Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN

MENGIDENTIFIKASI HEWAN ADVERTEBRATA AIR DI PANTAI


LEATO SELATAN

OLEH:
NABILA SALSABILA UMAR
11214180 08

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS ILMU PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga saya dapat

menyelesaikan Laporan yang berjudul “Mengidentifikasi Hewan Advertebrata Air

Di Pantai Leato Selatan”.

Laporan ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk

itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu saya menyadari masih banyak kekurangan dalam

pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, saya menerima dengan tangan terbuka

kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun dan meningkatkan

pengetahuan. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Gorontalo, 11 Maret 2019

Nabila salsabila umar

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................i


DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................1
1.2. Tujuan ...................................................................................................2
1.3. Manfaat .................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................3
2.1 Filum Echinodermata .............................................................................3
2.2 Filum Arthapoda .....................................................................................9
2.3 Filum Mollusca ......................................................................................11
BAB III METODE PRAKTIKUM ....................................................................16
3.1 Tempat dan waktu ..................................................................................16
3.2 Alat dan bahan ........................................................................................16
3.3 Prosedur kerja .........................................................................................17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................19
4.1 Hasil .......................................................................................................19
4.2 Pembahasan ............................................................................................21
BAB V PENUTUP .............................................................................................32
5.1 Kesimpulan ............................................................................................32
5.2 Saran .......................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................iv
LAMPIRAN .......................................................................................................vi

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Bintang Laut ....................................................................................4


Gambar 2 : sinapta maculata .............................................................................6
Gambar 3 : Bintang mengular ............................................................................7
Gambar 4. Morfologi Lili Laut ..........................................................................8
Gambar 5 : Litopenaeus vannael ........................................................................11
Gambar 6 : Jenis Gastropoda ............................................................................13
Gambar 7 : kelas peleypoda ..............................................................................13
Gambar 8 : kelas gastropoda ..............................................................................14
Gambar 9 : kelas Cephalopoda ..........................................................................15
Gambar 10: Sinapta maculata ............................................................................22
Gambar 11: Ophiuroidea sp ...............................................................................25
Gambar 12: Ophiocoma erinaceus .....................................................................26
Gambar: 13. Diadema setosum ..........................................................................28
Gambar 14: Litopeaneus vannamei ....................................................................29

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di indonesia negara yang memiliki keanakaragaman hayati yang cukup

banyak menduduki keanekaragaman hayati di dunia yang terdapat berbagai

ekosistem darat dan perairan. Di indonesia memiliki 25% jenis pisces, 17% aves,

16% jenis reptil dan amfibi, 12% mamalia, dan 10% jenis flora yang telah di

kenali. Jumlah tersebut belum termasuk hewan avertebrata, fungi,dan

mikrorganisme lain yang belum di ketahui (Gautama,2013 dalam Jalaludin,2017).


Zoologi invertebrata bagian dari ilmu pengetahuan alam mempelajari

mengenai hewan-hewan invertebrata (Pratiwi,2011 dalam Jalaludin,2017).

Advertebrata air adalah hewan yang tidak bertulang belakang (backbone), yang

sebagaian atau seluruh daur hidupnya di dalam air. Di tinjau dari segi bentuk,

ukuran dan adaptasi lingkungan, hewan advertebrata air mempunyai

keanekaragaman yang tinggi. Sementara itu dari segi ukuran di jumpai mulai dari

yang berukuran kecil sampai berukuran besar dan dari segi bentuk tubuh yang

sederhana sampai yang kompleks di lihat dari lingkungan hidupnya ada yang di

darat, air tawar, air payau, atau air laut, bahkan ada yang di daerah ekstrim seperti

danau garam (Suwignyo,2005 dalam Azizi dkk, 2011).


Avertebrata air dalam bidang perikanan memiliki peranan sebagai makanan

ikan, parasit ikan, dan pemangsa ikan. Avertebrata air juga dapat dimanfaatkan

oleh manusia yaitu sebagai komsumsi obat, indikator biologis, penduga kualitas

kesuburan perairan, dan usaha budidaya. Di samping itu ada juga peranan positif

yang tidak menguntungkan bagi manusia yaitu sebagai inang perantara beberapa

1
penyakit, berbagai avertebrata air merupakan inang perantara parasit ikan

(Suwignyo,2005 dalam Azizi dkk, 2011).

1.2 Tujuan
Secara umum praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui

jenis-jenis dari hewan arvetebrata yang berada di teluk tomini, pantai leato.

1.3 Manfaat
Manfaat yang di harapkan dalam praktikum ini adalah :
a) Menambah wawasan dan pengetahun di bidang ilmu perairan laut tentang

hewan avertebrata air dalam beberapa filum.


b) Dapat mengidentifikasi hewan avertebrata air yang telah di ketahui.
c) Dapat menerapkan ilmu dan teori avertebrata air dalam kehidupan sehari

hari.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Filum Echinodermata

Echinodermata merupakan salah satu hewan yang sangat penting

dalam ekosistem laut dan bermanfaat sebagai salah satu komponen dalam rantai

makanan, pemakan sampah organik dan hewan kecil lainnya (Dahuri,2003dalam

Jalaludin,2017). Kelompok utama filum Echinodermata terdiri dari lima kelas,

yaitu kelas bintang laut (Asteroidea) contoh: kelas Bintang Ular (Ophiuroidea)

contoh: Amphiodiaurtica, kelas Landak Laut (Echinoidea) contoh:

Diademasetosium, kelas lili laut (Crinoidea) contoh: Antedon-rosacea, dan kelas

Tripang Laut (Holothuroidea) contoh: Holothuriascabra (Katili, 2011).

