Oleh:
WAHYU AGUNG NUGROHO
26030117130065
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
ABSTRAK ...................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ............................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................1
1.2. Pendekatan Masalah ........................................................................3
1.3. Tujuan .............................................................................................4
1.4. Manfaat ...........................................................................................4
1.5. Waktu dan Tempat ...........................................................................5
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam Paktek Kerja Lapangan ............15
iv
I. PENDAHULUAN
Lintang Selatan dan 110° 27’ 58’’ - 110° 48 47’’ Bujur Timur. Wilayah ini
sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan Laut Jawa, sebelah timur
Kabupaten Demak yang terkenal akan wisata rohaninya, selain itu kabupaten
dapat dilihat dari hasil produksi perikanan serta data armada penangkapan
Kabupaten Demak terdapat 5 TPI yaitu TPI Karang Tengah, TPI Sayung, TPI
Morodemak, TPI Bungo dan TPI Wedung. Sekarang hanya 2 TPI yang masih
aktif yaitu TPI Morodemak dan TPI Wedung. TPI Morodemak dan TPI Wedung
produksi turun 50 % dan nilai produksi naik hingga 300 % (Dinas Perikanan dan
1
2
kecil seperti teri, dan udang rebon oleh sebab itu nelayan-nelayan morodemak
mengoperasikan alat tangkap ikan-ikan pelagis kecil seperti bagan. Alat tangkap
ikan teri (Stolephorus sp.) menggunakan alat tangkap bagan perahu, dimana pada
alat tangkap ini menggunakan lampu sebagai daya tarik utama untuk
penangkapan ikan sehingga keberadaan lampu hanya sebagai alat bantu dalam
bambu menggunakan kapal utama (main boat) sebagai penyangga rangka bagan,
waring/ jaring bagan serta perahu bermotor yang sekaligus sebagai alat
bagan yang tebuat dari bambu berbentuk empat persegi panjang yang menyatu
dengan perahu ditempatkan diatas secara melintang, Perahu sebagai bagian utama
3
dalam meletakkan bagan, jaring bagan yang terletak dibawah perahu berukuran
Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini merupakan studi mengenai alat tangkap
aspek yang dipelajari yaitu aspek teknis yaitu alat tangkap bagan perahu, alat
Alat tangkap bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap yang cukup
lepas dari perkembangan teknologi, hasil tangkapan yang banyak, dan metode
setiap nelayan meningkat tapi tidak diimbangi dengan jumlah ikan yang berada di
sekitar 50 buah yang masih beroperasi. Kapal bagan perahu di daerah Morodemak
pun sudah dimodifikasi dengan panjang lunas 17 meter dengan 18-20 GT agar
jangkauan untuk menangkap lebih besar dan ikan yang tertangkap juga lebih
banyak ini mengakibatkan kapal bagan perahu yang ukurannya lebih kecil kalah
persaingan dan lebih memilih tidak beroperasi. Berhubung dengan modifikasi alat
tangkap dengan ukuran dan kontruksi dari armada bagan perahu di PPP
4
bandingkan dengan tempat lain, sehingga menarik dipelajari lebih lanjut mengenai
Demak dan
Penelitian (Skripsi) dilaksanakan pada tanggal 10-17 Januari 2021 dan 10-
Tengah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bagan perahu (boat lift nets) adalah alat penangkap ikan yang
perahu (bagan rambo) diklasifikasikan ke dalam kelompok jaring angkat (lift nets)
Bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap yang menggunakan cahaya
perkembangan pengetahuan dan teknologi serta kemajuan yang telah dicapai oleh
dan peralatan bagan yang penting adalah perahu, jaring, rangka bagan, lampu dan
paling mutakhir dari alat tangkap bagan apung yang ada di Indonesia saat ini ber
beda dengan bagan apung lainnya karena ukurannnya yang sangat besar sehingga
sering disebut bagan raksasa atau rambo (Ilhamdi, dan adi 2018).
Bagan perahu (Boat Lift Nets) adalah salah satu jenis alat penangkapan
ikan yang termasuk dalam klasifikasi jaring angkat (Lift net) dari jenis bagan yang
digunakan nelayan untuk menangkap ikan pelagis kecil (Subani dan barus 1989).
