Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTEK

PENGANTAR OSEANOGRAFI

Oleh:

SITTI NUR’AIN NABILA


I1A119055

PROGRAM STUDI
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020

HALAMAN PENGESAHAN

1
Judul : Laporan Praktek Pengantar Oseanografi
Nama : Sitti Nur’ain Nabila
Stambuk : I1A119055
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Laporan disusun sebagai salah satu syarat kelulusan pada


Matakuliah Pengantar Oseanografi Semester Genap 2019/2020

pada
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh
Penanggung Jawab Paktikum

Ahmad Mustafa S.Pi, M.P


NIP.19731106200312 1 001

2
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Oseanografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata oceanus yang
berarti lautan/samudera dan graphos yang berarti gambaran/deskripsi sehingga
oseanografi bermakna deskripsi tentang lautan. Pengetahuan tentang oseanografi sangat
diperlukan terutama sebagai pengetahuan dasar bagi ilmu-ilmu perikanan, manajemen
perairan, budidaya laut, dan kelautan. Pengetahuan dasar tentang parameter oseanografi
mmeliputi pengertiannya, karakteristiknya, faktor-faktor yang mempenaruhinya,
dinamikanya dan keterkaitan antara parameter yang satu dengan parameter lainnya.
Deskripsi tentang lautan yang baik haruslah menggunakan indikator-indikator
berupa parameter-parameter oseanografi dengan kaidah pengamatan yang ilmiah.
Pengumpulan data untuk masing-masing parameter menggunakan peralatan-peralatan
yang memadai dan metode-metode yang benar. Kelebihan dan kekurangan dari peralatan
dan metode pengamatan yang digunakan perlu diketahui dan dikemukakan secara
terbuka. Persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pengumpulan data
perlu di pahami dan diaplikasikan dengan baik sehingga diperoleh data-data yang valid.
Data-data itu kemudian harus di sajikan dengan bentuk-bentuk penyajian data yang
menarik dan mudah dipahami.
Dalam rangka mendapatkan kompetensi tentang penguasaan metode pengamatan
parameter-parameter oseanografi dan penyajian datanya maka diperlukan suatu kegiatan
praktik di lapangan. Idealnya kegiatan pengumpulan data lapangan didukung dengan
studi pustaka diharapkan dapat memberikan keterampilan untuk melengkapi pengetahun
teoritis yang diperoleh di ruang kuliah. Namun karena adanya kendala yang
menyebabkan kita tidak mungkin melakukan pengamatan lapangan, maka kegiatan
praktikum pengantar oseanografi ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang
dipadukan dengan studi pustaka dan pengamatan dengan media video.
Beberapa parameter oseanografi yakni suhu, salinitas, dan arus menjadi topik
dalam praktikum ini. Secara toritis suhu perairan, salintas dan arus merupakan parameter
yang paling umum diamati dalam pengamatan oseanografi. Ketiga parameter ini sangat
penting perannya secara biologi dan fisik di laut. Suhu berkaitan erat dengan metabolisme
biota laut sehingga menjadi faktor pembatas distribusi biota laut. Salinitas berkaitan
dengan proses osmoregulasi biota laut yakni pengaturan kesimbangan osmosis cairan

3
tubuh dengan lingkungan perairan. Arus berperan penting dalam transport sedimen,
nutrient dan larva hewan air.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum masing-masing parameter adalah sebagai berikut:
a. Suhu:
 Menggambarkan grafik fluktuasi harian suhu permukaan perairan di lokasi
praktek, selama 24 jam.
 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi suhu
permukaan perairan pantai di lokasi praktek.
b. Salinitas:
 Menggambarkan grafik fluktuasi harian salinitas permukaan perairan di
lokasi praktek, selama 24 jam.
 Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan bervariasi/tidaknya
salinitas permukaan perairan di lokasi praktek.
c. Arus:
 Menentukan kecepatan dan arah arus di lokasi praktek
 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan dan arah
arus.
1.3 Kegunaan
Kegunaan dari praktek lapang ini adalah memberikan pemahaman praktis kepada
mahasiswa tentang pengamatan beberapa parameter oseanografi.