Secara morfologi sebagian besar hewan echinodermata bertubuh kasar

karena adanya tonjolan kerangka dan duri yang memiliki berbagai fungsi, bentuk

tubuh ada yang seperti bintang, bulat, pipih, dan bulat memanjang. Yang khas

dari echinodermata adalah sistem pembuluh air (water vascular system), suatu

jaringan saluran hidrolik yang bercabang menjadi penjuluran yang disebut kaki

tabung (tube feet) yang berfungsi dalam lokomosi, makan, dan pertukaran gas

(Lariman, 2011). Secara ekonomis echinodermata dapat dimakan atau di

konsumsi bahkan mempunyai nilai niaga penting seperti bulu babi (echinoid).

Beberapa jenis bulu babi tela lama di kenal manusia, dapat dimakan gonadnya.

Meskipun jenis ini di Indonesia belum populer, namun beberapa negara seperti

Hongkong, Korea, Jepang, Amerika Serikat merupakan makanan mahal. Selain itu

3
kerangka dari beberapa jenis echinodermata dapat digunakan sebagai bahan

hiasan.

2.1.1 kelas Echinodermata

a. Bintang Laut Mahkota Berduri (Acanthaster planci)

Menurut Sahami dan Hamzah (2014), Sesuai dengan namanya, maka

tubuhnya berbentuk bintang dengan 5 lengan atau bagian radial. Permukaan kulit

tubuh pada bagian dorsal atau aboral terdapat duri – duri dengan berbagai ukuran.

Disekitar dasar duri terdapat bentuk jepitan pada ujungnya yang disebut

pedicellariae. Pada salah satu bagian tubuh radial atau lengan terdapat lempeng

saringan madriporit sebagai tengah – tengah tubuh sebelah dorsal terdapat lubang

anus. Pada permukaan tubuh sebelah ventral terdapat mulut.Makanan bintang laut

berupa ikan, karang, siput laut, sampah dan lain – lain. Ekskresi diselenggarakan

oleh amoebocyt – amoebocyt yang terdapat dalam cairan coelom yang membawa

zat – zat sisa keluar melalui dinding derma branchialis.

Gambar 1 : Bintang Laut


Sumber : Mukayat, 1989.

4
Semua jenis bintang laut yang ditemukan (terutama dari Ordo Valvatida)

memiliki kecenderungan hidup soliter. Organisme soliter lebih rentan terhadap

predator. Oleh karena itu, mereka juga telah diciptakan dengan model

pertahanan diri yang baik. Untuk bintang laut, khususnya famili Oreasteridae

danOphidiasteridae, terdapat strukturperlindungan yang ekstensif di bagian alur

ambulakral. Pada permukaan tubuhnya telah diselimuti jaringan dermis yang

padat dan biasanya dilengkapi pula granula yang berfungsi sebagai pelindung

diri (Blake, 1983). Kaki tabung pada bintang laut berfungsi untuk lokomosi,

mencengkeram, atau menggali (Blake, 1983). Perbedaan bentuk kaki tabung

biasanya mengindikasikan fungsi yang berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan

salah satunya oleh variabilitas dari komposisi adhesive secretion (Blake, 1983).

b. Teripang Sabuk (Synaptidea)

tubuh memanjang seperti ketimun. Kelompok hewan ini biasa di sebut

teripang. Ada juga menyebut ketimun laut karena bentuknya. Mulut teripang di

ujung yang satu dan anus di ujung yang lain. Ada kaki tabung bagian ventral

yang di gunakan untuk berjalan dan mempunyai mangkuk penghisap seperti

biyang laut. Kaki tabung juga dapat di dua bagian dorsal, tetapi biasanya di

gunakan untuk merasa dan pernapasan. Tak ada pediselari dan duri, tetapi

mempunyai tantskel berbentuk kaki tabung sekeliling mulut, serupa dengan

hewan lain. Tubuh seperti kulit dan dapat memanjang dan mengerut. Sebagaian

besar teripang bernapas melalui pohon respirasi, sebuah alat bercabang berdiri

dari banyak abung (Romimohtarto,2007).

5
Gambar 2 : sinapta maculata
Sumber : Jalaludin, 2017

Mentimun laut ini mempunyai tubuh bulat memanjang dengan garis oral

ke aboral sebagai sumbuh, tubuh terlipat oleh kulit yang mengandung ossicua

yang micropskopis. Di bagian anterior mulut terdapat 10-13 tantakel yang

dapat di julurkan dan di tarik kembali. Teripanh ini meletakan diri dengan

bagian dorsal di sebelah atas. Kaki ambulakral dapat berkontraksi dan

berfungsi sebagai alat respirasi. Daerah ventral terdapat tiga daerah kaki

ambulakral yang memiliki alat hisap, yang berfungsi untuk bergerak dan tiga

baris ada posisi dorsal di pakai untuk bernapas. Madreporit terletak dalam

coelom. Pada hewan ini terdapat suatu cincin saraf dan saraf saraf radier.

Teripang cepat bereaksi terhadap ragsangan.biasanya jenis kelamin terpisah

namun ada juga yang homoprodit dengan larva bersimetri

bilateral(Brotowidjoyo, 1993 dalam Romadhoni, 2013)

Mentimun laut atau Teripang mempunyai tubuh yang bulat memanjang

dengan garis oral ke aboral sebagai sumbu. Tubuh diliputi oleh kulit yang

mengandung ossicula yang mikroskopis. Bagian anterior mulut terdapat 10 –

30 tentakel yang dapat dijulurkan dan ditarik kembali, Sahami dan Hamzah

(2014).

