PENGANTAR OSEANOGRAFI
Oleh:
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
HALAMAN PENGESAHAN
1
Judul : Laporan Praktek Pengantar Oseanografi
Nama : Sitti Nur’ain Nabila
Stambuk : I1A119055
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
pada
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Disetujui Oleh
Penanggung Jawab Paktikum
2
1. PENDAHULUAN
Oseanografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata oceanus yang
berarti lautan/samudera dan graphos yang berarti gambaran/deskripsi sehingga
oseanografi bermakna deskripsi tentang lautan. Pengetahuan tentang oseanografi sangat
diperlukan terutama sebagai pengetahuan dasar bagi ilmu-ilmu perikanan, manajemen
perairan, budidaya laut, dan kelautan. Pengetahuan dasar tentang parameter oseanografi
mmeliputi pengertiannya, karakteristiknya, faktor-faktor yang mempenaruhinya,
dinamikanya dan keterkaitan antara parameter yang satu dengan parameter lainnya.
Deskripsi tentang lautan yang baik haruslah menggunakan indikator-indikator
berupa parameter-parameter oseanografi dengan kaidah pengamatan yang ilmiah.
Pengumpulan data untuk masing-masing parameter menggunakan peralatan-peralatan
yang memadai dan metode-metode yang benar. Kelebihan dan kekurangan dari peralatan
dan metode pengamatan yang digunakan perlu diketahui dan dikemukakan secara
terbuka. Persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pengumpulan data
perlu di pahami dan diaplikasikan dengan baik sehingga diperoleh data-data yang valid.
Data-data itu kemudian harus di sajikan dengan bentuk-bentuk penyajian data yang
menarik dan mudah dipahami.
Dalam rangka mendapatkan kompetensi tentang penguasaan metode pengamatan
parameter-parameter oseanografi dan penyajian datanya maka diperlukan suatu kegiatan
praktik di lapangan. Idealnya kegiatan pengumpulan data lapangan didukung dengan
studi pustaka diharapkan dapat memberikan keterampilan untuk melengkapi pengetahun
teoritis yang diperoleh di ruang kuliah. Namun karena adanya kendala yang
menyebabkan kita tidak mungkin melakukan pengamatan lapangan, maka kegiatan
praktikum pengantar oseanografi ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang
dipadukan dengan studi pustaka dan pengamatan dengan media video.
Beberapa parameter oseanografi yakni suhu, salinitas, dan arus menjadi topik
dalam praktikum ini. Secara toritis suhu perairan, salintas dan arus merupakan parameter
yang paling umum diamati dalam pengamatan oseanografi. Ketiga parameter ini sangat
penting perannya secara biologi dan fisik di laut. Suhu berkaitan erat dengan metabolisme
biota laut sehingga menjadi faktor pembatas distribusi biota laut. Salinitas berkaitan
dengan proses osmoregulasi biota laut yakni pengaturan kesimbangan osmosis cairan
3
tubuh dengan lingkungan perairan. Arus berperan penting dalam transport sedimen,
nutrient dan larva hewan air.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum masing-masing parameter adalah sebagai berikut:
a. Suhu:
Menggambarkan grafik fluktuasi harian suhu permukaan perairan di lokasi
praktek, selama 24 jam.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi suhu
permukaan perairan pantai di lokasi praktek.
b. Salinitas:
Menggambarkan grafik fluktuasi harian salinitas permukaan perairan di
lokasi praktek, selama 24 jam.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan bervariasi/tidaknya
salinitas permukaan perairan di lokasi praktek.
c. Arus:
Menentukan kecepatan dan arah arus di lokasi praktek
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan dan arah
arus.
1.3 Kegunaan
Kegunaan dari praktek lapang ini adalah memberikan pemahaman praktis kepada
mahasiswa tentang pengamatan beberapa parameter oseanografi.
4
I. LANDASAN TEORI
I.2. Salinitas
7
salinitas yang dinamakan refraktometer bahkan dalam bentuk portable yang disebut hand
refractometer.
