Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT SENG (Zn) DAN

TEMBAGA (Cu) PADA IKAN NILA DAN PERAIRAN WADUK


CIRATA PURWAKARTA, JAWA BARAT

MEGA MARGARETHA RACHMADIANTI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kandungan


Logam Berat Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) Pada Ikan Nila dan Perairan Waduk
Cirata Purwakarta, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013

Mega Margaretha Rachmadianti


NIM C24090008
ABSTRAK
MEGA MARGARETHA RACHMADIANTI. Analisis Kandungan Logam Berat
Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) Pada Ikan dan Perairan Waduk Cirata Purwakarta,
Jawa Barat. Dibimbing oleh SIGID HARIYADI dan ETTY RIANI.

Polusi logam berat dapat menyebabkan kandungan logam Hg, Cr, Pb, Cd,
Cu, Zn, Ni, dan lain-lain pada sistem air meningkat dan terakumulasi hingga pada
konsentrasi yang beracun (Guven et al.. 1999). Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Febuari-April 2013 di Waduk Cirata, Jawa Barat. Pengambilan sampel ini
berupa air, daging dan organ hati ikan nila. Metode pengukuran logam berat
dilakukan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Analisis
kandungan logam berat dilakukan secara deskriptif, analisis gugus,dan analisis
statistika yaitu rancangan acak kelompok (RAK).Berdasarkan analisa statistik
yang dilakukan diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan kadar Cu dan kadar Zn
yang nyata pada tiap stasiunnya (p > 0,05). Perbedaan kadar Cu dan kadar Zn
yang nyata didapatkan pada tiap kedalamannya (p < 0,05). Secara keseluruhan
kandungan logam berat Cu dan Zn pada ikan belum melebihi baku mutu. Nilai
rata-rata dari parameter kualitas air seperti suhu, pH, DO di perairan Waduk
Cirata masih di bawah ambang baku mutu.Pada hasil analisis gugus (dendrogram)
terlihat bahwa kelompok Imemiliki nilai kesamaannya 97,73%. Kelompok II
memiliki nilai kesamaan 69,98% sedangkan kelompok III memiliki nilai
kesamaannya adalah 53,75 %.
Kata kunci: Air, Ikan Nila, logam berat Cu dan Zn
ABSTRACT

MEGA MARGARETHA RACHMADIANTI. Analysis of Heavy Metal (Zinc


(Zn) and Copper (Cu)) In Fish Samples and Water from Cirata Reservoir,
Purwakarta - West Java. Supervised by SIGID HARIYADI dan ETTY RIANI.

Pollution of heavy metals can increase the metal content of Hg,Cr, Pb, Cd,
Cu, Zn, Ni, and others on the water system and accumulating to toxic
concentrations (Guven et al. 1999). This research was carried from February until
April 2013 on Cirata Reservoirs, West Java. The sample for this research are
water, meat and liver of tilapia. Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)
used for heavy metals quantitative analysis. Heavy metal content being analyzed
using descriptive statistics, cluster analysis and statistical analysis (random design
group). Based on the statistical analysis,we know that there are no difference in
the levels of Cu and Zn levels were evident on each of its stations (p>0,05).
Differences in the levels of Cu and Zn levels were obtained at each depth (p>0,05).
Overall heavy metal content of Cu and Zn on the quality of the raw fish has not
been exceeded. The average value of water quality parameters such as
temperature, pH, DO in Cirata reservoirs still under the threshold of quality
standards.Based on cluster analysis (dendrogram) that we use, we haveGroup
Iwith the value of similarity97,73%, Group II has a value ofsimilarity 69,98%,
adn Group III has a similarityvalue 53,75%.
Keywords: Water, Tilapia, Heavy metal Cu and Zn
ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT SENG (Zn) DAN
TEMBAGA (Cu) PADA IKAN NILA DAN PERAIRAN WADUK
CIRATA PURWAKARTA, JAWA BARAT

MEGA MARGARETHA RACHMADIANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi:Analisis Kandungan Logam Berat Seng (Zn) dan Tembaga (Cu)
pada Ikan Nila dan Perairan Waduk Cirata Purwakarta, Jawa Barat
Nama : Mega Margaretha Rachmadianti
NIM : C24090008

Disetujui oleh

Dr Ir Et Riani MS
Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

MSc

Tanggal Lulus: r1 9 1 22 0 1 3
Judul Skripsi :Analisis Kandungan Logam Berat Seng (Zn) dan Tembaga (Cu)
pada Ikan Nila dan Perairan Waduk Cirata Purwakarta, Jawa Barat
Nama : Mega Margaretha Rachmadianti
NIM : C24090008

Disetujui oleh

Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc Dr Ir Etty Riani, MS


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidaya-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul
“Analisis Kandungan Logam Berat Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) pada Ikan Nila
dan Perairan Waduk Cirata Purwakarta, Jawa Barat”. Ini dapat diselesaikan.
Skripsi disusun dalam ramgka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama
kepada :
1. Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc dan Dr Ir Etty, MS selaku dosen pembimbing.
2. Keluarga tercinta ayahanda Budjang, Ibunda Wati, kakak (Isman marta
Badawa, Ika Putri yulianti, Muhammad Chaidir Budawa, Dodi Wijaya)
dan adik (Anggun Trisnawati) yang telah memberikan dukungan dan kasih
sayangnya.
3. Keluarga besar Herry, SSi, MSi dan Tri Wahyuni, SSi, MT arahan serta
nasehat dalam penyusunan skripsi ini.
4. Hollanda Arief Kusuma, SIk yang telah memberikan dukungan dan kasih
sayangnya.
5. Prof Dr Ir Dwi Eny Djoko Setyono, MSc yang telah memberikan saran
serta masukan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Sahabat tercinta Allsay dan Yulia Sartika Dewi yang telah memberikan
semangat.
7. Yaya Hudaya, S.T dan BPWC yang telah membantu dalam penelitian ini.
8. Irwan Rudy Pamungkas, Noer Fitria Putra Setyono, Teman-teman MSP
46, MSP 47, MSP 45, MSP 44, keluarga besar MSP, dan Teman-teman
sweet home.
9. Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di
masa depan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Bogor, Desember 2013

Mega Margaretha Rachmadianti


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL……………………………………………………………….. vi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………. vi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….. vi
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 
Latar Belakang .................................................................................................... 1 
Perumusan Masalah ............................................................................................. 3 
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 4 
Manfaat Penelitian ............................................................................................... 4 
METODE ................................................................................................................ 4 
Alat dan Bahan .................................................................................................... 5 
Metode Kerja ....................................................................................................... 5 
Analisis Data ....................................................................................................... 7 
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 8 
Kualitas Air ......................................................................................................... 8 
Analisis Gugus (Clustering Analisis) ................................................................ 10 
Kandungan Tembaga (Cu) dalam Air ............................................................... 11 
Kandungan Seng (Zn) dalam Air ...................................................................... 12 
Kandungan Logam Berat Cu dalam Ikan .......................................................... 13 
Kandungan Logam Berat Zn dalam Ikan .......................................................... 14 
Usulan Upaya Pengelolaan Waduk Cirata ........................................................ 16 
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 16 
Kesimpulan ........................................................................................................ 16 
Saran .................................................................................................................. 17 
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17 
LAMPIRAN .......................................................................................................... 20 
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 21 
DAFTAR TABEL
1 Parameter-parameter kualitas air dan biota yang diamati …………………….6 
2 Nilai baku mutu logam berat dalam air dan tubuh ikan ……………………..7 
3 Nilai baku mutu suhu, pH, DO, dan kekeruhan. ……………………………..8 
4 Nilai rata-rata parameter kualitas air pada setiap stasiun pengamatan,
perairan waduk Cirata (n = 6) ………………………………………………...9 