4
I. LANDASAN TEORI

I.1. Suhu Perairan


Suhu merupakan parameter laut yang sangat penting. Oleh karena itu pada setiap
penelitian oseanografi pengukuran suhu air laut selalu dilakukan. Pentingnya mengetahui
suhu perairan ialah untuk mempelajari proses-proses fisika, kimia maupun bilogi di laut.
Sebagai gambaran, arus yang merupakan suatu proses fisika laut dapat terjadi karena
antara lain adanya perbedaan densitas (kerapatan) massa-massa air. Sedangkan densitas
sangat ditentukan oleh suhu. Dengan mempelajari distribusi suhu di perairan pada waktu
dan tempat tertentu diharapkan pola arus diperairan itu dapat diketahui.
Demikian pula dalam mempelajari kimia oseanografi, suhu adalah merupakan
salah satu faktor yang perlu diketahui. Hal ini disebabkan peranan suhu dalam pelarutan
unsur-unsur maupun senyawa kimia. Makin tinggi suhu perairan, maka akan semakin
tinggi pula derajat kelarutan perairan atau reaksi kimia antara unsur atau senyawa satu
dengan lainya. Pada kegiatan usaha perikanan, peranan suhu dapat ikut menentukan
keberhasilan penangkapan ikan. Hal ini disebabkan oleh sifat ikan yang menyukai hidup
pada kisaran suhu tertentu. Apabila distribusi suhu perairan pada permukaan dan pada
berbagai kedalaman diketahui, tempat-tempat gerombolan ikan tertentupun akan dapat
diduga, sehingga untuk mendapat hasil optimal alat penangkapan ikan pun dapat
ditujukan ketempat tersebut. Pada usaha pertambakan di daerah pantai, suhu akan
mempengaruhi produktivitas perairan.
Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Laut
Seperti proses yang terjadi di atmosfir, radiasi matahari yang masuk kelaut
sebagian akan diserap dan sebagian lainya akan mengalami pembauran. Di dalam proses
penyerapan tersebut, radiasi yang berbentuk gelombang elektromagnetik diubah menjadi
energi kinetis yang lazim kita kenal sebagai panas. Panas inilah yang menjadi faktor
utama pembentuk suhu air laut. Sedangkan penguapan juga mempengaruhi suhu laut,
tetapi bersifat negatif. Keadaan tersebut disebabkan karena semua proses penguapan akan
memerlukan energi atau panas. Dua faktor diatas, radiasi matahari dan penguapan,
merupakan faktor-faktor yang paling berperan dan menentukan besarnya suhu perairan.
Beberapa faktor lain seperti proses kimia, proses biologi, pergerakan arus dan panas yang
berasal dari pusat bumi, mempunyai peranan sangat kecil terhadap suhu perairan. Seperti
telah kita pelajari, proses atau reaksi kimia dapat bersifat menghasilkan panas dan ada
pula yang memerlukan panas, demikian pula proses biologi. Namun demikian proses
5
tersebut sangat sangat kecil peranannya. Berdasarkan pengamatan yang pernah dilakukan,
suhu perairan-perairan di dunia ini berkisar antara 35oC sampai –2oC. Untuk perairan di
daerah tropis seperti perairan indonesia, variasi yang terjadi kecil.

Penyebaran Suhu Horizontal


Penyebaran suhu secara horisiontal untuk perairan Indonesia tidak mengalami
variasi. Dari hasil-hasil penelitian, tempat-tempat atau perairan yang mempunyai suhu
yang sama dihubungkan dan membentuk garis. Garis-garis tersebut dikenal dengan garis
isotherm. (iso = sama ; therm = suhu) pada sebaran suhu samudra dunia garis-garis
isotherm dipermukaan pada umumnya sejajar dengan garis lintang bumi. Hal ini
disebabkan karena daerah-daerah yang terletak pada lintang yang sama, pada umumnya
akan mengalami radiasi matahari yang sama besar pula. Karena radiasi matahari adalah
sumber utama pembentuk suhu laut, maka daerah-daerah tersebut akan mengalami suhu
yang sama pula.
Metode pengukuran suhu laut
Suhu di laut diukur dengan menggunakan alat pengukur suhu yaitu
termometer. Mengukur suhu dipermukaan laut mudah dilakukan. Tetapi untuk mengukur
kedalaman tertentu agak sukar. Hal ini dapat dimengerti, karena apabila kita mengambil
contoh air dari kedalaman 100 meter dan kemudian suhu baru diukur di atas permukaan
laut, maka suhu tersebut sudah berubah karena sudah mendapat pengaruh dari lapisan air
di atas. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, para ahli telah menciptakan termometer
khusus yang disebut thermometer bolak-balik (reversing thermometer).
Bila kita menginginkan pengukuran suhu secara terus menerus atau
berkesinambungan (continuous) ke arah dalam, hal ini dapat digunakan alat
bathythermograph. Alat ini terdiri dari dua bagian, yaitu pengindera panas dan
pengukuran tekanan air. Jadi dengan menggunakan alat ini kita dapatkan catatan suhu
dan tekanan dan kedalaman air.

