Anda di halaman 1dari 21

ACC 1, 5 APRIL 2022

ACC 2, 6 APRIL 2022


ACC 3, 6 APRIL 2022
LAPORAN PRAKTIKUM II

OSEANOGRAFI KIMIA

PENENTUAN KADAR ALKALINITAS AIR LAUT DI PERAIRAN


DERMAGA KAYU BANGKOA

OLEH :

NAMA : NUR AIMMATUNNISA H MUSTAMIN

NIM : L011201054

KEL/GEL : V (LIMA) A

ASISTEN : INDRA KURNIAWAN

LABORATORIUM OSEANOGRAFI KIMIA


DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
ACC 3, 6 APRIL 2022
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Oseanografi adalah suatu studi dan eksplorasi ilmiah tentang laut dan segala
fenomena didalamnya. Oseanografi merupakan gabungan dari dua kata yaitu oceanos
yang berarti laut serta graphos yang berarti deskripsi/ gambaran (Agustina, 2021).
Parameter oseanografi merupakan dinamika alam yang terjadi mempengaruhi aspek
fisis air laut, seperti suhu, pasang surut dan arus (Daya & Muhammad, 2017).
Berbicara mengenai laut, air merupakan komponen kehidupan yang sangat penting
karena seluruh aktivitas alam maupun manusia membutuhkan air untuk dapat
melakukan fungsinya dengan baik sehingga air yang baik harus memenuhi syarat
secara biologi, fisik, dan kimia sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
seperti dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 (Hidayat, 2011).
Salah satu parameter yang perlu diketahui untuk menentukan kualitas air
yakni alkalinitas. Alkalinitas merupakan kapasitas air untuk menetralkan asam yang
mana dalam air alkalinitas sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat,
sedangkan sisanya oleh karbonat dan hidroksida (Suwarsih et al., 2016). Nilai
alkalinitas perairan alami hampir tidak pernah melebihi 500 mg/liter CaCO3. Perairan
dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik
karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium
yang tinggi (Sianturi, 2018). Namun, satu sisi kadar alkanitas pada suatu air penting
adanya karena alkalinitas berperan sebagai penyangga yakni adanya bikarbonat yang
terdapat pada perairan dengan nilai alkalinitas total tinggi berperan sebagai penyangga
perairan terhadap perubahan pH yang drastis. Selain itu alkalinitas juga berperan
untuk koagulasi bahan kimia, proses pelunakan air, pengendalian korosi, serta dalam
limbah industri alkalinitas ialah suatu faktor yang penting didalam penentuan
kemampuan dari limbah untuk pengolahan secara biologi (Hidayat, 2011).
Oleh karena itu, besarnya keterkaitan antara alkalinitas dengan parameter
lain seperti kadar CO2, pH, dan beberapa parameter lainnya diketahui bahwa
alkalinitas berperan penting dalam perairan, tetapi satu sisi alkalinitas juga dapat
menjadi bahaya bagi organisme laut apabila kadarnya terlalu tinggi, maka praktikum
penentuan kadar alkalinitas dilaksanakan untuk melihat kadar alkalinitas yang baik dan
buruk di perairan Dermaga Kayu Bangkoa menggunakan beberapa metode dan alat
ukur alkalinitas. Praktikum ini mencakup mengenai cara penentuan kadar alkalinitas
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
ACC 3, 6 APRIL 2022
dengan menggunakan beberapa metode, dan cara penggunaan alat-alat yang
digunakan dalam penentuan kadar alkalinitas.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan paktikum penentuan kadar salinitas di perairan Dermaga Kayu


Bangkoa adalah mengetahui kadar alkalinitas dalam suatu perairan serta mengetahui
metode pengukurannya.
Kegunaan praktikum penentuan kadar salinitas di perairan Dermaga Kayu
Bangkoa adalah agar praktikan dapat mengetahui cara menentukan kadar alkalinitas
dalam perairan dan dapat memahami kadar yang baik dan buruk alkalinitas dalam
perairan.
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
ACC 3, 6 APRIL 2022
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Alkalinitas