Diagram Temperatur-Salinitas (T-S DIAGRAM)
Bila pada suatu perairan dilakukan pengukuran suhu serta salainitas secara
vertikal, maka kita tidak akan melihat suatu yang khas. Grafik-grafik hasil pengukuran itu
akan selalu berubah-ubah tergantung dari banyak faktor. Tetapi bila suhu dan salinitas
yang didapat pada perairan tersebut kita plotkan pada suatu sumbu koordinat tertentu
(suhu sebagai ordinat dan salinitas sebagai absis), maka titik-titik itu akan membentuk
grafik tertentu. Hal ini dapat terjadi meskipun titik-titik tersebut hasil penelitian yang
berbeda-beda waktunya. Titik-titik tersebut dapat dihubungkan menjadi satu garis lurus
atau lengkug. Garis seperti inilah yang dinamakan dengan T-S diagram. T-S diagram di
beberapa perairan merupakan sifat khas, yang berarti pula tidak ada duanya. Pada
perairan yang homogen (seragam), yang ditandai oleh salinitas dan suhu sama di mana-
mana, maka kita akan mendapatkan T-S diagram yang berupa titik saja. Kalau perairan
itu bercampur dengan massa air dengan sifat-sifat yang tidak sama, maka T-S diagram
akan mengalami perubahan letak. Perubahan itu tergantung pada besar massa. Perbedaan
suhu, dan salinitas dari dua massa air tersebut.
Karena T-S diagram merupakan suatu yang khas untuk suatu perairan, maka dapat
dipergunakan untuk:
Melihat apakah pengukuran suhu atau salinitas pada berbagai kedalaman baik atau
tidak. Pengkuran yang baik akan selalu dekat dengan T-S diagram yang ada dari
perairan tersebut.
Dengan mengetahui salah satu parameter suhu atau salinitas, kita dapat
mengetahui parameter lainnya.
Dengan mempertimbangkan T-S diagram dari beberapa perairan, maka kita dapat
mempelajari proses percampuran massa air yang terjadi.
I.3. Arus
Di darat kita mengenal sungai yang mengalirakan airnya dari tempat tinggi ke
tempat yang rendah. Aliran ”sungai” seperti keadaan diatas juga terjadi di laut. Aliran
”sungai” tadi lebih kenal dengan nama arus. Bahkan ada arus dibawah permukaan laut
yang tidak tampak dari permukaan. Adanya arus dilaut di sebabkan oleh:
- Perbedaan densitas dari air laut.
8
- Angin yang bertiup terus-menerus diatas permukaan air laut,seperti angin passat dan
muson.
- Pasang-surut terutama di daerah-daerah pantai.
Jika ditanya faktor apa yang menyababkan adanya arus di dilaut? Jawabanya
ialah radiasi matahari.
Pemanasan matahari tidak sama di satu tempat dengan tempat lain,karena berbagai faktor
seperti:
- Sudut datang dari sinar matahari yang berbeda.
- Keadaan awan di tempat tersebut.
- Keadaan tempat itu sendiri.
- Benda-benda yang ada pada tempat itu.
Akibat pemanasan udara di atas tempat tadi akan menerima panas yang berbeda
pula. Makin panas udara di tempat tersebut makin renggang udaranya. Dengan makin
renggangnya udara, tekanannya akan semakin kecil. Dengan adanya perbedaan tekanan
udara tadi, akan ada angin yang berhembus dari daerah bertekanan tinggi ke daerah yang
bertekanan rendah. Jika angin ini bertiup diatas permukaan laut, air laut akan terseret dan
menimbulkan arus laut.
Akibat pemanasan yang berbeda dari permukaan laut, maka terjadi pula perbedaan
penguapan. Tempat-tempat dengan penguapan yang besar mengakibatkan densitas dan
berat jenis air laut bertambah besar dibandingkan dengan densitas air laut di tempat
dengan penguapan kurang. Perbedaan densitas air laut diberbagai tempat di laut
menimbulkan arus. Kejadian tersebut dapat diterangkan secara sederhana sebagai berikut
(Gambar 1 dan 2).
A B
Gambar 1. Arus laut disebabkan oleh angin Gambar 2. Arus laut akibat perbedaan densitas
9
Di suatu tempat A di permukaan laut penguapan kecil. Sedangkan di tempat B
pengupan yang besar. Keadaan ini menyebabkan densitas massa air di tempat B manjadi
lebih tinggi dari massa air di sekitanya. Massa air di B akan tengelam. ”Kekosongan” di
tempat B akan di isi oleh massa air di tempat A. sedangkan “Kekosongan” di A akan diisi
oleh air dari dasar perairan A. Gerakan akibat desakan massa air yang tenggelam di muka
perairan B. Gerkan massa air laut atau sirkulasi tadi disebut pula arus.