I.2. Salinitas

Salinitas sama halnya dengan suhu merupakan parameter penting dalam


oseanografi. Salinitas berperan besar dalam kehidupan biota laut. Seperti halnya terhadap
suhu, ikan juga mempunyai kesenangan hidup di perairan dengan harga salinitas tertentu.
Pengetahuan ini akan sangat bermanfaat pada usaha penangkapan ikan. Karena salinitas
6
dipengaruhi oleh pencampuran massa air, maka salinitas juga merupakan parameter
penting dalam mempelajari gerakan mesa air.
Air laut merupakan campuran yang sangat kompleks dari senyawa-senyawa yang
ada di dalam air. Perbandingan antara komponen-komponen yang ada di semua air laut
menunjukan suatu kesamaan. Sedangkan penguapan dan penambahan air dari sungai akan
menimbulkan variasi kandungan senyawa-senyawa yang ada. Perbandingan antara
komponen-komponen senyawa kimia yang terlarut di air laut adalah tetap pada perairan
atau laut terbuka di dunia ini. Hal ini merupakan hasil penemuan terpenting pada
ekspedisi Challenger yang dilakukan oleh Inggris pada tahun 1872 – 1876.
Untuk mengukur kandungan total senyawa-senyawa kimia laut adalah mudah.
Ambillah 1 kilogram air laut dan panaskanlah sampai kering, kemudian timbanglah sisa
yang ada. Sisa dari satu kilogram air laut kira-kira adalah 35 gram. Salinitas dapat
didefinisikan sebagai jumlah (gram) zat-zat yang larut dalam satu kilogram air laut,
dengan anggapan bahwa semua karbonat-karbonat telah diubah menjadi oksida-
oksidanya, brom dan jodium digantikan oleh chlor dan semua bahan-bahan organik telah
dioksidasi dengan sempurna. Di dalam bidang oseanografi, ketelitian yang diharapkan
dalam menentukan salinitas adalah 0,01 gram per kilogram. Dengan cara penguapan tadi
akan sulit mendapatkan ketelitian seperti itu. Untuk menganalisa seluruh senyawa di
dalam air laut tentu bukan pekerjaan yang mudah. Dari semua kemungkinan yang ada,
dipilih bahwa penentuan kandungan chlor (CL) dalam air laut adalah yang termudah.
Banyaknya chlor di dalam air laut disebut chlorinitas, yang pada umumnya dinyatakan
dalam permil atau gram per kilogam air laut (‰). Karena perbandingan antara senyawa-
senyawa laut yang selalu konstan, maka didapatkan hubungan antara chloronitas dengan
salinitas:
Salinitas = 1,80655 x chlorinitas
Untuk menyamakan derajat ketelitian dalam penentuan chlorinitas, dibangunlah
laboratorium di Copenhagen, Denmark, yang menghasilkan air-air laut standard atau
normal yang dikirim ke seluruh dunia. Air laut normal ini mempunyai kadar chlor sekitar
19,3755‰ yang sangat mantap. Air normal dikirim ke berbagai tempat dalam ampul
gelas berukuran sekitar 300 cc. Dengan demikian penentuan chlorinitas air laut di seluruh
dunia dapat distandarisasi. Disamping mengukur kandungan chlor air laut saat ini telah
digunakan pula daya hantar listrik sebagai cara untuk menentukan salinitas. Alat ini
disebut salinometer. Dalam perkembangan selanjutnya dibuatlah suatu alat pengukur