Oseanografi dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bidang ilmu utama


yaitu geologi oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer di bawah laut,
fisika oseanografi yang mempelajari masalah-masalah fisis laut seperti arus,
gelombang, pasang surut dan temperatur air laut, kimia oseanografi yang mempelajari
masalah-masalah kimiawi air laut dan yang terakhir biologi oseanografi yang
mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan flora dan fauna di laut sehingga
sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya ialah
alkalinitas(Febriyanti et al., 2017).
Alkalinitas merupakan gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam
atau dikenal dengan sebutan acid neutralizing capacity (ANC) atau kuantitas anion di
dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas juga diartikan sebagai
kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan. Penyusun
alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO3), karbonat (CO32-), dan hidroksida
(OH-), borat (H2BO3), silikat (HsiO3), fosfat (HPO42-dan H2PO4-), sulfida (HS-), dan
amonia (NH2) juga memberikan konstribusi terhadap alkalinitas. Namun, pembentukan
alkalinitas yang utama adalah bikarbonat, karbonat, dan hidroksida. Di antara ketiga
ion tersebut, bikarbonat paling banyak terdapat pada perairan alami (Sianturi, 2018).
Alkalinitas merupakan kebalikan (penetral) proses pengasaman. Alkalinitas
sebagian besar terjadi karena adanya mineral karbonat, yaitu kalsit dan dolomit.
Mineral-mineral silikat (seperti kuarsa, kaolinite, illite, smectite, muscovite) juga dapat
menetralkan pengasaman, meskipun kecepatan reaksinya jauh lebih lambat
dibandingkan dengan mineral karbonat.Alkalinitas yang cukup harus ditambahkan
untuk menetralkan asam dan untuk meningkatkan pH air sampai tingkat tertentu yang
mana logam yang terlarut dalam air akan membentuk logam hidroksida yang tidak larut
dan mengendap (Said, 2014).
Alkalinitas adalah ukuran kapasitas penyangga medium kultur dalam
daerah pH netral. Dengan demikian, kapasitas medium untuk menerima proton adalah
alkalinitasnya. Alkalinitas sebagai besarankemampuan kapasitas buffer
merupakansuatu konsentrasi basa atau komponenyang mampu menetralisisasi
keasamandalam air.Adanya alkalinitas dalam reaktor dengan konsentrasi tertentu
dapat menjadi penyangga (Buffer) agar pH tetap pada kondisi netral apabila terjadi
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
ACC 3, 6 APRIL 2022
penambahan asam, sehingga kesetimbangan proses secara keseluruhan dapat tetap
berjalan dengan normal (Padmono, 2007).

B. Faktor yang Mempengaruhi Alkalinitas

Alkalinitas bergantung pada pH, juga dipengaruhi oleh komposisi mineral,


suhu dan kekuatan ion. Nilai alkalinitas perairan alami hampir tidak pernah melebihi
500 mg/liter CaCO3. Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu
disukai oleh organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang
tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi (Sianturi, 2018).

1. Parameter fisika dan kimia yang mempengaruhi alkalinitas(Hidayat, 2011).


1) pH (Penambahan bahan bersifat asam atau basa)
Nilai pH dibawah 7,4 merupakan zone korosi / acidosis yang dapat merugikan
ikan/udang karena terjadi acidosis (seperti fenomena shoft shell syndrome pada
udang). Nilai pH 7,4 – 7,7 merupakan pH ideal untuk alkalinitas 100 ppm sebagai
CaCO3. Nilai pH di atas 7,7 merupakan zone karbonat / kalsifikasi dimana nilai
alkalinitas akan jatuh dan terbentuk presipitasi CaCO 3
2) CO2
Pengaruh CO2 terhadap alkalinitas adalah untuk (Hidayat, 2011):
a. CO2 melarutkan CaCO3 :
CO2 + H2O + CaCO3 ↔ Ca2 + 2 HCO3-
CaCO3 ↔ Ca2+ + CO32-
b. CO2 membentuk asam lemah H2CO3 yang dapat terdisosiasi dengan
melepaskan 1 H+ hingga 2 H+ yang dapat menurunkan pH dan membawa sistem
ke zona korosi/ acidosis jika jumlah CO2 terlarut dalam air tinggi.
c. Dalam jumlah yang cukup, CO2 dapat menurunkan pH sehingga berpengaruh
terhadap alkalinitas.
3) Aerasi
Aerasi tambahan pada sistem air laut/payau yang terdapat banyak CO2 baik
berasal dari sedimen, aktifitas oksidasi bakteri organotroph, respirasi plankton dan
biota budidaya (ikan/udang) akan menyebabkan pH naik tanpa merubah nilai
alkalinitas dengan mekanisme pelepasan ekses CO2 ke atmosfir dan
menggantikannya dengan lebih banyak gas nitrogen dan oksigen terlarut dalam air.
4) Kesadahan (Ca dan Mg)
Kalsium (Ca2+) dalam konsentrasi tinggi akan menurunkan alkalinitas air
laut/payau dengan jalan melangsungkan proses kalsifikasi:
OH- + HCO3- -----> CO32- + H2O
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
ACC 3, 6 APRIL 2022
Ca2+ + CO32- -----> CaCO3 (solid) ↓
Terlihat pada persamaan reaksi di atas, bahwa kalsifikasi akan mengakibatkan
efek ganda berupa turunnya alkalinitas (HCO3-) dan kesadahan (Ca2+). Magnesium
menghambat proses kalsifikasi yang dilangsungkan oleh kalsium dengan proses
pengikatan OH- menjadi Mg(OH)2 pada pH > 9.
5) Tekanan gas, udara, dan temperatur
Mekanisme fisis yang sama berlangsung dengan menaikkan temperatur yang
akan mengurangi tekanan gas dalam air, hingga kelarutannya berkurang.

