim atau kuning,
berukuran sekitar 2500 x 750 ɥm. Tubuh bersilia, dengan silia 5 sampai 6 ɥm.
Dinding tubuh tipis dan memiliki butiran eosinofilik kecil, parenkim dan otot
yang kurang berkembang. 2 pasang kelenjar besar pada anterior, tubuh yang
terletak di belakang faring, terletak di ujungnya. Dekat permukaan dorsal
anterior terletak ganglion otak, diapit oleh sepasang bintik mata yang
menonjol. Setiap bintik mata memiliki sekelompok butiran hitam atau coklat
berbentuk daun semanggi yang mengelilingi cone (sel pada selaput retina
yang sensitive terhadap warna) yang terdiri dari 3 lensa hialin yang berada
pada 120o. Mulut subterminal di anterior dan terbuka pada rongga buccal
kecil. Faring berotot, sekitar 200 x 120 ɥm, dan sedikit lebih luas pada
posterior dimana faring ini mengandung banyak kelenjar. Faring mampu
menonjol. Di belakang faring adalah sekelompok sel esophagus, lalu usus
saccate besar meluas di belakang tubuh dorsal keujung posterior tubuh.
Gastro dermis terbatas dan diisi dengan butiran hialin atau bola ekskretoris.
Secara umum, pori genital terbuka setengah ventral pade fase tubuh ke-
2. Karena hanya individu yang muda dan yang hamil saja yang telah diamati
kematangan morfologi reproduksinya. Sedangkan yang tidak hamil tidak
diketahui.

Gambar 1. Paravortex reconstructed from epithelial tube from


Pelatesquadrilineatus andPlatycephalusfuscus. (a) Whole worm in gill tub; (b)
gravid worm in section; (c) juvenile worm (dorsal view); (d) juvenile worm
(lateral view)

Pada fase Gravid adults, gonophore telah menghilang, meskipun sedikit


penebalan dinding tubuh ventral terlihat, dan sekarang atrium menjadi ruang
kosong yang mengisi hampir semua tubuh ventral dari belakang faring
sampai ekor. Sebuah septum otot memisahkannya dari sisa parenkim. Ruang
ini diisi dengan telur, embrio, dan cacing, tetapi dalam materi yang tersedia
tidak ada bukti kembar. Testis dan ovarium direduksi menjadi sisa-sisa
(kelompok sel sekarang di dorong tinggi dalam tubuh ke dinding lateral tubuh
oleh sisa saluran rang kurang berkembang). Para vitellaria tidak jelas, namun
sisa-sisa saluran telur dan saluran vitelline tetap berada di atas septum otot
dimana juga terjadi sedikit penebalan yang mungkin merupakan sisa-sisa bola
penis.
Pada fase Juvniles, panjang mencapai 200 ɥm, memiliki gonophore di
tengah permukaan ventral. Gonophore terbuka ke atrium dengan ekstensi
posterior kecil tapi berbeda. Pada sekitar titik di mana ekstensi dimulai
saluran telur dan saluran vitelline muncul untuk bergabung dengan atrium
melalui sfingter dorsolateral kecil. Sepasang ovarium kecil terletak secara
lateral dan hanya dari anterior sampai atrium; vitellaria mengisi sisi tubuh
dari gonophore ke ekor dengan serangkaian struktur seperti morula dalam
tunika. Sepasang testis kecil terletak pada anterior dan posisi lebih ketengah
daripada ovarium; dari testis saluran yang kuat melingkari posterior dan
dorsal untuk bergabung pada posisi proksimal dari penis yang tidak tertutup
tetapi berotot yang menjorok ke atrium dari dinding anterior dorsal. Sel
epidermis yang membengkak terdapat dalam juveniles, terutama anterior.
Juvenile, baik bersama induknya maupun ketika bebas, panjangnya dapat
membesar sampai 500 ɥm.

2.3.2. Gejala pada Ikan


Ikan yang terinfeksi oleh Paravortex sp. ini pada bagian dermis
berpigmen yang mati akan menimbulkan bintik hitam. Selain itu juga akan
menyebabkan dermatitis akut yang berhubungan dengan infeksi pada vibrio.