7
salinitas yang dinamakan refraktometer bahkan dalam bentuk portable yang disebut hand
refractometer.
Diagram Temperatur-Salinitas (T-S DIAGRAM)
Bila pada suatu perairan dilakukan pengukuran suhu serta salainitas secara
vertikal, maka kita tidak akan melihat suatu yang khas. Grafik-grafik hasil pengukuran itu
akan selalu berubah-ubah tergantung dari banyak faktor. Tetapi bila suhu dan salinitas
yang didapat pada perairan tersebut kita plotkan pada suatu sumbu koordinat tertentu
(suhu sebagai ordinat dan salinitas sebagai absis), maka titik-titik itu akan membentuk
grafik tertentu. Hal ini dapat terjadi meskipun titik-titik tersebut hasil penelitian yang
berbeda-beda waktunya. Titik-titik tersebut dapat dihubungkan menjadi satu garis lurus
atau lengkug. Garis seperti inilah yang dinamakan dengan T-S diagram. T-S diagram di
beberapa perairan merupakan sifat khas, yang berarti pula tidak ada duanya. Pada
perairan yang homogen (seragam), yang ditandai oleh salinitas dan suhu sama di mana-
mana, maka kita akan mendapatkan T-S diagram yang berupa titik saja. Kalau perairan
itu bercampur dengan massa air dengan sifat-sifat yang tidak sama, maka T-S diagram
akan mengalami perubahan letak. Perubahan itu tergantung pada besar massa. Perbedaan
suhu, dan salinitas dari dua massa air tersebut.
Karena T-S diagram merupakan suatu yang khas untuk suatu perairan, maka dapat
dipergunakan untuk:
 Melihat apakah pengukuran suhu atau salinitas pada berbagai kedalaman baik atau
tidak. Pengkuran yang baik akan selalu dekat dengan T-S diagram yang ada dari
perairan tersebut.
 Dengan mengetahui salah satu parameter suhu atau salinitas, kita dapat
mengetahui parameter lainnya.
 Dengan mempertimbangkan T-S diagram dari beberapa perairan, maka kita dapat
mempelajari proses percampuran massa air yang terjadi.
I.3. Arus
Di darat kita mengenal sungai yang mengalirakan airnya dari tempat tinggi ke
tempat yang rendah. Aliran ”sungai” seperti keadaan diatas juga terjadi di laut. Aliran
”sungai” tadi lebih kenal dengan nama arus. Bahkan ada arus dibawah permukaan laut
yang tidak tampak dari permukaan. Adanya arus dilaut di sebabkan oleh:
- Perbedaan densitas dari air laut.

8
- Angin yang bertiup terus-menerus diatas permukaan air laut,seperti angin passat dan
muson.
- Pasang-surut terutama di daerah-daerah pantai.
Jika ditanya faktor apa yang menyababkan adanya arus di dilaut? Jawabanya
ialah radiasi matahari.
Pemanasan matahari tidak sama di satu tempat dengan tempat lain,karena berbagai faktor
seperti:
- Sudut datang dari sinar matahari yang berbeda.
- Keadaan awan di tempat tersebut.
- Keadaan tempat itu sendiri.
- Benda-benda yang ada pada tempat itu.
Akibat pemanasan udara di atas tempat tadi akan menerima panas yang berbeda
pula. Makin panas udara di tempat tersebut makin renggang udaranya. Dengan makin
renggangnya udara, tekanannya akan semakin kecil. Dengan adanya perbedaan tekanan
udara tadi, akan ada angin yang berhembus dari daerah bertekanan tinggi ke daerah yang
bertekanan rendah. Jika angin ini bertiup diatas permukaan laut, air laut akan terseret dan
menimbulkan arus laut.
Akibat pemanasan yang berbeda dari permukaan laut, maka terjadi pula perbedaan
penguapan. Tempat-tempat dengan penguapan yang besar mengakibatkan densitas dan
berat jenis air laut bertambah besar dibandingkan dengan densitas air laut di tempat
dengan penguapan kurang. Perbedaan densitas air laut diberbagai tempat di laut
menimbulkan arus. Kejadian tersebut dapat diterangkan secara sederhana sebagai berikut
(Gambar 1 dan 2).