2. Parameter biologi yang mempengaruhi alkalinitas (Hidayat, 2011)


1) Fotosintesis
Fotosintesis mengambil CO2 dari badan air berupa gas CO2 terlarut dan
mengubahnya menjadi sel plankton dan cairan sel berupa karbohidrat, lemak, dan
protein beserta pelepasan oksigen di siang hari saat terdapat cukup cahaya matahari.
Pelepasan gas O2 lebih lanjut dapat mendesak kelarutan gas CO2 untuk
terdifusi ke udara keluar dari badan air. Ini menjelaskan bagaimana proses fotosintesi
dapat menyebabkan fluktuasi pH harian yang lebar. Untuk antisipasi pembatasan
fluktuasi yang terlalu lebar perlu penambahan available CO2 dan HCO3- yang cukup
pada kisaran pH ideal (7,5 – 8,0).
Hal yang menarik dari aktifitas plankton yang mempengaruhi alkalinitas adalah
saat plankton mensintesis protein di dalam selnya. Ketika memanfaatkan ion
ammonium sebagai sumber nitrogen (N) plankton akan mengkonsumsi alkalinitas
hingga alkalinitas turun. Namun jika menggunakan ion nitrat sebagai sumber
nitrogennya, plankton berkontribusi menaikkan alkalinitas.
2) Aktifitas bakteri kimia (chemothroph bacteria)
Bakteri kimia (chemothroph) yang paling kuat dalam dalam menurunkan
alkalinitas adalah bakteri Nitrifikasi karena memproduksi asam kuat berupa HNO2 dan
HNO3 dan berperan serta pula dalam menurunkan pH.
3) Aktifitas organisme pembentuk cangkang kalsium karbonat
OH- + HCO3- -----> CO32- + H2O
Ca2+ + CO32- -----> CaCO3 (solid) ↓
Golongan organisme pembentuk cangkang kasium karbonat mengkombinasi
kesadahan (Ca) dan alkalinitas (HCO3-) untuk berpresipitasi membentuk hablur halus
CaCO3 yang dibinder dengan silikat dan Borat dari air kolam membentuk cangkang
yang keras.
Adapun faktor-faktor yang dapat terjadi saat analisa alkanilitas serta
pencegahnya (Hartono, 2018) :
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
ACC 3, 6 APRIL 2022
a. Sabun (detergen) dan lumpur dapat mempengaruhi elektroda dan perlambat respon
pada pH meter. Usahakan titrasi dilakukan dengan perlahan untuk memberikan
waktu yang cukup bagi keseimbangan pH elektroda.
b. Amoniak, jangan dihilangkan tetapi ikut dianalisa karena merupakan penyebab
alkalinitas juga.
c. Karbon dioksida akan mempengaruhi alkalinitas suatu sampel yang terbuka
terhadap udara. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan pengocokan, pengadukan,
dan penyaringan.
d. Pengenceran sampel tidak diperbolehkan karena air pengenceran mempunyai
alkalinitas yang berbeda.