Di daerah pantai pengaruh pasang-surut dapat terlihat dengan jelas yaitu naik
dan turunnya permukaan air laut. Naik turunnya permukaan air laut mempengaruhi aliran
massa air terutama di muara-muara sungai. Jika surut, permukaan air laut lebih rendah
dari permukaan laut rata-rata, sehingga air alaut mengalir menjaui pantai. Aliran massa
air tersebut disebut pula arus. Perubahan arah aliran arus sesuai dengan waktu pasang
surutnya air laut yang terjadi yaitu sekitar 12 jam sekali. Sehingga bila jam 06.00 pagi
terjadi pasang (arus mengalir ke arah daratan)dan pada jam 18.00 sore akan terjadi pasang
kembali yang berarti arus mengalir kembali ke arah daratan.
Arus akibat pasang surut air laut ini dan arus-arus akibat angin dan perbedaan densitas
masih dipengaruhi oleh faktor lain yang dapat meredam atau mengubah arahnya. Faktor
yang dapat meredam arus adalah gaya gesekan dengan dasar perairan.
10
III. METODE PRAKTEK
a. Pengamatan Suhu:
Thermometer Hg
Hasil
b. Pengamatan Salinitas :
Refraktometer
Hasil
a. DO
c. Pengamatan Arus:
Hasil
12
Data-data hasil pengamatan suhu dan salinitas ditabulasi kemudian disajikan
dalam bentuk grafik yang menghubungkan suhu/salinitas dengan jam pengamatan selama
24 jam. Adapun data hasil pengamatan kecepatan arus dihitung dengan rumus :
V = S/T
Dimana : V = kecepatan arus (m/detik)
S = jarak yang di tempuh layangan arus (panjang tali layangan arus)(m)
T = waktu tempuh layangan arus hingga talinya terrentang sempurna (detik)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil pengukuran suhu perairan selama 24 jam di lokasi praktek disajikan pada
Gambar 3.
Hasil pengukuran salinitas perairan di Lokasi Praktek setiap jam selama 24 jam
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengukuran Salinitas di Perairan Pantai Pulau Bokori
Setiap Jam Selama 24 jam
Jam (Wita) Salinitas (o/oo) Jam (Wita) Salinitas (o/oo)
10.00 29 22.00 31
11.00 29 23.00 32
12.00 28 24.00 33
13.00 30 01.00 33
14.00 31 02.00 34
15.00 30 03.00 33
13
16.00 35 04.00 33
17.00 32 05.00 33
18.00 32 06.00 34
19.00 35 07.00 33
20.00 33 08.00 31
21.00 31 09.00 31
Hasil pengamatan kecepatan dan arah arus di lokasi praktek saat air dalam kondisi
Tabel 2. Hasil Pengukuran Kecepatan dan Arah Arus di Perairan Pantai P.Bokori saat air
laut dalam keadaan surut.
Kecepatan Arus
Stasiun (m/det) Arah Arus Arah Angin Dasar Perairan
I 0,066 Barat Laut Barat Pasir, Landai
II 0,070 Barat laut Barat Pasir, Landai
III 0,055 Barat Daya Barat Pasir, Landai
IV 0,058 Barat Daya Barat Pasir, Landai
V 0,034 Barat Daya Barat Pasir, Landai
VI 0,057 Barat Daya Barat Pasir, Landai
VII 0,016 Barat Daya Barat Pasir, Landai
VIII 0,024 Barat Daya Barat Pasir, Landai
Tabel 3. Hasil Pengukuran Kecepatan dan Arah Arus di Perairan Pantai P.Bokori saat air laut
dalam keadaan pasang
Stasiun Kecepatan Arus (m/det) Arah Arus Arah Angin Dasar Perairan
I 0.059 Barat laut Timur Pasir, Landai
II 0,179 Barat laut Timur Pasir, Landai
III 0,054 Timur Laut Timur Pasir, Landai
IV 0,016 Timur Laut Timur Pasir, Landai
V 0,024 Timur Laut Timur Pasir, Landai
VI 0,082 Timur Laut Timur Pasir, Landai
VII 0,012 Timur Laut Timur Pasir, Landai
VIII 0,007 Barat Daya Timur Pasir, Landai
4.2. Pembahasan
4.2.1. Suhu
14
Letak ketinggian dari permukaan laut dan kedalaman.