Pemanasan kurang Pemanasan banyak


Penguapankurang Penguapan besar
Udara padat Udara regang
Penguapan kecil Penguapan besar
Hembusan angin

A B

Arah arus Permukaan Arah arus


laut
Massa air
turun

Gambar 1. Arus laut disebabkan oleh angin Gambar 2. Arus laut akibat perbedaan densitas

9
Di suatu tempat A di permukaan laut penguapan kecil. Sedangkan di tempat B
pengupan yang besar. Keadaan ini menyebabkan densitas massa air di tempat B manjadi
lebih tinggi dari massa air di sekitanya. Massa air di B akan tengelam. ”Kekosongan” di
tempat B akan di isi oleh massa air di tempat A. sedangkan “Kekosongan” di A akan diisi
oleh air dari dasar perairan A. Gerakan akibat desakan massa air yang tenggelam di muka
perairan B. Gerkan massa air laut atau sirkulasi tadi disebut pula arus.
Di daerah pantai pengaruh pasang-surut dapat terlihat dengan jelas yaitu naik
dan turunnya permukaan air laut. Naik turunnya permukaan air laut mempengaruhi aliran
massa air terutama di muara-muara sungai. Jika surut, permukaan air laut lebih rendah
dari permukaan laut rata-rata, sehingga air alaut mengalir menjaui pantai. Aliran massa
air tersebut disebut pula arus. Perubahan arah aliran arus sesuai dengan waktu pasang
surutnya air laut yang terjadi yaitu sekitar 12 jam sekali. Sehingga bila jam 06.00 pagi
terjadi pasang (arus mengalir ke arah daratan)dan pada jam 18.00 sore akan terjadi pasang
kembali yang berarti arus mengalir kembali ke arah daratan.
Arus akibat pasang surut air laut ini dan arus-arus akibat angin dan perbedaan densitas
masih dipengaruhi oleh faktor lain yang dapat meredam atau mengubah arahnya. Faktor
yang dapat meredam arus adalah gaya gesekan dengan dasar perairan.

10
III. METODE PRAKTEK

3.1. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktek ini meliputi peralatan pengumpulan
data dan peralatan analisis, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam parktikum.


No. Nama Kegunaan
1. Thermometer raksa Mengukur suhu perairan
2. Hand Refractometer Mengukur salinitas perairann
3. Tissu Membersihkan hand refractometer
4. Aquades Membilas hand refractometer
5. Layangan arus Mengukur kecepatan arus
6. Stopwatch Mengukur kecepatan arus
7. Alat tulis Mencatat Data
8. Microsoft Excels dan Word Menganalisis data dan menyusun laporan

3.2. Prosedur Pengamatan

a. Pengamatan Suhu:

Thermometer Hg

Dipegang tali pada thermometer alkohol


Dimasukkan dalam perairan dengan posisi membelakangi
matahari
Ditunggu selama 3 menit sampai air raksa menunjukkan skala
tertentu
Di ambil sample sebanyak 3 kali dengan selang waktu 20
menit
Skala dibaca dengan cepat

Hasil

b. Pengamatan Salinitas :

Refraktometer

Dibersihkan membran refraktometer dengan aquades(kalibrasi)


11
Dikeringkan membrannya dengan tissue
Diambil air laut dengan menggunakan pipet tetes
Diteteskan 1–2 tetes pada membran refraktometer
Ditutup penutup membrannya 450
Diarahkan refraktometer menuju sumber cahaya
Dibaca langsung nilai salinitas pada lensa refraktometer
Diamati dan dicatat nilainya

Hasil
a. DO
c. Pengamatan Arus:

2 buah botol bekas air mineral 600 ml

Diikat dengan tali rafia,yang bagian bawah diisi air lokal


sebagai pemberatdan satunya sebagai pelampung
Dilepas ke perairan yang berarus
Dinyalakan stopwatch
Ditunggu sampai panjang tali terulur semua (merenggang)
Dicatat waktunya (t) pada saat tali sudah merenggang

Dihitung kecepatan arusnya dengan rumus V=

Hasil

3.3. Analisis Data

12
Data-data hasil pengamatan suhu dan salinitas ditabulasi kemudian disajikan
dalam bentuk grafik yang menghubungkan suhu/salinitas dengan jam pengamatan selama
24 jam. Adapun data hasil pengamatan kecepatan arus dihitung dengan rumus :
V = S/T
Dimana : V = kecepatan arus (m/detik)
S = jarak yang di tempuh layangan arus (panjang tali layangan arus)(m)
T = waktu tempuh layangan arus hingga talinya terrentang sempurna (detik)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil pengukuran suhu perairan selama 24 jam di lokasi praktek disajikan pada
Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Fluktuasi Suhu Perairan di Lokasi Praktek Selama 24 Jam