C. Standar Baku Mutu

Menurut Alimby dan Haryo (2021), baku mutu alkalinitas dalam perairan
nilainya sebesar 30- 500 mg/liter, dalam nilai tersebut mahluk hidup dalam perairan
dapat hidup dengan baik.
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (KMLH) No.51 tentang
standar baku mutu perairan adalah sebagai berikut :
No Parameter Unit Standar Baku Mutu
(kadar maksimum)
Wajib
1 pH mg/ l 6.5 – 8.5
2 Besi mg/ l 1
3 Flourida mg/ l 1.5
4 Kesadahan mg/ l 500
5 Mangan mg/ l 0.5
6 Nitrat, sebagai N mg/ l 10
7 Nitrit, sebagai N mg/ l 1
8 Sianida mg/ l 0.1
9 Deterjen mg/ l 0.05
10 Pestisida Total mg/ l 0.1
Tambahan
1 Air Raksa mg/ l 0.001
2 Arsen mg/ l 0l.05
3 Kadminium mg/ l 0.005
4 Kromium (valensi 6) mg/ l 0.05
5 Selenium mg/ l 0.01
6 Seng mg/ l 15
7 Sulfat mg/ l 400
8 Timbal mg/ l 0.05
9 Benzene mg/ l 0.01
10 Zat Organik (KMNO4) mg/ l 10
Alkalinitas air adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau
kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas juga
diartikan sebagai kapasitas penyangga terhadap penurunan pH perairan. Secara
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
ACC 3, 6 APRIL 2022
khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas
penyanggahan ion bikarbonat, dan sampai dengan tahap tertentu, juga menunjukkan
penyanggahan terhadap ion karbonat dan hidroksida dalam air (Yulfiperius et al.,
2006).

D. Sumber Alkalinitas di Perairan

Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO), bikarbonat


(HCO), hidroksida (OH-) dan juga borat (BO), forfat (PO), silikat, dan sebagainnya.
Dalam air sifat alkalinitas sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat (HCO)
dan sisanya oleh karbonat (CO) dan hidroksida (OH-). Alkalinitas merupakan kapasitas
penyangga (buffer capacity) terhadap pH perairan yang terdiri atas anion-anion seperti
anion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-) dan hidroksida (OH-). Borat (H2 BO3-), silikat
(HSiO3-), fosfat (HPO42- dan H2PO4-) sulfida (HS-), dan amonia (NH3) dalam perairan
yang dapat menetralkan kation hidrogen. Namun, pembentuk alkalnitas yang utama
adalah bikarbonat, karbonat, dan hidroksida (Bintoro dan Mukhtarul, 2014).

E. Distribusi Alkalinitas Berdasarkan Waktu Musiman

Berdasarkan wilayahnya, nilai derajat keasaman di Indonesia bervariasi


sesuai dengan musimnya. Nilai pH air laut perairan Indonesia barat di musim barat
lebih rendah daripada di musim timur dan sebaliknya nilai pH air laut perairan
Indonesia timur di musim barat lebih tinggi daripada di musim timur (Rizki et al., 2015).
Karakter distribusi nilai alkalinitas yang diperoleh diduga dipengaruhi secara
tidak langsung oleh beberapa parameter lainnya seperti suhu dan salinitas. Dugaan
tersebut diperkuat hasil penelitian JGFOS yang tertuang dalam Millero (2006) yang
mengungkapkan bahwa variasi nilai salinitas permukaan di samudera atlantik dan
samudera oseanik sama dengan variasi nilai alkalinitas. Selain itu karakter suhu di
perairan telah mempengaruhi aktivitas biologis organisme salah satunya adalah proses
formasi atau pembentukan CaCO3 oleh foraminifera dan pteripoda. Kolom permukaan
perairan umumnya memiliki suhu yang lebih hangat sehingga organisme pembentuk
cangkang akan meningkatkan formasi CaCO3 sehingga menurunkan nilai alkalinitas.
Bertambahnya kedalaman maka akan dijumpai suhu yang semakin dingin (colder)
memiliki nilai alkalinitas yang lebih tinggi karena adanya proses dissolasi CaCO 3
(Triyulianti et al., 2012).
Menurut Alimby dan Haryo (2021), turunya nilai alkalinitas dapat dikarenkan
suhu perairan yang hangat dan dapat menyebabkan organisme yang memiliki
cangkang meningkatkan penggunaan CaCO3 sehingga dapat menurunkan nilai
alkalinitas dalam perairan. Sumber utama alkalinitas pada perairan adalah bikarbonat.
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
ACC 3, 6 APRIL 2022
Tingginya kadar bikarbonat dalam perairan dikarenakan adanya ionisasi dari asam
karbonat, terutama pada perairan yang banyak mengandung karbondioksida. Dalam
perairan karbondioksida akan bereaksi dengan basa yang terdapat dari pelapukan
bebatuan dan tanah membentuk bikarbonat. Bikarbonat yang bertanggung jawab untuk
menetralkan pH.