6
c. Bintang Mengular (Crinoidea)

Bintang ular mempunyai tubuh bola cakram kecil dengan lima lengan bulat

panjang yang terdiri dari ruas – ruas yang sama. Bintang ular hidup dalam air

laut, dari yang dangkal sampai yang dalam, bersembunyi di bawah batu karang

atau rumput-rumput laut, mengubur diri dalamlumpur atau passir, dan aktif

malam hari. Makanannya adalah udang-udangan dan Mollusca, hewan lain

atau serpihan organisme lain atau sampah.

Gambar 3 : Bintang mengular


Sumber: Jalaludin, 2017

Jenis kelaminnya terpisah dan melepaskan sel kelaminnya dalam air. Hasil

pembuahan akan menghasilkan larva mikroskopis yang di sebut pluteus yang

memiliki lengan bersilia, yang kmudian mengalami metamorphosis menjadi

suatu bentuk seperti bintang laut dan akhirnya menjadi bintaang ular( sahami

dan hamzah, 2014).

d. Kelas Crinoidea (Lili Laut dan Bulu Bintang)

Crinoidea dikenal sebagai lili laut atau lilia laut yaitu hewan yang

mempunyai lengan bercabang serta anus dan mulut berada di permukaan oral,

7
kaki tabungnya tidak mempunyai saluran penghisap, dan alur ambulakranya

terbuka, tidak memiliki madreporit, duri ataupun pedicillaria (Nurfajriah,2014).

Gambar 4. Morfologi Lili Laut


Sumber : Aznam aziz, 1991.

Hewan ini mirip tumbuhan, karena bentuknya menyerupai bunga

lili.Kulitnya tersusun dari zat kitin. Biasanya melekat pada dasar perairan.

Jikalingkungan tidak memungkinkan, misalnya makanan habis

ataukeselamatannya terancam, ia akan pindah ke tempat lain yang sesuai dan

aman.Kelompok hewan ini juga sering disebut bintang bulu Bagian mulut

berbeda dengan spesies lain dari kelas Echinodermata lainnya, yaitu

menghadap ke atas. Anus terletak di daerah tonjolan dekat mulut. Tubuh atau

kelopak ditutupi oleh kulit (tegmen) yang mengandumg lempengan zat kapur.

Kutikula dan epidermis belum begitu berkembang. Hewan dewasa biasanya

memiliki 5-10 buah lengan yang bercabang-cabang. Cabang-cabang tersebut

sering terdapat di bagian dasar, juga mempunyai cabang-cabang kecil yang

disebut pinnula di sepanjang sisinya (bentuknya seperti bulu burung yang

8
terurai), sehingga sepintas hewan ini kelihatannya seperti tumbuhan. Bagian

kelopak (calyx) dan tangan disebut crown. Beberapa jenis lili laut memiliki

tangkai yang berasal dari daerah aboral dari calyx (juana, 2001 dalam Ariyanto,

2016)

2.2 Filum Arthropoda

Arthropoda merupakan kelompok terbesar diantara seluruh dunia

hewan. Namanya berasal dari kakinya yang bersendi. Meskipun kelompok ini

mencakup luwing, kelabang, laba-laba, serangga, dan udang-kepiting. Dalam

biologi laut hanya ada tiga kelompok taksonomi yang mendapat perhatian,

yakni crustacean, pycnogonida dan arachnida (Wahyuni, 2009).

Menurut Sahami dan Hamzah (2014), Arthropoda merupakan phyllum

yang terbesar dari kingdom animalia, Arthtropoda merupakan hewan yang

dominan dalam dunia ini. Filum Arthropoda terdiri dari beberapa kelas

yaitu:Kelas Crustacea, Kelas Onychopora, Kelas Chilopoda, Kelas Diplopoda,

Kelas hexapoda, Kelas Aracnoidea, Kelas Pauropoda, Kelas Symhyla.Ciri-ciri

dari filum Arthtropoda yaitu:

1. Mempunyai anggota yang beruas-ruas

2. Tubuh bilateral simetris

3. Tubuh dibungkus oleh zat chitine yang merupakan eksoskeleton (rangka

luar)

4. Biasanya pada ruas-ruas terdapat bagia-bagian yang tidak berchitine,

sehingga ruas-ruas tersebut mudah digerakkan.

9
5. Sistem syaraf tangga tali

6. Coelem pada hewan dewasa kecil dan merupakan satu rongga berisi darah

yang disebut haomocoel

2.2.1 Kelas Crustacea

Dalam bahasa Latin, crusta berarti cangkang. Crustacea disebut juga

hewan bercangkang. Telah dikenal kurang lebih 26.000 jenis Crustacea yang

paling umum adalah udang dan kepiting. Habitat Crustacea sebagian besar di

air tawar dan air laut, hanya sedikit yang hidup di darat. Tubuh Crustacea

bersegmen (beruas) dan terdiri atas sefalotoraks (kepala dan dada menjadi satu)

serta abdomen (perut). Bagian anterior (ujung depan) tubuh besar dan lebih

lebar, sedangkan posterior (ujung belakang)nya sempit. Pada bagian kepala

terdapat beberapa alat mulut, yaitu: 2 pasang antenna, 1 pasang mandibula,

untuk menggigit mangsanya, 1 pasang maksilla, 1 pasang maksilliped.