Suhu akan menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Hal ini disebabkan
karena pengaruh intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam air yang
menyebabkan semakin dalam suatu perairan suhunya pun semakin rendah. Dan pada
suhu melebihi 1000 meter suhu air relative konstan yaitu 2oC – 4oC
(Hutagalung,1988).
Berdasarkan perubahan suhu itulah, sehingga suhu di dalam laut memiliki wilayah
sebaran secara vertikal (menegak) yang membagi lapisannya menjadi tiga bagian yaitu
Mix Layer, Thermocline dan Deep Layer.
Presipitasi dan evaporasi
Presipitasi terjadi di laut melalui curah hujan yang dapat menurunkan suhu permukaan
laut, sedangkan evaporasi dapat meningkatkan suhu permukaan akibat adanya aliran
bahang dari udara ke lapisan permukaan perairan. Menurut McPhaden and Hayes
(1991), evaporasi dapat meningkatkan suhu kira-kira sebesar 0,1oC pada lapisan
permukaan hingga kedalaman 10 m dan hanya kira-kira 0,12OC pada kedalaman 10 –
75 m.
Kecepatan angin dan sirkulasi udara
Menurut McPhaden and Hayes (1991), adveksi vertikal dan entrainment dapat
mengakibatkan perubahan terhadap kandungan bahang dan suhu pada lapisan
permukaan. Kedua faktor tersebut bila dikombinasi dengan faktor angin yang bekerja
pada suatu periode tertentu dapat mengakibatkan terjadinya upwelling. Upwelling
menyebabkan suhu lapisan permukaan tercampur menjadi lebih rendah. Pada
umumnya pergerakan massa air disebabkan oleh angin. Angin yang berhembus dengan
kencang dapat mengakibatkan terjadinya percampuran massa air pada lapisan atas
yang mengakibatkan sebaran suhu menjadi homogen.
Berdasarkaan data pengamatan tersebut,dugaan yang dapat saya ajukan bahwa pada
saat tersebut terjadi upweuling yang menyebabkan suhu air yang ada di dasar perairan
tersebut( bersuhu dingin) yang bermasa lebih besar bergerak kepermukaan dan di
pengaruhi oleh angin.Selain itu, perubahan suhu air pada pukul 12:00 juga dapat di
pengaruhi oleh factor eksternal seperti cuaca dan arus.Dimana perubahan pola arus yang
mendadak dapat menurunkan suhu permukaan air
Berdasarkan data pengamatan yakni pada pagi hari, suhu air laut lebih rendah
dibandingkan pada siang hari. Pada sore hari suhu air laut lebih rendah dari siang hari
tetapi lebih tinggi dari pagi hari meskipun posisi mataharinya sama, hal tersebut
dikarenakan sifat air laut yang lama menyerap dan melepaskan panas. Selain itu,
berdasarkan posisi matahari terhadap bumi pun dapat mempengaruhi suhu air
laut.Lapisan permukaan air laut terlihat memiliki nilai temperatur yang tinggi, namun
sebenarnya lapisan yang memiliki nilai temperatur tertinggi ada pada kedalaman 0.8
hingga 1 meter. Menurut Noir P. Purba dan Widodo S. Pranowo, hal ini disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu:
4.2.2. Salinitas
Salinitas pada lokasi praktek berkisar 28-45 Ppt. salinitas pada lokasi praktek
seiring waktu berubah ubah namun ada pula pada waktu tertentu didapatkan salinitas
yang stabil (tidak berubah).
Salinitas terendah terjadi pada pukul 12.00 WITA yaitu dengan angka 28 Ppt.
Sedangkan salinitas tertinggi terjadi pada waktu 16.00 dan 19.00 yaitu dengan angka 35
Ppt.jadi,dapat disimpulkan bahwa salinitas di perairan lokasi praktek dalam kondisi baik.
Semakin tinggi suhu maka salinitas akan meningkat seiring peningkatan kenaikan
suhu.Konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air laut. Konsentrasi
garam-garam dalam air laut jumlahnya relatif sama Beberapa jenis ikan memiliki kisaran
toleransi salinitas yang luas (bandeng, kakap, nila, mujair)
Pengubahan salinitas air
penggantian air
penambahan air tawar
suhu
intensitas cahaya yang masuk
kedalaman
a. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka
salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air
lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.
b.Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air
laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun
salinitas akan tinggi.
c. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai
yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendahdan
sebaliknya maka semakin sedikit sungai yang bermuara di laut tersebut maka
salinitasnya kan tinggi pula.