F. Distribusi Alkaliitas Secara Vertikal dan Horizontal

Karakter distribusi nilai alkalinitas secara vertikal secara tidak langsung


dipengaruhi oleh beberapa parameter seperti suhu dan salinitas. Bertambahnya
kedalaman maka akan dijumpai suhu yang semakin dingin (colder) memiliki nilai
alkalinitas yang lebih tinggi karena adanya proses diisolasi CaCO3. Secara vertikal,
nilai derajat keasaman yang terdistribusi pada kedalaman mengalaman yang terukur
berkisar pada 7,680 - 8,305 pH dengan kencenderungan semakin mengalami
penurunan seiring dengan bertambahnya kedalaman (Triyulianti et al., 2012).
Karakter distribusi nilai alkalinitas secara horizontal secara tidak langsung
dipengaruhi oleh beberapa parameter seperti kadar pH, komposisi mineral, dan
kekuatan ion. Nilai alkalinitas alami tidak pernah melebihi 500 mg/liter CaCO 3. Perairan
dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik
karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium
yang tinggi. Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut
sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut
sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Penyusun alkalinitas yang utama di
perairan adalah anion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-) dan hidroksida (OH -).
Kation utama yang mendominasi perairan tawar adalah kalsium dan magnesium,
sedangkan pada perairan laut adalah sodium dan magnesium. Anion utama pada
perairan tawar adalah bikarbonat dan karbonat, sedangkan pada perairan laut adalah
klorida (Triyulianti et al., 2012).
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
ACC 3, 6 APRIL 2022
III. METODOLOGI PENELITAN

A. Waktu dan Tempat

Pengambilan sampel air laut dilakukan pada hari Jumat, 1 April 2022, pukul
13:20 WITA. Bertempat di Perairan Dermaga Kayu Bangkoa dan dilaksanakan pada
hari Jumat, 1 April 2022, pukul 15.00 – 16.00 WITA di Laboratorium Oseanografi
Kimia, Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin, Makassar.

Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel

B. Prinsip Analisis

Metode untuk menentukan alkalinitas dalam suatu perairan yaitu digunakan


2 jenis indikator yaitu indikator Phenolpthalein (PP) dan indikator Methyl Orange (M.O).
Perubahan warna pada titik akhir titrasi dengan menggunakan indikator M.O. Biasanya
agak sulit diamati (tidak jelas) atau campuran Bromresol Green dan Methyl Red
(BCG+MR) yang memberikan perubahan warna yang lebih jelas pada akhir titrasi.
Indikator PP berubah warna pada pH 8.3 untuk menentukan alkalinitas karbonat.
Sedangkan indikator M.O atau penggantinya berubah warna pada pH 4,5 untuk
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
ACC 3, 6 APRIL 2022
menentukan alkalinitas bikarbonat (alkalinitas total). Satuan alkalinitas dinyatakan
dalam ppm CaCO3 atau mg CaCO3/L.

C. Alat dan Bahan

Tabel 3. Alat Praktikum Penentuan Kadar Alkalinitas

No. Gambar Keterangan Fungsi

Digunakan untuk
1 Buret Asam 50 mL
menitrasi air sampel.

Digunakan untuk
2 Erlenmeyer 250mL mengomogenkan
larutan.

Gelas ukur 250 ml


untuk mengukur
3 Gelas ukur
jumlah sampel yang
akan digunakan

Gelas piala sebagai


4 Gelas piala 100 mL wadah sampel air
laut

Pipet tetes untuk


memindahkan
sampel air laut dari
5 Pipet tetes
tempat satu ke
tempat yang lain
dalam jumlah kecil
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
ACC 3, 6 APRIL 2022
No. Gambar Keterangan Fungsi

Pipet skala untuk


memindahkan
sampel air laut dari
tempat satu ke
6 Pipet Skala tempat yang lain
dalam jumlah
tertentu dengan
tingkat ketelitian
yang tinggi.

Karet bulb
digunakan untuk
mengambil larutan
kimia yang
7 Karet Bulb
berbahaya dengan
cara disambungkan
dengan pipet ukur
atau pipet volume.

Tabel 4. Bahan Praktikum Penentuan Kadar Alkalinitas

No Gambar Keterangan Fungsi

1 Asam Sulfat H2SO4 Digunakan untuk


mentitrasi sampel
dan menetralkan
sampel setelah
diberi indikator.

2 Asam Klorida HCL Digunakan untuk


mentitrasi sampel.