Maksilla dan maksiliped berfungsi untuk menyaring makanan dan

menghantarkan makanan ke mulut. Alat gerak berupa kaki (satu pasang setiap

ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk berenang, merangkak atau menempel

di dasar perairan (Zaldi, 2009).

a. Udang Udangan
Udang ini termasuk ordo Decapoda yang mempunyai ciri memiliki

sepuluh kaki terdiri dari lima kaki jalan dan lima kaki renang. Secara morfologi

dibedakan menjadi dua bagian yaitu chephaloptorax atau bagian kepala dan

dada serta abdomen atau bagian perut. Secara anatomi, chephaloptorax dan

10
abdomen terdiri dari segmen-segmen atau ruas-ruas, dimana masing-masing

segmen tersebut memiliki anggota badan yang mempunyai fungsi masing-

masing (Syafrudin, 2016)

Gambar 5 : Spesies Litopenaeus vannael


Sumber : Syafrudin, 2016

2.3 Filum Mollusca

Moluska berasal dari bahasa latin mollis yang artinya lunak. Moluska adalah

fauna yang memiliki tubuh lunak. simetri bilateral, tertutup mantel

yangmenghasilkan cangkang dan kaki ventral. Cangkang moluska berfungsi

sebagairumah (rangka luar). Sebagian besar jenis moluska hidup di lingkungan

laut, sekitar 25 % hidup diperairan tawar dan daratan. Moluska dijumpai mulai

dari daerah pinggiran pantai hingga lautdalam, menempati daerah terumbu karang,

sebagian membenamkan diri dalam sedimen, beberapa dapat dijumpai menempel

pada tumbuhan laut.Umumnya moluska berselebung sebuah mantel yang

merupakan batas ruang mantel itu sendiri. Semua moluska selalu mempunyai

massa muscular, disebutkaki yang bentuk dan fungsinya bervariasi menurut

kelasnya.Moluskamempunyai anggota yang bentuknya sangat beraneka ragam,

dari bentuk silindris,cacing, tidak mempunyai kaki maupun cangkang, sampai

11
hampir bulat tanpakepala dan tertutup dua keping cangkang besar (Septiana,

2017).

Anggota dari filum mollusca mempunyai bentuk tubuh yang sangat

beraneka ragam, dari bentuk silindris seperti cacing dan tidak mempunyai kaki

maupun cangkang, sampai bentuk hampir bulat tanpa kepala dan tertutup dua

keping cangkang besar. Oleh sebab itu, berdasarkan bentuk tubuh, bentuk dan

jumlah cangkang, serta beberapa sifat lainnya, filum mollusca dibagi kedalam 8

kelas, yaitu Chaetodermomorpha, Neomeniomorpha, Monoplacophora,

Polyplacophora, Gastropoda, Pelecypoda/Bivalvia, Scaphopoda dan

Cephalopoda (Aslan, dkk., 2010).

2.2.1 kelas Moluska

a. Gastropoda

Gastropoda yang di temukan di hutan magrove menyebar mendatar dan

menegak. Penyebaran secara mendatar atau horizontal, artinya penyebaran

gastropoda yang terdapat pada daerah penyebaran dari arah darat laut.

Sedangkan penyebaran secara vertikal atau menegak, artinya keberadaan

gastropoda yang menyebar dari permukaan laut sampai ketinggian terlalu di

atas permukaan air dan pada umumnya menempel pada magrove. Umumnya

gastropoda yang menempati daerah hutan magrove menyebar secara mendatar

pada substrat dari mulai kedalaman 0 meter sampai pada kedalamaan 1,5 meter

di bawah permukaan laut dasar (Karwati, 2002)

12
Gambar 6 : Jenis Gastropoda
Sumber : Dance, 1974 dalam Karwati, 2002

Jenis jenis gastropoda yang hidup menempel pada batang pohon magrove

memiliki ciri ciri tertentu sehingga mudah di bedakan dengan jenis jenis

gastropoda yang hidup menyebar di dasar perairan. Ciri ciri yang paling

menonjol di bandingkan dengan jenis jenis lainnya adalah cangkangnya yang

tipis dan mempunyai alat penempel yang kuat. Di samping itu gastropoda yang

hidup menempel pada batang pohon magrove memiliki bentuk tubuh yang

lebih membulat atau bundar, misalny littirina littiralis yang menepel dengan

kakinya (Karwati, 2002)

a. Kelas Peleypoda

Gambar 7 : kelas peleypoda


Sumber : Google

13
Kerang tiram, termasuk dalam kelas ini. Hewan ini mempunyai dua buah

cangkang yang melindungi tubuh (cangkang salangkup) pelecypoda simetri

bilateral, tapi tidak dapat bergerak dengan cepat. Hewan ini bergerk dengan

menjulur kan kaki otot yang besar melelui celah antara dua cangkang. Semua

anggota kelas ini memperoleh makanan denan menyaring makanan dari air yang

masuk rongga kedalam rongga mantel (Sialom, 1999 dalam Alimudin, 2016)

b. Kelas Gastropoda

Gambar 8 : kelas gastropoda


Sumber : Google

Gastropoda merupakan kelas yang terbesar dari molusca. Siput bercangkang

dan siput tak bercangkang termasuk dalam kelas ini. Siput bercangkang tunggal

dan spiral. Siput dewasa tidak menunjukan simetri bilateral tetapi larvanya simetri

bilateral. Gastropoda mempunyai lidah yang panjang dan sempit yang ditutupi

deretan gigi kecil. Lidahnya disebut radula. hewan ini mempunyai kepala dan dua

pasang tentakel. Pada ujung tentakel. Pada ujung tentakel terdapat mata. Sebagian

besra spesies gastropoda hidup di laut tetapi beberapa hidup di air tawar bahkan

ada yang hidup di darat (Pennak 1978 dalam Alimudin, 2016).

d. Kelas Cepalophoda

14
Gambar 9 : kelas Cephalopoda
Sumber : Google

Gurita, cumi-cumi, dan nautilus termasuk dalam kelas cephalopoda.