Salinitas di lokasi praktikum termasuk dalam keadaan normal untuk kehidupan
organisme, salinitas mempunyai peran penting dan memiliki ikatan erat dengan
kehidupan organisme perairan termasuk ikan,dimana secara fisiologis salinitas berkaitan
erat dengan penyesuaian tekanan osmotic ikan tersebut.salah satu aspek penting yang
harus dipenuhi sesuai standar nasional Indonesia SNI adalah air laut yang bersih,tidak
tercemar dengan salinitas 28-35 Ppt.
4.2.3. Arus
16
Saat keadaan pasang maupun surut hasil penelitiannya yaitu dimana kecepatan arus
pada saat surut berkisar 0,016 m/s- 0,070 m/s dengan arah arus barat laut dan barat
daya,arah angin barat,dan tempatnya pasir dan landai. Untuk hasil pengukuran pada saat
keadaan pasang yaitu sekitar 0,007-0,176 m/s dengan arah arus kebarat daya dan barat
laut,arah angin ke Timur dengan kondisi dasar pasir,landai. Kecepatan rata-rata untuk
daerah surut 0,0475 m/s dan pada pasang kecepatan 0,054125 m/s.
Bentuk Topografi (permukaan) dasar lautan dan pulau
Lautan yang dibatasi banyak massa daratan akan menghasilkan suatu sistem yang
cenderung terbuka dan membuat aliran mengarah dalam suatu bentuk seperti
melingkari daratan tersebut.
Perbedaan Densitas
Perbedaan densitas yang paling mudah diamati adalah pada laut dalam di daerah
kutub selatan dan kutub utara yang mengalir ke daerah tropik.
Angin
Hembusan angin di permukaan akan membuat terjadinya gelombang (ombak) di
lautan. Ternyata angin ini juga mengakibatkan terbentuknya gerakan air laut yang
disebut arus. Arus laut yang terbentuk nantinya akan mengikuti kuatnya hembusan,
jarak tempuh angin, arah angin, dan lamanya hembusan.
Kadar Garam di Air Laut
Kaar atau berat jenis air lau yang berbeda juga akan menyebabkan terbentuknya arus
laut. Pada bagian permukaan, air yang berat jenisnya kecil akan mengalir ke arah air
yang berat jenisnya besar. Sedangkan di bagian laut dalam, air yang memiliki berat
jenis besar akan mengalir ke air yang berat jenisnya rendah.
Temperatur dan Cahaya Matahari
Perbedaan temperatur pada kedalam laut tidak lepas dari pengaruh sinar matahari.
Panas dari sinar matahari ini dapat masuk ke laut hingga kedalaman 50 – 70 m. Nah
struktur dari lapisan yang terkena sinar matahari dengan lapisan laut yang tidak
terpengaruh oleh sinar matahari akan berbeda, oleh karena itu keadaan ini akan
mempengaruhi arus lautnya.
Hubungan antara arus dengan parameter suhu dan salinitas yaitu terjadinya arus
termohalin,dimana arus ini terjadi akibat perubahan suhu di permukaan air. Suhu dan
salinitas juga menentukan densitas air laut sehingga terjadi proses pencampuran,dalam
proses percampuran terjadi pemindahan sifat suatu medium atau massa air kemedium
yang lain yang disebabkan oleh pergerakan-pergerakan medium tersebut seperti arus
gelombang.
17
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
Ilahude, A.G. 1999. Pengantar Ke Oseanologi Fisika. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanologi LIPI, Jakarta. 240 hal.
Loupatty and Grace. 2013. Karakteristik Energi Gelombang dan Arus Perairan di Provinsi
Maluku. Journal Barekeng. Vol 7.
Laevastu, T and M.L. Hayes. 1988. Fisheries Oceanography and Ecology. Fishing News
Book Ltd. Oxford. 199 pp.
Supangat, A. dan Susanna. Pengantar Oseanografi. Pusat Riset Wilayah laut dab
Sumberdaya Non-Hayati, Badan Risek Kelautan dan Perikanan, Departemen
Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Hal.49-63
19