2.3.3. Penanggulangan
Perendaman dengan formalin efektif dalam membasmi parasit ini, tapi
bila menggunakan Gobiosomaoceanopsse bagai ikan pembersih maka tidak
akan efektif karena mereka bisa juga terinfeksi oleh Paravortex.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dactylogyrus adalah hewan yang kedalam golongan cacing-cacingan, bersifat
hermaprodit serta mikroskopik. Dactylogyrus sp. merupakan ektoparasit pada
insang ikan. Ikan yang terinfeksi Dactylogyrus sp akan memperlihatkan sekresi
mukosa yang berlebihan serta ikan terlihat sesak nafas dan biasanya akan menjadi
kurus, berenang menyentak-nyentak, tutup insang tidak dapat menutupi dengan
sempurna karena insangnya rusak, dan kulit ikan tidak bening lagi. Menurut
(Rahayu dkk, 2013) ikan yang terinfeksi Dactylogyrus sp. dapat ditangani dengan
menjaga kualitas air agar tetap bersih.
Gyrodactylus memiliki bentuk tubuh yang kecil, bulat memanjang atau oval
dan pipih. Dalam siklus hidupnya, Gyrodactylus tidak memerlukan inang
perantara, artinya setelah keluar dari embryo induk, larva akan langsung mencari
inang baru. Gyrodactylus umumnya ditemukan pada tubuh dan sirip ikan. Gejala
yang ditimbulkan, diantaranya bintik-bintik merah pada beberapa bagian tubuh,
kulit berwarna putih keabu-abuan, dll. Cara pengangulangan ikan yang terserang
penyakit ini dengan Methylene Blue, Larutan ammonium, Formalin atau MGO,
Garam dapur.
Secara umum Paravortex sp. berbentuk gelondong dan berwarna krim atau
kuning, berukuran sekitar 2500 x 750 ɥm. Ikan yang terinfeksi oleh Paravortex
sp. ini pada bagian dermis berpigmen yang mati akan menimbulkan bintik hitam.
Perendaman dengan formalin efektif dalam membasmi parasit ini, tapi bila
menggunakan Gobiosomaoceanopsse bagai ikan pembersih maka tidak akan
efektif karena mereka bisa juga terinfeksi oleh Paravortex.

3.2 Saran
Materi yang dijelaskan dalam makalah ini merupakan gambaran umum
tentang klasifikasi, cirri morfologi, siklus hidup, gejala dan penanggulangan yang
dijelaskan secara umum. Untuk menambah pengetahuan lebih mengenai materi ini
maka, dibutuhkan referensi lain dari berbagai sumber.
DAFTAR PUSTAKA

Kabata, Z. 1985. Parasites and Disease of Fish Culture In the Tropics. Taylor and
Francis. London and Philadelpia.
Kardi, Retna Handayani (2013) Identifikasi Dan Keragaman Ektoparasit Pada
Ikan Maskoki (Carassius auratus) Dan Ikan Mas (Cyprinus carpio) Yang
Berasal Dari Lampung Dan Luar Lampung. Skripsi. Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
Rahayu, FD; Ekastuti, DR; Tiuria, Risa. 2013. Infestasi Cacing Parasitik pada
Insang Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus). Jurnal Acta Veterinaria
Indonesiana Vol 1 No. 1: 8-14
Susanti. I. 2004. Efektifitas Penggunaan Formalin Terhadap Dinoflagellata Ikan
Baronang (Siganus sp.). Skripsi. Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan
Dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar
Yuliartati, Eka. 2011. Tingkat Serangan Ektoparasit Pada Ikan Patin (Pangasius
djambal) Pada Beberapa Pembudidaya Ikan Di Kota Makassar. Skripsi.
Prodi Budidaya Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan UNHAS Makassar.
Aryani ,Netti, dkk. 2004. Parasit dan Penyakit Ikan. Pekan Baru :UnRi Press
Parasite Focus: Gyrodactylus http://www.thefishsite.com/articles/104/parasite-
focus-gyrodactylus
Alifuddin,M. Y. Hadiroseyani & I. Ohoiulun. 2003. Parasit pada Ikan Hias Air
Tawar (Ikan Cupang, Gapi dan Rainbow. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Cannon, L. R. G. and R. J. G. Lester. 1988. Two TurbellariansParasitic in Fish.
Journal Diseases of Aquatic Organisms (5): 15-22.
Forum Fish Health. 2011. Marine ‘Black Spot’ Disease (Paravortex,
Piscinquilinus). [Article]. From: http://www.thesaltybox.com/forum/fish-
health/85875-marine-black-spot-disease.html(2 Maret 2015)
Kent, Michael L. and Andrew C. Olson. 1986. Interrelationships of a Parasitic
Turbellarian, (Paravortex sp.) (Graffillidae, Rhabdocoela) and its Marine
Fish Hosts.[Article]. Journal of Fish Pathology Vol. 21 (1986) (2): p 65-72.
From: https://www.jstage.jst.go.jp/article/jsfp1966/21/2/21_2_65/_article

Anda mungkin juga menyukai