Hewan ini mempunyai kepala yang besar dan bermata sangat tajam. Pada kepala

terdapat tngan-tangan (delapan pada gurita dan sepuluh pada cumi-cumi) yang

berguna untuk pergerakan dan mencari mangsa. Mata Cephalopoda dapat melihat

dan berfungsi seperti vertebrata. Hanya Nautilius yang bercangkang. Cangkang

cumi-cumi kecil berupa lempengan yang melekat pada mantel sedangkan gurita

tidak bercangkang.

15
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dillaksanakan pada hari Kamis, 7 Maret 2019 pukul 8.30 -

10.00 WITA, bertempat di pantai Leato.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Advertebrata Air dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Alat dan bahan yang diperlukan selama praktikum

No Alat dan bahan fungsi

.
1. Membatasi daerah pengamatan organisme
Tali rapia
antar kelompok
2. Patok kayu Sebagai tempat mengikatkan tali rapia
3. Mengukur jarak pengamatan antar

Meteran kelompok dan mengukur kedalaman air

laut.
4. Alat tulis menulis Menulis hasil pengamatan
5. Kamera (Handphone) Mendokumentasikankegiatan praktikum
6. Thermometer Untuk mengukur suhu air laut disekitar

daerah pengamatan
7. Kertas pH Untuk mengukur pH atau keasaman air

16
laut di sekitar deerah pengamatan
8. Secchi disk Untuk melihat kecerahan air laut
9. Botol yang berisi ¼ air Untuk melihat kecepatan arus disekitar

daerah pengamatan
6. Laut Bahan pengamatan

3.3 Prosedur kerja

Prosedur kerja pada praktikum advertebrata air sebagai berikut :

1. Setiap kelompok praktikum memasang patok, kemudian patok tersebut

diikat dengan rafia sehinggat berbentuk persegi dengan ukuran 10 X 10

meter.

2. Kemudian, setiap kelompok mencari organisme avertebrata perairan di

lokasi praktek.

3. Setiap kelompok praktikum melakukan identifikasi organisme perairan

(avertebrsts sir) yang ditemui di lokasi praktek dan mengklasifikasi

organisme avertebrata air yang ditemui sesuai dengan filum kelasnya.

4. Mengukur parameter kualitas air (Suhu, pH, arus, kecerahan, kedalaman,

dan, substrat) di dalam transek.

5. Kemudian menjelaskan ciri-ciri, cara hidup, habitat hidup organisme yang

ditemui. Menjelaskan peranan organisme perairan yang ditemui khususnya

dalam bidang perikanan.

6. Semua data hasil pengamatan pada lokasi praktek dimasukkan pada BAB

HASIL DAN PEMBAHASAN sesuai dengan bidangnya. Serta

17
mendokumentasikan. Kemudian, menggambar setiap specimen sampel yang

anda temui dilokasi praktek.

18
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Organisme yang didapat pada saat praktikum avertebrata air dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Organisme yang didapat saat praktikum

Nama organisme Jumlah


No Filum dan kelas Gambar
(nama latin) organisme

Filum:

Echinodermata
1 Teripang sabuk 3 organisme
Kelas: Sinapta

maculata

Filum:

Echinodermata
2 Bintang Mengular 3 organisme
Kelas: Ophiuroidea

sp

19
Filum:

Echinodermata
3 Bintang mengular 1 organisme
Kelas: Ophiocoma

erinaceus

Filum:

Echinodermata
4 Bulu babi 2 organisme
Kelas: Deadema

sitosum

Filum: Arthopoda

5 Udang 1 organisme
Kelas: Litopeaneus

vannamei

4.1.2 Suhu

Suhu awal: 33˚C

Suhu akhir: 31˚C

4.1.3 pH

pH atau derajat keasaman air disekitar lokasi praktikum, yaitu

disekitar 5.

4.1.4 Arus

20
Pada saat mengukur arus air laut waktu yang kami butuhkan

sampai tali yang terikat pada botol lurus yaitu, 02:40 menit dan

panjang tali tersebut, yaitu 5 meter.

Dik: S = 5 M

t = 02.40 = 160 s

S 5
V= = = 0.03125 m/s
t 160

4.1.5 Kecerahan

Kecerahan yang kami dapatkan pada waktu

praktikum berlangsung yaitu 100% karena air masih terlihat sangat

jernih dan secchi disk masih sangat kelihatan dari atas air.

4.1.6 Kedalaman

Kedalaman air laut yang ada disekitar atau daerah

praktikum kami, yaitu 30 cm. Masih sangat dangkal karena,

praktikum dilakukan pada pagi hari sehingga air masih surut atau

belum pasang.

4.1.7 Substrat

Subtrat atau dasar dari daerah lokasi praktikum, yaitu berpasir.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Filum Echinodermata

a. Teripang Sabuk (Sinapta maculata)

21
Teripang adalah salah satu anggota hewan berkulit duri (Echinodermata).

Duri pada teripang sebenarnya merupakan rangka atau skelet yang tersusun dari

zat kapur dan terdapat di dalam kulitnya. Rangka dari zat kapur itu tidak dapat

terlihat dengan mata telanjang karena sangat kecil sehingga perlu menggunakan

mikroskop. Meski demikian, tidak semua jenis teripang mempunyai duri beberapa

jenis teripang tidak memiliki duri (Elfidasari, dkk. 2012).