DAFTAR GAMBAR
1 Skema perumusan masalah …………………………………………………...3 
2 Peta lokasi penelitian ……………………………………………………..….5 
3 Dendogram kesamaan stasiun pengamatan berdasarkan parameter fisika
kimia……………………………………………………………………....... 10 
4 Grafik kandungan tembaga (Cu) dalam air …………………………………11 
5 Grafik kandungan seng (Zn) dalam air ………………………………….......12 
6 Grafik kandungan logam berat Cu dalam ikan ……………………………...13 
7 Faktor konsentrasi Cu ………………………………………………………13 
8 Kandungan logam berat Zn dalam ikan ……………………………………15 
9 Faktor konsentrasi logam berat Zn dalam ikan ……………………………..15 

DAFTAR LAMPIRAN
1 Tabel Sidik Ragam Kandungan Logam Berat Cu dalam Air ……………….20 
2 Tabel Sidik Ragam Kandungan Logam Berat Zn dalam Air ……………….20 
3 Tabel Kualitas air ……..……………………………………………………20 
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Waduk Cirata adalah salah satu waduk yang ada di Indonesia yang
mempunyai berbagai fungsi (waduk serbaguna). Waduk Cirata terletak diantara
Waduk Saguling dan Waduk Juanda-Jatiluhur yang saling berhubungan satu
dengan lainnya, yakni Waduk Saguling di bagian hulu, Waduk Cirata di bagian
tengah dan Waduk Juanda Jatiluhur di bagian hilir, yang keseluruhannya terdapat
dalam DAS Citarum (Riani 2010).
Logam berat pada sistem akuatik dapat secara alami diproduksi melalui
pelarutan lambat dari tanah atau batuan ke air. Produksi logam berat ini biasanya
terjadi pada tingkat rendah yang tidak menyebabkan efek yang berbahaya pada
kesehatan manusia. Perkembangan industri, pertanian, dan pertambangan
mendorong peningkatan polusi logam di lingkungan melalui hulu dan anak sungai
(Sericano et al.1995). Polusi logam berat dapat menyebabkan kandungan logam
Hg, Cr, Pb, Cd, Cu, Zn, Ni, dan lain-lain pada sistem air meningkat dan
terakumulasi hingga pada konsentrasi yang beracun (Guven et al.1999) dan
menyebabkan dampak pada lingkungan dan manusia (Harms 1975, Jefferies and
Freestone 1984, Freedman 1989 in Ashraf M.A et al.2011). Logam ini hanya
dapat terdekomposit, dan menyebabkan polusi logam berat di kolom air. Oleh
karena itu, logam berat dapat mengalami akumulasi dan biomagnifikasimelalui
rantai makanan dan akhirnya terasimilasi pada tubuh manusia yang berpengaruh
pada resiko kesehatan (Abdel-Baki et al..2011). Waduk Cirata menampung
berbagai jenis senyawa yang bersumber dari limbah, baik oleh aliran sungai
Citarum dan anak-anak sungainya (eksternal), maupun limbah yang bersumber
dari kegiatan di dalam waduk sendiri (autochtonus) misalnya dari kegiatan jaring
terapung yang dari tahun ke tahun terus meningkat (BPWC 2013).
Seng (Zn) merupakan nutrien esensial manusia, sebuah kofaktor untuk lebih
dari 300 enzim, dan ditemukan dalam semua jaringan. Pada manusia, konsentrasi
tertinggi seng ditemukan pada tulang, otot, prostat, hati dan ginjal (EPA 2005).
Distribusi yang serupa telah ditemukan pada hewan (EPA 2005). Kurang dari
10% dari total seng di dalam tubuh terdapat dalam darah (EPA 2005) dan sisanya
terdapat dalam tulang dan otot. Dalam darah, seng ditemukan di plasma, eritrosit,
leukosit, dan plateles. Hampir 98% seng di dalam serum berikatan dengan protein;
85% berikatan dengan albumin, 12% dengan α2-makroglobulin, dan sisanya
dengan asam amino (EPA 2005). Dalam eritrosit, seng sebagian besar ditemukan
sebagai komponen karbonik anhidrase (87%) dan Cu, Zn-superoksida dismutase
(5,4%) (EPA 2005).
Tembaga (Cu) merupakan elemen esensial untuk kesehatan dan
pertumbuhan metabolisme seluruh mahluk hidup, termasuk ikan dimana
keterangan tentang Cu penting untuk segala jenis mahluk hidup akuatik (Eisler
2000). Tembaga berikatan dengan senyawa organik dalam sejumlah proses
biokimia dalam tanaman, hewan atau manusia (ICA 1992). Sebagai hasilnya,
kekurangan tembaga dapat berhubungan dengan perubahan biokimia (ICA 1992)
sehingga dapat menyebabkan defisiensi simpton dalam semua organisme ketika
2

konsentrasi terlalu rendah, namun berefek toksik ketika konsentrasi terlalu tinggi
(ICA 1992).
Hasil kajian beberapa penelitian di waduk cirata melaporkan bahwa kondisi
logam beratnya sudah krisis. Kandungan logam berat di waduk cirata sudah
melampaui batas yang diizinkan terutama Hg, Pb, dan Zn2+. Kadar Hg sebanyak
4-10 μg/L akan berdampak dalam meningkatkan protein plasma sehingga ikan
sulit untuk menyerap protein dan akan menurunkan tingkat respirasinya sehingga
pertambahan berat akan menurun, demikian juga konsentrasi Pb sebesar 0.1 μg/L
akan menurunkan laju tumbuh dan konsentrasi Zn2+ maks 0.2 mg/L akan
menurunkan growth rate ikan yang dipelihara (Jorgensen 1989 in Saputra 2009).
Air Waduk Cirata sudah tercemar limbah logam berat hingga melebihi
standar baku air. Kondisi itu menurunkan kualitas ikan hasil budidaya, menambah
ongkos pemeliharaan turbin akibat tingginya laju korosi, dan mengancam
kesehatan manusia.Secara khusus dalam penelitian Badan Pengelola Waduk
Cirata (BPWC) pada triwulan pertama dan kedua tahun 2008 menunjukkan
adanya kadar timbal di sejumlah lokasi penelitian mencapai 0,04 miligram (mg)
per liter pada triwulan pertama dan 0,11 mg per liter pada triwulan kedua. Adapun
kadar tembaga mencapai 0,03 mg per liter pada triwulan pertama.Padahal,
ambang batas baku mutu (Cu: 0,033) ideal untuk air minum, perikanan, dan
pembangkit listrik tenaga air (PLTA) berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat
Nomor 39 Tahun 2000 tentang Baku Mutu Air adalah 0,02 mg per liter untuk
tembaga dan 0,03 mg per liter untuk timbal (Wijaya 2008). Waduk Cirata terkenal
dengan tercemar logam berat hal kandungan logam berat Cu dan Zn di perairan
Waduk Cirata nilainya tinggi bahkan telah melewati baku mutu (Cu: 0.033 dan
Zn: 0.054) yang ditetapkan. Hal ini berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
oleh Permana (2012).
Topik penelitian mengenai kadar logam berat yang ada di dalam air dan di
dalam organ ikan menjadi penting jika ditinjau dari dua aspek utama. Pertama,
dilihat dari sudut pandang kesehatan publik, topik penelitian ini penting dalam
mengukur akumulasi logam berat untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
manusia (seperti As, Pb, dan Hg). Kedua, dari sudut pandang lingkungan akuatik,
topik penelitian ini digunakan untuk memperhatikan kemunduran biologis dan
mengidentifikasi sumber yang mengancam keseimbangan ekologis. Perlu
diketahui bahwa logam berat yang berlebih seperti tembaga, seng dan mangan
terkadang menggambarkan bahaya yang lebih besar daripada merkuri, kadmium,
dan timah (Ashraf et al.2011). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan
berlokasi di perairan Waduk Cirata. Waduk Cirata dipilih karena waduk ini
terdapat banyak kegiatan budidaya ikan nila. Kadar Cu dan Zn dalam ikan perlu
diketahui karena ikan nila merupakan ikan konsumsi yang digemari oleh
masyarakat. Harapannya dengan penelitian ini dapat diketahui kandungan kedua
logam berat ini di dalam air dan ikan dan dapat memberikan saran kepada
masyarakat tentang layak tidaknya Waduk Cirata sebagai lokasi budidaya maupun
sebagai tempat pengambilan ikan konsumsi.
3

