Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM BIO-EKOLOGI PESISIR DAN LAUT TROPIS

IDENTIFIKASI JENIS LAMUN , TUTUPAN, MORFOMETRIK DAN TEGAKAN


LAMUN DI PERAIRAN TABLOLONG

OLEH KELOMPOK 8

EDWIN S. ENGGE (16130200) SELVIANA MBORO (1613020021)

DENIS D. HOYATA (1613020061) SIFRA TAMELAN (16130200)

RONLI BENU (16130200)

PROGRAM STUDI MANEJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pantai Tablolong yang berada di Desa Tablolong Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten
Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT ) merupakan daerah yang diperuntukan bagi
kepentingan nelayan dan objek wisata karena keindahan lautnya serta kaya akan biota laut baik
flora maupun fauna. Di sekitar perairan dangkalnya sering dijumpai tumbuhan lamun yang
membentuk suatu hamparan yang luas atau di sebut padang lamun.

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang seluruh proses


kehidupan berlangsung di lingkungan perairan laut dangkal (Susetiono, 2004). Lamun
merupakan satu satunya tumbuhan angiospermae atau tumbuhan berbunga yang memiliki daun,
batang, dan akar sejati yang telah beradaptasi untuk hidup sepenuhnya di dalam air laut (Tuwo,
2011). Lamun pada umumnya membentuk suatu vegetasi yang luas yang lebih di kenal dengan
hamparan padang lamun di dasar perairan yang dangkal, atau di sebut ekosistem lamun.
Ekosistem lamun bersama ekosistem mangrove dan terumbu karang merupakan penyangga
(buffer) bagi kehidupan laut dan darat karena berada di daerah peralihan laut dan darat (Kordi,
2011).

Padang lamun dapat terdiri dari kumpulan lamun yang sejenis maupun dari beberapa jenis
yang berbeda seperti yang dijelaskan oleh Azkab, 1999 Dalam Sitorus, 2011 bahwa padang
lamun di perairan Indonesia umumnya termasuk padang vegetasi campuran. Di Indonesia
terdapat 13 jenis lamun yang tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia dengan perkiraan
30.000 Km2 (Nienhuis, 1993; Kuo, 2007) . Spesies lamun memiliki keragaman yang rendah
yaitu diperkirakan jumlah spesies kurang 60 tetapi tiap spesies memiliki rentang distribusi yang
membentang pada ribuan kilometer dari garis pantai (Short et al., 2007). Di Indonesia, sampai
saat ini telah tercatat hanya 12 spesies lamun dan dari kedua belas spesies lamun yang terdapat di
perairan Indonesia satu spesies yang penyebarannya terbatas di wilayah Indonesia bagian timur
yaitu Thalassodendron ciliatum. Selain itu terdapat 2 spesies yang sebarannya sempit sekali
dibanding spesies lainnya yaitu Halophila spinulosa yang tercatat hanya di 4 lokasi yaitu
Kepulauan Riau, Anyer (Pulau Jawa), Baluran Utara (Besuki) dan Irian, serta H. decipiens yang
tercatat di 3 lokasi yaitu Teluk Jakarta (Pulau Jawa), Teluk Moti-moti (Sumbawa) dan
Kepulauan Aru (Kiswara dan Hutomo, 1985). Hasil survei P2O-LIPI dan TNC, menemukan 8
jenis lamun di KKL Berau yaitu Halodule univervis, H. pinifolia, Cymodocea rotundata,
Syringodium isoetifolium, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovata, dan H.
ovalis (P2O-LIPI, 2003).

Morfometrik lamun sangat berbeda-beda tergantung dari faktor internal maupun eksternal
dikarenakan jenis lamun yang berbeda, keadaan suatu tempat, dll. Morfometrik dari lamun-
lamun tersebut sangat berkaitan dan dapat mempengearuhi luasan tutupan lamun di suatu
perairan. Berbagai faktor dapat menyebabkan luasan penutupan lamun berkurang seperti akibat
kapal-kapal yang kandas disekitar daerah lamun, masyarakat yang mecari kerang dengan cara
meggali pasir, (Nontji, 2012) dugong mencongkel dan menggali seluruh tumbuhan lamun,
sampai ke akar-akarnya, untuk dimakan, dll. Menurut Short dan Coles 2003, Satu individu
Enhalus acoroides akan memiliki nilai penutupan yang lebih tinggi dibandingkan dengan satu
individu Halodule uninervis karena ukuran daun Enhalus yang jauh lebih besar. Sedangkan
individu lamun yang berukuran lebih kecil seperti Halophila minor akan memiliki nilai
persentase penutupan yang lebih kecil pula. Berdasarkan uraian-uraian di atas maka telah
dilakukan praktek mengenai “jenis , tutupan, kerapatan serta morfometrik dari lamun yang
ada di perairan Tablolong”.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas adapun rumusan masalah dalam praktek yang dilakukan
adalah :
1. Apa saja jenis lamun yang ada di perairan Tablolong ?
2. Bagaimanakah tutupan lamun yang ada di perairan Tablolong ?
3. Berapakah kerapatan lamun yang ada di perairan Tablolong ?
4. Bagaimanakah morfometrik dari setiap jenis lamun yang ada di perairan Tablolong ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.Lamun
Lamun adalah tumbuhan berbiji tunggal dari kelas Angiospermae. Lamun merupakan satu-
satunya tumbuhan berbunga yang mampu hidup terendam dalam air laut (Rollónet al., 2003).
Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai tumbuhan air berbunga, hidup di
dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar dan berbiak dengan biji dan tunas
(Den Hartog, 1970).Lamun biasanya hidup membentuk suatu vegetasi yang di sebut padang
lamun. Padang lamun ini merupakan ekosistem yang terdiri dari beberapa jenis lamun yang
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya baik biotik maupun abiotik. Keanekaragaman jenis
lamun dalam suatu ekosistem dapat di temukan di perairan tropis maupun subtropis. Kiswara dan
Hutomo 1985; Kuo 2007 menjelaskan bahwadari 60 spesies di dunia, Indonesia memiliki 13
spesies lamun dari tujuh marga, tiga di antaranya yaitu Enhalus, Thalassia, dan Halophila yang
termasuk dalam suku Hydrocaritaceae, sedangkan empat lainnya Halodule, Cymodocea,
Syringodium dan Thallasodendron termasuk dalam suku Cymodoceae. Setiap spesies memiliki
bentuk dan ciri tersendiri yang dapat dilihat dalam mengklasifikasikannya.
BAB III

