Anda di halaman 1dari 33

METODE PENANGKAPAN IKAN

(FISHING METHODS)
Pertemuan 11

BAGAN (LIFT NET)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS HALU OLEO
2018
1
Definisi
              Menurut Mulyono (1986), bagan
merupakan salah satu jaring angkat yang
dioperasikan diperairan pantai pada malam hari
dengan menggunakan cahaya lampu sebagai
faktor penarik ikan.

Bagan atau ada juga yang menyebutnya dengan


branjang, yaitu suatu alat tangkap yang
wujudnya seperti kerangka sebuah bangun
piramida tanpa sudut puncak.
            Di
atas bangunan bagan ini pada bagian tengah
terdapat bangunan rumah kecil serta roller

- Bangunan rumah sebagai tempat istirahat,


pelindung lampu dari hujan, dan tempat untuk
melihat dan mengawasi ikan.

- roller yang terbuat dari bambu yang berfungsi


untuk menarik jaring.
            untuk
membuat daya tarik ikan sehingga
berkumpul di bawah bagan, umumnya nelayan masih
menggunakan lampu petromaks yang jumlahnya
bervariasi 2-5 buah.

Penangkapan dengan bagan hanya dilakukan pada


malam hari (Light Fishing) terutama pada hari gelap
bulan dengan menggunakan lampu sebagai alat bantu
penangkapan (Sudirman dan Achmar Mallawa, 2000).
Konstruksi Alat Penangkap Ikan
   Secara umum konstruksi unit penangkapan bagan perahu terdiri atas
kerangka kayu, waring atau jaring (dari bahan polyethylene) serta perahu
bermotor sebagai alat transportasi di laut.

Pada bagan terdapat alat penggulung atau roller yang berfungsi untuk
menurunkan atau mengangkat jaring (Subani dan Barus 1989 diacu dalam
Takril 2005).

Ukuran untuk alat tangkap bagan perahu beragam mulai dari panjang = 13 m;
lebar = 2,5 m; tinggi = 1,2 m hingga panjang = 29 m; lebar = 29 m; tinggi = 17
m.
      Mata jaring bagan perahu umumnya berukuran 0,5 cm (Sudirman 2003
diacu dalam Takril 2005).

Ukuran mata jaring ini berkaitan erat dengan sasaran utama ikan yang
tertangkap, yaitu teri yang berukuran kecil. Jika ukuran mata jaring terlalu
besar, maka ikan tersebut tidak tertangkap.
Mata jaring bagan perahu umumnya
berukuran 0,5 cm (Sudirman 2003 diacu
dalam Takril 2005).

Ukuran mata jaring ini berkaitan erat dengan


sasaran utama ikan yang tertangkap, yaitu
teri yang berukuran kecil.

Jika ukuran mata jaring terlalu besar, maka


ikan tersebut tidak tertangkap.
Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
1 Kapal
    Perahu terdapat di bagian depan dan belakang,
dihubungkan dengan dua batang bambu sehingga
berbentuk bujur sangkar (empat persegi sama sisi)
sebagai tempat menggantungkan jaring bagan.
Namun, ada juga bagan perahu yang menggunakan
satu perahu saja.
Perahu juga digunakan sebagai alat transportasi,
sehingga bagan perahu dapat berpindah dari satu
daerah penangkapan ke daerah penangkapan lainnya
(Subani dan Barus 1989).
2 Nelayan

Nelayan yang mengoperasikan bagan


     

perahu berjumlah 4-6 orang atau lebih


jika perahu yang digunakan dua buah
karena ada yang mengemudikan perahu
dan ada yang bertugas melakukan
seluruh kegiatan operasi penangkapan
ikan.
Alat Bantu
     Bagan perahu menggunakan lampu sebagai alat
bantu untuk merangsang atau menarik perhatian ikan
agar berkumpul di bawah cahaya lampu (Ayodhyoa
1981 diacu dalam Takril 2005).

Jenis lampu yang digunakan oleh bagan perahu sebagai


atraktor untuk memikat ikan yaitu lampu petromak,
lampu neon dan lampu merkuri.
Selain lampu, bagan perahu menggunakan serok untuk
mengambil hasil tangkapan (Subani 1972 diacu dalam
Takril 2005).
 
Metode Pengoperasian Alat
    Tahapan-tahapan
metode pengoperasian bagan
perahu adalah sebagai berikut
(1) Persiapan menuju fishing ground,
- Terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan
persiapan terhadap segala sesuatu yang dibutuhkan
dalam pengoperasian bagan perahu.

- Pemeriksaan dan perbaikan terutama dilakukan


terhadap lampu dan mesin kapal.

- Persiapan lain yang dianggap penting adalah


kebutuhan perbekalan operasi penangkapan seperti air
tawar, solar, minyak tanah, garam dan bahan makanan.
(2) Pengumpulan ikan,
ketika tiba di lokasi fishing ground dan hari menjelang
malam, maka lampu dinyalakan dan jaring biasanya tidak
langsung diturunkan hingga tiba saatnya ikan terlihat
berkumpul di lokasi bagan atau ingin masuk ke dalam area
cahaya lampu.

Namun tidak menutup kemungkinan ada pula sebagian


nelayan yang langsung menurunkan jaring setelah lampu
dinyalakan.
(3) Setting, setelah menunggu beberapa jam dan
ikan mulai terlihat berkumpul di lokasi
penangkapan, maka jaring diturunkan ke perairan.
secara perlahan-lahan dengan memutar roller.

Penurunan jaring beserta tali penggantung dilakukan


hingga jaring mencapai kedalaman yang diinginkan.

Proses setting ini berlangsung tidak membutuhkan


waktu yang begitu lama. Banyaknya setting
tergantung pada keadaan cuaca dan situasi hasil
tangkapan, serta kondisi perairan pada saat operasi
penangkapan.
(4) Perendaman jaring (soaking), selama jaring berada di
dalam air, nelayan melakukan pengamatan terhadap
keberadaan ikan di sekitar kapal untuk memperkirakan
kapan jaring akan diangkat.

Lama jaring berada di dalam perairan (perendaman


jaring) bukan bersifat ketetapan,

menentukan dan menghitung lamanya jaring di dalam


perairan dan kapan jaring akan diangkat namun hanya
berdasarkan penglihatan dan pengamatan adanya ikan
yang berkumpul di bawah cahaya lampu
(5) Pengangkatan jaring (lifting), lifting dilakukan
setelah kawanan ikan terlihat berkumpul di lokasi
penangkapan.

Kegiatan lifting ini diawali dengan pemadaman lampu


secara bertahap.

dimaksudkan agar ikan tidak terkejut dan tetap


terkosentrasi pada bagian perahu di sekitar lampu
yang masih menyala.

Ketika ikan sudah berkumpul di tengah-tengah jaring,


jaring tersebut mulai ditarik ke permukaan hingga
akhirnya ikan akan tertangkap oleh jaring.
(6) Brailing, setelah bingkai jaring naik ke atas
permukaan air, maka tali penggantung pada ujung dan
bagian tengah rangka dilepas dan dibawa ke satu sisi
kapal, tali kemudian dilewatkan pada bagian bawah
kapal beserta jaringnya.

Tali pemberat ditarik ke atas agar mempermudah


penarikan jaring dan lampu dihidupkan lagi.

Jaring kemudian ditarik sedikit demi sedikit dari salah


satu sisi kapal ke atas kapal. Hasil tangkapan yang telah
terkumpul diangkat ke atas dek kapal dengan
menggunakan serok (Subani 1972 diacu dalam Takril
2005).
(7) Penyortiran ikan, Penyortiran ini
biasanya dilakukan berdasarkan jenis
ikan tangkapan, ukuran dan lain-lain.

Ikan yang telah disortir langsung


dimasukkan ke dalam wadah atau peti
untuk memudahkan pengangkutan.
5. Daerah Pengoperasian
    Pada umumnya daerah pengoperasian alat tangkap
bagan perahu adalah perairan yang subur, selalu
tenang, tidak banyak dipengaruhi oleh adanya
gelombang besar, angin kencang dan arus yang kuat.
Perairan yang dimaksud umumnya terdapat di
perairan teluk (Subani 1970 diacu dalam Fathul 2008).
Bagan perahu hampir tersebar di seluruh daerah
perikanan laut di Indonesia, contohnya: Morotai,
Teluk Tomini, Palu, Luwuk, Teluk Bone
6. Hasil Tangkapan
   Hasil tangkapan bagan perahu umumnya
adalah ikan pelagis kecil seperti tembang
(Clupea sp), teri (Stolephorus sp), japuh
(Dussumiera sp), selar (Charanx sp), pepetek
(Leiognathus sp), kerot-kerot (Therapon sp),
cumi-cumi (Loligo sp), sotong (Sepia sp), layur
(Trichiurus sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Subani 1972)
 
Jenis alat tangkap lift net ada yang
menggolongkannya sebagai alat
penangkapan ikan ramah lingkungan

karena dalam pengoperasiannya


bersifat pasif dan menunggu ikan
sehingga tidak merusak lingkungan.
Namun dalam beberapa kajian ada yang
menyebut jenis lift net yaitu bagan adalah alat
tangkap yang tidak ramah lingkungan

karena penggunaan atraktor (lampu) untuk


menarik ikan sehingga ikan fototaksis positif dari
besar hingga yang kecil berkumpul, ditambah
lagi mata jaring dari kantong bagan yang kecil
membuat bagan disebut tidak ramah lingkungan.
Prinsip kerja alat tangkap lift net:
1. Menarik perhatian ikan 
2. Mengkonsentrasikan (mengumpulkan)
ikan menggunakan alat bantu
penangkapan, dalam hal ini yaitu lampu
(light fishing) 
3. Menurunkan jaring untuk menangkap
sekumpulan ikan yang sudah terkumpul
oleh atraktor.
4. Mengangkat jaring.
 
Alat tangkap lift net merupakan
alat tangkap pasif,

hal ini karena lift net sangat


bergantung terhadap ketertarikan
ikan pada alat bantu cahaya yang
digunakan.
 
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor:
06/MEN/2010 mengolongkan Lift Net /Jaring angkat kedalam
kelompok alat tangkap yang terbuat dari:
 
- bahan jaring berbentuk persegi empat yang dilengkapi bingkai
dari bambu ataupun bahan lainnya yang berfungsi sebagai
rangka.
- Dioperasikan dengan cara tenggelamkan di kolom air ketika
setting kemudian diangkat ke permukaan ketika hauling 
- Dilengkapi dengan / tanpa lampu pengumpul ikan sebagai
atraktor ikan, untuk menangkap ikan pelagis dengan fototaksis
positif maupun ikan karnivora (SNI 7277.9:2008).
.  Klasifikasi Bagan
            Menurut Sudirman dan Achmar Mallawa
(2000),  klasifikasi bagan ada 3, yaitu :
1.    Bagan Tancap
Bagan tancap merupakan rangkaian bambu berbentuk
persegi empat yang di tancapkan di atas perairan,
pada tengah bangunan tersebut dipasang jaring.
alat tangkap ini bersifat inmobile.
Hal ini karena alat tangkap tersebut ditancapkan pada
dasar perairan, yang berarti kedalaman laut tempat
beropesinya alat ini menjadi sangat terbatas yaitu
pada perairan dangkal.
2.    Bagan Rakit
Jenis bagan lain yang sangat sederhana dan
biasa digunakan oleh nelayan khususnya di
sungai atau muara-muara sungai yaitu
sebagai rakit.

Bagan ini terbuat dari bambu, dimana


operasinya berpindah-pindah.

Proses operasi penangkapannya sama


dengan bagan tancap.
3.    Bagan Perahu (Bagan Rambo)
Bagan ini disebut pula sebagai bagan perahu listrik.
Ukurannya bervariasi tetapi di Sulawesi Selatan
umumnya menggunakan jaring dengan panjang total
45 m dan lebar 45 m, berbentuk segi empat bujur
sangkar dengan ukuran mata jaring 0,5 cm dan
bahannya terbuat dari waring.

Dalam pengoperasiannya bagan ini dilengkapi dengan


perahu motor yang berfungsi untuk menggandeng
bagan rambo menuju daerah penangkapan. Selain
itu, bagan tersebut berfungsi sebagai pengangkut
hasil tangkapan dari fishing ground ke fishing base.
DISTRIBUSI CAHAYA LAMPU
DAN TINGKAH LAKU IKAN PADA
PROSES PENANGKAPAN BAGAN
PERAHU
Teknologi penangkapan ikan dengan bagan
perahu menggunakan alat bantu cahaya di kenal
sebagai light fishing.

Sumber cahaya yang digunakan mulai dari obor,


petromaks (lampu tekan minyak tanah) sampai
lampu listrik (Wisudo et al, 2001).
Penggunaan cahaya dimaksudkan

untuk menarik dan mengkonsentrasikan


kawanan ikan pada areal pencahayaan
dan catchable area bagan.

intensitas cahaya sangat menentukan


terhadap illuminasi cahaya yang masuk
kedalam air.
Prinsip penangkapan pada alat
tangkap bagan

dengan memanfaatkan tingkah


laku ikan, (respon ikan terhadap
cahaya terutama pada ikan-
ikan yang bersifat fototaksis
positif).
Bagan perahu di Perairan Tulehu,
Kabupaten Maluku Tengah
menggunakan intensitas cahaya lampu
penarik ikan 420 watt (lampu neon).
Metode operasi penangkapan tidak
banyak perbedaan dengan daerah lain
di Indonesia. Perbedaan yang terlihat
adalah teknik dan taktik penangkapan.
Teknik dan taktik penangkapan nelayan
bagan di Maluku Tengah adalah sebagai
berikut :
- posisi lampu penarik ikan berada di atas
rangka bagan pada buritan perahu,
- penurunan jaring ketika sudah terlihat
tanda-tanda ikan berada disekitar area
iluminasi cahaya,
- ikan digiring ke bagain tengah bagan dengan
lampu pengkonsentrasian ikan,
- pengangkatan jaring.
TERIMA KASIH

33

Anda mungkin juga menyukai