3 Indikator Digunakan untuk


Phenolpthalein melihat kandungan
(PP) alkalinitas karbonat
sampel.
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
ACC 3, 6 APRIL 2022

No Gambar Keterangan Fungsi

4 Indikator Methyl Digunakan untuk


Orange (m.o) mentitrasi sampel.

5 Indikator Digunakan untuk


Bromoresol Green mengetahui
dan Methyl Red kandungan
(BCG + MR) alkalinitas
bikarbonat air
sampel.

6 Sampel Air Laut Sebagai bahan uji.

D. Prosedur Kerja
Langkah pertama yang harus dikerjakan adalah menggunakan gelas ukur untuk
mengambil air sampel sebanyak 25 mL, kemudian masukkan kedalam erlenmeyer.
Ambil indicator phenolpthalein (pp) dengan menggunakan pipet tetes lalu tuangkan 2
tetes kedalam erlenmeyer. Amati yang terjadi di dalam Erlenmeyer sambil
homogenkan, apabila terjadi perubahan warna menjadi warna pink maka titrasikan
dengan larutan H2SO4 0,02 mol dan homogenkan hingga kembali menjadi tak
berwarna (catat pula berapa mL larutan H2SO4 0,02 mol yang digunakan). Apabila
tidak terjadi perubahan warna, abaikan langkah sebelumnya. Apabila sudah tidak ada
warna, maka langkah selanjutnya yaitu menambahkan indikator BCG + MR
secukupnya dan campur adukkan (homogenkan) hingga warna air sampel pada
Erlenmeyer berubah menjadi warna biru. Titrasikan kembali menggunakan H2SO4 0,02
mol hingga warna biru pada sampel air berubah menjadi warna merah kebiruan dan
catat pula berapa mL larutan H2SO4 0,02 mol yang digunakan.

E. Pengolahan Data

Adapun untuk menghitung alkalinitas yang mengandung karbonat maka


digunakan persamaan sebagai berikut :
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
ACC 3, 6 APRIL 2022
A mL x N titran x 100/2 x 1000 – Alkalinitas pp
1. Alkalinitas pp (Karbonat) =
𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍

(A+B) mL x N titran x 100/2 x 1000


2. Alkalinitas Total =
𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍

Keterangan :
A : Jumlah titran yang digunakan (0,02)
N : Konsentrasi bahan yang akan digunakan
Di mana :

N Titran = 0,02 N
100
Berat Molekul CaCO3 =
2
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
ACC 3, 6 APRIL 2022
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

Lokasi pengambilan sampel yakni Dermaga Kayu Bangkoa terletak di


daerah Bulogading. Lokasinya terletak tidak jauh dari Pantai Losari, dekat dengan
pemukiman dan pusat perbelanjaan, sehingga perairannya termasuk tercemar karena
ditemukan perairan berwarna gelap karena sampah yang berada di dasar dan tepi
dermaga serta bagian bawahnya yang didominasi batu, patahan kayu, dan pasir,
terdapat banyak hasil buangan dari limbah, dan bau yang tidak sedap di bibir sebelah
utara dermaga perairannya. Kondisi cuaca pada saat pengambilan sampel air laut di
perairan Dermaga Kayu Bangkoa cukup cerah.

B. Hasil

Setelah melakukan percobaan dan pengamatan, diperoleh hasil sebagai


berikut:
Tabel 5. Hasil Perhitungan Kadar Alkalinitas
Sampel Alkalinitas Karbonat Alkalinitas Bikarbonat Alkalinitas Total
(Indikator PP) (BCG+MR)
1 36 mg/l 484 mg/l
2 20 mg/l 384 mg/l
17.280 mg/l
3 56 mg/l 316 mg/l
Rata-rata 37,33 mg/l 394,67 mg/l

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian/pengukuran alkalinitas sampel air yang diambil