Gambar 10: Sinapta maculata


Sumber: Doc. Pribadi 2019

Habitat utama teripang yaitu karang dan lamun. Habitat ini berfungsi sebagai

pelindung dan perangkap makanan bagi teripang. Di daerah karang dan padang

lamun merupakan habitat yang banyak ditempati oleh teripang untuk melindungi

diri dari sinar matahari karena hewan ini sangat peka terhadap sinar matahari

(Sabariah dkk., 2011 dalam Handayani dkk., 2014)

22
Teripang Sabuk (Sinapta maculata) Taksonomi menurut Wulandari, dkk,

(2012) dan Pratiwi (2011) dalamJalaluddin (2011) klasifikasi teripang Sinapta

maculata adalah sebagai berikut: 4

Kingdom : Animalia

Phylum : Echinodermata

Klass : Synaptidea

Ordo : Apodia/ Paractinipoda

Famly : Synaptidae

Genus :Synapta

Species : Sinapta maculata

Gambar Tubuh teripang umumnya berbentuk bulat panjang atau silindris

sekitar 10-30 cm, dengan mulut pada salah satu ujungnya dan anus pada ujung

lainnya. Mulut teripang dikelilingi oleh tentakel atau lengan peraba yang kadang

bercabang-cabang. Tubuhnya berotot, sedangkan kulitnya dapat halus atau

berbintil. Habitat teripang tersebar luas di lingkungan perairan di seluruh dunia,

mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra Hindia dan

Samudra Pasifik Barat. Beberapa diantaranya lebih menyukai perairan dengan

dasar berbatu karang, yang lainnya menyukai rumput laut atau dalam liang pasir

dan lumpur. Jenis teripang yang termasuk dalam Holothuria, Scitopus dan

Muelleria memiliki habitat berada di dasar berpasir halus, terletak di antara

terumbu karang, dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Makanan teripang

berupa plankton, detritus dan kandungan zat-zat organik lain yang berada di

dalam lumpur atau pasir. Jenis makanan lain adalah organisme-organisme kecil,

23
protozoa, algafilamen, rumput laut, dan potonganpotongan kecil hewan maupun

tumbuhan laut serta partikel-partikel pasir(Elfidasaridkk, 2012).

b. Bintang mengular (Ophiuroidea sp)

Bintang mengular atau Ophiuroidea merupakan kelompok biota laut yang

termasuk kedalam filum ekhinodermata. Hewan ini merupakan salah satu biota

bentik (hidup di dasar) dan mempunyai kebiasaan bersembunyi (dwelling habit).

Bintang mengular mempunyai kemiripan dengan bintang laut, karena mempunyai

bentuk tubuh yang bersimetri pentaradial. Tubuh berbentuk cakram, yang

dilindungi oleh cangkang kapur berbentuk keping (ossicle) dan dilapisi dengan

granula dan duri-duri. Di dalam tubuh (disk) terdapat berbagai organ seperti

gonad, saluran pencernaan dan sistem pembuluh air. Dari tubuh yang berbentuk

cakram ini secara radial tumbuh 5 atau lebih tangan-tangan yang memanjang

berbentuk silindris dan sangat fleksibel. Gerakan tangantangan ini kadang-kadang

mirip gerakan ular, oleh sebab itu biota ini dikenal dengan nama umum bintang

mengular (brittle star) (Aznam, 1991).

Biota ini tidak mempunyai nilai ekonomi, tetapi kehadirannya pada suatu

perairan mempunyai peranan yang cukup penting sebagai salah satu anggota biota

bentik. Pada perairan ugahari bintang mengular ini merupakan makanan ikan

demersal yang cukup penting. Dalam tulisan kali ini akan diuraikan berbagai

aspek biologi dan ekologi dari bintang mengular ini.

Menurut (gray,1840) taksonomi dari Ophiuroidea sp yaitu:

Kingdom: Animalia

24
Filum: Echinodermata

Subfilum: Asterozoa

Kelas: Ophiuroidea sp

Gambar 11: Ophiuroidea sp


Sumber: doc. Pribadi

Bintang mengular yang hidup di daerah tropis pada umumnya hidup pada

perairan dengan suhu yang berkisar antara 27°C sampai 30°, namun daya tahan

terhadap suhu ini bergantung kepada kedudukan geografis dan faktor kedalaman.

Misalnya jenis Ophiacantha vivipara yang hidup di daerah Antartik mempunyai

batasan toleransi .antara -2°C sampai 8°C (FELL 1966). Selanjutnya

SINGLETARY (1975), melaporkan bahwa berbagai jenis bintang mengular dari

suku Amphiuridae, Ophiothricidae, Ophicomidae dan Ophinereidae mempunyai

ambang batas suhu maksimal yang mematikan (lethal temperature) antara 37,5°C

sampai 4O,5°C. Sedangkan ambang batas minimal berada sekitar 10°C.

Penurunan suhu di bawah 10°C menyebabkan biota tersebut akan mengalami

kematian dalam waktu 7 jam sampai 16 jam. HENDLER (1977), melaporkan

bahwa bintang mengular jenis Amphioplus abditus akan mengalami perlambatan

25
pertumbuhan fase ernbriyo-nik selama 72 jam apabila suhu diturunkan dari 21°C

sampai dengan 16°C.

c. Bintang mengular (Ophiocoma erinaceus)

Gambar 12: Ophiocoma erinaceus


Sumber: doc pribadi

Klasifikasi Kingdom : Animalia

Filum : Echinodermata

Class : Ophiuroidea

Ordo : Ophiurida

Family : Ophiotrichidae

Genus : Macrophiotix

Spesies : Macrophiotix belii

Menurut (Wijarni dan Diana, 1984). Ciri – ciri utama pada bintang mengular ini,

yaitu:

1. Berbentuk bintang yang mempunyai lima buah tangan dan halus

2. Madreporit terletak pada bagian aboral, sedangkan mulut pada bagian oral

26
3. Tidak mempunyai anus sehingga mulutnya yang berfungsi sebagai anus

4. Radiasi dapat bergerak ke lateral seperti bergeraknya seekor ular

5. Pada bursa (pangkal radius di oral) dilapisi epithelium dengan cilia di sini

terdapat muara

gonaduct

6. Susunannya disokong oleh suatu skeleton dari CaCO3

Habitatnya terdapat pada semua perairan laut. Mulai dari garis pasang

surut sampai ke daerah abisal yang dalam sampai 6000 m. Pada perairan litoral,

kelas ini terdapat celah-celah siphons, di antara percabangan koloni Coelentrata

yang lebat, di bawah batu-batu di antara rumput laut dan juga terbenam di dalam

pasir atau lumpur dasar perairan ( Wijarni dan Diana, 1984 ).