Perumusan Masalah

Timbulnya kandungan logam berat dikarenakan oleh kegiatan alamiah dan


aktifitas manusia. Kandungan logam berat secara alamiah berasal dari gunung
meletus, erosi, serta hujan. Aktifitas manusia seperti kegiatan KJA, industri,
pertanian serta domestik,merupakan faktor penyebab terjadinya peningkatan
logam berat, hal ini juga melalui asupan dari sungai-sungai yang masuk ke
perairan dalam Waduk Cirata misalnya Sungai Citarum. beberapa kandungan
logam berat pada Waduk Cirata sudah melebihi baku mutu air sehingga dikatakan
tidak layak bagi kondisi perikanan, seperti tembaga (Cu) dan seng (Zn).
Keberadaan ikan-ikan budidaya yang ada di dalam keramba jaring apung yang ada
di dalam Waduk Cirata tentunya akan terpengaruh oleh kondisi perairan yang
sudah tercemar. Ikan yang hidup di kawasan perairan yang tercemar oleh logam
berat sangat memungkinkan di dalam tubuhnya mengandung logam berat. Pada
konsentrasi tertentu akan mengakibatkan terganggunya fungsi organ, yang pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian.ikan-ikan tersebut dikonsumsi oleh
manusia dalam waktu yang lama akan menyebabkan gangguan kesehatan, seperti
kemandulan, kerusakan jaringan organ tubuh, bahkan kematian. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, diperlukan suatu kajian yang dapat memberi tahu secara
terkini mengenai kandungan logam berat di Waduk Cirata mengenai kandungan
logam berat tembaga (Cu) dan seng (Zn) yang ada di dalam perairan dan ikan nila.
Kandungan logam di Waduk Cirata apabila telah melebihi baku mutu air dan baku
mutu ikan, diharapkan dapat segera diambil tindakan perbaikan untuk
mengembalikan kondisi Waduk Cirata seperti sediakala yang dimanfaatkan secara
tidak berlebihan sehingga kondisi lingkungan dapat terjaga dan tidak terjadi
pencemaran pada ekosistem lingkungan di perairan waduk cirata, serta ikan yang
di hasilkan dari kegiatan kerambah jaring apung dapat dikonsumsi dengan baik
dan sehat. Hal ini dapat dilihat juga pada skemat pada Gambar 1.

Alamiah Manusia
(gunung meletus, Logam (KJA, industri,
erosi, dan hujan) pertanian)

Biota Kualitas air

Pencemaran lingkungan
Kesehatan
manusia
Ekosistem perairan
Gambar 1Skema perumusan masalah
4

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kandungan logam berat seng


(Zn) dan tembaga (Cu) pada ikan nila dan di perairan Waduk Cirata.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai kandungan


logam berat di dalam air dan di dalam ikan nila yang dibudidayakan. Informasi ini
diharapkan dapat membantu pemerintah dalam membuat peraturan untuk limbah
yang dibuang di Waduk Cirata seperti limbah rumah tangga, limbah industri, dan
limbah lainnya sebagai bahan dalam pengelolaan Waduk Cirata agar pemanfaatan
sumberdaya yang ada dapat dilakukan secara berkelanjutan. Selain itu, hasil
penelitian ini dapat diinformasikan kepada masyarakat bahwa ikan nila hasil
budidaya dapat di konsumsi dengan aman.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Febuari-April 2013 di Waduk Cirata,


Jawa Barat. Letak stasiun pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 2.
Pengambilan sampel dilakukan satu bulan sekali selama tiga bulan berturut-turut.
Pengambilan sampel ini berupa air, daging dan organ hati ikan nila. Analisis
kandungan logam berat pada ikan nila dilakukan di Laboratorium Fakultas
Teknologi Pertanian sedangkan analisis kualitas perairan dilakukan di
Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Universitas
Padjajaran, Bandung.
5

Gambar 2 Peta lokasi penelitian

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cool box sebagai tempat ikan
contoh, botol polyetilen sebagai tempat contoh air, alat mengambil air contoh
menggunakan Van Dorn Sampler, termometer air raksa, pH meter, turbiditimeter,
alat bedah, alat untuk titrasi dalam pengukuran DO dan alat analisis logam berat
yaitu AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer).
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian, yaitu bahan untuk titrasi DO,
organ tubuh ikan (daging dan hati), es batu, air sampel, HNO3.

Metode Kerja

Penentuan Stasiun Pengamatan


Stasiun pengamatan ditentukan secara horizontal dan vertikal. Secara
horizontal ditentukan sebanyak enam titik. Secara vertikal ditentukan pada bagian
permukaan 0.2 m, kedalaman 5 m, dan di dasar perairan. Stasiun 1 hingga Stasiun
6 dilakukan analisis kualitas air dan kandungan logam berat Cu dan Zn,
sedangkan analisis kandungan logam berat pada ikan hanya dilakukan dari ikan
yang diambil pada Stasiun 2 dan 3.

Pengambilan Contoh Air dan Ikan


Pengambilan contoh air dilakukan dengan menggunakan perahu milik
BPWC (Badan Pengelola Waduk Cirata) yang disesuaikan dengan stasiun
pengamatan di lokasi budidaya ikan nila dengan mengambil parameter-parameter
6

yang ditunjukkan pada Tabel 1. Waktu pengambilan sampel kualitas air dilakukan
dua kali yaitu pada bulan Febuari dan April 2013 pada pukul 09.00 WIB. Contoh
air diambil pada lapisan permukaan 0.2 m, kedalaman 5 m, dan dasar perairan
dengan menggunakan botol Van Dorn. Contoh air yang telah diambil dimasukkan
ke dalam botol polyetilen. Botol pertama digunakan untuk mengukur kekeruhan
sedangkan botol kedua untuk logam berat yang ditambahkan dengan pengawet
HNO3 pekat.
Pengambilan contoh ikan nila dilakukan pada bulan Febuari sampai April
2013. Pengambilan ini dilakukan 3 kali dalam selang waktu satu bulan selama tiga
bulanberturut-turut. Ikan diambil dari 5 keramba jaring aping (KJA).Setiap
karamba hanya diambil 2 ekor ikan yang berumur 3-5 bulan sehingga dari 5
karamba didapatkan 10 ekor ikan.Contoh ikan dimasukkan ke dalam kantong
plastik klip untuk mencegah kontaminasi logam selama pengangkutan ke
laboratorium dan dimasukkan ke dalam cool box yang di dalamnya sudah berisi es
batu. Ikan nila yang diambil dari karamba tersebut dibedah dan diambil daging
dan organ hati. Organ contoh yang dibutuhkan untuk analisis logam berat seperti
daging dan hati diperoleh dari beberapa ikan yang dikumpulkan memenuhi berat
yang dibutuhkan untuk analisa. Organ contoh tersebut masing-masing
dimasukkan ke dalam plastik klip, kemudian diawetkan dengan pembekuan
sampai siap dianalisis.Bahan kimia untuk analisis parameter kimia sesuai dengan
metode yang digunakan Eaton et al. (2005) pada tabel 1 berikut:
Tabel 1 Parameter-parameter kualitas air dan biota yang diamati

Parameter Satuan Metode Analisis/ Alat Keterangan


Kualitas Air
0
1. Suhu C Termometer Lapangan
2. Kekeruhan NTU Trubiditimeter Lapangan
3. DO - DO meter Lapangan
Komparasi warna/
4. pH - Lapangan
kertas lakmus
5. Cu mg/l Serapan atom/AAS Laboratorium
6. Zn mg/l Serapan atom/AAS Laboratorium

Biota (Ikan Nila)


Kimia Biota
1. Cu mg/l Serapan atom/AAS Laboratorium
2. Zn mg/l Serapan atom/AAS Laboratorium

Parameter Kualitas Air


Pengukuran yang dilakukan untuk parameter fisika adalah suhu dan
kekeruhan. Suhu diukur dengan menggunakan termometer sedangkan kekeruhan
menggunakan turbiditimeter.
Parameter kimia yang dianalisis meliputi pH dan logam berat. Pengukuran
pH dilakukan dengan menggunakan bantuan pH meter. Pengukuran logam berat
dilakukan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer).
7

Analisis logam Zn di air menggunakan AAS dan diekstraksi dengan larutan


HNO3 pekat. Analisis logam Zn diikan menggunakan AAS dengan cara destruksi
kering. Analisis logam Cu di Air menggunakan AAS dan diekstraksi dengan
larutan HNO3 pekat. Analisis logam Cu dengan ikan menggunakan AAS dan
destruksi kering.