di Dermaga Kayu Bangkoa didapatkan hasil perhitungan alkalinitas karbonat pada
sampel 1 bernilai 36 mg/l, alkalinitas bikarbonat 484 mg/l, dan alkalinitas total bernilai
520 mg/l. Pada sampel 1 larutan mengalami perubahan setelah ditetesi indikator PP,
sehingga dilakukan titrasi menggunakan asam klorida. Hasil pengukuran alkalinitas
karbonat pada sampel 2 bernilai 20 mg/l, alkalinitas bikarbonat bernilai 384 mg/l, dan
alkalinitas total bernilai 404 mg/l. Pada sampel 2 larutan juga mengalami perubahan
setelah ditetesi dengan indikator PP, sehingga dilakukan titrasi menggunakan HCl.
Hasil pengukuran alkalinitas karbonat pada sampel 3 bernilai 56 mg/l, alkalinitas
bikarbonat bernilai 316 mg/l, dan alkalinitas total bernilai 372 mg/l. Pada sampel 3
larutan juga mengalami perubahan setelah ditetesi dengan indikator PP, sehingga
dilakukan titrasi menggunakan HCl. Dari data yang diperoleh, maka didapatkan
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
ACC 3, 6 APRIL 2022
keseluruhan rata-rata dari alkalinitas karbonat sebesar 37,33 mg/l, alkalinitas
bikarbonat sebesar 394,67 mg/l, dan alkalinitas total bernilai 17.280 mg/l.
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa air sampel mengandung
bikarbonat (HCO3), karbonat (CO32-), setelah dilakukan pengujian menggunakan
indikator PP sebanyak 2 tetes dan indikator BCG+MR sebanyak 3-4 tetes. Hal ini
menandakan air sampel yang diamati mengandung pH sekitar 8,3 (bersifat basa)
seiring berubahnya warna air sampel menjadi berwana pink setelah diberikan indikator
PP. Hasil pengukuran tersebut sesuai dengan pernyataan Limbolon, 2008, bahwa
indikator PP akan merubah warnah air sampel pada pH 8,3 untuk alkalinitas yang
mengandung senyawa karbonat. Selain itu, ditemukan juga senyawa bikarbonat di
dalam air sampel, hal ini ditandai dengan adanya reaksi perubahan saat
ditambahkannya indikator BCG+MR, yakni berwarna merah kebiruan.
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
ACC 3, 6 APRIL 2022
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari praktikum penentuan alkalinitas, dapat disimpulkan


bahwa pengukuran air sampel di Dermaga Kayu Bangkoa memiliki nilai di atas 30- 500
mg/liter yang mana dalam nilai tersebut mahluk hidup dalam perairan dapat hidup
dengan baik karena nilai tersebut tergolong cukup tinggi dan memiliki peran yang
sangat penting bagi kehidupan laut, contohnya sebagai penetral kandungan asam
pada perairan, kecuali pada sampel ke-2 karbonat yang memiliki nilai alkalinitas
sebesar 20 mg/l sehingga nilai tersebut tergolong sangat rendah dan membahayakan
biota di dalamnya.
B. Saran

Saran saya untuk praktikum ini agar mempertahankan kinerja asisten dalam
menuntun praktikan dan menjaga alat yang ada di laboratorium agar tetap layak untuk
digunakan ke depannya.
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
ACC 3, 6 APRIL 2022
DAFTAR PUSTAKA