Hasil pengukuran salinitas perairan di Lokasi Praktek setiap jam selama 24 jam
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengukuran Salinitas di Perairan Pantai Pulau Bokori
Setiap Jam Selama 24 jam
Jam (Wita) Salinitas (o/oo) Jam (Wita) Salinitas (o/oo)
10.00 29 22.00 31
11.00 29 23.00 32
12.00 28 24.00 33
13.00 30 01.00 33
14.00 31 02.00 34
15.00 30 03.00 33

13
16.00 35 04.00 33
17.00 32 05.00 33
18.00 32 06.00 34
19.00 35 07.00 33
20.00 33 08.00 31
21.00 31 09.00 31

Hasil pengamatan kecepatan dan arah arus di lokasi praktek saat air dalam kondisi

pasang dan surut disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Hasil Pengukuran Kecepatan dan Arah Arus di Perairan Pantai P.Bokori saat air
laut dalam keadaan surut.
Kecepatan Arus
Stasiun (m/det) Arah Arus Arah Angin Dasar Perairan
I 0,066 Barat Laut Barat Pasir, Landai
II 0,070 Barat laut Barat Pasir, Landai
III 0,055 Barat Daya Barat Pasir, Landai
IV 0,058 Barat Daya Barat Pasir, Landai
V 0,034 Barat Daya Barat Pasir, Landai
VI 0,057 Barat Daya Barat Pasir, Landai
VII 0,016 Barat Daya Barat Pasir, Landai
VIII 0,024 Barat Daya Barat Pasir, Landai

Tabel 3. Hasil Pengukuran Kecepatan dan Arah Arus di Perairan Pantai P.Bokori saat air laut
dalam keadaan pasang
Stasiun Kecepatan Arus (m/det)  Arah Arus Arah Angin Dasar Perairan
I 0.059 Barat laut Timur Pasir, Landai
II 0,179 Barat laut Timur Pasir, Landai
III 0,054 Timur Laut Timur Pasir, Landai
IV 0,016 Timur Laut Timur Pasir, Landai
V 0,024 Timur Laut Timur Pasir, Landai
VI 0,082 Timur Laut Timur Pasir, Landai
VII 0,012 Timur Laut Timur Pasir, Landai
VIII 0,007 Barat Daya Timur Pasir, Landai

4.2. Pembahasan

4.2.1. Suhu

 Intensitas cahaya matahari


Cahaya matahari berperan penting terhadap suhu air laut. Wilayah permukaan
memiliki suhu yang lebih tinggi di bandingkan di bagian dalam. Hal ini disebabkan
karena wilayah permukaan lebih banyak terkena sinar matahari dibandingkan bagian
dalam perairan.Cahaya matahari dapat masuk hingga kedalaman 200 sampai 1000
meter. Hal ini ditandai oleh masih hangatnya suhu air pada kedalaman 200 meter dan
pada kedalaman antara 200 sampai 1000 meter, suhu air pun berubah secara drastis.