Sistem pencernaan hewan ini dari mulut ventriculus ( Wijarni dan

Diana, 1984). Umumnya binatang ular merupakan suspendian freeder, beberapa

sebagai filter freeder dan scaverger (Suwignyo dkk, 2005).

Sedangkan, sistem respirasi Menggunakan insang dan juga dengan

kantong-kantong yang terdapat di sekitar mulut (Wijarni dan Diana, 1984).

System pembuluh air terdiri atas madreporit, saluran batu (stone coral), saluran

cincin (ring coral), saluran radial (radial coral), saliran lateral (lateral coral),

ampula dan kaki tabung. System pembuluh air berfungsi intuk menggerakkan kaki

tabung (tubefeet), kaki tabung juga berfungsi untuk merayap (Suwignyo dkk,

2005).

Sistem reproduksi dari hewan ini yaitu, Secara seksual, yaitu di mana

sperma dan sel telur dilepaskan di air sehingga pembuahan terjadi di air tersebut.

27
Aseksual, yaitu secara autotomi dan autoamputasi (Wijarni dan Diana, 1984).

Kebanyakan Ophiuroid adalah dioecious. Pembuahan di luar, menghasilka larva

Ophiopleteus yang berenang bebas dan simetri bilateral. Beberapa hari kemudian

mengalami metamorfosa menjadi simetri radial (Suwignyo dkk, 2005).

d. Bulu Babi/landak laut (Echinoidea)

Bulu babi adalah salah satu biota yang berasosiasi di ekosistem terumbu

karang, termasuk ke dalam filum Echinodermata yang tersebar dari daerah

intertidal dangkal hingga ke laut dalam. Bulu babi mampu beradaptasi

berdasarkan substrat pada daerah intertidal (Agustia, 2016)

Gambar: 13. Diadema setosum


Sumber: Dok. Pribadi

Menurut Barnes, (1987) dalam Agustia (2016), mengklasifikasikan bulu

babi sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

filum : Echinodermata

Class : Echinoidea

28
Ordo : Temnopleuroida, Diademotoida, Euchinoida

Family : Toxopneustidae, Diadematidae

Genus : Diadema, Salmacis, Tripneustes, Echinometra.

Spesies : Diadema Setosum

Bulu babi umumnya hidup di daerah batu, karang dan juga pasir. Bulu babi

hidup berkoloni yang berfungsi agar dapat mempertahankan diri dan ada juga

yang hidup menyendiri (soliter) yang membuat bulu babi rentan akan predator.

Bulu babi dewasa hidup di dasar perairan sebagai bentos, sedangkan pada usia

juvenile bulu babi umumnya bersifat planktonik (Umagap, 2013).

4.2.1 Filum Arthopoda

a. udang (Litopeaneus vannamei)

Gambar 14: (Litopeaneus vannamei)


Sumber: doc pribadi

Menurut Haliman dan Dian (2006), klasifikasi udang putih (Litopenaeus

vannamei) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Sub kingdom : Metazoa

29
Filum : Arthropoda

Subfilum :Crustacea

Kelas : Malacostraca

Subkelas : Eumalacostraca

Superordo : Eucarida

Ordo : Decapodas

Sub ordo : Dendrobrachiata

Familia : Penaeidae

Sub genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei

Haliman dan Adijaya (2004) menjelaskan bahwa udang putih memiliki

tubuh berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar (eksoskeleton) secara

periodik (moulting). Bagian tubuh udang putih sudah mengalami modifikasi

sehingga dapat digunakan untuk keperluan makan, bergerak, dan membenamkan

diri kedalam lumpur (burrowing ), dan memiliki organ sensor, seperti pada

antenna dan antenula. Kordi (2007) juga menjelaskan bahwa kepala udang putih

terdiri dari antena, antenula,dan 3 pasang maxilliped. Kepala udang putih juga

dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped dan 5 pasang kaki berjalan (periopoda).

Maxilliped sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk

makan. Pada ujung peripoda beruas-ruas yang berbentuk capit (dactylus).

Dactylus ada pada kaki ke-1, ke-2, dan ke-3. Abdomen terdiri dari 6 ruas. Pada

bagian abdomen terdapat 5 pasang (pleopoda) kaki renang dan sepasang uropods

30
(ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson (ekor)(Suyanto dan Mujiman,

2003).

Udang putih mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap salinitas yang

luas dengan kisaran salinitas 0 sampai 50 ppt (Tizol et al., 2004). Temperatur juga

memiliki pengaruh yang besar pada pertumbuhan udang. Udang putih akan mati

jika terpapar pada air dengan suhu dibawah 150 C atau diatas 330C selama 24 jam

atau lebih. Stres subletal dapat terjadi pada 15-22 o C dan 30-330 C. Temperatur

yang cocok bagi pertumbuhan udang putih adalah 23-300C. Pengaruh temperatur

pada pertumbuhan udang putih adalah pada spesifitas tahap dan ukuran. Udang

muda dapat tumbuh dengan baik dalam air dengan temperatur hangat, tapi

semakin besar udang tersebut, maka temperatur optimum air akan menurun

(Wyban et al., 1991)

31
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

berdasarkan penjelasan di atas hewan advertebrata yang kami dapatkan di

pantai leato selatan terdiri dari hewan echinodhermata dan arthapoda di mana

masing masing memiliki kelas Sinapta maculata, Ophiuroidea sp, Ophiocoma

erinaceus, Deadema sitosum dan Litopeaneus vannamei. Di mana, masing-masing

hewan tersebut memiliki ciri dan bentuk yang berbeda serta cara makan yang

berbeda.