Analisis Data

Analisis Logam Berat


Analisis kandungan logam berat dilakukan secara deskriptif, yaitu dengan
membandingkan kandungan logam berat air dengan baku mutu air menurut PP.RI
No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air (Tabel 2) yang peruntukannya dapat digunakan untuk kegiatan
budidaya perikanan. Kandungan logam berat pada organ tubuh ikan (daging dan
hati) dibandingkan dengan kandungan maksimum logam berat dalam tubuh ikan
pada SK Dirjen POM No. 037/25/B/SKVII/1989 mengenai Batas Maksimum
Cemaran Logam dalam Produk Pangan.
Tabel 2 Nilai baku mutu logam berat dalam air dan tubuh ikan

Jenis Logam Kandungan Maksimum Kandungan Maksimum


Berat Pada Air* Dalam Tubuh Ikan**
Tembaga (Cu) 0.02 ppm 20 ppm
Seng (Zn) 0.05 ppm 100 ppm
Ket : * kelas dua menurut PP. RI. No. 82 Tahun 2001
** Menurut SK Dirjen POM No. 037/25/B/SKVII/1989

Faktor Konsentrasi
Faktor konsentrasi (FK) atau Faktor Akumulasi (FA) merupakan rasio kadar
logam berat di dalam tubuh ikan dengan kadar logam berat di dalam air (Muzyed
2011). Pengukuran akumulasi ini berkenaan dengan penelitian atau metode
pemantauan pembuangan dan penyimpanan polutan seperti logam didalam organ
dan/ atau jaringan organisme seperti ikan. Pemahaman yang baik mengenai faktor
akumulasi penting untuk memprediksi kontribusi relatif media abiotik sebagai
sumber akumulasi logam berat pada ikan dan efisiensi akumulasi untuk segala
macam polutan pada semua organ ikan. Sebagai tambahan, informasi ini krusial
dalam membuat penilaian resiko yang akurat untuk tujuan keamanan pangan dan
hubungannya terhadap konsekuensi kesehatan manusia (Muzyed 2011). Kumar
dan Achyuthan (2007) menyampaikan bahwa faktor konsentrasi digunakan untuk
menghitung perkiraan jumlah masukan logam berat dari lingkungan sekitar.
Faktor konsentrasi dirumuskan sebagai berikut:

Analisa Kualitas Air


Nilai parameter fisika dan kimia yang diukur dibandingkan dengan baku
mutu air menurut PP. RI No. 82 tahun 2001 dan hasil studi pustaka dari beberapa
sumber. Nilai baku mutu dari parameter yang diukur dan sumbernya dapat dilihat
8

pada Tabel 3. Selain menganalisa kualitas air ditinjau dari baku mutunya, analisa
statistik juga dilakukan terhadap sampel logam berat yang terdeteksi di dalam
kolom air. Rancangan acak kelompok digunakan dengan mengelompokkan
stasiun ke dalam perlakuan dan kedalaman sebagai kelompok. Tingkat
kepercayaan yang digunakan ialah 95% (α=0,05). Apabila terjadi perbedaan yang
nyata maka dilakukan uji dengan menggunakan Tukey Yardstick (Mendenhall,
2013).
Tabel 3 Nilai baku mutu suhu, pH, DO, dan kekeruhan.
Parameter Nilai baku mutu Sumber
Suhu 27 + 28 C PP. RI No. 82 tahun 2001
Kekeruhan 50 NTU PP. RI No. 82 tahun 2001
Ph 6-9 PP. RI No. 82 tahun 2001
Oksigen Terlarut (DO) 4 mg/l PP. RI No. 82 tahun 2001

AnalisisGugus (Cluster Analysis)


Analisis gugus digunakan untuk melihat kesamaan suatu stasiun dari
beberapa variabel yang digunakan. Analisis ini berguna untuk mengklasifikasikan
stasiun pengamatan dalam gugus (cluster) yang sama. Variabel yang digunakan
ialah kandungan logam Zn dan Cu di dalam air, suhu, DO, pH, dan kekeruhan.
Grup yang akan dianalisis adalah stasiun pengamatannya. Analisis gugus ini
menggunakan Eucliddistance untuk mencari pairwise distance dan menggunakan
metode unweighted average distance untuk mendapatkan nilai linkage. Nilai
linkage ini yang digunakan untuk membuat dendrogram (Everit et al. 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Air

Nilai kualitas air yang diukur pada penelitian ini ditunjukkan pada Lampiran
3. Nilai kualitas air yang terdapat pada Tabel 4 merupakan rata-rata dari nilai yang
diukur tiap bulannya selama 2 bulan. Suhu air di Waduk Cirata berkisar antara
280-290 C. Nilai suhu air ini termasuk cukup tinggi dikarenakan keadaan dan
kondisi alam pada saat pengukuran cukup terik. Suhu perairan dapat
mempengaruhi keberadaan dan sifat logam. Umar et al.. (2001) menyatakan
bahwa peningkatan suhu perairan cenderung menaikkan akumulasi dan toksisitas
logam berat Cu. Hal ini terjadi akibat meningkatnya laju metabolisme dari
organisme air. Walaupun demikian suhu di perairan Waduk Cirata masih dalam
batas nilai toleransi kehidupan organisme perairan termasuk ikan.
9

Tabel 4 Nilai rata-rata parameter kualitas air pada setiap stasiun pengamatan,
perairan waduk Cirata (n = 6).