6
7
Alat tangkap ini pertama kali diperkenalkan olah nelayan Bugis Makasar pada
tahun 1950-an. Bagan perahu mempunyai bentuk lebih ringan dan sederhana,
dapat menggunakan satu atau dua perahu. Bagan perahu hanyut menggunakan
terdiri dari bagan tancap (stationary lift net), bagan rakit (raft lift net) dan bagan
perahu (boat lift net). Perbedaan antara 3 jenis unit penangkapan bagan adalah :
berlaku untuk sekali musim penangkapan. Bagan tancap mempunyai rumah bagan
Bagan rakit adalah jaring angkat yang dalam pengoperasiannya dapat dipindah-
pindahkan ke tempat yang sekiranya banyak ikan. Sebelah kanan dan kiri bagian
bawah terdapat rakit dari bambu tang berfungsi sebagai landasan dan sekaligus
Bagan perahu berbentuk lebih sederhana dibandingkan bagan rakit dan lebih
Bagan perahu terbagi atas dua macam, yaitu: bagan yang menggunakan satu
perahu dan bagan yang menggunakan dua perahu. Bagian depan dan belakang
bagan dua perahu dihubungkan oleh dua batang bambu, sehingga berbentu bujur
Konstruksi bagan perahu di bentuk dari bambu, waring/ jaring bagan serta
perahu bermotor yang sekaligus sebagai alat transportasi di laut. Bagan perahu
hanyut memiliki beberapa bagian diantaranya bagan yang tebuat dari bambu
berbentuk empat persegi panjang yang menyatu dengan perahu ditempatkan diatas
secara melintang, Perahu sebagai bagian utama dalam meletakkan bagan, jaring
bagan yang terletak dibawah perahu berukuran persegi sama sisi. Ukuran alat
Ukuran mata jaring pada jaring bagan umumya memiliki diameter sekitar 5 mm
ukuran mata jaring ini berkaitan erat dengan sasaran utama ikan yang akan
persegi empat yang memiliki panjang dan lebar yang sama. Konstruksi alat
tangkap bagan perahu ini terdiri dari jaring, bambu, pipa besi, tali temali, lampu
dan kapal bermesin. Bagian jaring dari bagan ini terbuat dari bahan waring yang
yang dirangkai atau dijahit sedemikian rupa sehingga dapat membentuk kantong
berbentung bujur sangkar yang dikarenakan adanya kerangka yang dibentuk oleh
2.4. Metode Pengoperasian Alat Tangkap Bagan Perahu (Boat lift net)
melakukan operasi penangkapan ini sebanyak dua kali setting dan dua kali
9
dengan cara memutar roller yang fungsinya untuk menurunkan jaring dan
menaikkan jaring. Setting dimulai pada saat senja hari (pukul 18.00) setelah
semua ujung jaring diikatkan pada bingkai jaring dan selanjutnya dilakukan
dalam perairan dengan cara mengulurkan tali-tali yang melilit pada badan roller
air, di bagian tengah jaring diberi pemberat dari batu (sekitar 30kg) agar jaring
berikut.
terhadap lampu dan mesin kapal. Persiapan lain yang dianggap penting adalah
2. Pengumpulan ikan, ketika tiba di lokasi fishing ground dan hari menjelang
malam, maka lampu dinyalakan dan jaring biasanya tidak langsung diturunkan
hingga tiba saatnya ikan terlihat berkumpul di lokasi bagan atau ingin masuk
10
ke dalam area cahaya lampu. Namun tidak menutup kemungkinan ada pula
3. Setting, setelah menunggu beberapa jam dan ikan mulai terlihat berkumpul di
begitu lama. Banyaknya setting tergantung pada keadaan cuaca dan situasi
memperkirakan kapan jaring akan diangkat. Lama jaring berada dalam perairan
pemadaman lampu secara bertahap. Hal ini dimaksudkan agar ikan tidak
terkejut dan tetap terkosentrasi pada bagian Rambo di sekitar lampu yang
tersebut mulai ditarik ke permukaan hingga akhirnya ikan akan tertangkap oleh
jaring;
11
6. Brailing, setelah bingkai jaring naik ke atas permukaan air, maka tali
penggantung pada ujung dan bagian tengah rangka dilepas dan dibawa ke satu
sisi kapal, tali kemudian dilewatkan pada bagian bawah kapal beserta
dan lampu dihidupkan lagi. Jaring kemudian ditarik sedikit demi sedikit dari
ukuran dan lain-lain. Ikan yang telah disortir langsung dimasukkan ke dalam
2.5. Daerah Penangkapan Alat Tangkap Bagan Perahu (Boat lift net)
perairan pantai yang dasar perairannya pasir, lumpur campur pasir dan daerah
yang sering terjadi pasang surut serta perairan yang agak curam dan agak dalam.
Alat tangkap bagan perahu di operasikan pada kedalaman sekitar 50-60 meter,
seperti di Pulau Marsala yang kedalaman rata ratanya sekitar 60 meter. Armada
penangkapan bagan perahu atau bagan apung yang dioperasikan oleh masyarakat
Jenis hasil tangkapan bagan perahu adalah kelompok ikan pelagis kecil
yang reaktif terhadap cahaya. Pola kedatangan ikan di sekitar sumber cahaya ada
yang langsung menuju sumber cahaya dan ada juga yang hanya berada di sekitar
makan. Selain itu pola kedatangan ikan disekitar sumber cahaya berbeda-beda,
penangkapan juga dipengaruhi oleh periode bulan. Periode hari bulan merupakan
salah satu indikasi untuk menentukan waktu melaut bagi nelayan. Faktor periode
hari bulan secara tidak langsung berdampak pada keberadaan ikan, sehingga
nelayan perlu mengetahui perubahan setiap periode hari bulan tersebut. Perubahan
periode hari bulan dapat mengindikasi waktu yang baik dalam kegiatan operasi
penangkapan karena adanya perbedaan intensitas cahaya pada setiap periode hari
bulan dan mempengaruhi ikan yang memiliki sifat fototaksis positif maupun
2.6. Musim Penangkapan Alat Tangkap Bagan Perahu (Boat lift net)
angin barat dan bulan Agustus sampai dengan September dimana pada saat itu
biasanya bertiup angin timur. Pada bulan-bulan bukan musim ikan menyebabkan
hasil tangkapan menurun, yang berarti memberikan kesempatan pada ikan teri
Hasil tangkapan ikan teri pada tahun 2006-2009 mengalami fluktuasi dan
cenderung meningkat hingga puncak tertinggi pada tahun 2009 sebesar 6.271,2
ton. Eksploitasi pada tahun 2009 berpengaruh terhadap penurunan produksi pada
tahun 2010 hingga 50% dari hasil tangkapan tahun sebelumnya. Dalam periode
13
tahun 2006-2010, produksi ikan teri pada musim barat (Desember-Februari) relatif
lebih banyak dibandingkan dengan musim sebelumnya. Puncak produksi ikan teri
selama musim barat yaitu bulan Januari. Hasil tangkapan ikan teri cenderung
adanya perubahan cuaca setiap bulannya dan faktor oseanografi (Surbakti, 2012).
usaha yang potensial dengan hasil tangkapan yang bernilai ekonomis tinggi yaitu
Layur (Trichiurus sp), Teri (Stolephorus sp), Cumi (Lolligo sp) yang memiliki
harga jual tinggi, akan tetapi dengan semakin banyaknya penggunaan alat tangkap
bagan perahu di perairan Morodemak maka akan terjadinya persaingan usaha dan
tangkap dengan menggunakan alat tangkap bagan perahu seperti modal dan biaya
yang diperlukan, tingkat pendapatan nelayan, dan kelayakan usaha alat tangkap
spesies ikan saja tetapi juga beberapa ikan pelagis kecil, seperti: Teri (Stolephorus
sp.), Petek (Leiognathus sp.), Kembung (Ratrelliger spp.), Belanak (Mugil sp.),
dan lain-lain. Selain ikan yang disebutkan ada beberapa jenis ikan yang ikut
tertangkap pada waring seperti Kembung (Rastrelliger sp) dan Udang Putih
Secara umum hasil tangkapan bagan perahu adalah jenis ikan pelagis kecil
yang bersifat fototaksis positif, seperti ikan Teri, ikan Tembang, ikan Japuh, ikan
Peperek, ikan Selar, ikan Ekor kuning, Kerong-kerong, Cumi-cumi (Loligo sp),
Sotong (Sepia officinalis), ikan Kembung (Rastelliger sp) dan ikan Layur
(Trichiurus lepturus). Hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan Teri
(Rastrelliger sp), Layur (Trichiurus sp), Cumi-cumi (Loligo sp) dan Sotong (Sepia
3.1. Materi
Bagan perahu (Boat lift net). Pengukuran alat tangkap Bagan perahu (Boat lift net)
Alat dan bahan yang digunakan dalam Penelitian (SKRIPSI) tersaji pada
tabel 1:
3.2. Metode
22
23
adanya. Metode deskriptif atau pengetahuan empiris adalah metode yang paling
sering digunakan. Seperti yang sudah dijelaskan variasi metode tersebut adalah
berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan oleh peneliti secara objektif. Sampel
yang diambil dalam penelitian ini adalah unit usaha penangkapan Bagan Perahu
(Boat Lift Net) di PPP Morodemak, maka jumlah sampel yang didapat
usaha dengan beberapa indikator yaitu keuntungan, NPV,IRR, R/C Rasio, dan PP
dimasa sekarang dan masa yang akan dating. Analisis aspek teknis dilakukan
penangkapan secara teknis yang meliputi; konstruksi alat tangkap, BBM, alat
1. Metode Wawancara
Penelitian yaitu dengan cara mewawancarai satu nelayan bagan perahu, pihak
Tugasnya dan dua orang pegawai di Syahbandar, terdapat empat responden yang
24
alat tangkap bagan perahu, serta manajemen operasi penangkapan bagan perahu.
2. Metode Observasi
dekat kegiatan yang dilakukan. Metode observasi yang dilakukan pada saat
penangkapan bagan perahu serta proses lelang di TPI. Metode ini dilakukan
(TPI) dan kondisi umum wilayah Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Morodemak.
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi yang diambil pada saat Penelitian yaitu : pengukuran panjang kapal,
25
pengukuran mesh size alat tangkap, pengukuran rumah bagan, proses setting alat
tangkap, proses immersing alat tangkap, proses hauling alat tangkap, penyortiran
Penelitian (SKRIPSI) sehingga diharapkan dengan landasan teori yang kuat akan
alat tangkap bagan perahu, alat bantu penangkapan, cara pengoperasian, hasil
tangkapan dan semua yang berkaitan dengan judul Penelitian ini untuk
Morodemak, dan Dinas Kelautan Perikanan (DKP) Kabupaten Demak tahun 2019
yang meliputi jumlah armada penangkapan, jumlah dan jenis alat tangkap serta
produksi dan nilai produksi ikan. Dimana referensi yang diberikan berdasarkan
data lima tahun lima tahun terakhir dihitung mulai dari tahun 2016 sampai tahun
2020.
Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan
masih memerlukan suatu pengolahan. Data bisa berwujud suatu keadaan, gambar,
suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol - simbol lainnya yang
bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, objek, kejadian. Jenis
data berdasarkan cara memperolehnya adalah data primer dan data sekunder.
26
a. Data primer
Data Primer yaitu data yang dulunya belum ada yang diperoleh sendiri
oleh peneliti secara langsung dari wawancara atau dialog, observasi maupun
penangkapan, dan jenis ikan hasil tangkapan serta paguyuban nelayan yang
berkembang. Data primer yang dibutuhkan pada Penelitian (SKRIPSI) tersaji pada
b. Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang dikumpulkan oleh orang lain dan diperoleh
dari dokumen, jurnal, buku, dan pustaka lain yang mendukung. Data sekunder
yang dibutuhkan pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) tersaji dalam tabel 3
sebagai berikut:
1) R/C Ratio
Artinya jika hasil analisis R/C rasio < 1 usaha tidak menguntungkan, jika
R/C rasio = 1 usaha berada pada titik impas, dan jika R/C rasio > 1 usaha
menguntungkan.
Dimana:
t : Tahun ke-
n : Jumlah tahun
30
penerimaan proyek pada tahun ke-t dikurangi biaya proyek pada tahun ke-t
dengan tingkat suku bunga yang berlaku. Tingkat suku bunga yang
n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup
investasi mula-mula
Dimana:
Kriteria:
menyebabkan NPV investasi sama dengan nol. Sebuah investasi layak jika
IRR lebih besar daripada discount factor yaitu 15 % maka dikatakan usaha
tersebut layak untuk diteruskan, bila sama dengan discount factor berarti
pulang pokok dan di bawah discount factor maka proyek tersebut tidak
dapat diteruskan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2013. Buku Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Hal: 270-
274.
Hadinata, C., Usman, dan A. Brown. 2015. Produktivitas Alat Tangkap Bagan
Perahu KM Bakti Fortuna 30 GT di Perairan Pantai Barat Sibolga.
Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Memancing di Perairan Tawar dan Laut.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Surbakti, C.N. 2012. Analisis Musim dan Daerah Penangkapan Ikan Teri
(Stolephorus sp.) Berdasarkan Kandungan Klorofil –A di Perairan
Sibolga, Sumatera Utara. [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian
Bogor.