14
 Letak ketinggian dari permukaan laut dan kedalaman.
Suhu akan menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Hal ini disebabkan
karena pengaruh intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam air yang
menyebabkan semakin dalam suatu perairan suhunya pun semakin rendah. Dan pada
suhu melebihi 1000 meter suhu air relative konstan yaitu 2oC – 4oC
(Hutagalung,1988).
Berdasarkan perubahan suhu itulah, sehingga suhu di dalam laut memiliki wilayah
sebaran secara vertikal (menegak) yang membagi lapisannya menjadi tiga bagian yaitu
Mix Layer, Thermocline dan Deep Layer.
 Presipitasi dan evaporasi
Presipitasi terjadi di laut melalui curah hujan yang dapat menurunkan suhu permukaan
laut, sedangkan evaporasi dapat meningkatkan suhu permukaan akibat adanya aliran
bahang dari udara ke lapisan permukaan perairan. Menurut McPhaden and Hayes
(1991), evaporasi dapat meningkatkan suhu kira-kira sebesar 0,1oC pada lapisan
permukaan hingga kedalaman 10 m dan hanya kira-kira 0,12OC pada kedalaman 10 –
75 m.
 Kecepatan angin dan sirkulasi udara
Menurut McPhaden and Hayes (1991), adveksi vertikal dan entrainment dapat
mengakibatkan perubahan terhadap kandungan bahang dan suhu pada lapisan
permukaan. Kedua faktor tersebut bila dikombinasi dengan faktor angin yang bekerja
pada suatu periode tertentu dapat mengakibatkan terjadinya upwelling. Upwelling
menyebabkan suhu lapisan permukaan tercampur menjadi lebih rendah. Pada
umumnya pergerakan massa air disebabkan oleh angin. Angin yang berhembus dengan
kencang dapat mengakibatkan terjadinya percampuran massa air pada lapisan atas
yang mengakibatkan sebaran suhu menjadi homogen.
Berdasarkaan data pengamatan tersebut,dugaan yang dapat saya ajukan bahwa pada
saat tersebut terjadi upweuling yang menyebabkan suhu air yang ada di dasar perairan
tersebut( bersuhu dingin) yang bermasa lebih besar bergerak kepermukaan dan di
pengaruhi oleh angin.Selain itu, perubahan suhu air pada pukul 12:00 juga dapat di
pengaruhi oleh factor eksternal seperti cuaca dan arus.Dimana perubahan pola arus yang
mendadak dapat menurunkan suhu permukaan air
Berdasarkan data pengamatan yakni pada pagi hari, suhu air laut lebih rendah
dibandingkan pada siang hari. Pada sore hari suhu air laut lebih rendah dari siang hari
tetapi lebih tinggi dari pagi hari meskipun posisi mataharinya sama, hal tersebut
dikarenakan sifat air laut yang lama menyerap dan melepaskan panas. Selain itu,
berdasarkan posisi matahari terhadap bumi pun dapat mempengaruhi suhu air
laut.Lapisan permukaan air laut terlihat memiliki nilai temperatur yang tinggi, namun
sebenarnya lapisan yang memiliki nilai temperatur tertinggi ada pada kedalaman 0.8
hingga 1 meter. Menurut Noir P. Purba dan Widodo S. Pranowo, hal ini disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu:

1. tepat di bagian atas terjadi pemancaran panas kembali ke atmosfer


15
2. Terjadi konveksi dengan udara, bila udara tersebut merupakan massa dingin
sehingga kembali menyerap panas
3. di bagian permukaan terjadi penguapan (penguapan memerlukan panas)

4.2.2. Salinitas
Salinitas pada lokasi praktek berkisar 28-45 Ppt. salinitas pada lokasi praktek
seiring waktu berubah ubah namun ada pula pada waktu tertentu didapatkan salinitas
yang stabil (tidak berubah).
Salinitas terendah terjadi pada pukul 12.00 WITA yaitu dengan angka 28 Ppt.
Sedangkan salinitas tertinggi terjadi pada waktu 16.00 dan 19.00 yaitu dengan angka 35
Ppt.jadi,dapat disimpulkan bahwa salinitas di perairan lokasi praktek dalam kondisi baik.
Semakin tinggi suhu maka salinitas akan meningkat seiring peningkatan kenaikan
suhu.Konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air laut. Konsentrasi
garam-garam dalam air laut jumlahnya relatif sama  Beberapa jenis ikan memiliki kisaran
toleransi salinitas yang luas (bandeng, kakap, nila, mujair)
 Pengubahan salinitas air
 penggantian air
 penambahan air tawar

peningkatan salinitas di pengaruhi oleh :

 suhu
 intensitas cahaya yang masuk
 kedalaman

a. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka
salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air
lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.
b.Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air
laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun
salinitas akan tinggi.
c. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai
yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendahdan
sebaliknya maka semakin sedikit sungai yang bermuara di laut tersebut maka
salinitasnya kan tinggi pula.
Salinitas di lokasi praktikum termasuk dalam keadaan normal untuk kehidupan
organisme, salinitas mempunyai peran penting dan memiliki ikatan erat dengan
kehidupan organisme perairan termasuk ikan,dimana secara fisiologis salinitas berkaitan
erat dengan penyesuaian tekanan osmotic ikan tersebut.salah satu aspek penting yang
harus dipenuhi sesuai standar nasional Indonesia SNI adalah air laut yang bersih,tidak
tercemar dengan salinitas 28-35 Ppt.
4.2.3. Arus

16
Saat keadaan pasang maupun surut hasil penelitiannya yaitu dimana kecepatan arus
pada saat surut berkisar 0,016 m/s- 0,070 m/s dengan arah arus barat laut dan barat
daya,arah angin barat,dan tempatnya pasir dan landai. Untuk hasil pengukuran pada saat
keadaan pasang yaitu sekitar 0,007-0,176 m/s dengan arah arus kebarat daya dan barat
laut,arah angin ke Timur dengan kondisi dasar pasir,landai. Kecepatan rata-rata untuk
daerah surut 0,0475 m/s dan pada pasang kecepatan 0,054125 m/s.
 Bentuk Topografi (permukaan) dasar lautan dan pulau
Lautan yang dibatasi banyak massa daratan akan menghasilkan suatu sistem yang
cenderung terbuka dan membuat aliran mengarah dalam suatu bentuk seperti
melingkari daratan tersebut.
 Perbedaan Densitas
Perbedaan densitas yang paling mudah diamati adalah pada laut dalam di daerah
kutub selatan dan kutub utara yang mengalir ke daerah tropik.
 Angin
Hembusan angin di permukaan akan membuat terjadinya gelombang (ombak) di
lautan. Ternyata angin ini juga mengakibatkan terbentuknya gerakan air laut yang
disebut arus. Arus laut yang terbentuk nantinya akan mengikuti kuatnya hembusan,
jarak tempuh angin, arah angin, dan lamanya hembusan.
 Kadar Garam di Air Laut
Kaar atau berat jenis air lau yang berbeda juga akan menyebabkan terbentuknya arus
laut. Pada bagian permukaan, air yang berat jenisnya kecil akan mengalir ke arah air
yang berat jenisnya besar. Sedangkan di bagian laut dalam, air yang memiliki berat
jenis besar akan mengalir ke air yang berat jenisnya rendah.
 Temperatur dan Cahaya Matahari
Perbedaan temperatur pada kedalam laut tidak lepas dari pengaruh sinar matahari.
Panas dari sinar matahari ini dapat masuk ke laut hingga kedalaman 50 – 70 m. Nah
struktur dari lapisan yang terkena sinar matahari dengan lapisan laut yang tidak
terpengaruh oleh sinar matahari akan berbeda, oleh karena itu keadaan ini akan
mempengaruhi arus lautnya.

Hubungan antara arus dengan parameter suhu dan salinitas yaitu terjadinya arus
termohalin,dimana arus ini terjadi akibat perubahan suhu di permukaan air. Suhu dan
salinitas juga menentukan densitas air laut sehingga terjadi proses pencampuran,dalam
proses percampuran terjadi pemindahan sifat suatu medium atau massa air kemedium
yang lain yang disebabkan oleh pergerakan-pergerakan medium tersebut seperti arus
gelombang.

17
KESIMPULAN

Pola pergerakan massa air akan mempengaruhi fluktuasi parameter oseanografi


permukaan seperti suhu permukaan laut, klorofil-a dan salinitas (Kunarso et al.,
2011). Suhu permukaan laut merupakan salah satu parameter oseanografi yang memiliki
peranan penting dalam menganalisis fenomena-fenomena fisik yang terjadi di laut,
sehingga data mengenai variabilitas suhu permukaan laut merupakan indikator utama yang
dijadikan acuan untuk menduga segala fenomena- fenomena fisik yang terjadi di laut
seperti upwelling, downwelling dan front.

Faktor yang mempengaruhi sebaran salinitas yaitu


Sebaran salinitas di permukaan laut pada perairan Indonesia sangat befluktuasi bergantung
dari struktur geografi, masukan air tawar dari sungai, curah hujan, penguapan dan sirkulasi
massa air. Perubahan musim juga memegang peranan penting dalam perubahan salinitas
permukaan laut di perairan Indonesia.

18
DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Liberty.


Yogyakarta.

Ilahude, A.G. 1999. Pengantar Ke Oseanologi Fisika. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanologi LIPI, Jakarta. 240 hal.

Loupatty and Grace. 2013. Karakteristik Energi Gelombang dan Arus Perairan di Provinsi
Maluku. Journal Barekeng. Vol 7.

Laevastu, T and M.L. Hayes. 1988. Fisheries Oceanography and Ecology. Fishing News
Book Ltd. Oxford. 199 pp.

Raharjo, S.dan H.S.Sanusi. 1983. Oseanografi Perikanan. Departemen Pendidikan dan


kebudayaan Direktorat Pendidikan menengah Kejuruan

Supangat, A. dan Susanna. Pengantar Oseanografi. Pusat Riset Wilayah laut dab
Sumberdaya Non-Hayati, Badan Risek Kelautan dan Perikanan, Departemen
Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Hal.49-63

19

Anda mungkin juga menyukai