Alimby, Wildan VA dan Haryo Triajie. 2021. Tingkat Keasaman Pesisir Perairan Kamal
Kabupaten Bangkalan Madura Pada Musim Peralihan. JUVENIL. Vol. 2. No.
3.
Agustina. 2021. Kajian Potensi dan Pengembangan Ekowisata Kaitannya dengan
Parameter Oseanografi di Perairan Pulau Papandangan, Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan:
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Bintoro, Akhlis dan Mukhtarul Abidin. 2014. Pengukuran Total Alkalinitas Di Perairan
Estuari Sungai Indragiri Provinsi Riau. Buletin Teknik Litkayasa Sumber Daya
dan Penangkapan. Vol. 12. No. 1.
Daya, AP dan Muhammad ZL. 2017. Pemetaan Parameter Oseanografi Fisik
Menggunakan Citra Landsat 8 di Wilayah Perairan Nongsa Pulau Batam.
Jurnal Integrasi. Vol 9. No. 1. Hal.: 9-15.
Febriyanti, L., Pujiono W., dan Churun A. 2017. Karakteristik Oseanografi dan
Sedimentasi di Perairan Tererosi Desa Bedono, Demak Pada Musim Barat.
Journal of Maquares. Vol. 6. No. 4. Hal: 367-375.
Hidayat, I. 2011. Dinamika Alkalinitas Pada Kolom Air Laut dan Payau. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Hartono, A. 2018. Profil Pertumbuhan Bakteri Dan Alkalinitas Dengan Penggunaan
Bioaditif Yang Berbeda Fermentasi Anaerob Kulit Kopi Sistem Batch. Skripsi.
Malang: Unversitas Muhammadiyah Malang.
Limbolon, Aquarina. 2008. Alkalinitas: Analisa Dan Permasalahannya Untuk Air
Industri. USU Repository: Medan.
Padmono, D. 2007. Kemampuan Alkalinitas Kapasitas Penyanggan (Buffer Capacity)
Dalam Sistem Anaerobik Fixed Bed. Jurnal Teknik Lingkungan. Vol. 8. No. 2.
Rizki, Titri Y., Camellia T., dan Agus S. 2015. Variasi pH di Perairan Indonesia. Balai
Penelitian dan Observasi Laut. Bali.
Said, NI. 2014. Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batubara “Alternatif
Pemilihan Teknologi”. JAI. Vol.7 No. 2.
Sianturi, AH, 2018. Analisis Kesadahan Total dan Alkalinitas Pada Air Bersih Sumur
Bor dengan Metode Titrimetri di Pt Sucofindo Daerah Provinsi Sumatera
Utara. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
ACC 3, 6 APRIL 2022
Suwarsih, Marsoedi, Nuddin Harahab, dan Mohammad Mahmudi. 2016. Kondisi
Kualitas Air Pada Budidaya Udang di Tambak Wilayah Pesisir Kecamatan
Palang Kabupaten Tuban. Prosiding Seminar Nasional Kelautan. Universitas
Trunojoyo Madura.
Triyulianti, I., I Nyoman R., Agung Yunantoa., Novia Arinda P., Fikrul Islamya., dan
Mutiara R. Putri. 2018. Sistem Karbon Laut di Perairan Laut Maluku dan Laut
Sulawesi. Journal of Fisheries and Marine Research. Vol. 2. No. 3.
Yulfiperius, Mozes R, Ridwan A, dan Djaja S. 2006. Pengaruh Alkalinitas terhadap
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Lalawak (Barbodes sp.).
Biosfera. Vol. 23. No. 1.
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
ACC 3, 6 APRIL 2022
LAMPIRAN

A. Hasil Perhitungan

1. Alkalinitas Karbonat
A mL x N titran x 100/2 x 1000 − Alkalinitas pp
Sampel 1 =
𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝟐𝟓 𝒎𝒍)
0,9 mL x 0,02 titran x 100/2 x 1000
=
𝟐𝟓 𝒎𝒍

= 36 mg/l
A mL x N titran x 100/2 x 1000 − Alkalinitas pp
Sampel 2 =
𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝟐𝟓 𝒎𝒍)
0,5mL x 0,02 titran x 100/2 x 1000
=
𝟐𝟓 𝒎𝒍

= 20 mg/l
A mL x N titran x 100/2 x 1000 − Alkalinitas pp
Sampel 3 =
𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝟐𝟓 𝒎𝒍)
1,4 mL x 0,02 titran x 100/2 x 1000
=
𝟐𝟓 𝒎𝒍

= 56 mg/l

2. Alkalinitas Bikarbonat

A mL x N titran x 100/2 x 1000 − Alkalinitas pp


Sampel 1 =
𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝟐𝟓 𝒎𝒍)
12,1 mL x 0,02 titran x 100/2 x 1000
=
𝟐𝟓 𝒎𝒍

= 484 mg/l
A mL x N titran x 100/2 x 1000 − Alkalinitas pp
Sampel 2 =
𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝟐𝟓 𝒎𝒍)
9,6 mL x 0,02 titran x 100/2 x 1000
=
𝟐𝟓 𝒎𝒍

= 384 mg/l
A mL x N titran x 100/2 x 1000 − Alkalinitas pp
Sampel 3 =
𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝟐𝟓 𝒎𝒍)
7,9 mL x 0,02 titran x 100/2 x 1000
=
𝟐𝟓 𝒎𝒍

= 316 mg/l

3. Alkalinitas Total
(A+B) mL x N titran x 100/2 x 1000
Alkanitas total =
𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝟐𝟓 𝒎𝒍)
(37,33+394,67) mL x 0,02 titran x 100/2 x 1000
=
𝟐𝟓
432mL x 0,02 titran x 100/2 x 1000
=
𝟐𝟓
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
ACC 3, 6 APRIL 2022
432.000
=
𝟐𝟓

= 17.280 mg/l

B. Dokumentasi

Gambar 2: Pengukuran alkalinitas dengan menitrasikan larutan H2SO4

Gambar 3: Pemberian indikator PP ke dalam erlenmeyer.

Gambar 4: Pemberian indikator BCG + MR

Anda mungkin juga menyukai