METODE PRAKTEK

2.1 Waktu dan Tempat

Praktek ini telah dilakukan pada hari Minggu, 20 Mei 2018 bertempat di perairan
Tablolong, Kab. Kupang.

2.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan antara lain :

Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan

ALAT BAHAN
ATK (belpoin, mistar, pensil, map, buku) Lamun
Transek dan kuadran (4 plot) Air laut
Wadah (ember, botol) dan alat cungkil (sekop, kayu)
Hand phone
Data pasut
Gambar identifikasi lamun

2.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja praktikum ini terdiri dari beberapa tahap yaitu:

Persiapan

Menentukan tempat dan waktu kegiatan praktikum dengan mempertimbangkan adanya


lamun disuatu perairan serta memperhatikan waktu surut yang tepat menggunakan data pasut.
Kemudian, mempersiapkan seluruh perlengkapan praktikum seperti pada Tabel 1.

Penentuan transek

Penentuan transek mengikuti acuan Panduan Monitoring Padang Lamun oleh Hutomo &
Nontji, 2014 dengan sedikit perubahan yaitu menggunakan satu transek dengan panjang transek
100 m. Frame kuadran diletakkan di sisi kanan transek dengan jarak antara kuadran satu dengan
yang lainnya adalah 10 m sehingga total kuadran pada setiap transek adalah 10. Titik awal
transek diletakkan pada jarak 10 m dari pertama kali lamun dijumpai (dari arah pantai).
Gambar 1. Skema transek kuadran di padang lamun

Pengambilan Data

Adapun prosedur pengambilan sata sebagai berikut:

1. Pemasangan transek dan penempatan kuadran


2. Melihat dan mencatat komposisi jenis lamun, kerapatan lamun dan tutupan lamun pada
setiap frame kuadran berdasarkan pengkategorian Hutomo & Nontji, 2014 pada seluruh
jenis lamun.

Kategori Nilai Penutupan


Tutupan penuh 100
Tutupan 3/4 kotak kecil 75
Tutupan 1/2 kotak kecil 50
Tutupan 1/4 kotak kecil 25
Kosong 0

3. Mengambil semua lamun (seluruh bagian-bagian lamun) yang ada dalam salah satu
kuadran
4. Mengamati secara visual dan mengambil substrat yang ada dalam kuadran
5. Menaruh lamun pada wadah berisi air laut untuk kemudian di lihat morfometriknya
6. melihat morfometrik dari setiap jenis lamun dengan menghitung panjang akar, daun,
seludang, rhizoma, jumlah tulang daun, dan bentuk daun.
2.4 Menghitung Penutupan dan Kerapatan Lamun Dalam Satu Kuadran

Hutomo & Nontji, 2014 menjelaskan Cara menghitung penutupan lamun dalam satu
kuadran adalah menjumlah nilai penutupan lamun pada setiap kotak kecil dalam kuadran dan
membaginya dengan jumlah kotak kecil (Persamaan 1) sedangkan Kerapatan suatu jenis lamun
dhitung berdasarkan jumlah tegakan dikalikan jumlah kotak kecil (Persamaan 2).

Persamaan 1

Persamaan 2

2.5 Pengukuran Morfometrik Lamun

Pengambilan data morfometrik lamun dilakukan dengan menggunakan kuadran 1x1


meter, pengambilan sampel lamun dilakukan dengan menyabut seluruh lamun yang terdapat di
dalam kuadran termasuk dengan seluruh bagian-bagian morfologi lamun. Kemudian sampel
lamun di identifikasi menurut jenisnya dan dilakukan pengukuran morfometrik yang terdiri dari
panjang daun, lebar daun, jumlah daun, bentuk daun, jumlah seludang, panjang seludang,
panjang akar, bentuk akar dan panjang rhizoma dengan menggunakan pengamatan secara visual
dan mistar.

Anda mungkin juga menyukai