5.2 Saran

Saran yang dapat kami sampaikan, agar pada saat melakukan praktikum

kerjakan sesuai prosedur kerja dan teratur serta alat dan bahan yang diperlukan

pada saat praktikum telah disediakan terlebih dahulu agar tidak kewalahn pada

saat praktikum dan cepat selesai.

32
DAFTAR PUSTAKA

Agustia. 2016. Mikrohabitat bulu babi (ECHINOIDEA) pada wilayah intertidal pulau
kapota kawasan taman nasional wakatobi. [skripsi]. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Halu Oleo. Kendari
Anonym. 2015. Klasifikasi dan morfologi udan putih. (http://digilib.unila.ac.id.pdf di
akses pada tanggal 11 maret 2019)
Aryanto.T.P. 2016 keanekaragaman dan kelimpahan Echinodermata di pulau Barrang
lompo kecamatan ujung tanah kota Makassar. Skripsi. Fakultas Sains dan
teknologi.UIN Alauddin Makassar.
Aslan, L.M., Yusnaini, Wa Iba. 2010. Bahan Ajar Avertebrata Air. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari.
Alimudin.K. 2016. Keanekaramana Mikrozoobentos Epifauna pada perairan pulau lae lae
Makasar. Fakultas Sains dan teknologi. Uin Alaudin Makassar.
Aziz. A. 2016. Beberapa Catatan Tentang Perikanan Bulu Babi. Dalam Oseana Vol. 18
No. 2. Pusat Pengembangan Oseanologi; Indonesia Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Jakarta Hal: 65-67.
Azizi.W.,Susi.W, Arthama.P, Mahaendra T, Descasari R, Ayu N.K, Wahyudi A. 2011.
Laporan Fieldtrip Advertebrata Air. Depertemen menejemen Sumber Daya
Perairan.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelauatan. Institut Pertanian Bogor.
Gaffar S., Neviaty P. Z., Pradina P. 2014. Preferensi mikrohabitat bintang laut perairan
pulau hari, sulawesi tenggara. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor
Handayani, T., Vera S., Ronald., R., H. 2014. Komposisi Spesies Teripang
(Holothuroidea) di Perairan Kampung Kapisawar Distrik Meos Manswar
Kabupaten Raja Ampat. Jurnal Perikanan UGM (Journal of Fisheries Sciences).
XIX (1): 45-51
Jalaludin. 2017. Identifikasi dan Klasifikasi phylum Echinodermata di perairan laut desa
sembilan kecamatan simeulue barat kabupaten simeuue. jurnal Biology education.
Vol. 6 No. 1 Oktober 2017. Pendidikan Biologi. Universitas Serambi Mekkah.
Karwati. N. 2002. Struktur komunitas gastropodadan bivalvia pada ekosistem magrove
dan padang lamun di gugus pulau pari. Kepulauan seribu. Skripsi. Program studi
menejemen sumber daya perairan. Dakultas perikanan dan perikanan. Institut
pertanian bogor.
Nurfajriah, Dean. “Struktur Komunitas Echinodermata di Daerag Budidaya Karang Hias
Pulau Panggang, Kepulauan Seribu”. Skripsi. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor, 2014.
Katili A.S. 2011. Struktur Komunikasi Echinodermata pada Zona Intertidal di Gorontalo,
(Jurnal Penelitian Pendidikan) FMIPA. Universiras Negeri Gorontalo. Sulawesi.
RAMADHAN M.F. 2008. Sebaran lokal Asteroidea (Echinodermata)di pulau tikus,
gugusan pulau pari, kepulauan seribu.
Romadhoni. M.F. 2013. Keanekaragaman jenis Echinodermata di pantai kondang merak
kecamatan donomulyo kabupaten malang. Skiripsi. Jurusan biologi fakultas sains
dan teknologi unuveristas islam negeri(UIN) maulana malik ibrahim malang.
Sahami, F.M. dan Hamzah, S.N. 2014. Advertebrata Air. Penerbit; deepublish.
Yogyakarta.

4
Umagap, W., A., 2013. Keragaman Spesies Landak Laut (Echinoidea) Filum
Echinodermata Berdasar Morfologi Di Perairan Dofa Kabupaten
Kepulauan Sula. Jurnal Bioedukasi. Vol. 1 No. 2. ISSN: 2301-4678.
STAIN Ternate.
Syarifudin. 2016. Identifikasi udang (Crustasea) di daerah Aliran Sungai (DAS) kahayan
kota palangkaraya provinsi kalimantan tengah. Skripsi. Prodi tradisbiologi.
Jurusan pendidikan mipa. Fakultas tarbiah dan ilmu keguruan. Institut agama
islam negeri palangkaraya.
Wahyuni, S. Arief Anthonius, dan Nurul A. 2015. Jenis-Jenis Moluska (Gastropoda Dan
Bivalvia) Pada Ekosistem Mangrove Di Desa Dedap Kecamatan Tasikputripuyu
Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. Jurnal. Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Pasir Pengaraian
Zaldi. 2009. Avertebrata Air “ Filum Crustacea ”. Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Kelautan Universitas Muhammadiyah Pontianak. Pontianak.

5
LAMPIRAN

1. Lokasi Praktikum

6
2. Alat dan bahan

7
3. Hasil pengukuran Suhu, pH, kecerahan, kedalaman dan substrat.

8
9

Anda mungkin juga menyukai