Stasiun Pengamatan
Parameter Satuan Simpangan
1 2 3 4 5 6 baku (s)
0
Suhu C 29 29 29 28 28 29 0.516
Kekeruhan NTU 27 25 25 184 110 254 97.311
pH - 7.1 7 7 7.3 7.1 7.2 0.117
DO mg/L 3.02 2.82 3.12 3.55 3.45 3.47 0.294
Kisaran pH yang didapat dari keenam stasiun tersebut yaitu antara 7.0–7.3.
Palar (1994) mengemukakan bahwa pada badan perairan yang mempunyai derajat
keasaman (pH) mendekati normal atau pada daerah kisaran pH 7–8, kelarutan dari
senyawa – senyawa (hidroksida, oksida, karbonat, dan sulfida) ini cenderung
untuk stabil. Kisaran pH yang didapat ini masih dalam batas toleransi untuk
tempat hidup ikan nila. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Suyanto (1995) bahwa
nilai pH air tempat hidup ikan nila berkisar antara 6–8,5.
Kadar oksigen terlarut berkisar antara 2.82– 3.47 mg/L. Artinya kadar
oksigen terlarut di Perairan Waduk Cirata sangat rendah. Hal ini tidak baik untuk
kelangsungan hidup ikan. Kadar oksigen terlarut yang diperlukan untuk
kelangsungan hidup ikan sangat beragam. Pada kadar oksigen terlarut kurang dari
4–5 ppm, nafsu makan ikan berkurang dan pertumbuhan tidak berkembang
dengan baik. Dan apabila kadar oksigen terlarut di bawah 4 mg/L untuk jangka
waktu yang lama, ikan akan berhenti makan dan pertumbuhan terhenti (Mulyanto
1992). Artinya apabila kadar oksigen terlarut di Waduk Cirata terus seperti ini
dalam jangka waktu lama akan sangat membahayakan kehidupan ikan. Penyebab
rendahnya oksigen terlarut ini diduga karena telah banyaknya aktifitas manusia di
sekitar Waduk Cirata. Selain itu juga, ikan yang dibudidayakan juga semakin
banyak dimana ikan melakukan respirasi sehingga jumlah DO dalam air rendah.
Efek DO pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk di dalamnya
adalah suhu yang berpangaruh langsung terhadap kelarutan O2 dan proses
metabolisme organisme akuatik (Sari 2007).
Kekeruhan merupakan ukuran transparansi suatu perairan, yang ditentukan
secara visual dengan menggunakan sechi disk. kekeruhan menggambarkan sifat
optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan
dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam badan air. Tingginnya nilai
kekeruhan pada stasiun 6 dipengaruhi oleh adanya pergerakan air yang berasal
dari aliran sungai. Santoso (2008) menyatakan kekeruhan yang tinggi, sebagai
akibat besarnya debit air sungai dan turbulensi sehingga Kekeruhan yang tinggi
dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi misalanya pernafasan
dan daya lihat organisme akuatik termasuk zooplankton, sehingga dapat
mempengaruhi perkembangbiakan plankton larva dan dapat mengakibatkan
kematian. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari parameter kualitas air
seperti suhu, pH, DO di perairan Waduk Cirata masih di bawah ambang baku
mutu dan perairan Waduk Cirata masih dapat digunakan sebagai tempat budidaya
ikan air tawar. Sedangkan kekeruhan sudah melebihi ambang batas baku mutu hal
ini dikarenakan adanya bahan organik yang berasal dari sisa pakan ikan yang
mengendap didalam perairan sehingga bila ada pergerakan air yang bergerak
10

sampai dasar perairan menyebabkan endapan yang berasal dari pakan ikan akan
naik sehingga kekeruhan tinggi. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan
organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut, maupun bahan organik yang
berupa plankton dan mikroorganisme lain (APHA, in Santoso 2008).

Analisis Gugus (Clustering Analisis)

Gambar 3 menunjukkan hasil dendrogram dari analisis gugus yang telah


dilakukan dengan menggunakan metode unweighted average distance. Pada
Gambar 3 terlihat bahwa kelompok I (stasiun 1, 2, dan 3) memiliki nilai
kesamaannya 97,73%. Kelompok II terdiri dari stasiun 4 dan 6 yang memiliki
nilai kesamaan 69,98% sedangkan kelompok III terdiri dari stasiun 5 memiliki
nilai kesamaannya adalah 53,75 %.

Gambar 3 Dendogram kesamaan stasiun pengamatan berdasarkan parameter fisika


kimia
Kesamaan kelompok I (stasiun 1, 2, dan 3) dapat dilihat dari nilai kekeruhan
dan oksigen terlarutnya dimana kedua parameter ini memiliki nilai yang rendah
dibandingkan stasiun lainnya. Pada kelompok II (stasiun 4 dan 6) memiliki nilai
kekeruhan dan oksigen terlarut yang tinggi, sedangkan pada kelompok III (stasiun
5) memiliki nilai kekeruhan dan oksigen terlarut yang lebih tinggi dibandingkan
kelompok I dan kelompok III memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan
kelompok II. Pada kelompok II memiliki nilai kekeruhan yang tinggi
dimungkinkan adanya pergerakan massa air yang disebabkan kelompok II (stasiun
4 dan 6) berada pada daerah muara sungai.
Kesamaan Stasiun 2 dan 3 ternyata terjadi juga dalam kandungan logam
berat di dalam organ daging dan hati ikan nila . Kesamaan ini terlihat dari tidak
adanya perbedaan yang nyata pada kandungan logam di dalam kedua organ ikan
nila tersebut. hal ini berarti dendrogram yang dibuat mewakili dari kondisi stasiun
di perairan Waduk Cirata.
11

Kandungan Tembaga (Cu) dalam Air

Berdasarkan hasil pengukuran kandungan logam beratt Cu dalam air


selama 2 bulan didappat rata-rata pada setiap stasiun yang disajikann dalam Gambar
4. Berdasarkan analisa statistik (Lampiran 1) yang dilakukan diperoleh hasil
bahwa tidak ada perbbedaan kadar Cu yang nyata pada tiap stasiuunnya (p > 0,05).
Perbedaan kadar Cu yang nyata didapatkan pada tiap kedalamannnya (p < 0,05).
Dasar perairan membberikan kadar Cu yang berbeda nyata terhadapp dua kedalaman
lainnya. Hal ini dappat diartikan bahwa tidak ada pergerakan massa air yang
homogen pada waduuk Cirata. Dengan demikian, perlu diwaspaadai untuk tidak
mengambil atau mem melihara biota-biota yang hidup di dasar karenna dimungkinkan
kandungan Cu di dalaam tubuhnya juga besar akibat adanya akumuulasi.

Gambaar 4 Grafik kandungan tembaga (Cu) dalam air


a
Palar (1994) meengatakan kandungan logam berat Cu naik ke k permukaan air
karena adanya pembaalikan massa air sehingga partikel-partikel yang ada di dasar
perairan akan naik kee atas disebabkan oleh air hujan. Nilai kandunngan logam berat
Cu yang tinggi dipeengaruhi oleh asupan air sungai yang beraasal dari limbah
industri, limbah rumaah tangga dan sebagainya (Palar 1994). Penceemaran Cu dapat
berasal terutama dari aktifitas manusia (73%) seperti prooduksi tembaga
(penambangan) dan pembakaran bahan bakar fosil (batubara daan gas, sisa dari
sumber alam (Nriaguu in Woody 2007). Tingginya nilai kandungann logam berat Cu
pada suatu perairan dapat merusak indera penciuman, sistem reproduksi dan
pertumbuhan pada orrganisme akuatik yang ada di perairan terseebut (Hasler and
Schlotz 1983). Sebaggai contoh, Hasler and Schlozt (1983) menyaampaikan bahwa
tembaga mempengarruhi indra penciuman ikan salmon yang berdampak b pada
proses migrasi ikan teersebut dari air laut ke air tawar.
Nilai kandungaan Cu di dalam air pada perairan Waduk Ciraata memiliki nilai
0,008 ppm. Hal ini menunjukkan
m bahwa kandungan Cu di perairaan Waduk Cirata
masih di bawah ambaang baku mutu ( 0,02 ppm) dan perairan Wadduk Cirata masih
dapat digunakan sebaagai tempat budidaya ikan air tawar.
12

Kan
ndungan Seng (Zn) dalam Air

Berdasarkan hasil penngukuran kandungan logam berat Zn dalam air selama


2 bulan didapat rata-rata pada setiap stasiun yang disajikan dalam Gambar
G 5.
Berdasarkan analisa statistiik (Lampiran 2) yang dilakukan diperoleh hasil bahwa
tidak ada perbedaan kadaar Zn yang nyata pada tiap stasiunnya (pp > 0,05).
Perbedaan kadar Zn yang nyata didapatkan pada tiap kedalamannya (p ( < 0,05).
Pola ini sama dengan pola p yang terjadi pada logam Cu. Dasarr perairan
memberikan kadar Zn yanng berbeda nyata terhadap dua kedalaman laainnya. Hal
ini dapat diartikan bahwa tidak
t ada pergerakan massa air yang homoggen hingga
dasar pada Waduk Cirataa. Dengan demikian, perlu diwaspadai unntuk tidak
mengambil atau memeliharra biota-biota yang hidup di dasar karena dim
mungkinkan
kandungan Zn di dalam tubbuhnya juga besar akibat adanya akumulasi.

Gambar 5 Grafik kandungan seng (Zn) dalam air


Eisler (2000) menyaatakan bahwa sumber utama dari seng di lingkungan
l
adalah pelelehan logam, akktivitas manusia, dan aktivitas pertambangann. Produksi
dan penggunaan seng dalam m kuningan perunggu, tuangan logam, campuuran logam,
karet dan cat dapat melepasskan seng ke lingkungan melalui berbagai aliran limbah
(EPA 2005). Nilai kandunngan logam berat Zn tinggi di air akan mennyebabkan
gangguan pertumbuhan juuga akan mempengaruhi pematangan seksuual hingga
dapat menyebabkan kemaatian. Gejala klinis keracunan Zn dilaporkaan sebagai
muntaber, diarrhea, kencinng berdarah, icterus, penyakit liver, gagal ginjal,
g dan
anemia (Duruibe et al..20077).
Nilai kadar Zn di daalam air pada Waduk Cirata masih beradaa di bawah
ambang baku mutu yangg dikeluarkan oleh pemerintah (0,05 ppm). Hal ini
mengisyaratkan bahwa Waduk
W Cirata masih dapat digunakan sebaggai tempat
budidaya ikan air tawar. Namun
N perlu menjadi perhatian bahwa nilaii Zn sudah
mendekati ambang batas baku
b mutu yang ditetapkan sehingga perlu diwaspadai
d
akan sumber-sumber penceemar Zn.
13

K
Kandungan Logam Berat Cu dalam Ikan

Berdasarkan haasil pengukuran kandungan logam berat Cu dalam ikan nila


didapat rata-rata padda setiap stasiun dan nilai faktor konsentrassinya (FK) yang
disajikan pada Gambbar 6 dan Gambar 7. Gambar 6 menunjukkkan kandungan
logam berat Cu bervvariasi pada daging dan organ hati ikan. Secara statistik,
kandungan Cu pada daging dan hati ikan tidak berbeda nyata di tiap stasiun dan
bulannya. Perbedaan yang nyata terjadi pada kandungan Cu di dalamd organ ikan
nila. Kandungan Cu di d dalam hati memiliki nilai lebih besar dibanndingkan dengan
daging. Kandungan logam
l berat Cu paling tinggi terdapat padaa hati ikan yaitu
6,97 ppm, kemudian nilai kandungan logam berat Cu yang terenddah terdapat pada
daging ikan yaitu 0,899 ppm.

Gambar 6 Grafik kandungan logam berat Cu dalam ikkan

Gambar 7 Faktor konsentrasi Cu


14

Tingginya kandungan Cu dalam hati berkaitan dengan fungsi hati yaitu


pengambilan makanan dari saluran pencernaan, biosintesis senyawa-senyawa dan
biomolekul dalam tubuh, metabolisme, menyediakan bahan-bahan kaya energi,
juga mengandung lisosom dan eksresi bahan-bahan empedu. Pada sel hati banyak
mengandung lisosom yang memegang peranan penting dalam pencernaan
intraseluler dari ion logam. Lisosom banyak terdapat pada kelenjar pencernaan,
seperti pada jaringan clorogineous annelid dan pada hati ikan (Soto et
al..2007).Darmono (2001) menyampaikan bahwa jumlah akumulasi logam berat
pada ikan memiliki pola dari yang terbesar ke yang terkecil yaitu hati > ginjal >
insang > daging. Edward et al. (2013) menyampaikan dalam penelitiannya jumlah
akumulasi Cu dari yang terbesar hingga terkecil yaitu insang > ginjal > hati >
daging. Penelitian ini juga memberikan hasil dimana kandungan Cu di hati lebih
besar dibandingkan dengan daging.
Ariesyady (2000) in Savitri dan Salami (2008) menyatakan bahwa Cu
merupakan salah satu logam berat yang sangat beracun bagi ikan. Efek khronis Cu
pada ikan meliputi: inhibisi aktivitas enzim asetilkolinesterase; perubahan sel
ginjal; pengurangan pertumbuhan; dan pengurangan respon imun. Cu dalam tubuh
organisme akan terakumulasi di hati. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
Logam berat Cu dalam tubuh ikan belum melebihi baku mutu yang ditetapkan.
Kemampuan organ tubuh dalam mengakumulasi logam berat ditentukan
dengan nilai FK. Semakin tinggi nilai FK pada suatu organ menunjukkan semakin
tinggi organ tersebut mengakumulasi logam berat tersebut. Van Esch (1977) in
Sanusi (1985) mengelompokkan sifat polutan ke dalam tiga urutan yaitu rendah
(FK < 100), akumulasi sedang (FK 100 – 1000) dan sangat akumulasi (FK >
1000). Grafik FK Cu menunjukkan bahwa logam berat Cu bersifat sangat
akumulasi pada hati ikan nila sedangkan pada daging ikan akumulasinya bersifat
akumulasi sedang. Sifat logam yang dapat terakumulasi ini dapat mengakibat
biomagnifikasi pada tinggi trofik yang lebih tinggi.

Kandungan Logam Berat Zn dalam Ikan

Berdasarkan hasil pengukuran kandungan logam berat Zn dalam ikan nila


didapat rata-rata pada setiap stasiun dan nilai faktor konsentrasinya (FK) yang
disajikan dalam Gambar 8 dan Gambar 9. Gambar 8 menunjukkan kandungan
logam berat Zn bervariasi pada masing-masing organ ikan. Secara statistik,
kandungan Zn pada masing-masing organ ikan tidak berbeda nyata di tiap stasiun
dan bulannya. Perbedaan yang nyata terjadi pada kandungan Zn di dalam organ
ikan nila. Kandungan Zn di dalam hati memiliki nilai lebih besar dibandingkan
dengan daging.
15

G
Gambar 8 Kandungan logam berat Zn dalam ikkan

Gambar 9 Faktor konsentrasi logam berat Zn dalam ikan


Dari Gambar 8 dapat diketahui bahwa akumulasi logam beerat Zn tertinggi
berada pada organ haati ikan. Secara keseluruhan kandungan logam m berat Zn pada
ikan belum melebihii baku mutu nilai yang diperbolehkan yaitu maksimum 100
ppm pada ikan berdaasarkan SK Dirjen POM No. 037/25/B/SKV VII/1989. Dilihat
dari kedua stasiun nillai kandungan logam berat Zn terbesar terdappat di hati (19,88
ppm) dan terkecil di d daging (5,81 ppm). Hal ini sesuai deengan penyataan
Darmono (2001) jum mlah akumulasi logam berat dari yang teerbesar ke yang
terkecil berturut-turrut yaitu hati>ginjal>insang>daging. Namun, Edward
(2013)menyampaikann bahwa pola akumulasi Zn di dalam tubuhh ikan dari yang
terbesar hingga terkkecil yaitu insang > ginjal > hati > dagging. Tingginya
16

kandungan logam berat Zn pada suatu organisme atau manusia akan


mengakibatkan perlambatan pertumbuhan sehingga akan menyebabkan kematian
pada organisme tersebut, juga akan merusak sistem saluran pernapasan sehingga
akan mendorong respon seperti asma.
Lloyd dan Richard (1992) menyatakan bahwa Perilaku toksik Zn terhadap
ikan adalah dengan memasuki lapisan lendir pada permukaan insang yang dapat
mengakibatkan ikan matilemas. Zn dapat bereaksi dengan protein yang dapat
menyebabkan kerusakan pada beberapa jaringan. Hal ini berpengaruh terhadap
efisiensi fungsi respirasi dan osmoregulasi dari insang. Sebagai contoh pada ikan
gurame konsentrasi Zn dalam tubuh ikan adalah 650 μg Zn2+/L (Eisler 2000)
Nilai FK pada kandungan logam berat Zn menujukkan bahwa logam Zn
bersifat sangat terakumulasi logam berat pada organ hati sedangkan pada organ
daging memiliki sifat akumulasi sedang. Nilai FK pada hati lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai FK daging. Nilai logam Zn yang tinggi juga
dipengaruhi oleh pakan ikan yaitu pelet tersebut mengandung logam Zn yang
cukup tinggi juga. Perbedaan tingkat akumulasi pada organ yang berbeda antara
Cu dan Zn dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu spesies, jenis organ, jenis polutan,
dan besarnya kandungan polutan dalam air (Gipps dan Collee 1980 in Sanusi
1985).

Usulan Upaya Pengelolaan Waduk Cirata

Waduk Cirata sudah dikatakan rentan karena banyak bahan pencemar yang
masuk ke dalam Waduk Cirata hal ini akan berdampak pada pemanfaatanya dan
Merugikan pihak-pihak terkait. Salah satu pengelolaan Waduk Cirata yang dapat
dilakukakn adalah pengendalian pencemaran. Upaya pengendalian pencemaran
yang dilakukan adalah agar waduk dapat dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya.
Tindakan pengelolaan yang dapat dilakukan adalah (1) pengendalian pencemaran
limbah yang berasal dari kegiatan keramba jaring apung (KJA), seperti adanya
peraturan batas maksimum jumlah jaring apung yang berada disekitas Waduk
Cirata yang dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya, dan adanya pemeriksaan
ulang data jumlah KJA di Waduk Cirata. (2) pengendalian pencemaran limbah
yang bersumber dari kegiatan industri adalah setiap industri membuat tempat
pembuangan limbah cair secara tertutup sehingga tidak merembas ke lingkungan
sekitar, dan dibuatnya peraturan setiap industri kegiatan IPAL (Instalasi
Pengelolaan Air Limbah) untuk mengelola limbah yang dihasilkan dari kegiatan
industri sehingga limbah yang dibuang tidak melebihi baku mutu yang ditetapkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar


Zn dan Cu di dalam perairan Waduk Cirata dan di dalam organ ikan nila (hati dan
daging) yang dibudidayakan di waduk ini masih berada di bawah ambang batas
baku mutu perairan kelas II (PP.RI No. 82 Tahun 2001). Kadar Zn dan Cu dalam
17

organ ikan nila (hati dan daging) juga masih dibawah baku mutu (SK Dirjen POM
No.037/25/B/SKVII/1989) mengenai Batas Maksimum Cemaran Logam dalam
Produk Pangan.
Kadar Zn dan Cu di dasar perairan Waduk Cirata memiliki nilai yang lebih
tinggi bandingkan daerah permukaan (0.2 m dan 5 m). Nilai FK Zn dan Cu pada
organ hati ikan nila tergolong tinggi atau bersifat akumulasi tinggi sedangkan nilai
FK Zn dan Cu pada daging ikan nila tergolong sedang atau bersifat akumulasi
sedang.

Saran

Perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji kandungan logam berat yang


terdapat pada ikan-ikan di luar karamba jaring apung (KJA). Selain itu melakukan
monitori pencemaran logam berat secara berkala terhadap ikan-ikan yang berada
di luar karamba jaring apung (KJA).

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Baki AS, Dkhil MA, Al-Quraishy S. 2011. Bioaccumulation of some heavy


metals in tilapia fish relevant to their concentration in water and sediment
of Wadi Hanifah, Saudi Arabia. AfrJ. of Biot. [Internet]. [diunduh 2013 Jul
23]; 10(13): 2541-2547. Tersedia pada : http: //www. Academicjournals.
org/ajb/PDF/pdf2011/28Mar/AbdelBaki%20et%20al.pdf
Ashraf MA, Maah MJ, Yusoff I. 2011. Bioaccumulation of Heavy Metals in Fish
Species Collected From Former Tin Mining Catchment.J. Envir Res.
[Internet]. [diunduh 2013 Jul 23]; 6 (1): 209–218. Tersedia pada :
http://www.ijer.ir/jufile?c2hvd1BERj00ODcmX2FjdGlvbj1zaG93UERGJ
mFydGljbGU9NDg3Jl9vYj0wYjNlZTcxOGQ1N2VmYjJiYTE5M2YuLi4
[BPWC] Badan Pengelola Waduk Cirata. 2013. Laporan pemantauan Hasil
kualitas air Waduk Cirata Triwulan I. Bandung (ID) : Badan Pengelola
Waduk Cirata.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta (ID) : UI-Press.
Duruibe JO, Ogwuegbu MC, Egwurugwu JN. 2007. Heavy metal pollution and
human biotoxic effects. Inter J. of Phys Scienc. [Internet]. [diunduh 2013
agust 24];2 (5):112-118. Tersedia pada : http: //www. Academicjournals.
org/ijps/pdf/pdf2007/may/duruibe%20et%20al.pdf
Eaton AD, Lenore SC. Eugene WR, Arnold EG, Mary HF. 2005. Standar
Methods For Examination Of water and Wastewater: Centennial Edition.
21 st Edition. APHA, AWWA, WPCF. Washington DC (USA).
Edward JB, Idowu EO, Oso JA, Ibidapo OR. 2013. Determination of Heavy Metal
Concentration in Fish Samples, Sediment and Water from Odo-Ayo River
in Ado-Ekiti, Ekiti-State, Nigeria. Inter J. of Envir Monit and Anal.
[Internet]. [diunduh 2013 Jul 23]; 1(1): 27-33. Tersedia pada : http:
/article.sciencepublishinggroup.compdf/10.11648.j.ijema.20130101.14.pdf
18

Eisler R. 2000. Handbook of Chemical Risk Assessment: Health Hazards to


Humans, Plants and Animals.New York (US) : Metals. Lewis
Publishers.[Internet]. [diunduh 2013 Agustus 24]. Tersedia pada :
http://jamesskaar.hopto.org:8080/download-literature/sciences/ Handbook
%20of%20Chemical%20Risk%20Assessment/l1506_pdf_toc.pdf
[EPA] Environmental Protection Agency. 2005. Toxicological Review of Zinc and
Compound. Washington (US) : Environmental Protection Agency.
Everitt BS, Sabine Landau, Morven Leese, Daniel Stahl. 2011. Cluster Analysis –
5th Edition. [Internet]. [diunduh 2013 Agustus 24]. Tersedia pada :
http://store.free-college.org/noleech1.php?hidden=r:/778000/df8e6
d3796e9b013dad63c8edf67fc5f&hidden0=Brian_S._Everitt,_Dr_Sabine_
Landau,_Dr_Morven_Leese,_Dr_Daniel_Stahl_Cluster_Analysis,_Fifth_E
dition_Wiley_Series_in_Probability_and_Statistics____2011.pdf
Güven K, Özbay C, Ünlü E, Satar A. 1999. Acute lethal toxicity and accumulation
of copper in Gammarus pulex (L.) (Amphipoda). Tr. J. Biol. [Internet].
[diunduh 2013 agust 24]; 23(1):513-521. Tersedia pada : http:
//journals.tubitak.gov.tr/biology/issues/biy-99-23-4/biy-23-4-14-98015.pdf
Hasler AD, Scholz AT. 1983. Olfactory Imprinting and Homing in Salmon. Berlin
(DE) : Springer–Verlag.
[ICA] International Copper Research Association. 1992. Final Report ICA Project
No. 223 : The Biological Importance of Copper. http: //www. copper. Org/
environment/ ica_review/pdf/e_r_91.pdf
Kumar KA, Achyuthan H. 2007. Heavy metal accumulation in certain marine
animals along the east coast of Chennai, Tamil Nadu, India. J. of Envir
Biol. [Internet]. [diunduh 2013 Jul 23]; 28(3). 637-643. Tersedia pada :
http://www.jeb.co.in/journal_issues/200707_jul07/paper_19.pdf
[KLH] Kementrian Lingkungan Hidup.2001. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran
Perairan. Jakarta (ID) : KLH
Lloyd, Richard. 1992. Pollution and Freshwater Fish, The Buckland Foundation.
Oxford. 18-40
Mendenhall W. 2013. Introduction to Probability and Statistics. Boston (USA) :
Brooks/Cole.
Mulyanto. 1992. Lingkungan hidup untuk Ikan. Jakarta (ID) : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Muzyed SK. 2011. Heavy metal concentrations in commercially available fishes
in Gaza Strip Markets [thesis]. Gaza (PS) : The Islamic University
Palar H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta (ID) : Penerbit
Rineka Cipta.
Permana AP. 2012. Tingkat Pencemaran perairan Waduk Cirata, Jawa Barat
[skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Riani E. 2010. Kontaminasi logam berat pada ikan budidaya dalam keramba
jaring apung di Waduk Cirata. J. Teknobiol. [Internet]. [diunduh 2013
Agust 31 ]; 1(1). 51–61. Tersedia pada :http: //lib.unri. ac.id/data/ images/
phocadownload/Jurnal%20Teknobiologi%20Vol.%201%20No1.pdf
Sanusi HS. 1985. Akumulasi logam Berat Hg dan Cd pada Tubuh Ikan Bandeng
(Chanos chanos Froskal) [thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
19

Sari SG. 2007. Kualitas Air Sungai Maron dengan Perlakuan Keramba Ikan di
Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. J. BIOCIEN.
[Internet]. [diunduh ...]; 4(1). 29-35.
Saputra A. 2009. Bioakumulasi Logam Berat Ikan Patin yang Dibudidayakan di
Perairan Waduk Cirata dan Laboratorium. [tesis]. Bogor (ID) : Institut
Pertanian Bogor.
Savitri PO, Salami IRS. 2008. Kajian Kandungan Logam Berat pada Ikan Air
Tawar di Pasar Tradisional dan Pasar Swalayan Kota Bandung. ITB.
Sericano JL, Wade TL, Jackson TJ, Brooks JM, Tripp BW, Farrington JW, Mee
LD, Readmann JW, Villeneuve JP, Goldberg ED. 1995. Trace organic
contamination in the Americas: An overview of the US National Status &
Trends and the International 'Mussel Watch' programmes. Marine
Pollution Bulletin, Vol. 31, Nos 4-12. 214-22
Santoso A D. 2008. Studi Penetuan Produktivitas Danau Buatan dengan MEI
(Morphoedaphic index) Analisis. J Hidrosfir Indonesia. [internet].
[diunduh 2013 september 22]; 3(2): 81-86. Tersedia pada :
http://digilib.bppt.go.id/ejurnal/index.php/JHI/article/view/98/118
Soto, K., Garza, K.M. and Murr, L.E. (2007). effects of aggregated nanomaterials.
Acta Biomater. J Irania Biomedical. [internet] [diunduh 2013
september 20]; 3(3): tersedia pada : http://scholars.wlu.ca/cgiview
content.cgi?Article=1838&contextetd.
Suyanto SR. 1995. Nila. Jakarta (ID) : PT Penebar Swadaya.
Umar MT, Meagaung WM, Fachruddin L. 2001. Kandungan Logam Berat
Tembaga (Cu) pada Air, Sedimen, dan Kerang Marcia sp. di Teluk Pare
Pare, Sulawesi Selatan. J. Scien and Tech.
Wijaya T. 2008 Agust 16. Waduk Cirata tercemar Logam Berat. Kompas. BPWC
Opini : 2 (kol 3-7)
Woody, C. A, 2007, Copper : Effects on Freshwater Food Chain and Salmon, A
Literature Review. Alaska ( US) : Fisheries Research and Consulting
20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Sidik Ragam Kandungan Logam Berat Cu dalam Air

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F


Nilai P F Tabel
Keragaman Kuadrat Bebas Tengah Hitung
Kelompok 3.09E-05 2 1.55E-05 12.83 0.0017 4.10
Perlakuan 1.01E-05 5 2.01E-06 1.67 0.2287 3.33
Galat 1.20E-05 10 1.20E-06
Total 5.30E-05 17

Lampiran 2 Tabel Sidik Ragam Kandungan Logam Berat Zn dalam Air

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat


Keragaman
F Hitung Nilai P F Tabel
Kuadrat Bebas Tengah
Kelompok 0.00027 2 0.00013 4.72 0.036 4.10
Perlakuan 0.00043 5 8.50E-05 3.01 0.065 3.33
Galat 0.00028 10 2.82E-05
Total 0.00097 17

Lampiran 3 Tabel Kualitas air

KEDALAM PARAMETER
STASIUN
AN SUHU KEKERUHAN pH DO
0,2 m 30.0 - 30.8 23.4 - 24.8 7.9 - 7 5.4 - 5.0
STASIUN
5m 28.9 - 29.1 24.9 -18.2 7.4 - 6.9 2.2 - 2.1
1
Dekat dasar 27.1 - 28.8 52.9 - 19.6 6.8 - 6.7 1.8 - 1.6
0,2 m 30.4 - 30.3 36.4 - 18.2 7.5 - 6.9 4.8 - 4.6
STASIUN
5m 29.1 - 29.1 25.9 - 14.4 7.1 - 6.7 2.6 - 1.9
2
Dekat dasar 27 - 28.9 30.5 - 22.1 6.9 - 6.6 1.5 - 1.5
0,2 m 31.0 - 29.9 21 - 18.2 7.9 - 7 5.3 - 4.9
STASIUN
5m 29.2 - 28 19.6 - 18.2 7.1 - 6.8 2.5 - 2.3
3
Dekat dasar 27.6 - 28.8 49 – 21 6.9 - 6.5 1.9 - 1.8
0,2 m 30.5 - 29.6 21 - 23.4 7.9 - 7.3 5.2 - 5.0
STASIUN
5m 28.4 -,27.9 196 – 252 7.5 - 6.9 4.9 - 4.2
4
Dekat dasar 27.4 - 28.8 252 – 357 7.4 - 6.8 4.6 - 4.0
0,2 m 31.9 - 29.6 19.6 - 23.4 8.3 - 6.9 6.0 - 4.8
STASIUN
5m 28.2 - 27.2 39.9 – 63 7.3 - 6.6 4.4 - 4.0
5
Dekat dasar 27.4 -28.5 245 - 271 7.2 -6.4 4 - 3.5
0,2 m 31.2 - 29.5 19.6 - 30.4 8.4 - 6.9 6 - 4.6
STASIUN
5m 28.7 - 27.9 206.5 - 431 7.4 - 6.8 4.5 - 3.2
6
Dekat dasar 27.8 - 27.0 224 - 613 7.2 - 6.6 4.1 - 4.4
21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 Maret 1990 dari ayah Budjang
dan ibu Wati. Penulis adalah putri ketujuh dari delapan bersaudara. Tahun 2009
penulis lulus dari SMA N 5 Sukabumi dan pada tahun yang sama penulis lulus
masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur masuk Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI) dan diterima di departemen Manajemen Sumber daya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan di Institut Pertanian Bogor penulis aktif di
organisasi dan kepanitiaan. Pada tahun 2009 penulis menjabat sebagai Dewan
Mushola Asrama Putri IPB gedung A2, sekretaris Komisi 1 Dewan
Permusyawaratan Mahasiswa (DPM) FPIK IPB tahun 2010-2011,anggota Komisi
1 DPM FPIK IPB tahun 2011-2012. Penulis juga pernah mengikuti kepanitiaan
diantaranya Open House IPB tahun 2010, kesekretariatan Orientasi Mahasiswa
Baru FPIK tahun 2011, hubungan masyarakat Musyawarah Kerja Himpunan
Mahasiswa Manajemen Sumber daya Perairan Se-Indonesia(HIMASUPERINDO)
tahun 2012. Penulis juga pernah magang di Balai Besar Budidaya Air Laut,
Lampung pada bulan Juli 2011.
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada program studi
Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor penulis menyusun skripsi dengan judul Analisis Kandungan
Logam Berat Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) pada Ikan dan di Perairan Waduk
Cirata, Purwakarta, Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai