Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN TANGKAP

BAGAN PERAHU (BOAT LIFT NET)


DI PERAIRAN MORODEMAK, KABUPATEN DEMAK

PROPOSAL PENELITIAN (SKRIPSI)

Oleh:
WAHYU AGUNG NUGROHO
26030117130065

DEPARTEMEN PERIKANAN TANGKAP


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
i
ABSTRAK

Wahyu Agung Nugroho. 26030117130065. Analisis Kelayakan Usaha Perikanan


Tangkap Bagan Perahu (Boat Lift Net) Di Perairan Morodemak, Kabupaten
Demak

Morodemak merupakan salah satu desa di Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak


Provinsi Jawa Tengah yang memiliki potensi sumber daya ikan khususnya ikan
teri. Alat tangkap bagan perahu merupakan alat tangkap pasif yang terbuat dari
bambu dengan jaring berbahan waring biasanya dioperasikan malam hari dengan
atraktor lampu dan menggunakan perahu sebagai penyangga bagan dan sarana
transportasi bagan menuju fishing ground. Bagan perahu (boat lift net)
merupakan alat tangkap yang tidak merusak habitat, tempat tinggal dan tempat
berkembangbiak ikan atau organisme perairan. Umumnya ikan yang menjadi
target buruan alat tangkap bagan adalah ikan-ikan yang memiliki ketertarikan
pada cahaya (fototaksis positif) sehingga pengoperasian bagan biasanya
menggunakan alat bantu pengumpul ikan berupa lampu. Konstruksi alat tangkap
bagan perahu sendiri terdiri dari tiang pancang, roller, rumah bagan (anjang-
anjang), lantai bagan, jaring bagan, pemberat, perahu utama (main boat) berfungsi
sebagai penyangga kerangka bagan, dan perahu penarik (thowing boat) sebagai
alat penarik bagan, dengan alat bantu lampu sebagai atraktor dan serok (scoop net)
untuk mengambil hasil tangkapan. Daerah penangkapan ikan ( fishing ground)
bagan perahu adalah perairan pantai yang dasar perairannya pasir, lumpur campur
pasir dan daerah yang sering terjadi pasang surut serta perairan yang agak curam
dan agak dalam. Alat tangkap bagan perahu di operasikan pada kedalaman sekitar
50-60 meter, dengan kondisi perairan yang tenang dan relatif gelap, oleh sebab itu
nelayan bagan biasanya tidak melakukan operasi penangkapan ikan saat bulan
purnama karna dapat menyebabkan pasang perairan. Target tangkapan bagan
perahu adalah ikan-ikan pelagis kecil yang memiliki fototaksis positif seperti teri
(Stelophorus sp.) dan hasil tangkapan sampingan (by produck) cumi-cumi (Loligo
sp.), ikan selar (Selaroides leptolepis), ikan layang (Decapterus sp.), ikan pepetek
(Leiognathus sp.) dsb. Hasil tangkapan bagan perahu di morodemak biasanya
langsung dijual kepada bakul yang berada dikawasan dermaga PPP Morodemak
Kata kunci: bagan perahu, konstruksi, fishing ground, fish target, dan
pemasaran.

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

ABSTRAK ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................iii

DAFTAR TABEL .......................................................................................vi

I. PENDAHULUAN ............................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................1
1.2. Pendekatan Masalah ........................................................................3
1.3. Tujuan .............................................................................................4
1.4. Manfaat ...........................................................................................4
1.5. Waktu dan Tempat ...........................................................................5

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................6


2.1. Devinisi Alat Tangkap Bagan Perahu (Boat lift net) .........................6
2.2. Klasifikasi Alat Tangkap Bagan Perahu (Boat lift net) ...................6
2.3. Konstruksi Alat Tangkap Bagan Perahu (Boat lift net) .....................8
2.4. Metode Pengoperasian Alat Tangkap Bagan
Perahu (Boat lift net) ........................................................................8
2.5. Daerah Penangkapan Ikan Alat Tangkap Bagan
Perahu (Boat lift net) .......................................................................11
2.6. Musim Penangkapan Alat Tangkap Bagan Perahu (Boat lift net)......12
2.7. Hasil Tangkapan Ikan Bagan Perahu (Boat lift net) ..........................13

III. MATERI DAN METODE ............................................................15


3.1. Materi ..............................................................................................15
3.2. Metode ............................................................................................15
3.2.1. Metode Pengambilan Data .....................................................16
3.2.2. Jenis Data...............................................................................18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................22

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam Paktek Kerja Lapangan ............15

Tabel 2. Data Primer ..........................................................................................18

Tabel 3. Data Sekunder .....................................................................................22

iv
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah

Secara astronomis, Kabupaten Pemalang terletak antara 6°43’26’’ - 7° 09’43’’

Lintang Selatan dan 110° 27’ 58’’ - 110° 48 47’’ Bujur Timur. Wilayah ini

sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan Laut Jawa, sebelah timur

berbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Grobogan, sebelah selatan

berbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang, serta sebelah

barat berbatasan dengan Kota Semarang (LKJlP Kabupaten Demak, 2015).

Kabupaten Demak yang terkenal akan wisata rohaninya, selain itu kabupaten

Demak juga memiliki kelimpahan potensi sumberdaya perikanan hal tersebut

dapat dilihat dari hasil produksi perikanan serta data armada penangkapan

Kabupaten Demak. Kabupaten Demak juga memiliki Pelabuhan Perikanan Pantai

(PPP) yang terletak di desa Morodemak. Kabupaten Demak terdiri dari 11

Kecamatan, dengan perikanan tangkap berkembang di 4 Kecamatan, yaitu

Kecamatan Karang Tengah, Sayung, Bonang dan Wedung. Secara keseluruhan di

Kabupaten Demak terdapat 5 TPI yaitu TPI Karang Tengah, TPI Sayung, TPI

Morodemak, TPI Bungo dan TPI Wedung. Sekarang hanya 2 TPI yang masih

aktif yaitu TPI Morodemak dan TPI Wedung. TPI Morodemak dan TPI Wedung

tersebut pada tahun 2012 menghasilkan produksi ikan sebesar 1.341.047 kg

dengan nilai produksi Rp. 10.424.328.000,- dibanding dengan tahun 2011

produksi turun 50 % dan nilai produksi naik hingga 300 % (Dinas Perikanan dan

Kelautan Demak, 2012 dalam Restumurti et al., 2016)

1
2

Morodemak merupakan salah desa daerah di Kecamatan Bonang,

Kabupaten Demak yang memiliki potensi sumberdaya perikanan laut dan

sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan dan petambak.

Komoditas unggulan sumberdaya perikanan Morodemak berupa ikan-ikan pelagis

kecil seperti teri, dan udang rebon oleh sebab itu nelayan-nelayan morodemak

mayoritas memodifikasi alat tangkap mereka menggunakan jaring waring atau

mengoperasikan alat tangkap ikan-ikan pelagis kecil seperti bagan. Alat tangkap

yang digunakan oleh nelayan di perairan Morodemak dalam usaha penangkapan

ikan teri (Stolephorus sp.) menggunakan alat tangkap bagan perahu, dimana pada

alat tangkap ini menggunakan lampu sebagai daya tarik utama untuk

mengumpulkan gerombolan ikan teri (Stolephorus sp.) yang bersifat senang

terhadap cahaya (phototaxis positive) ke dalam suatu areal penangkapan

(catchable area). Faktor utama yang dapat menentukan dalam keberhasilan

penangkapan ikan teri (Stolephorus sp.) adalah dalam penentuan daerah

penangkapan ikan sehingga keberadaan lampu hanya sebagai alat bantu dalam

pengumpulan ikan (Kusuma et al., 2014).

Bagan perahu merupakan alat penangkap ikan berupa susunan kerangka

bambu menggunakan kapal utama (main boat) sebagai penyangga rangka bagan,

dan kapal penarik (thowing boat) sebagai sarana transportasi ke daerah

penangkapan (fishing ground).Konstruksi bagan perahu di bentuk dari bambu,

waring/ jaring bagan serta perahu bermotor yang sekaligus sebagai alat

transportasi di laut. Bagan perahu hanyut memiliki beberapa bagian diantaranya

bagan yang tebuat dari bambu berbentuk empat persegi panjang yang menyatu

dengan perahu ditempatkan diatas secara melintang, Perahu sebagai bagian utama
3

dalam meletakkan bagan, jaring bagan yang terletak dibawah perahu berukuran

persegi sama sisi (Sugihartanto dan Rahmat, 2018).

Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini merupakan studi mengenai alat tangkap

bagan perahu di perairan Morodemak, Kabupaten Demak, Jawa tengah. Aspek-

aspek yang dipelajari yaitu aspek teknis yaitu alat tangkap bagan perahu, alat

bantu penangkapan ikan, metode pengoperasian alat tangkap dan daerah

penangkapan serta aspek non teknis seperti sosial ekonomi masyarakat.

1.2. Pendekatan Masalah

Alat tangkap bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap yang cukup

banyak digunakan di Indonesia. Banyaknya penggunaan alat tangkap bagan tidak

lepas dari perkembangan teknologi, hasil tangkapan yang banyak, dan metode

penangkapan yang bersifat one day fishing. Namun disamping banyaknya

penggunaan alat tangkap bagan perahu di Morodemak mengakibatkan persaingan

setiap nelayan meningkat tapi tidak diimbangi dengan jumlah ikan yang berada di

laut. Dampak yang ditimbulkan yaitu persaingan yang tinggi mengakibatkan

jumlah alat tangkap bagan perahu setiap tahun berkurang.

Jumlah alat tangkap bagan perahu di daerah Morodemak kurang lebih

sekitar 50 buah yang masih beroperasi. Kapal bagan perahu di daerah Morodemak

pun sudah dimodifikasi dengan panjang lunas 17 meter dengan 18-20 GT agar

jangkauan untuk menangkap lebih besar dan ikan yang tertangkap juga lebih

banyak ini mengakibatkan kapal bagan perahu yang ukurannya lebih kecil kalah

persaingan dan lebih memilih tidak beroperasi. Berhubung dengan modifikasi alat

tangkap dengan ukuran dan kontruksi dari armada bagan perahu di PPP
4

Morodemak sehingga menarik untuk dipelajari lebih lanjut dalam Penelitian,

karena bagan di PPP Morodemak mempunyai ukuran yang lebih besar di

bandingkan dengan tempat lain, sehingga menarik dipelajari lebih lanjut mengenai

kelayakan usaha penangkapan bagan perahu di Morodemak apakah

menguntungkan atau tidak bagi nelayan.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka tujuan dari

Penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui klasifikasi, konstruksi, metode pengoperasian alat tangkap

Bagan Perahu (Boat lift net);

2. Mengetahui daerah penangkapan serta komposisi hasil tangkapan alat

tangkap Bagan Perahu (Boat lift net);

3. Mengetahui rantai pemasaran hasil tangkapan alat tangkap Bagan Perahu

(Boat lift net);

4. Mengetahui produktivitas alat tangkap bagan perahu (boat lift net);

5. Mengetahui biaya tetap dan biaya variable dalam pelaksaan usaha

penangkapan bagan perahu (boat lift net), dan

6. Mengetahui kelayakan usaha penengkapan bagan perahu (boat lift net).


5

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan, manfaat yang akan diperoleh di

antaranya yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai sarana mahasiswa untuk menambah wawasan mengenai cara

pengoperasian, konstruksi, hasil tangkapan, rantai pemasaran dan

kelayakan usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap Bagan Perahu

(Boat lift net) yang dioperasikan di Perairan Morodemak, Kabupaten

Demak dan

2. Sebagai sarana mahasiswa untuk menambah pengalaman dengan observasi

secara langsung sehingga akan didapatkan data yang bersifat objektif.

1.5. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian (Skripsi) dilaksanakan pada tanggal 10-17 Januari 2021 dan 10-

15 Maret 2021 yang berlokasi di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Morodemak

yang terletak di Desa Morodemak, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, Jawa

Tengah.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Alat Tangkap Bagan Perahu (Boat lift net)

Bagan perahu (boat lift nets) adalah alat penangkap ikan yang

dioperasikan dengan cara diturunkan ke dalam perairan dan diangkat kembali

setelah banyak ikan di atasnya, dalam pengoperasiannya menggunakan perahu

untuk berpindah-pindah ke lokasi yang diperkirakan yang banyak ikannya. Bagan

perahu (bagan rambo) diklasifikasikan ke dalam kelompok jaring angkat (lift nets)

(Subani dan Barus 1989).

Bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap yang menggunakan cahaya

sebagai alat bantu penangkapannya. Berdasarkan cara pengoperasiannya bagan

dapat dikelompokkan kedalam jaring angkat (lift net). Sejalan dengan

perkembangan pengetahuan dan teknologi serta kemajuan yang telah dicapai oleh

masyarakat maka desain dan konstruksi bagan semakin berkembang. Komponen

dan peralatan bagan yang penting adalah perahu, jaring, rangka bagan, lampu dan

generator sebagai pembangkit listrik. Bagan rambo merupakan perkembangan

paling mutakhir dari alat tangkap bagan apung yang ada di Indonesia saat ini ber

beda dengan bagan apung lainnya karena ukurannnya yang sangat besar sehingga

sering disebut bagan raksasa atau rambo (Ilhamdi, dan adi 2018).

2.2. Klasifikasi Alat Tangkap Bagan Perahu (Boat lift net)

Bagan perahu (Boat Lift Nets) adalah salah satu jenis alat penangkapan

ikan yang termasuk dalam klasifikasi jaring angkat (Lift net) dari jenis bagan yang

digunakan nelayan untuk menangkap ikan pelagis kecil (Subani dan barus 1989).

6
7

Alat tangkap ini pertama kali diperkenalkan olah nelayan Bugis Makasar pada

tahun 1950-an. Bagan perahu mempunyai bentuk lebih ringan dan sederhana,

dapat menggunakan satu atau dua perahu. Bagan perahu hanyut menggunakan

satu perahu saja.

Subani dan Barus (1989) menyebutkan bahwa unit penangkapan bagan

terdiri dari bagan tancap (stationary lift net), bagan rakit (raft lift net) dan bagan

perahu (boat lift net). Perbedaan antara 3 jenis unit penangkapan bagan adalah :

1. Bagan tancap (stationary lift net)

Bagan yang posisinya tidak dapat dipindah-pindahkan, satu kali pembuatan

berlaku untuk sekali musim penangkapan. Bagan tancap mempunyai rumah bagan

agar untuk tempat berteduh.

2. Bagan rakit (raft lift net)

Bagan rakit adalah jaring angkat yang dalam pengoperasiannya dapat dipindah-

pindahkan ke tempat yang sekiranya banyak ikan. Sebelah kanan dan kiri bagian

bawah terdapat rakit dari bambu tang berfungsi sebagai landasan dan sekaligus

sebagai alat apung.

3. Bagan perahu (boat lift net)

Bagan perahu berbentuk lebih sederhana dibandingkan bagan rakit dan lebih

ringan sehingga memudahkan dalam pemindahannya ke tempat yang dikehendaki.

Bagan perahu terbagi atas dua macam, yaitu: bagan yang menggunakan satu

perahu dan bagan yang menggunakan dua perahu. Bagian depan dan belakang

bagan dua perahu dihubungkan oleh dua batang bambu, sehingga berbentu bujur

sangkar. Bambu tersebut berfungsi untuk menggantung jaring atau waring.


8

2.3. Konstruksi Alat Tangkap Bagan Perahu (Boat lift net)

Konstruksi bagan perahu di bentuk dari bambu, waring/ jaring bagan serta

perahu bermotor yang sekaligus sebagai alat transportasi di laut. Bagan perahu

hanyut memiliki beberapa bagian diantaranya bagan yang tebuat dari bambu

berbentuk empat persegi panjang yang menyatu dengan perahu ditempatkan diatas

secara melintang, Perahu sebagai bagian utama dalam meletakkan bagan, jaring

bagan yang terletak dibawah perahu berukuran persegi sama sisi. Ukuran alat

tangkap bagan beragam mulai dari 13 x 2,5 x 1,2 m hingga 29 x 29 x 17 m.

Ukuran mata jaring pada jaring bagan umumya memiliki diameter sekitar 5 mm

ukuran mata jaring ini berkaitan erat dengan sasaran utama ikan yang akan

tertangkap (Sugihartanto, dan Enjah 2018).

Alat tangkap bagan perahu merupakan alat tangkap yang berbentuk

persegi empat yang memiliki panjang dan lebar yang sama. Konstruksi alat

tangkap bagan perahu ini terdiri dari jaring, bambu, pipa besi, tali temali, lampu

dan kapal bermesin. Bagian jaring dari bagan ini terbuat dari bahan waring yang

dibentuk menjadi kantong. Bagian kantong terdiri dari lembaran-lembaran waring

yang dirangkai atau dijahit sedemikian rupa sehingga dapat membentuk kantong

berbentung bujur sangkar yang dikarenakan adanya kerangka yang dibentuk oleh

bambu dan pipa besi (Sudirman & Mallawa, 2004).

2.4. Metode Pengoperasian Alat Tangkap Bagan Perahu (Boat lift net)

Alat tangkap bagan ini dioperasikan pada malam hari dengan

menggunakan sumber cahaya sebagai penarik perhatian ikan. Biasanya nelayan

melakukan operasi penangkapan ini sebanyak dua kali setting dan dua kali
9

hauling dalam 1 trip penangkapan. Untuk teknik penangkapannya dilakukan

dengan cara memutar roller yang fungsinya untuk menurunkan jaring dan

menaikkan jaring. Setting dimulai pada saat senja hari (pukul 18.00) setelah

semua ujung jaring diikatkan pada bingkai jaring dan selanjutnya dilakukan

penyalaan lampu.Sebelum bingkai jaring diturunkan, batu arus yang berfungsi

sebagai penahan jaring diturunkan terlebih dahulu. Pertama-tama jaring (cang)

yang terbuat dari bahan polyetylen (PE) diturunkan secara perlahan-lahan ke

dalam perairan dengan cara mengulurkan tali-tali yang melilit pada badan roller

dimana terdapat tali-tali penghubung ke bingkar jaring tempat penggantungan

jaring di keempat sudut-sudut utamanya. Pada saat rangka menyentuh permukaan

air, di bagian tengah jaring diberi pemberat dari batu (sekitar 30kg) agar jaring

cepat turun ke dasar (Luasunaung, 2011).

Menurut Takril (2008), cara pengoperasian bagan rambo adalah sebagai

berikut.

1. Persiapan menuju fishing ground, biasanya terlebih dahulu dilakukan

pemeriksaan dan persiapan terhadap segala sesuatu yang dibutuhkan dalam

pengoperasian bagan Rambo. Pemeriksaan dan perbaikan terutama dilakukan

terhadap lampu dan mesin kapal. Persiapan lain yang dianggap penting adalah

kebutuhan perbekalan operasi penangkapan seperti air tawar, solar, minyak

tanah, garam dan bahan makanan;

2. Pengumpulan ikan, ketika tiba di lokasi fishing ground dan hari menjelang

malam, maka lampu dinyalakan dan jaring biasanya tidak langsung diturunkan

hingga tiba saatnya ikan terlihat berkumpul di lokasi bagan atau ingin masuk
10

ke dalam area cahaya lampu. Namun tidak menutup kemungkinan ada pula

sebagian nelayan yang langsung menurunkan jaring setelah lampu dinyalakan;

3. Setting, setelah menunggu beberapa jam dan ikan mulai terlihat berkumpul di

lokasi penangkapan, maka jaring diturunkan ke perairan. Jaring biasanya

diturunkan secara perlahan-lahan dengan memutar roller. Penurunan jaring

beserta tali penggantung dilakukan hingga jaring mencapai kedalaman yang

diinginkan. Proses setting ini berlangsung tidak membutuhkan waktu yang

begitu lama. Banyaknya setting tergantung pada keadaan cuaca dan situasi

hasil tangkapan, serta kondisi perairan pada saat operasi penangkapan;

4. Perendaman jaring (Soaking), selama jaring berada di dalam air, nelayan

melakukan pengamatan terhadap keberadaan ikan di sekitar kapal untuk

memperkirakan kapan jaring akan diangkat. Lama jaring berada dalam perairan

(perendaman jaring) bukan bersifat ketetapan, karena nelayan tidak pernah

menentukan dan menghitung lamanya jaring di dalam perairan dan kapan

jaring akan diangkat namun hanya berdasarkan penglihatan dan pengamatan

adanya ikan yang berkumpul di bawah cahaya lampu.

5. Pengangkatan jaring (lifting), lifting dilakukan setelah kawanan ikan terlihat

berkumpul di lokasi penangkapan. Kegiatan lifting ini diawali dengan

pemadaman lampu secara bertahap. Hal ini dimaksudkan agar ikan tidak

terkejut dan tetap terkosentrasi pada bagian Rambo di sekitar lampu yang

masih menyala. Ketika ikan sudah berkumpul di tengah-tengah jaring, jaring

tersebut mulai ditarik ke permukaan hingga akhirnya ikan akan tertangkap oleh

jaring;
11

6. Brailing, setelah bingkai jaring naik ke atas permukaan air, maka tali

penggantung pada ujung dan bagian tengah rangka dilepas dan dibawa ke satu

sisi kapal, tali kemudian dilewatkan pada bagian bawah kapal beserta

jaringnya. Tali pemberat ditarik ke atas agar mempermudah penarikan jaring

dan lampu dihidupkan lagi. Jaring kemudian ditarik sedikit demi sedikit dari

salah satu sisi kapal ke atas kapal, dan

7. Penyortiran ikan, setelah diangkat di atas dek kapal, dilakukan penyortiran

ikan. Penyortiran ini biasanya dilakukan berdasarkan jenis ikan tangkapan,

ukuran dan lain-lain. Ikan yang telah disortir langsung dimasukkan ke dalam

wadah atau peti untuk memudahkan pengangkutan.

2.5. Daerah Penangkapan Alat Tangkap Bagan Perahu (Boat lift net)

Daerah penangkapan (fishing ground) alat tangkap bagan perahu adalah

perairan pantai yang dasar perairannya pasir, lumpur campur pasir dan daerah

yang sering terjadi pasang surut serta perairan yang agak curam dan agak dalam.

Alat tangkap bagan perahu di operasikan pada kedalaman sekitar 50-60 meter,

seperti di Pulau Marsala yang kedalaman rata ratanya sekitar 60 meter. Armada

penangkapan bagan perahu atau bagan apung yang dioperasikan oleh masyarakat

nelayan di daerah Sibolga berukuran 28 GT – 30 GT (Hadinata et al.,2015).

Jenis hasil tangkapan bagan perahu adalah kelompok ikan pelagis kecil

yang reaktif terhadap cahaya. Pola kedatangan ikan di sekitar sumber cahaya ada

yang langsung menuju sumber cahaya dan ada juga yang hanya berada di sekitar

sumber pencahayaan. Ikan-ikan yang pola kedatangannya tidak langsung masuk

ke dalam sumber cahaya diindikasikan mendatangi cahaya karena ingin mencari


12

makan. Selain itu pola kedatangan ikan disekitar sumber cahaya berbeda-beda,

tergantung jenis dan keberadaan ikan di perairan, sehingga sumberdaya ikan

mempengaruhi hasil tangkapan. Selain itu, aktivitas nelayan untuk melakukan

penangkapan juga dipengaruhi oleh periode bulan. Periode hari bulan merupakan

salah satu indikasi untuk menentukan waktu melaut bagi nelayan. Faktor periode

hari bulan secara tidak langsung berdampak pada keberadaan ikan, sehingga

nelayan perlu mengetahui perubahan setiap periode hari bulan tersebut. Perubahan

periode hari bulan dapat mengindikasi waktu yang baik dalam kegiatan operasi

penangkapan karena adanya perbedaan intensitas cahaya pada setiap periode hari

bulan dan mempengaruhi ikan yang memiliki sifat fototaksis positif maupun

negatif terhadap cahaya sehingga perbedaan intensitas akan berpengaruh terhadap

volume hasil tangkapan ketika nelayan beroperasi (Nurlindah et al., 2017).

2.6. Musim Penangkapan Alat Tangkap Bagan Perahu (Boat lift net)

Bulan-bulan bukan musim ikan cenderung terjadi apda bulan Desember

sampai dengan bulan Februari, dimana pada bulan-bulan tersebut bertiupnya

angin barat dan bulan Agustus sampai dengan September dimana pada saat itu

biasanya bertiup angin timur. Pada bulan-bulan bukan musim ikan menyebabkan

hasil tangkapan menurun, yang berarti memberikan kesempatan pada ikan teri

untuk memijah (Luasunaung, 2011).

Hasil tangkapan ikan teri pada tahun 2006-2009 mengalami fluktuasi dan

cenderung meningkat hingga puncak tertinggi pada tahun 2009 sebesar 6.271,2

ton. Eksploitasi pada tahun 2009 berpengaruh terhadap penurunan produksi pada

tahun 2010 hingga 50% dari hasil tangkapan tahun sebelumnya. Dalam periode
13

tahun 2006-2010, produksi ikan teri pada musim barat (Desember-Februari) relatif

lebih banyak dibandingkan dengan musim sebelumnya. Puncak produksi ikan teri

selama musim barat yaitu bulan Januari. Hasil tangkapan ikan teri cenderung

sedikit terdapat pada musim peralihan timur-barat (September-November). Hasil

tangkapan yang berfluktuasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antara

adanya perubahan cuaca setiap bulannya dan faktor oseanografi (Surbakti, 2012).

2.7. Hasil Tangkapan Bagan Perahu (Boat Lift net)

Usaha perikanan tangkap dengan alat tangkap bagan perahu merupakan

usaha yang potensial dengan hasil tangkapan yang bernilai ekonomis tinggi yaitu

Layur (Trichiurus sp), Teri (Stolephorus sp), Cumi (Lolligo sp) yang memiliki

harga jual tinggi, akan tetapi dengan semakin banyaknya penggunaan alat tangkap

bagan perahu di perairan Morodemak maka akan terjadinya persaingan usaha dan

pendapatan yang diperoleh berkurang, semakin banyaknya usaha perikanan

tangkap tersebut perlu adanya pengkajian aspek ekonomis usaha perikanan

tangkap dengan menggunakan alat tangkap bagan perahu seperti modal dan biaya

yang diperlukan, tingkat pendapatan nelayan, dan kelayakan usaha alat tangkap

bagan perahu Pelabuhan Perikanan Pantai Morodemak (Ramadhan et al., 2016).

Pengoperasian alat tangkap bagan jarang sekali didapatkan satu jenis

spesies ikan saja tetapi juga beberapa ikan pelagis kecil, seperti: Teri (Stolephorus

sp.), Petek (Leiognathus sp.), Kembung (Ratrelliger spp.), Belanak (Mugil sp.),

dan lain-lain. Selain ikan yang disebutkan ada beberapa jenis ikan yang ikut

tertangkap pada waring seperti Kembung (Rastrelliger sp) dan Udang Putih

(Litopeneus vannamei) (Mulyono (1986) dalam Aliyubi et al., 2015).


14

Secara umum hasil tangkapan bagan perahu adalah jenis ikan pelagis kecil

yang bersifat fototaksis positif, seperti ikan Teri, ikan Tembang, ikan Japuh, ikan

Peperek, ikan Selar, ikan Ekor kuning, Kerong-kerong, Cumi-cumi (Loligo sp),

Sotong (Sepia officinalis), ikan Kembung (Rastelliger sp) dan ikan Layur

(Trichiurus lepturus). Hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan Teri

(Stelephorus sp), Tembang (Clupea sp), Peperek (Leiognathus sp), Kembung

(Rastrelliger sp), Layur (Trichiurus sp), Cumi-cumi (Loligo sp) dan Sotong (Sepia

sp) (Monintja vide Effendi (2002) dalam Putra, 2013)


III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi

Materi yang digunakan dalam Penelitian (SKRIPSI) adalah alat tangkap

Bagan perahu (Boat lift net). Pengukuran alat tangkap Bagan perahu (Boat lift net)

pada Penelitian ps (SKRIPSI) ini meliputi pengukuran alat tangkap, komponen

penyusun alat tangkap, alat bantu penangkapan, metode pengoperasian alat

tangkap, daerah penangkapan dan hasil tangkapan.

Alat dan bahan yang digunakan dalam Penelitian (SKRIPSI) tersaji pada

tabel 1:

Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam Penelitian (SKRIPSI)


No. Materi Ketelitian Kegunaan
1. Bagan Perahu - Objek pengamatan
2. Alat Tulis - Alat untuk mencatat
3. Jangka Sorong 0,05 mm Alat ukur diameter dan Mesh size jaring
4. Meteran Gulung 1 cm Alat ukur panjang
5. Kamera - Alat dokumentasi kegiatan Penelitian
6. GPS - Alat penanda lokasi pengoperasian
7. Thermometer 1 Alat pengukur suhu
8. Stopwatch 1s Alat pengukur waktu pengoperasian
9. Timbangan 1 gram Alat pengukur massa hasil tangkapan
Sumber: Penelitian (SKRIPSI), 2020.

3.2. Metode

Metode yang digunakan dalam Penelitian (SKRIPSI) adalah metode

deskriptif. Metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang

berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa

22
23

adanya. Metode deskriptif atau pengetahuan empiris adalah metode yang paling

sering digunakan. Seperti yang sudah dijelaskan variasi metode tersebut adalah

angket, wawancara, observasi, tes, dan dokumentasi (Arikunto, 2013).

Metode yang digunakan untuk mengambil sampel adalah metode

purposive sampling. Purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel

berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan oleh peneliti secara objektif. Sampel

yang diambil dalam penelitian ini adalah unit usaha penangkapan Bagan Perahu

(Boat Lift Net) di PPP Morodemak, maka jumlah sampel yang didapat

menggunakan formula Slovin dengan tingkat kesalahan 10% . Analisis kelayakan

usaha dengan beberapa indikator yaitu keuntungan, NPV,IRR, R/C Rasio, dan PP

(Payback Period) untuk menentukan layak tidaknya usaha penangkapan ini

dimasa sekarang dan masa yang akan dating. Analisis aspek teknis dilakukan

secara deskriptif dengan mengumpulkan data yang menyangkut aspek teknis

masing-masing usaha perikanan tangkap. Analisa ini menggambarkan kondisi

penangkapan secara teknis yang meliputi; konstruksi alat tangkap, BBM, alat

bantu, dan cara pengoperasian.

3.2.1. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data Praktek Kerja Lapangan

(PKL) adalah sebagai berikut:

1. Metode Wawancara

Wawancara pada Penelitian (SKRIPSI) dilakukan untuk memenuhi data hasil

Penelitian yaitu dengan cara mewawancarai satu nelayan bagan perahu, pihak

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Morodemak dengan mewawancarai Pelaksana

Tugasnya dan dua orang pegawai di Syahbandar, terdapat empat responden yang
24

diwawancarai pada Penelitian ini, informasi secara mendalam tentang kondisi

umum PPP Morodemak, masyarakat nelayan sekitar, hasil tangkapan bagan

perahu, musim penangkapan, fishing ground bagan perahu, metode pengoperasian

alat tangkap bagan perahu, serta manajemen operasi penangkapan bagan perahu.

2. Metode Observasi

Metode observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti

melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari

dekat kegiatan yang dilakukan. Metode observasi yang dilakukan pada saat

Penelitian (SKRIPSI) adalah dengan mengamati langsung kepada nelayan bagan

perahu dengan memperhatikan konstruksi bagan perahu, mengukur kapal bagan

perahu, mengamati pada saat pengoperasian bagan perahu, mengamati dan

mengukur hasil tangkapan bagan perahu, hasil tangkapan serta daerah

penangkapan bagan perahu serta proses lelang di TPI. Metode ini dilakukan

dengan mengumpulkan data langsung di lapangan baik pada saat operasi

penangkapan serta pengamatan di darat yaitu pengamatan Tempat Pemasaran Ikan

(TPI) dan kondisi umum wilayah Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Morodemak.

3. Metode Dokumentasi

Metode ini bersifat sekunder dan dilaksanakan oleh si peneliti dengan

mendokumentasikan beberapa proses/keadaan saat berlangsungnya kegiatan

Penelitian. Dokumentasi dilakukan sebagai sumber data, karena sumber

dokumentasi digunakan untuk menguji, menafsirkan, bahkan meramalkan banyak

hal. Metode dekomentasi dilakukan dengan mengambil gambar obyek Penelitian

dan kegiatan selama Penelitian berlangsung untuk didokumentasikan.

Dokumentasi yang diambil pada saat Penelitian yaitu : pengukuran panjang kapal,
25

pengukuran mesh size alat tangkap, pengukuran rumah bagan, proses setting alat

tangkap, proses immersing alat tangkap, proses hauling alat tangkap, penyortiran

hasil tangkapan, pengukuran hasil tangkapan, serta dokumentasi saat wawancara

dengan anak buah kapal (ABK).

4. Metode Studi Pustaka

Metode studi pustaka ini dilakukan mempelajari teori-teori yang mendukung

Penelitian (SKRIPSI) sehingga diharapkan dengan landasan teori yang kuat akan

diperoleh pemahaman yang baik. Studi pustaka dilakukan dengan melihat

referensi yang relevan mengenai Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Morodemak,

alat tangkap bagan perahu, alat bantu penangkapan, cara pengoperasian, hasil

tangkapan dan semua yang berkaitan dengan judul Penelitian ini untuk

dibandingkan dengan hasil pengamatan atau observasi secara langsung. Ditambah

dengan referensi dari data tahunan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)

Morodemak, dan Dinas Kelautan Perikanan (DKP) Kabupaten Demak tahun 2019

yang meliputi jumlah armada penangkapan, jumlah dan jenis alat tangkap serta

produksi dan nilai produksi ikan. Dimana referensi yang diberikan berdasarkan

data lima tahun lima tahun terakhir dihitung mulai dari tahun 2016 sampai tahun

2020.

3.2.2. Jenis Data

Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan

masih memerlukan suatu pengolahan. Data bisa berwujud suatu keadaan, gambar,

suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol - simbol lainnya yang

bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, objek, kejadian. Jenis

data berdasarkan cara memperolehnya adalah data primer dan data sekunder.
26

a. Data primer

Data Primer yaitu data yang dulunya belum ada yang diperoleh sendiri

oleh peneliti secara langsung dari wawancara atau dialog, observasi maupun

melalui pengambilan gambar. Pengamatan yang dilakukan meliputi operasi

penangkapan, dan jenis ikan hasil tangkapan serta paguyuban nelayan yang

berkembang. Data primer yang dibutuhkan pada Penelitian (SKRIPSI) tersaji pada

tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2. Data Primer


No. Kebutuhan Data Sumber Alat Teknik
Pengukur Pengambilan
Data
1. Desain Bagan Perahu Operasi Roll Meter Observasi,
penangkapa Pengukuran
, dan Langsung,
katalog dan
BPPI Wawancara
2. Konstruksi Bagan Perahu
- Jumlah & bahan pemberat Timbangan
(kg)
- Panjang x lebar bagan (m) Roll meter
Observasi,
- Mesh size Waring (Inci) Jangka
Operasi Pengukuran
sorong
penangkapa Langsung,
- Panjang x Lebar Waring -
n dan
(m)
Wawancara
- Kedalaman waring (m) -
- Tinggi lantai bagan dari -
permukaan laut (m)
3. Alat bantu penangkapan Observasi,
a. Lampu Pengukuran
- Jumlah (buah) Operasi - Langsung,

Sumber: Penelitian Skripsi, 2020.


27

Lanjutan Tabel 2. Data Primer


penangkapan dan
- Jarak terpasang dari - Wawancara
permukaan laut (m) Nelayan Observasi,
- Daya lampu (watt) - Pengukuran
b. Roller Penarik jaring Langsung,
- Diameter (m) Roll meter dan
- Panjang roller (m) Operasi Roll meter Wawancara
- Panjang engkol roller (m) penangkapan Roll meter
- Tinggi roller dari lantai (m) Roll meter
c. Roller penahan jaring
- Diameter (m) Roll meter
- Panjang roller (m) Operasi Roll meter
- Panjang engkol roller (m) penangkapan Roll meter
- Tinggi roller dari lantai (m) Roll meter
d. Scup net
- Jumlah (buah) dan bahan -
Operasi
- Panjang (m) Roll meter
penangkapan
- Diameter (m) Roll meter
- Daya tampung (kg) Nelayan -
e. Tombong / Besek
- Jumlah (buah) dan bahan Operasi -
- Diameter (m) penangkapan Roll meter
f. Kapal penarik (Thowing
boat)
- Bahan penyusun -
Operasi
- P x l x t (m) Roll meter
penangkapan
- Jumlah mesin (buah) -
- Daya Nelayan -
4. Metode pengoperasian Observasi,
- Hari/tanggal/jam Nelayan Pengukuran
Operasi
- Lama penurunan jaring Stopwatch Langsung,
penangkapan
(setting) dan

Sumber: Penelitian Skripsi, 2020.


28

Lanjutan Tabel 2. Data Primer


- Lama perendaman jaring Stopwatch Wawancara
(soaking)
- Lama penarikan jaring Stopwatch
(lifting)
5. Kondisi perairan Observasi,
- Kedalama (m) - Pengukuran
- Suhu perairan (C0) Operasi Thermometer Langsung,
- Suhu udara (C0) penangkapan Thermometer dan
Wawancara
6. Posisi bagan Observasi,
- Bujur timur (0) Operasi GPS Pengukuran
penangkapan Langsung
Sumber: Penelitian Skripsi, 2020.

b. Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang dikumpulkan oleh orang lain dan diperoleh

dari dokumen, jurnal, buku, dan pustaka lain yang mendukung. Data sekunder

yang dibutuhkan pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) tersaji dalam tabel 3

sebagai berikut:

Table 3. Data Sekunder


No. Kebutuhan Data Tahun Sumber

1. Data produksi perikanan 2015-2019 Pelabuhan


Perikanan Pantai
2. Data nilai produksi perikanan 2015-2019
(PPP)
3. Data armada penangkapan, dan 2015-2019 Morodemak, dan
alat tangkap Dinas Kelautan
dan Perikanan
4. Data jumlah nelayan 2015-2019
(DKP) Kabupaten
Demak

Sumber : Penelitian Skripsi, 2020.


29

c. Analisis Finansial Usaha Bagan Perahu (Cungkil)

1) R/C Ratio

Dimana : TR = Total revenue (pendapatan)

TC = Total cost (pengeluaran)

Keterangan : Nilai R/C ratio > 1 maka kegiatan tersebut efisien

Nilai R/C ratio < 1 maka kegiatan tersebut tidak efisien

R/C rasio merupakan rasio tingkat keuntungan yang dapat

diperoleh dengan membagi total penerimaan (Revenue) dengan total biaya

yang dikeluarkan (Cost). Keuntungan akan diperoleh apabila total

penerimaan lebih besar dibandingkan dengan total biaya yang dikeluarkan.

Artinya jika hasil analisis R/C rasio < 1 usaha tidak menguntungkan, jika

R/C rasio = 1 usaha berada pada titik impas, dan jika R/C rasio > 1 usaha

menguntungkan.

2) Net present value (NPV)

Dimana:

CFt : Aliran kas per tahun pada periode t

Co : Investasi awal pada tahun ke-0

i : Suku bunga (discount factor)

t : Tahun ke-

n : Jumlah tahun
30

Kriteria penilaian NPV adalah :

o Jika NPV > 0, maka investasi diterima.

o Jika NPV < 0, maka investasi ditolak.

Net Present Value (NPV) diperoleh dengan membandingkan

penerimaan proyek pada tahun ke-t dikurangi biaya proyek pada tahun ke-t

dengan tingkat suku bunga yang berlaku. Tingkat suku bunga yang

digunakan dalam perhitungan NPV adalah 15 %, yakni merupakan tingkat

suku bunga deposito yang berlaku ketika penelitian dilakukan

3) Payback period (PP)

n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup

investasi mula-mula

a = Jumlah investasi mula-mula

b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n

c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1

Analisis payback period merupakan analisis yang digunakan untuk

mengetahui jangka waktu pengembalian modal. Payback Period dapat

dihitung dengan membandingkan antara modal investasi awal dengan

keuntungan dan dikalikan dengan 1 tahun.

4) Internal rate of return (IRR)

Dimana:

i1 = Tingkat bunga 1 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV 1)


31

i2 = Tingkat bunga 2 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV 2)

NPV1 = Net Present Value 1

NPV 2 = Net Present Value 2

Kriteria:

IRR > tingkat bunga relevan, maka investasi dikatakan menguntungkan

IRR < tingkat bunga relevan, maka investasi dikatakan merugikan

Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat diskonto yang

menyebabkan NPV investasi sama dengan nol. Sebuah investasi layak jika

nilai IRR melebihi tingkat return yang dipersyaratkan. Dengan mengkaji

IRR yaitu tingkat pengembalian yang menghasilkan NPV sama dengan 0.

Dalam menghitung IRR ditentukan terlebih dahulu nilai NPV kemudian

dicari berapa besar tingkat pengembalian dan apabila hasil perhitungan

IRR lebih besar daripada discount factor yaitu 15 % maka dikatakan usaha

tersebut layak untuk diteruskan, bila sama dengan discount factor berarti

pulang pokok dan di bawah discount factor maka proyek tersebut tidak

dapat diteruskan.
32

DAFTAR PUSTAKA

Aliyubi,F.K.,H. Boesono, I. Setiyanto . 2015. Analisis Perbedaan Hasil


Tangkapan Berdasarkan Warna Lampu Pada Alat Tangkap Bagan
Apung dan Bagan Tancap di Perairan Muncar, Kabupaten Banyuwangi.
Jounal of Fisheries Resources Utilization Management And
Technology. 4(2): 93- 101.

Arikunto, S. 2013. Buku Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Hal: 270-
274.

Hadinata, C., Usman, dan A. Brown. 2015. Produktivitas Alat Tangkap Bagan
Perahu KM Bakti Fortuna 30 GT di Perairan Pantai Barat Sibolga.

Kusuma, C. P. M., H. Boesono., dan A. D. P. Fitri. 2014. Analisis Hasil


Tangkapan Ikan Teri (Stolephorus sp.) Dengan Alat Tangkap Bagan
Perahu Berdasarkan Perbedaan Kedalaman di Perairan Morodemak.
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and
Technology. 3 (4): 102-110.

Luasunaung, A. 2011. Analisis Musim Penangkapan Ikan Teri (Stolephorus sp.)


di Teluk Dodinga, Kabupaten Halmahera Barat. Jurnal Perikanan dan
Kelautan Tropis. 7(I): 6-11.

Putra, R.S.R. 2013. Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan Bagan Apung di


Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat [skripsi]. Bogor
(ID). Institut Pertanian Bogor.

Ramadhan, H., D. Wijayanto, dan Pramonowibowo. 2016. Analisis Teknis dan


Ekonomis Perikanan Tangkap Bagan Perahu (Boat Lift Net) di
Pelabuhan Perikanan Pantai Morodemak, Kabupaten Demak. Journal of
Fisheries Resources Utilization Management and Technology. 5 (1):
170-177.

Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Memancing di Perairan Tawar dan Laut.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Surbakti, C.N. 2012. Analisis Musim dan Daerah Penangkapan Ikan Teri
(Stolephorus sp.) Berdasarkan Kandungan Klorofil –A di Perairan
Sibolga, Sumatera Utara. [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian
Bogor.

Takril. 2008. Kajian Pengembangan Perikanan Bagan Perahu di Polewali,


Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat [tesis]. Bogor (ID).
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai