Anda di halaman 1dari 42

MODUL; DAERAH, METODE DAN TEKNIT PENAMGKAPAN

IKIAN. Bagian 1.

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN


BAB I. MENGENALI DAERAH PENANGKAPAN

Dalam usaha menangkap ikan, mengenali daerah penangkapan


merupakan suatu hal yang muntlak. Mengoperasikan alat tangkap di suatu
daerah penangkapan tanpa mengetahui terlebih dahulu sifat dan keadaan
perairannya akan merupakan suatu usaha yang didasari untung-untungan,
dengan resiko tidak mendapatkan ikan atau jaringnya tersangkut pada
batu karang.
Kita mengenal beberapa daerah penangkapan. Daerah-daerah
penangkapan itu umumnya dinamakan berdasarkan keadaan daerah
perairan tempat penangkapan lazim diadakan. Daerah penangkapan
mempunyai lokasi dan kondisi perairan yang berbeda-beda. Ada daerah
penangkapan yang disebutkan dengan nama lokasinya, yaitu daerahnya
dasarnya atau wilayahnya. Ada daerah penangkapan yang dinamakan
berdasarkan sifat perairan atau lingkungannya. Daerah penangkapan
yang lain dinamakanberdasarkan jenis ikan yang umum tertangkap di
daerah tersebut. Ada juga daerah penangkapan yang dinamakan
berdasarkan alat tangkap yang dioperasikan di daerah penangkapan itu.

A Daerah penangkapan berdasarkan nama lokasi


penagkapan,sebagai contoh :
A.1. Kita menamakan daerah penangkapan ikan di daerah maluku
sebagai daerah penangkapan Maluku. Perairan tersebut mempunyai ciri
khas sebagai daerah perairan oseanis, berbatasan dengan perairan
samudra dan tidak banyak dipengaruhi oleh air dari daratan. Jenis ikan
yang tertangkap di daerah penangkapan Maluku, umumnya jenis ikan
oseanis seperti : Tuna dan Cakalang. Penangkapan yang dilakukan ialah

1
usaha penangkapan laut bebas atau High sea fishing. Alat tangkapnya
Longline, Purse seine dan Tonda.
A.2. Daerah penangkapan Sulawesi utara.
Yang dimaksud adalah perairan sekitar wilayah sulawesi utara
tampat operasi penagkapan ikan dilakukan. Daerahnya berupa perairan
oseanis dengan jenis-jenis ikan oseanis seperti : Tenggiri
(Scomberomorus spec), lemadang (Coryphaena spec), Cakalan
(Katsuwonus pelamis), Tuna dan sebagainya. Di daerah penangkapan
sulawesi utara alat tangkap yang dioperasikan antara lain :Huhute atau
Pole and Line untuk menangkap Cakalan.
A.3. Daerah penangkapan Selat Bali.
Daerah penangkapan yang dimaksud adalah perairan Selat Bali
yang berbatasan dengan samudra Hindia. Di daerah penangkapan
tersebut dioperasikan alat jaring, baik jenis jaring payang maupun jenis
jaring Purse seine. Perairan Selat Bali bersifat oseanis karena pengaruh
samiudra. Penangkapan tidak sepanjang tahun dapat dilakukan karena
adanya ”ikan musiman” seperti Ikan Lemuru Clupea Sardinella longiceps
yang datangnya hanya pada musim-musum tertentu saja.
A.4. Daerah penangkapan pulau Seribu.
Ialah daerah perairan sekitar kepulauan Seribu yang juga
dinamakan daerah teluk Jakarta.
Daerah perairan yang dimaksud adalah daerah perairan barkarang dan
daerah lepas pantai sampai sekitar mercusuar Hoordwachter. Pada masa
lalu sampai tahun 1953, di daerah penangkapan kepulauan Seribu
diusahakan penagkapan dengan alat MUROAMI untuk menangkap ikan
karang jenis Ekor Kuning (Caesio Orythrogaster). Tetapi kerena
lingkungan hidupnya rusak dan telah terjadi Overfishing, alat tangkap
yang dapat dioperasikan di perairan teluk Jkarta antara lain Purse Seine
kecil dan jaring payang, serta Gillnet yaitu di daerah yang jauh dari pulau.
A.5. Daerah penangkapan Karimun.
Perairan di sekitar kepulauan Karimun yang dinamakan daerah
penangkapan Karimun mempunyai kondisi perairan seperti perairan teluk

2
Jakarta yaiti daerahnya berkarang dan disekitarnya terdapat perairan yang
agak dalam. Ikan yang tertangkap terdiri dari janis-jenis ikan yang
bergerombol seperti : Ikan Layang (Decapterus) dan ikan Kembung
(Rostrellinger).
Daerah panangkapan Karimun menjadi daerah penangkapan bagi
nelayan Jakarta dan Tegal menggunakan alat Purse Seine.
A.6. Daerah penangkapan Bawean, Daerah penangkapan Masalembo,
dan lain-lainnya.
Sifat dan penangkapan berdasarkan sifat perairan atau lingkungannya.

B. DAERAH PENANGKAPAN BERDASARKAN SIFAT PERAIRAN


ATAU LINGKUNGANNYA.

B. 1 Daerah penangkapan pantai atau inshore fishing ground.


Yang dimaksud ialah daerah penangkapan yang lokasinya di
perairan pantai dengan kedalaman sampai sekitar 60 meter misalnya
daerah perairan dangkalan Sunda atau Sunda plat dan perairan
dangkalan Sahul atau Sahul plat.
Usaha penangkapan yang dilakukan di daerah penagkapan pantai
meliputi penagkapn jenis palagis dan demersal alat tangkapyang
digunakan antara lain : Krakad, Gillnet, Payang, Jala Oras, Pukat Langgar,
Soma Dampar, Radi, Dogol, Purse Seine, Trawl atau Pukat Harimau.
Selain alat-alat tersebut, alat tangkap jenis pancing yang dipakai di daerah
ini adalah pancing Rawai, Pancing Tonda, Pancing Garit, dan Pancing
Ladungan.
Di daerah pantai yang lebih ke tepi pada kedalaman yang relatif
dangkal dipasang alat stasioner atau seperti Sero, Cager, Banjang dan
Bogan. Meskipun alat stasioner tersebut tergolong alat yang produktif,
tetapi dipandang dari sudut pelestarian sumber, alat-alat tersebut tidak
dapat dibenarkan, karena akan mempercepat punahnya suatu jenis ikan
dan selain itu mengganggu lalu lintas pelayaran disamping akan
mempercepat pendangkalan.

3
B. 2 Daerah penangkapan lepas pantai atau off shore fishing
ground.
Yang dimaksud dengan daerah lepas pantai adalah daerah
perairan sampai sejauh kurang lebih 100 mil dari darat. Sifat airnya
oseanis dengan kadar garam relative tinggi (kurang lebih 30 %). Pengaruh
perairan darat sudak tidak ada. Keadaan lingkungannya berbeda dengan
perairan pantai. Daerah perairan lepas pantai mendapat pengaruh dari
lingkungan pantai dari laut bebas.
Usaha penangkapan yang dilakukan di perairan lepas pantai pada
umumnya menangkap jenis palagis dan demersal dengan alat tangkap
jaring dan pancing.
Jaring yang digunakan untuk menangkap jenis ikan bergerombol
meliputi jaring Purse Seine, Payang, Gillnet, serta Trawl, sedangkan alat
pancing yang dioperasikan berupa pancing Cakalan atau Pole and Line,
Longline dan Tonda. Alat tangkap stasioner idak dipasang di perairan
lepas pantai.

B. 3 Daerah penangkapan laut bebas atau high sea fishing ground.


Yang termasuk daerah perairan laut bebas ialah daerah laut
terbuka lebih jauh dari 100 mil dari pantai, yaitu daerah laut terbuka yang
keadaan fisis atau biologis jauh berbeda dari daerah penangkapan yang
terdahulu disebutkan. Penangkapan yang dilakukan untuk menangkap
jenis palagis ukuran besar seperti jenis Tuna dan Layaran, sebagai
penghuni laut bebas, alat tangkap yang sesuai ialah golongan alat
pancing terutama Longline. Agar dapat beroperasi dengan baik, kapal ikan
yang digunakan mampu menghadapi ganasnya alam samudra dan dapat
mengadakan pelayaran dalam waktu lama. Menentukan lokasi daerah
penangkapan yang sudah dikenal di perairan bebas jauh lebih sulit
dibandingkan dengan mengadakan baringan di daerah lainnya, kecuali
apabila kapal dilengkapi dengan alat navigasi elektronik yabg baik.

4
Disesuaikan dengan tujuan penangkapan, kapal yang digunakan
berukuran besar 100 GT atau lebih besar lagi.
B. 4 Daerah penangkapan laut dalam atau deep sea fishing ground.
Daerah perairan laut dalam umumnya jaug dari pantai, sifat
perairannya sepertu perairan laut bebas yang oseanis dengan kedalaman
lebih dari 200 meter. Ikan yang ditangkap ialah jenis ikan palagis ukuran
besar seperti jenis ikan Tuna yang berada di lapisan air yang dalam.
Perikanan laut bebas atau high sea fishery juga dinamakan sebagai
perikanan laut dalam atau deep sea fishery.
Jenis demersal yang berada di dasar laut dalam belum diusahakan di
perairan kita, mengenai jenis dan potensinya belum banyak diketahui.

B. 5 Daerah penangkapan muara sungai atau estuary fishing


ground
Yang dimaksud dengan daerah muara sungai ialah peraiiran di
mulut sungai tempat sungai itu bermuara di laut
Perairan muara sungai pengaruhnya luas,yaitu yang ditandai dengan khas
oleh air payau yang kadar garamnya relative rendah sekitar 30 %.
Lingkungan hidup di perairan estuarine ada kekhususan ; keadaan flora
dan faunanya sangat beraneka ragam . Cara penguasaannya dan alat
tangkap yang digunakan di daerah penangkapan muara sungai berbeda-
beda tergantung dari sifat yang bermuara . Alat tangkap yang umum
berupa alat tangkap yang menetap atau stasioner yang dipsang berderat
sepanjang pantai sekitar muara yang sering mengganggu alur pelayaran.
Kegiatan penangkapan sangat tergantung dari keadaan pasang surutnya
air, oleh karena itu perikanan di daerah muara sungai juga disebut
perikanan pasang surut.
Alat tangkap yang khas di perairan pasang surut daerah muara
sungai yang besar misalnya Jermal, Kelong, Sivi,m dan Ambai, yang
operasinya sangat tergantung dari arus sungai pada waktu airnya surut.
Alat-alat tangkap tersebut sangat prodiktif, tetapi di lain pihak akan
mengganggu lalu lintas kapal yang memasuki sungai di samping itu juga

5
mempercepat pendangkalan. Ikan yang tertangkap umumnya golongan
ikan Euryhaline seperti jenios Teri (Stolephorus spec), Bulu ayam
(Setippin spec), Belanak (Mugil sp) dan jenis –jenis udang.

B. 6 Daerah penangkapan perairan karang atau Corral reef fishing


ground.
Yang dimaksudkan dengan daerah peangkapan perairan karang
ialah daerah perairan yang berbatu karang tempat hidupnya binatang
karang. Binatang karang atau golongan Corralia hanya hidup di perairan
tropis dan terbatas pada kedalaman sekitar 40 meter dibawah permukaan
air, yaitu sampai batas daya penembusan sinar mataharike dalam air
secara optimum, airnya harur jernih dengan kadar garam tinggi.
Penguasaan perairan karang belum maju, di perairan Indonesia daerah
berkarang diusahakan secara tradisional, dengan Bubu, Pancing, Tombak
atau panah. Adakalanya orang menggunakan cara menangkap ikan
secara tidak rasional, melihat gerombolan ikan yang Nampak jinak di sela-
sela batu karang, maka digunakan cara yang terlarang yaitu dengan
bahan peledak. Akan hancurlah lingkungan air tempat ledakan itu dan
hanya ikan yang besar yang dipungut, ikan yang kecil dan ikan yang
terjepit di sela-sela batu karang di tinggal. Semua makluk hidup menderita
karena ledakan bom, granat dinamit atau sejenisnya uang digunakan akan
mati. Ikan Plankton, larva ikan dan semua biota di lingkungan tersebut
mati, telor-telor pun akan pecah tidak akan menjadi ikan. Batu-natu karang
hancur terkena ledakan dan yang lebih parah dari kerusakan itu ialah
matinya binatang karang. Binatang karang yang hidup yang hidup pada
ujung-ujung batu karang akan mati, yang masih hidup selamat dari
ledakan akhirnya akan mati juga karena lingkungannya tercemar,
tercemar oleh obat peledak dan oleh pembusukan ikan dan binatang-
binatang yang mati akibat ledakan. Binatang karang sangat peka terhadap
perubahan keadaan linkungannya. Pemerintah melindungi daerah-daerah
terumbu karang.

6
Potensi sumber perairan daerah karang belum diketahui dengan
pasti. Jenis ikan yang tertangkap umumnya jenis ikan karang atau Corral
fish dengan ciri khas sisiknya beraneka warna, hijau, kuning, biru, hitam
dan merah, ada juga bergaris-garis, berbecak-becak dan bertotol-totol.
Gerakan lamban umumnya bukan perenang cepat seperti ditunjukan
dalam bentuk tubuhnya. Banyak jenis ikan karang yang memiliki nilai
tersendiri karena keindahan bentuk badan dan keindahan waarna sisiknya,
juga sangat menarik perhatian gerakan dalam air. Jenis-jenis yang
demikian itu menjadi idaman para pecinta akiarium laut seperti jenis ikan
Giru (Amphiprion spec) dan ikan Lepu ayam (Pterois sp). Daerah perairan
berkarang yang belum banyak dijamah alat penangkapan dan belum
banyak dilakukan pembongkaran terhadap batu0batu karangnya atau jauh
dari pencemaran airnya, keadaan karang-karangnya masih dapat
dipertahankan perkembangannya maka fauna dan floranya masih
menunjukan keindahan.
Suatu jenis alat penangkapan ikan karang yang pernah diusahakan
dengan berhasil diperairan berkarang ialah MUROAMI . Disekitar
kepulauan Serbu di teluk Jakarta pada tahun 1930-an merupakan daerah
penangkapan bagi alat MUROAMI yang menangkap jenis-jenis ikan
karang terutama Ekor Kuning (Caesion orythrogaster sp). Jaring
MUROAMI yang berasal dari Okinawa tersebut diperkenalkan kepada
nelayan Pulau Seribu pada tahun 1925 dan dalam jangka waktu sampai
tahun 1956 alat tangkap muroami masih dapat di operasikan di perairan
pulau Seribu. Ternya alat tangkap Muroami tidak dapat lestari, sebab
utama ialah karena menurunya sumber hayati berupa ikan karang. Cara
penangkapan dengan jarring Muroami sangat intensif dan tidak rasional,
alatnya tidak selektif. Tenaga yang terlibat dalam operasi penangkapan
sekitar 50-60 orang termasuk 30 orang penggiring yang sambil berenang
harus menghalau gerombolan ikan masuk ke dalam jaring Muroami.
Selain menurunnya sumber karena usaha penangkapan, keadaan
lingkungan hidup ikan karang banyak mengalami pengrusakan, baik oleh
sebab pengrusakan terhadap batu karang juga oleh sebab pencemaran

7
lingkungan hidup karang. Demikian pula terjadi di habitat karang di
perairan lainnya. Daerah terumbu karang harus dilindungi dan dijaga
kelestariannya.

C. DAERAH PENANGKAPAN MENURUT JENIS IKAN YANG


TERTANGKAP.
Suatu daerah penangkapan ikan dan kalanya dinamakan
berdasarkan jenis ikannya yang tertangkap.

C. 1 Daerah penangkapan ikan Layang (Decapterus spec.).


Daerah penangkapan ikan layang merupakan suatu daerah
perairan terbuka dengan kadar garam tinggi sekitar : 35%, tidak terdapat
arus kuat seperti di selat-selat. Di daerah perairan tersebut banyak
terdapay zoopalnkton, terutama Copepoda jenis Calanus. Kedalaman
daerah perairan penangkapan Layang sekitar 30 meter dan lebig dalam
lagi. Jarak dari pantai sangat tergantung dari keadaan pantai-pantainya,
dimana banyak sungai bermuara. Letak daerah penangkapan Layang jauh
dari pantai sedang pada daerah pantai dengan air yang bersifat oseanis,
ikan laying berada lebih ke pinggir. Daerah penangkapan ikan Layang
yang telah dikenal sejak lama ialah perairan laut jawa dari teluk Jakarta di
utara kepulauan Seribu sampai perairan Bangka Belitung, Selat Karimata,
disekitar pulau Karimun jawa, sekitar pulau Bawean dan kepulauan
Masalembo, disekitar pulau Selayar, sekitar pulau Sangir Talaud, di teluk
Tomini dan diseluruh perairan Maluku.

C. 2 Daerah penangkapan Ikan Kembung


Daerah penengkapan bagi jenis ikan Kembung (Rastrelliger spec)
lebih luas dibandingkan dengan daerah peredaran jenis ikan Layang. Ikan
kembung dapat lebih mentolerir kadar garam yang rendah. Daerah
penangkapan bagi jenis ikan Kembung perempuan (Rastrelliger
neglectus) berada lebih kepinggir di dekat pantai dan dekat muara sungai,
perairan berwarna hijau ataun kehijau-hijauan pertanda bahwa di daerah

8
itu banyak phytoplanktonnya. Jenis Kembung perempuan
seringvtertangkap dalam jarring Trawl dan Krakad yaitu jenis alatvtangkap
ikan yang dioperasikan di perairan pantai pada kedalaman antara 15
meter sampi 20 meter. Tidak demikian halnya dengan jenis ikan Kembung
leleki (Rastrelliger Kanagurta) yang lebih ke tengah peredarannya dengan
warna perairan yang biru laut. Kembung leleki berbeda dengan Kembung
perempuan dalam habitat dan makanannya. Kembung lelaki menyukai
perairan dengan kadar garam tinggi, bersifat palagis dan makanannya
zooplankton. Alat tangkap yang dioperasikan di perairan lepas pantai
untuk menangkap ikan Kembung lelaki berupa jarring Payang, Purse
Seine dan Bouke Ami. Daerah penagkapan ikan Kembung meliputi
perairan pantai Laut Jawa, Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Laut
Sulawesi dan di perairan Maluku. Adakalanya ikan Kembung lelaki
tertangkap bersama-sama dengan ikan Layang sepertim halnya yang
sering terlihat dalam hasil tangkapan dalam jaring Payang di perairan
selat Bali pada musim ikan. Ikan Kembung dan Layang tertangkap
bersama-sama.

C. 3 Daerah penangkapan Ikan Lemuru.


Ikan Lemuru (Clupea longiceps) merupakan ikan musiman, artinya
bahwa ikan Lemuru berada di suatu daerah di perairan tidak sepanjang
tahun. Pada musim-musim tertentu ikan Lemuru muncul dalam jumlah
bbesar di daerah perairan tertentub dan kembali menghilang
meninggalkan daerah itu ke lain tampat yang belum diketahui. Jenis ikan
Lemuru disebut sebagai Oil Sardine di India yang menunjukan sifat yang
nama seperti yang ada di perairan Indonesia di selai Bali daerah pantai
Muncar. Daerah penangkapanmikan Lemuru yang sudah diketahui ialah
perairan selat Bali yang berbatasan dengan Samudra Hindia. Pada
permulaan musim kering apabila pada masa panca roba mulai mereda
dan angin musim kering bertiup dari timur ke barat, maka datanglah
musim ikan Lemuru yang dinantikan nelayan daerah Muncar. Musim ikan
Lemuru didahului oleh jenis ikan Layang (Decapterus species) dan jenis

9
ikan Teri antara lain jenis ikan Teri (Stoleporus Camalensis) dan jenis
Cumi-cumi ataun Enus yaitu golongan Moluska yang tertangkap dalam
jumlah besar. Pada awal musm kering itu keadaan perauiran Muncar
menjadi subur karena adanya Upmelling di Selat Bali yang berbatasan
dengan samudra Hindia disebabkan oleh kencangnya arus di selat yang
bertemu dengan arus samudra Hindia yang dibawa angin kearah barat.
Pertemuan arus di daerah pinggiran samudra Hindia tersebut
menyuburkan daerah setempat ternyata dari hadirnya jenis-jenis ikan
tersebut diatas. Jenis-jenis ikan pendahulu ikan Lemuru menarik dan
merangsang nelayan dari berbagai tempat disekitar daerah Muncar untuk
menangkap ikan dan cumi-cumi yang dianggap sebagai pelopor
kedatangan ikan Lemuru. Setelah satu dua bulan datanglah ikan Lemuru
yang pada saat permunculannya pertama berupa jenis Lemuru yang
ukurannya lebih besar dari semenit juga tertangkap. Apabila jenis ikan
Lemuru ukuran sedang ini tertangkap dan diolah sebagai ikan asin maka
menunjukan sifat yang khas yaitu mudah sekali rusak, kepalanya mudah
lepas. Itulah sebabnya ikan ukuran sedang ini dinamakan Protolan
(protol=patah).; Dalam waktu relatif singkat sekitar satu bulan hasil
tangkapan ikan Lemuru menunjukan ukuran yang sudah besar ukuran 16-
18 cm. Puncaknya musim Lemuru jatuh pada pertengahan musim kering.
Bersamaam dengan musim Lemuru diperairan Muncar banyak banyak
ternangkap jenis ikan Tongkol, Tenggiri serta jenis Tuna lainnyadisamping
Cucut dan Layaran (Xiphias sp) hasil Lemuru akan menurun apabila
keadaan angin berubah arah, musim peralihan dari musim kering ke
musim hujan ditandai dengan kaadaan angin yang tidak menentu arahnya
dan akhirnya setelah musim Lemuru berlangsung sekitar 4-5 bulan jenis
ikan Clupea yang juga dikenal sebagai Sardine itu menghilang. Kembali
keadaan perairan Selat Bali di pinggiran samudra Hindia itu sepi, perahu
nelayan pendatang kembali kedaerahnya masing-masing.

C. 4 Daerah penangkapan ikan Tuna.

10
Daerah penangkapan ikan Tuna merupakan daerah perairan yang
subur dilaut bebas, yaitu di tempat terjadinya Upwelling. Ikan Tuna hidup
secara palagis dan mengadakan ruaya di laut bebas, berenang dilapisan
air yang dalamnya sekitar 150 meter di bawah permukaan laut. Sebagai
jenis ikan yang hidup didalam air yang oseanis dengan kadar garam tinggi
(35%) ikan Tuna sangat peka terhadap perubahan suhu air yang sesuai
ialah suhu 27 derajat – 29 derajat C. Karena habitatnya di perairan dalam
maka penangkapan ikan Tuna juga disebutkan sebagai perikanan laut
dalam atau juga disebut High sea fishery karena daerah penangkapannya
dilakukan dilaut bebas. Daerah penangkapan ikan Tuna juga disebut
daerah daerah penangkapan Longline. Daerah penangkapn ikan Tuna
meliputi daerah perairan yang luas, disemua perairan sekitar Indonesia
terutama yang dalam-dalam merupakan tempat penangkapan yang juga
diperairan dalam seperti Laut Sawu, Laut Banda dan Perairan Sulawesi.

C. 5 Daerah penangkapan ikan Cakalang.


Daerah penangkapan untuk jenis Tuna kecil atau Bonito terbatas
pada perairan yang bersifat oseanis. Ikan Cakalan (Katsuwonus pelamis)
hidup bergerombol secara palagis di daerah perairan pantai sampai di laut
bebas. Daerahnya ditandai dengan keadaan air yang jernih dan tidak
bgerkarang, jauh dari muara sungai. Daerahnya merupakan perairan yang
tenang tidak bergelombang besar dan bukan daerah angin topan. Alat
tangkap untuk ikan Cakalan ialah Pole and Line atau Pancing Cakalan
yang di maluku disebut Huhute. Daerah peredaran ikan Cakalan yang
terkenal ialah di perairan maluku di sekitar pulau Buru, Pulau Seram,
Pulau Ternate dan di laut Banda sampai disekitar kepulauan Tanimbat
dan Aru.

C. 6 Daerah penangkapan Udang (Penaedae).


Daerah penagkapan Udang umumnya berada di perairan pantai
didekat muara sungai. Daerahnya ditandai dengan dasr yang berpasir
lumpur tidak berbatu-batu. Perairan pantai tersebut berbatasan dengan

11
daratan dengan tumbuh-tumbuhan bakau atau pantai yang berawa-rawa.
Karena habitat Udang adalah dasar laut yang berlumpur campur pasir,
maka kondisi habitat tersebut sulit di pertahankan, biasanya daerah yang
memenuhi persyaratan ini tidak luas di perairan pantai dan Udang sangat
peka terhadap perubahan dari keadaanlingkungan hidupnya. Suatu
daerah perairan yang semula diketahui sebagai daerah penangkapan
Udang yang baik, setelah beberapa kali terjadibanjir di sungai yang
bermuara didaerah tersebut menunjukan gejala prnurunan prodiksi.
Adanya pembangunan pelabuhan atau pendirian peabrik didekat pantai
atau sekitar muara sungai juga akan memberi pengaruh buruj terhadap
habitat Udang. Daerah penangkapan Udang di pantai laut Jawa
dinyatakan sudah krisis terutama di pantai pulau Jawa bagian utara, hal ini
disebabkan karena banyaknya usaha penangkapan dan juga disebabkan
oleh kerusakan pada lingkungan hidupnya, misalnya oleh reklamasi dan
pembatasan hutan-hutan bakau didaerah pantai. Alat tangkap yang paling
produktifuntuk menangkap Udang ialah jaring Trawl dengar syarat bahwa
dasar lautnya harus datar, tidak berbaru-batu dan harus bebas dari
kerangka kapal karam atau bebas tiang bagan.
Alat lainnya yang lebih seletif untuk menagkap Udang ialah jaring
Klitik dan Trammel net. Daerah penagkapan Udang juga dapat disebut
daerah penangkapan untuk Trawl. Daerah penangkapan Udang Barong
sangat berbeda keadaannya. Habitat Udang Barong ( Panulirus spec. ) di
daerah berbatu-batu atau berkarang, oleh sebab itu pula namanya juga
ikan karang. Udang yang kulitnya banyak berduri ( Spiny lobster )
hidupnya sembunyi di sela-sela batu atau karang menantikan mangsanya
untuk disabet dengan sungutnya yang berduri. Alat tangkap yang paling
sesuai ialah Bubu, atau dengan menangkapnya dengan tangan tanpa alat.

12
IV. DAERAH PENANGKAPAN BERDASARKAN ALAT
TANGKAP YANG DIOPERASIKAN.

Suatu daerah penangkapan untuk suatu jenis alat penangkap Ikan


adakalanya dapat dijadikan tempat operasi alat penangkap ikan jenis lain.
Misalnya daerah penangkapan Trawl dapat juga di tempat tersebut
dioperasikan alat Gillnet atau dapat didirikan bagan yang sifatnya
stasioner. Pengoperasian dari kedua alat tersebut tidak mungkin berjalan
baik karena keduanya akan saling mengganggu.
Suatu daerah penangkapan yang hanya dapat dioperasikan
dengan suatu alat tangkap tertentu dengan berhasil baik, dinamakan
daerah penangkapan alat tersebut. Misalnya daerah penangkapan Trawi
untuk sebuah daerah penangkapan dimana hanya jaring Trawl yang dapat
dioperasikan dengan berhasil baik dengan menghasilkan jenis Udang dan
jenis demersal lainnya.
Contoh lainnya ialah daerah penangkapan Muroami. Di daerah perairan
berkarang tempat habitat jenis ikan Ekor Kuning hanya jaring Muroamilah
yang dapat berhasil, sedang jenis jaring lainya akan tersangkut karang
dan gagal apabila dioperasikan.

4.1 Daerah penangkapan Trawl.


Di daerah penagkapan Trawl, alat penangkap ikan yang paling
tepat untuk diopersikan ialah jaring Trawl atau Pukat Harimau.
Kedalaman perairan daerah penangkapan Trawl relatif dangkal sampai
kedalaman 20 meter dengan dasar laut yang landai dan rata terdiri dari
pasir lumpur tidak berbatu atau berkarang serta bebas dari bangkai kapal
karam dan bekas bagan.
Jenis ikan demersal adalah yang menjadi sasaran alat tangkap
Trawl, dengan cara menggaruk dasar laut. Semua yang berada di mulut
jaring Trawl akan tertangkap tanpa melihat kondisi ikan yang tertangkap .
Jaring Trawl termasuk alat penangkap ikan yang produktif, dasar yang
digaruk dilalui jaring Trawl akan rusak dan sumber hayati yang hidup di

13
dasar diperkirakan akan rusak serta akan menurun produksinya. Itulah
sebabnya maka jaring Trawl dilarang dioperasikandi perairan kita untuk
sementara demi menjaga kelestarian sumber daya hayati demersal. Bagi
jaring Trawl Ganda (double ring Trawl) dasar laut yang digaruk relatif lebih
luas. Baik Trawl Buritan (Stern Trawl) maupun Trawl yang dioperasikan
dari samping (Side Trawl) areal dasar yang dirusak kurang lebih sama
luasnya sedang jaring Trawl yang dioperasikan oleh Kapal Ganda (Bull
Trawl) areal dasar yang digaruk akan lebih luas lagi, karena rentangan
lebar mulut jaring lebih luas dibandingkan dengan tipe Trawl yang lain
disebabkan ukuran jaring lebih besar. Bagi Trawl yang dioperasikan oleh
dua kapal , daerah penangkapannya jauh ketengah dengan sasaran jenis
ikan demersal yang besar-besar seperti Krapu (Epinephelus sp.) Kakap
( Lutjanus sp.) dan sebagainya.
Areal daerah penangkapan bagi jaring Trawl pada umumnya tidak
selalu areal daerah penangkapan untuk alat tangkap jaring lainya. Karena
alat penangkapan Trawl ternyata produktif, maka pengusahaan
penangkapan dengan Trawl cenderung terus meningkat terutama di
daerah penangkapan yang diketahui subur. sebagai akibat jumlah alatnya
makin bertambah dan frekuensi penangkapannya meningkat pula, karena
operasi penangkapannya tidak terlalu dipengaruhi oleh mesin. Sebagai
akibat dari pembajakan oleh jaring Trawl pada dasar laut yang tidak
terkendalikan menyebabkan kemunduran hasil dan menjadikan daerah
penangkapan Trawl kritis, bahkan ada daerah yang sudah kelewat
tangkap (over fishing). Hal yang sama mengenai nasib daerah
penangkapan Trawl di alami juga oleh negara lain, terutama mengenai
hasil udangnya. Untuk menjaga kelestarian penangkapan Trawl jauh lebih
sulit dibandingkan dengan menjaga kelestarian daerah penangkapan
lainya.

14
4.2 Daerah penangkapan Gillnet
Gillnet atau Jaring Insang dioperasikan di perairan pantai dan juga
di perairan bebas, Gillnet merupakan alat penangkap ikan berupa jaring
yang mudah pengoperasiannya. Jaring ini dipasang terentang yang tidak
keras arusnya pada kedalaman air yang disesuaikan dengan lebar jaring.
Sifat dari Jaring Insang pasif ini dimaksudkan untuk menghadang
berenangnya ikan terutama jenis ikan yang bergerombol seperti Kembung,
Lemuru, Tongkol dan lain-lain. Untuk menangkap ikan yang berenang
dilapisan atas seperti, ikan Kembung dan Lemuru, maka jaringnya di
operasikan di lapisan atas secara mengambang (drifting) dan untuk
menangkap golongan yang berenang dilapisan tengah seperti ikan
Tongkol (Euthynus sp. dan Auxis thazard) dan Tenggiri (Scomberomorus
sp.), maka jaring dipasang dilapisan tengah. Pada kedalaman air dimana
lebar jaringnya dapat merentang sampai ke dasar, maka seluruh ruang
lapisan renang ikan tertutup sehingga berbagai jenis ikan dalam semua
lapisan air akan terhadang dan akan tertangkap.
Tipe jaring Insang yang menangkap jenis demersal misalnya jaring
klitik yang dioperasikan di perairan pantai bagian pinggir khusus untuk
menangkap udang dengan tangkap hasil sampingan berbagai jenis ikan
dasar seperti Ikan Lidah dan Ikan Sebelah (Cynoglossus sp.) dan ikan
Petek (Leiognathus sp.),- Tipe jaring insang untuk dioperasikan di dasar
perairan bagian pinggir ialah jaring Kuro yang menangkap khusus ikan
Kuro atau Senangin (polynemus sp.) dengan hasil sampingan berupa
jenis ikan demersel seperti Ikan Manyung (Arius sp.) dan Layur (Trichiurus
sp.).
Persyaratan utama bagi daerah penangkapan Gillnet ialah bahwa
tidak terdapat arus yang kencang seperti yang terdapat di perairan selat-
selat dan di dasarnya bebas dari kerangka kapal karam. Daerah
penangkapan Gillnet yang menangkap ikan Salem (Salmo sp.) seperti
yang diusahakan di perairan di daerah lintang tinggi merupakan perairan
bebas dan Gillnet yang dioperasikan ukuran panjangnya mencapai
puluhan ribu meter.

15
Suatu hal yang merugikan ialah apabila didaerah penangkapan
tersebut merupakan daerah Lumba-Lumba (Delphinus sp.), gerombolan
lumba-lumba tersebut sering merusak jaring apabila melanggar Gillnet
yang dipasang.

4.3 Daerah penangkapan Purse seine


Daerah penangkapan untuk alat Purse Seine merupakan daerah
terbuka yang luas, dasarnya harus bebas dari batu dan karang atau
kerangka kapal karam. Karena ikan yang menjadi sasaran Purse Seine
berupa ikan bergerombol yang hidup palagis, maka umumnya daerah
penangkapanya berupa laut yang sifat airnya oseanis di daerah lepas
pantai dengan kedalaman air sekitar 50 meter atau lebih dalam lagi.
Di daerah penangkapan Purse Seine diperairan lepas pantai ukuran lebar
jaringnya dan ukuran mata jaring disesuaikan dengan jenis ikan yang
ditangkap. Untuk menangkap jenis ikan Lemuru, Kembung dan ikan
Layang, digunakan jaring yang ukuran matanya 1,5 - 3 inchi. Untuk
daerah perairan pantai panjang jaringnya 300 - 400 meter dengan ukuran
lebar 40-50 meter; agak ketengah jaring yang dioperasikan lebih panjang
sekitar 600 - 700 meter dengan lebar 100 meter. Untuk menangkap
gerombolan Cakalang ( Katsuwonus pelamis ) di laut bebas digunakan
jaring dengan ukuran benang dan mata jaring yang lebih besar, panjang
jaringnya 1500 - 2500 meter atau lebih.

4.5 Daerah Penangkapan Long line


Daerah penangkapan Long Line merupakan perairan laut bebas
dengan jarak dari pantai 100 - 200 mil dan lebih ketengah lagi. Diperairan
Samudera Hindia daerah penangkapan Long line yang sudah dikenal baik
berada antara 1000 km dari pantai Selatan Pulau Jawa sekitar pulau
Christmast. Dilaut pedalaman seperti Laut Banda, Laut Timor juga dikenal
sebagai daerah penagkapan Long Line yang sudah dikenal sebagai
daerah penangkapan Long Line, perairan tersebut merupakan laut dalam
rata-rata lebih dari 1000 meter, di beberapa tempat terdapat palung laut

16
yang dalamnya lebih dari 5000 meter. Pengaruh dari Samodra Pasifik
dan Samodra Hindia sangat besar. Di perairan dalam dari laut pedalaman
Indonesia merupakan daerah penangkapan Long Line. Ikan jenis Tuna
merupakan golongan ikan yang bergerombol hidupnya dan mengadakan
ruaya mencari daerah habitat yang sesuai kondisi suhunya. Mencari
daerah penangkapan Long Line yang tepat harus menggunakan
perhitungan musim, kondisi Meteorologis dan oseanografis harus diteliti
terhadap daerah perairan yang diperkirakan.
Dengan petunjuk dari lembaga penelitian yang kompeten seperti
Lembaga Penelitian Perikanan Laut ( LPPL ) dan Lembaga Oseanologi
Nasional ( LON ) akan diperoleh keterangan mengenai kedudukan
thermocline diberbagai daerah perairan. Karena sudah diketahui ikan jenis
Tuna merupakan penghuni laut dalam (deep sea) yang bergerak secara
palagis dalam perairan yang bersuhu panas di atas 27 derajat celcius,
maka daerah penangkapannya dapat diperkirakan meliputi perairan
antara 30 derajat Lintang Utara sampai 30 derajat Lintang Selatan, kecuali
di perairan dangkal dimana banyak sungai bermuara.
Perairan Indonesia telah diketahui dengan pasti bahwa dikedua
samudra yang mengapit kepulauan Indonesia merupakan daerah
penangkapan yang baik. Laut pedalaman seperti laut di sekitar Bali-
Lombok, laut disekitar Timor Flores, Laut Sawu, Laut Banda dan Laut
Arafuru serta Laut Sulawesi dan perairan Ternate di bagian Timor ;
sedang di persiran Indonesia sebelah barat, mulai dari perairan sekitar
kepulauan Nikobar ke selatan sebelah Barat Pulau Mentawai, Pulau
Siberut, Pulau Enggano sampai di sebelah Selatan Ujung Kulon dan di
sebelah Barat Australia dan Pulau Christmas.

4.5 Daerah penangkapan Huhute / Pole and Line.


Daerah penangkapan untuk operasi Pole and Line adalah daerah
habitat ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) yang hidupnya brgerombol
secara pelagis. Jarak daerah penangkapnya dari daratan tidak dapat
dipastikan. Di daerah perairan yang dalamnya seperti di perairan Maluku,

17
daerah penangkapan tidak jauh dari darat, bahkan pada musim tertentu
ikan Cakalang berada di luar Teluk Ambon atau memasuki teluk hanya
beberapa mil dari daratan pulau Ambon. Ikan yang tertangkap oleh alat
Pole and Line ialah jenis Tuna kecil yang hidup bergerombol secara
palagis seperti jenis Cikalang (Katsuwonus pelamis), Abu-abu atau Dwarf
Bonito (Auxis tazard), Tongkol dan Tatehu (Euthynus sp.) yang sering
tertangkap juga jenis Lemadang (Chorypaena sp.) yaitu jenis ikan
penghuni perairan oseanis di pinggir samudra.
Karena penangkapan dengan Pole and Line itu erat hubungannya
dengan tersedianya umpan hidup berupa ikan teri atau jenis lainnya yang
sisiknya mengkilat, oleh kerena itu daerah penangkapan Pole and Line
cenderung untuk memilih yang dekat dengan daerah penangkapan ikan
umpan hidup. Daerah penangkapan Pole and Line yang potensial
diperairan Indonesia bagian Timur ialah perairan Sulawesi Utara, Perairan
Ternate, dan Halmahera sampai dengan perairan sebelah Utara Irian Jaya,
perairan Laut Banda, disekitar Pulai Ambon, Seram dan Buru serta
perairan Arafuru, di sekitar pulau Gunung Apai dan Perairan Sulawesi
Tenggara. Perairan Samudra Hindia dilepas pantai Aceh dan di sekitar
pulau-pulau dipantai Barat Sumatra juga merupakan habitat ikan Cikalang,
tetapi bukan daerah penangkapan Pole and Line karena usaha
penangkapan Cakalang dengan Pole and Line belum ada di perairan
tersebut, seni melempar umpan dan memancing Cakalang adalah Huhate
masih berpusat di perairan bagian Timur belum berkembang ke Barat di
Samudra Hindia. Nelayan di daerah periran Sumatra lebih cenderung
menggunakan Pancing Tonda untuk menangkap jenis Tongkol dan
Cakalang.

18
BAB II. LOKASI DAERAH PENANGKAPAN

Operasi penangkapan ikan akan berhasil baik apabila dilakukan di


daerah penangkapan yang tepat, yaitu tempat lokasi dan waktunya. Cara
mengetahui lokasi daerah penangkapan dan waktu yang tepat diperlukan
wktu dan penelitian serta pengalaman. Mencari dan menentukan suatu
daerah penangkapan tidak mudah dan tidak dapat ditentukan dalam
waktu singkat. Suatu daerah perairan yang diduga merupakan daerah
penangkapan yang baik harus diuji dengan beberapa kali penagkapan
melalui beberapa kali musim penangkapan, barulah lokasi tersebut dapat
dinyatakan sebagai daerah penangkapan.
Bagi nelayan yang belun maju cara mencari daerah penangkapan
masih dengan cara tradisional. Untuk mencari tempat menangkapn
sejenis ikan masih digunakan cara sederhana, yaitu penetahuan
mengenai keadaan angin, keadaan bulan dan pasang surutnya air. Dari
pengalaman mereka menangkap ikan, keadaan laut dilokasi
penangkapannya dijadikan tempat yang tetap untuk mengadakan
penangkapan. Warna air laut dijadikan tanda untuk mengetahui apakah
daerah itu tempat ikan atau bukan. Cara dan hasil pengamatan seseorang
tentu akan berbeda dengan hasil pengamatan orang lain yang hasilnya
masih diragukan.
Untuk mengenal dan mencari lokasi daerah penangkapan itu
nelayan mengadakan baringan dengan cara yang sederhana dengan
mengambil sebagai patokan puncak gunung yang kelihatan dari lokasi itu
atau puncak mercusuar mungkin juga letak suatu pulau disekitar lokasi
tersebut. Karena posisi pembaringan selalu berubah disebabkan karena
garakan air, maka hasil baringan pun akan bergeser, lagi pula hasil
baringan tersebut merupakan pengamatan dan penilaian subyektif
seseorang.
Cara lain untuk mencari lokasi daerah penangkapan ialah dengan
memberi tanda berupa tonggak atau tanda-tanda lain yang diberi
pemberat sebagai jangkar. Cara yang demikian hanya dapay dilakukan di

19
daerah perairan yang dangkal di perairan pantai. Lokasi daerah
penangkapan di perairan lepas pantai lebih sulit lmencari dan menentukan
tanpa menggunakan alat navigasi guna membaring. Biasanya nelayan
mencari tempat penangkapan yang telah mereka ketahui hanya dengan
cara mengadakan baringan seperti tersebut di atas sampai patokannya
masih terlihat dan selanjutnya pelayaran diteruskan dengan mengambil
haluan berdasarkan perasaan dan dugaan saja sampai di tempa yang
diperkirakan sebagai daerah penangkapan.
Di daerah perairan berkarang cara mencari daerah penangkapan
yang dikenal dengan melihat tanda-tanda yang dipasang di atas pulau
karang sebagai tanda bahaya. Apabila menggunakan tanda pulau karang
sering kita akan kecewa karena pulau karang akan terendam air pada
waktu laut sedang pasang naik.
Di daerah penangkapan untuk alat tangkap mPayang dan Purse
seine lokasinya lebih gampang dicari dengan melihat tanda-tanda pada
rumpon yang telah dipasang.
Lokasi daerah penangkapan di perairan samudra atau daerah laut
bebas tidak dapat lagi di tandai seperti halnya di perairan pantai. Mencari
lokasinya pun harus menggunakan peralatan elektronik yang dewasa ini
banyak digunakan dalam navigasi kapal ikan yang besar. Makin majunya
teknologi di bidang pelayaran memungkinkan bagi kapal mencari tempat-
tempat yang digambarkan dalam peta. Sistem navigasi dengan
menggunakan bantuan satelitmemudahkan bagi nahkoda. Mencari lokasi
daerah penangkapan dapat juga dilakukan dengan menggunakan kapal
terbang.
Mencari daerah penangkapan yang baik adalah sulit, karena ikan
yang dicari berada dalam air pada kedalaman yang tidak mungkin
kelihatan dari permukaan air hanya dengan hanya dengan menggunakan
mata telanjang. Lautan yang luas sekali, semuanya meliputi 2/3 dari
permukaan bumi kita, adalah genangan air belaka. Di dalam air yang
seluas itulah ikan berada, yaitu pada kedalaman rata-rata 3.000 meter.
Betapa sulit dan susahnya mencari daerah penangkapan ikan dapat

20
diperkirakan. Semenjak orang mengadakan penangkapan ikan di laut,
daerah penangkapan senantiasa dicari setelah diketemukan satu daerah
penangkapan dari sejenis ikan tertentu, dicarinya lagi daerah lain yang
lebih baik dan lebih subur dengan banyak ikannya . cara lama dalam
usaha mencari daerah penangkapan ialah hanya mengandalkan perasaan
dan penglihatan orang yang berpengalaman dalam penangkapan ikan.
Lama kelamaan usaha pencarian daerah penangkapan menjadi
lebih maju dengan menggunakan alat , misalnya teropong untuk melihat
jarak jauh. Keadaan permukaan air laut dipelajari, adanya ikan yang
melompat-lompat ke atas permukaan air dan adanya burung yang terbang
di atas permukaan air dijadikan pertanda adanya ikan dalam air
dibawahnya.
Dengan adanya kemajuan yang dicapai dalam bidang penelitian
laut maka cara pencarian daerah penangkapan semakin meningkat dan
lebih mudah. Keadaan perairan dipelajari dan diselidiki. Penelitian
dilakukan terhadap kadar garam dan suhu air laut pada kedalaman
tertentu. Banyaknya zat asam yang larut dalam air dan tingkat kejernihan
airnya merupakan faktor yang penting dalam penyelidikan. Keadaan air
laut ternyata tidak sama sepanjangv tahun tau sepanjang musim.

21
BAB III. PENELITIAN TERHADAP DAERAH PENANGKAPAN.
Berbagai bidang ilmu turut menunjang penelitian dalam mencari
daerah penangkapan. Bidang ilmu lautan, ilmu binatang, ilmu kimia dan
ilmu fisika, ilmu tumbuh-tumbuhan semuanya turut meninmjang.
Lembaga-lembaga penelitian laut dan lembaga penelitian perikanan baik
secara sendiri-sendiri maupun secara bersama, mengadakan penelitian.
Lembaga-lambaga penelitian di seluruh dunia yang mempunyai
kepentingan di laut mengadakan penelitian. Antar negara mengadakan
tukar-menukar hasil penelitiannya dan antar negara saling belajar dari
pengalaman masing-masing. Kerja sama di bidang penelitian laut di
lakukan antar negara yang bertetangga. Data hasil penelitian sangat
membantu dalam mencari daerah penangkapan ikan.
Beberapa petunjuk untuk menentukan daerah penangkapan yang
baik adalah misalnya seperti yang tertra di bawah ini :
1. Berdasarkan pengetahuan mengenai terdapatnya jenis-jenis
Plankton tertentu
2. keadaan dasar laut mengenai jenis sadimen yang menyusun dasar
laut tersebut serta sifat dan profil dasarnya.
3. sifat kimiawi daripada airnya dan sifat fisiknya mengenai suhu dan
kejernihannya.
4. data dari hasil penangkapan selama beberapa tahun terhadap jenis
ikan tertentu.

22
BAB IV. PERSAMAAN BAGI DAERAH PENANGKAPAN.
Daerah penangkapan dikatakan baik apabila dapat memenuhi
persyaratan yang cocok untuk usaha penangkapan ikan. Di daerah
tersebut banyak terdapat ikan dan operasi penangkapannya dapat
dilakukan dengan baik dan menguntungkan.
Meskipun pada suatu daerah perairan terdapat banyak ikan, tetapi
jika alat tangkap tidak dapat dioperasikan, maka daerah tersebut tidak
dapat disebut sebagai daerah penangkapan ikan. Misalnya apabila di
suatu daerah perairan banyak ikan tetapi keadaan dasar lautnya
berkarang atau terdapat banyak kerangka kapal sehingga alat tangkap
tidak dapat dioperasikan dengan sempurna, maka daerah tersebut
bukanlah daerah penangkapan yang baik.
Jadi suatu daerah penangkapan dinamakan daerah penangkapan
yang baik apabila memenuhi persyaratan sebagi berikut :
1. di daerah tersebut terdapat ikan yang melimpah sepanjang tahun.
2. alat tangkap dapat dioperasikan dengan mudah dan sempurna.
3. lokasinya tidak jauh dari pelabuhan sehingga dapat dijangkau oleh
kapal ikan.
4. daerah aman yaitu tidak biasa dilalui angin topan dan bukan daerah
badai yang membahayakan.

Suatu daerah penagkapan ada yang tetap berkondisi baik yaitu


sepanjang masa ikan dapat ditangkap di daerah tersebut. Ada juga
daerah penagkapan yang semula merupakan daerah yang subur dan
banyak ikannya, tetapi pada suatu waktu berubah menjadi kurang subur
bahkan ada yang berubah menjadi gersang. Hal seperti tersebut dapat
mengakibatkan :
1. Adanya usaha penagkapan yang berlebihan, tanpa mengindahkan
keadaan ikan yang ditangkap.
2. Di daerah itu diadakan penngkapan ikan menggunakan jaring dengan
mata jaring yang lebih kecil dari apa yang sudah ditentukan.

23
3. Mengadakan penagkapan pada sembarang waktu tanpa
mengindahkan waktu ikan sedang menghadapi masa pemijahan.
4. Adanya usaha penangkapan dengan menggunakan racun atau bahan
peledak.
Sebab yang lain adalah adanya perubahan lingkungan sekitar
daerah penangkapan secara tidak langsung yang dapat merusak
keseimbangan biologis, misalnya :
1. Terjadi pencemaran atau pengotoran terhadap air di daerah
penagkapan tersebut, misalnya pengotoran oleh tumpahan minyak
akibat bocor atau pecahnya tangki kapal.
2. Pengotoran oleh sampah yang dibuang oleh kapal laut yang melalui
daerah penangkapan.
3. Pengrusakan terhadap lingkungan hidup ikan seperti pembongkaran
batu karang.
4. Adanya pemboran minyak bumi atau kegiatan lainnya di daerah
penangkapan atau di dekat daerah tersebut.
Sering terjadi pengrusakan lingkungan di daerah perairan pantai
yang menyebabkan menurunnya hasil tangkapan perikanan pantai.
Pengrusakan ini meliputi :
1. Pengotoran oleh limbah dari pabrik dan industri di darat yang
terbawa oleh aliran sungai, misalnya limbah dari pabrik cat, pabrik
detergent, penyamakan kulit, dan lain sbagainya.
2. pengotoran oleh racun yang berasal dari pestisida dan insektisida
dari daerah persawahan.
3. Penebangan pohon yang merusak lingkungan di darat,. Sehingga
kemudian menyebabkan banjir dan erosi yang merusak lingkungan di
daerah penangkapan dekat muara sungai (Estuary).
4. Gangguan oleh log atau batang kayu hasil penebangan hutan.
Karena pembusukan oleh batang kayu tersebut lingkungan perairan
akan terganggu.

24
5. Penebangan pohan bakau dan pohon-pohon di daerah pantai.
Keadaan vegetasi di daerah pantai atau di pinggiran laut merupakan
daerah pertumbuhan ikan.

25
BAB V. MENCARI LOKASI GEROMBOLAN IKAN.
Di daerah penagkapan yang luas, lokasi dari gerombolan ikan
harus dicari terlebih dahulu sebelum alat tangkap dioperasikan. Cara
mencari lokasi gerombolan ikan bermacam-macam. Cara pencarian
secara tradisional sekaranf sudah ditinggalkan karena hasilnya ternyata
kurang memuaskan. Untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya
dalam sekali angkat jaring, maka lokasi pengoperasian alat tangkap harus
ditentukan dengan teliti. Dewasa ini banyak digunakan peralatan modern
untuk menentukan lokasi yang tepat. Kapal ikan yang dilengkapi dengan
alat navigasi yang sempurna dengan mudah mencari daerah penagkapan
dan denganlincah pula mengoperasikan alay tangkapnya.
Penggunaan alat pencari ikan atau Fish Finder semenjak
diketemukan, semakin banyak membawa kemajuan bagi penelitian dan
penangkapan ikan.
Lokasi dari pada konsentrasi gerombolan ikan tidak menetap di
suatu tempat, melainkan berpindah-pindah tergantung pada kondisi
lingkungan perairan pada saat itu.

26
BAB VI. MACAM HABITAT IKAN
Ikan berada di suatu tempat dengan tujuan tertentu yang berbeda-
beda. Ada sejenis ikan yang berada di daerah penangkapan sebagai
penghuni tetap secara turun-temurun selama kondisi daerah perairan
tersebut tidak berubah.
Jenis ikan tersebut bertelur dan tumbuh sampai dewasa serta mati di
daerah tersebut. Golngan jenis ikan yang yang menghuni tetap tersebut
dinamakan penghuni yang sedentair.
Jenis ikan yang lain ada yang atang ke daerah tersebut secara
musiman. Apabila keadaan perairan daerah penangkapan tersebut
menjadi cocok kondisinya bagi jenis ikan tadi, maka jenis ikan tersebut
akan datang secara gerombolan. Kedatangannya ke daerah tersebut
dengan tujuan tertentu, yaitu untuk mencari makan atau untuk berpijah.
Ikan perlu menyesuaikan dii dengan kondisi perairan yang cocok, baik
kadar garamnya maupun suhu airnya. Yang mencari makan ke daerah
tersebut, karena jenis makanan tertentu bagi jenis ikan tdi melimpah pada
musim tersebut, misalnya jenis-jenis Plankton tertentu sedang subur-
suburnya pada musim itu. Jenis ikan lain datang untuk berpijah atau untuk
bertelur di daerah tersebut menganggap daerah perairan tadi sesuai
lingkungan dan kondisinya.
Ada jenis ikan tertentu yang datang ke suatu daerah peraiara pada
musimnya secara bergerombolan dan datang bergelombang ikan tersebut
datang dari berbagai penjuru ke suatu daerah yang sama, sehingga
seolah-olah daerah perairan tersebut merupakan tempat berkumpulnya
ikan jenis tertentu itu, misalnya jenis sidat (Anguilla sp.).- Sidat dewasa
dari daratan Eropa dan daratan Amerika bagian timur yang berbatasan
dengan samudra Atlantik datang bergerombol dari berbagai tempat
menuju ke tempat pemijahannya di tengah samudra Atlantik, yang sudah
dikenal adalah perairan di laut Sargoso.- Jenis Sidat dari perairan di
indonesia tempat pemijahannya diduga di tengah samudra Hindia.
Kebenaran dari dugaan tersebut belum ada yang membuktikan, kecuali
adanya kenyataan bahwa bibit sidat (Larva) terdapat di muara-muara

27
sungai yang bermuara di samudra Hindia dalam musim-musim tertentu.
Larva Sidat tersebut memasuki muara sungai dalam perjlanannya menuju
tempat hidupnya disungai-sugai atau didanau-danau.
Jenis ikan Sidat yang mengadakan ruaya dari perairan didarat
menuju ke laut untuk berpijah disebut golongan Katadroma. Dari tempat
hidupnya di sungai dan di danau, jenis ikan Sidat mninggalkan tempat
yang dihuni sejak kecil hingga dewasa.
Meskipun telah diketahui bahwa daerah berkumpulnya ikan ikan
Sidat di tengah samudra Atlantik adalah di laut Sargoso, namun nelayan
tidak tertarik untuk melakukan penangkapan, sebab telah diketahui bahwa
ikan Sidat berada di perairan tersebut adalah untuk berpijah dan
menangkap ikan yang sedang menghadapi pemijahan dianggap sebagai
menghancurkan kelestarian sumber ikan. Gerakan ruaya jenis ikan
Salmon adalah sebaliknya.
Golongan ikan Salmon yang hidupnya di laut daerah sub tropis
setelah masa dewasa menghadapi masa berpijah mengadakan ruaya
dengan meninggalkan tempat aslinya di laut menuju muara-muara sungai
untuk seterusnya berenang mudik mencari tempat yang sesuai untuk
tempat bertelur.
Golongan ikan jantan dan betina sejenis yang beriring-iringan
menuju tempat pemijahan di daerah pegunungan yang airnya lebih dingin.
Karena telah diketahui musim berpijahnya ikan Salmon ini, maka mudalah
bagi nelayan untuk menangkapnya dengan cara menghadang di daerah
perairan yang dilaluinya.
Untuk melindungi ikan Salmon agar jenisnya tidak cepat punah,
maka Negara yang berkepentingan atas ikan Salmon ini mengadakan
peraturan bersama tentang cara penangkapannya. Cara berruaya seperti
ikan Salmon disebut Anadroma.
Golongan ikan yang berpijah di perairan pantai,
Jenis ikan Clupeid tertentu berpijah di perairan pantai di tempat yang
berpasir. Pada musim-musim tertentu golongan ikan itu melepaskan
telurnya di atas permukaan dasar laut yang berpasir. Untuk menangkap

28
jenis ikan tersebut digunakan alat tangkap yang dioperasikan di daerah
pantai.
Golangan ikan yang bergerombol dan berruaya mencari makan.
Bagi jenis ikan yang beruaya mencari makan akan berkumpul di daerah
yang banyak tersedia makanan bagi ikan jenis tersebut.- dari berbagai
tempat jenis ikan tersebut akan mendatangi daerah yang menyediakan
makanan teutama berupa plankton. Kesuburan plankton tergantung
kesuburan airnya. Kesuburan air daerah tersebut tergantung dari
banyaknya garam hara yang larut disitu, zat asam serta banyaknya sinar
matahari yang menembusi daerah perairan tersebut. Sebagai indikator
atau petunjuk kesuburan suatu daerah perairan adalah dengan adanya
garam hara unsur Phosphor (p).
Dengan adanya jumlah garam hara dari unsur Phosphor dan
dijunjang dari unsur garam launnya dengan penyinaran matahari yang
sempurna, maka proses phtosintesa akan berlangsung dengan baik dan
perkembangbiakan Plankton akan cepat. Karena Planton nabati
berkembang dengan cepat maka Planton hewani akan menemukan
makanan yang melimpah dan juga akan berkembang biak dengan baik
dan cepat pula.
Demikianlah keadaan makanan dasar bagi jenis ikan. Pada musim
pertumbuhan Plankton nabati yang terjadi pada musim semi di daerah
perairan subtropis terjadi pula perkembangan Plankton hewani. Telur-telur
ikan yang menetes pada awal musim panas akan menemukan makanan
yang melimpah bagi larva-larva yang naru lahir. Di daerah perairan tropis
hal seperti itu dapat terjadi sepanjang tahun selama daerah lingkungannya
memungkinkan. Kehadiran dari pada larva ikan dan ikan kecil lainnya
akan menarik perhatian ikan yang lebih besar dan seterusnya ikan-ikan
tersebut akan menarik perhatian ikan buas, maka di sekitar tempat subur
tersebut akan merupakan tempat berkumpulnya berbagai ukuran ikan.
Apabila keadaan tersebut berlangsung lama, maka daerah itu merupakan
daerah penangkapan ikan yang baik.

29
BAB VII. DAERAH PERAIRAN YANG SUBUR
Daerah perairan yang subur menjadi tampat berkumpulnya
berbagai jenis ikan dan akan meripakan daerah penangkapan yang baik.
Sifat dan keadaan daerah yang subur berbeda-beda. Sebab yang menjadi
daerah tersebut subur berbeda-beda pula. Suatu daerah menjadi subur
karena beberapa hal :

7.1 Daerah Konvergensi


Suatu daerah perairan tempat pertemuan dua massa air berupa
pertemuan dua arus yang kuat merupakan daerah pertemuan arus atau
daerah konvergensi. Di tempat pertemuan arus tersebut akan terjadi
Uplewlling, yaitu terjadinya suatu pengaduan dari air asal lapisan dalam
sehingga air dasar laut terbawa ke atas terbawa pula berbagai macam
garam hara yang larut dan tertumpuk di dasar laut. Pengadukan tersebut
membawa akibat bahwa lapisan air di bagian atas menjadi subur karena
garam hara yang tadinya mengendap di dasar laut atau di bagian bawah
lapisan air pindah ke atas sehingga dapat dimanfaatkan. Contoh yang
jelas ialah terjadi Upwelling di darah pertemuan dua arus yang berbeda
sifatnya, yaitu arus dingin yang berasal dari daerah kutub utara yang
bertemu dengan arus yang bersuhu tinggi dari selatan. Daerah pertemuan
tersebut terkenal sangat subur seperti yang terjadi di samudra Atlantik
bagian utara yang membawa kesejahteraan bagi negara-negara Eropa
barat yang pada musum tertentu menghasilkan ikan Herring sejenis
Clupea secara melimpah. Di bagian utara samudra pasaifik juga terdapat
daerah yang subur yang disebabkan terjadi konvergensi yaitu terjadinya
pertemuan dua arus yang berbeda sifatnya. Di perairan japang bagian
utara terdapat arys yang bersuhu panas dari selatan disebut Kuroshio
memasuki daerah perairan yang bersuhu rendah sebagai pengarih
perairan kutub utara yaitu arus yang disebut Oyashio. Keduanya bertemu
pada garis lintang utara sekitar 40 derajat yang menyebabkan daerah
perairan tersebut subur karena adanya upwelling. Adanya arus tersebut
terus-menerus hanya berada dalam kecepatan dan suhunya sebagai

30
akibat dari rotasi bumi dan keadaan musim. Daerah yang sepanjang tahun
subur tersebut adalah perairan di sekitar Hokaido dan kesuburannya
memuncak pada musim semidimana kondisi air baik suhu maupun larutan
garam hara dalam keadaan optimum sedang sinar matahari musim semi
makin menggeser arah utara yang makin meningkat intensitas
penembusannya ke dalam air. Pertumbuhan Phytoplankton
mengalami ”Blooming” dan semua kehidupan di dalam air turut mengalami
perkembangan. Zoopplankton berkembangbiak dan cepat berkembang
dengan ”Blooming”nya Phytoplankton. Dengan meningkatkan kesuburan
perairan tersebut berdatangan pula jenis jenis ikan ikan terutama jenis
yang bergerombol hidip palagis yang disususl oleh jenis predator. Pada
awal musim semi daerah perairan disekitar garis lintang 40 derajat utara
menjadi lebih ramai. Jenis ikan Nishin atau Herring (Harengula sp.)
merupakan jenis ikan dengan habitat perairan terbuka daerah subtropis
yang mendominir pada musim itu dan jenis ikan Sanma (Cololabis saira)
atau pasifik saury dan jenis Scomber merupakan hasil tangkapan alat
Purse seine dan Bouke ami. Selain itu jenis-jenis Tuna Big eye dan
Bluefin Tuna juga banyak tertangkap diperairan lebih ke tengah.
Kesuburan air todak terbatas di tengah tetapi juga di perairan pantai,
sehingga biota neritis meningkat pula. Budidaya kerang kerangan dan
Algae seperti tiram dan kombu sangat subur. Arus panas yang dari
selatan berlalu menelusuri pantai timur kepulaun jepang selain membawa
perubahan di laut juga membawa perubahan di daratan.Udara musim
dingin di darat berubah semakin panas akibat pengaruh suhu air laut.
Udara di darat menjadi semakin panas yang memberi pengaruh baik bagi
kesuburan tumbuh – tumbuhan dan pada musim semi itulah tumbuh –
tumbuhan menampakan warna aslinya serba hijau. Keadaannya seperti
halnya yang terjadi di samudra pasifik bagian utara itu terjadi pula di
Samudra Atlantik sebelah utara. Di samudra Atlantik yaitu di perairan
sebelah timur benua Amerika datang arus bersuhu panas dari selatan
menyusuri pantai sampai di teluk meksiko dinamakan arus Labrador yang
mengadakan Upwelling karena terjadinya pertemuan arus dan menumbuk

31
daratan. Perairan setempat yang bersuhu dingin asal dari daerag
subtropis air dengan sifat yang berbeda. Di perairan tersebut diketemukan
berbagai jenis ikan palagis maupun demersal terutama jenis Udang.

7.2. Daerah Divergensi


Daerah perairan dimana terjadi gerakan air yang divergen yaitu
gerakan air yang memisah juga merupakan daerah perairan yang subur
karena terjadi Upwelling. Karena kesuburannya perairan tersebut juga
daerah penangkapan ikan yang baik. Arus yang bercabang ke arah dia
jurusan banyak terjadi di daerah Khatulistiwa terutama di sebabkan
adanya arus tetap yaitu arus ekuatorial terutama terjadi diantara pulau-
pulau besar di daerah ekuator. Daerah gerakan

7.3. Daerah Gerakan Air Yang Vertikal Atau Turbulensi.


Di daerah perairan subtropis pada setiap pergantian musim antara
musim dungun dan musum panas terjadi gerakan air yang vertikal.
Selama musim dingin lapisan air di lapisan atas bersuhu rendah dan
karena dinginnya akan turun ke bawah sedang lapisan air di bawahnya
yang lebih panas suhunya akan pindah ke atas karena lebih ringan.
Perpindahan lapisan air dari bawah ke atas di sebabkan oleh perbedaan
berat jenis air yang terjadi setiap tahun dan terjadi pada setiap pergantian
musim. Pada saat perpindahan lapisan air itu terjadi pula pengadukan air
yang membawa serta zat anorganik yang larut di lapisan bawah sebagai
hasik penguraian oleh Bekteri di dasar laut. Pengangkatan garam hara
sampai pada lapisan atas laut menjelang musim panas meupakan hal
yang sngat menguntungkan di daerah subtropis. Dengan makin
meningkatnnya intensitas penyinaran matahari di musim semi, maka
terjadilah prosos fotosintese dalam air secara leluasa sehingga
pertumbuhan Plankton nabati menjadi subur. Kesuburan di perairan
tersebut akan menarik makhluk lain terutama yang memakannyaPlankton
hewani dan ikan pemakan Plankton. Daerah Turbulensi merupakan

32
daerah penangkapan yang baik bagi jenis ikan yang hidup bergerombol
seperti sardin, Kembung, dan Layang. Baik siang maupun malam
berbagai jenis alat tangkap dioperasikan seperti Purse Seine, Bouke Ami,
Lampara, Gillnet dan sebagainya.

7.4 Daerah Perairan Pasang Surut.


Di daerah perairan pasang surut dengan perbedaan yang besar
akan terjadi turbulensi yang akan membawa kesuburan bagi daerah
perairan yang dangkal maka terjadilah turbulensi tidak menunjukan
perbedaan yang jelas. Sepanjang masa keaadan kesuburannya sama
saja, karena di daerah perairan tersebut lapisan airnya sampai
kedasarnya dapat disinari matahari yang berarti proses Fotosintesa dapat
terjadi setiap hari. Air laut yang mengalami surut di waktu siang dan
mendapat sinar matahari sepenuhnya sampai pada lapisan air yang lebih
dalam sehingga proses fotosintese dapat terjadi juga sampai lapisan yang
dalam pula. Lapisan air yang sepanjang hari mendapat sinar matahari
suhunya akan meningkat sehingga berat jenis air baguan lapisan itu akan
kecilm dan akan berada di atas juga pada waktu terjadi pasang naik.
Karena perpindahan lapisan air dengan suhu yang lebih tinggi pindah ke
lapisan atas dengan membawa kesuburannya maka terjadilah pengadikan
air yang terjadi terus-menerus selama terdapat pasang surut.

7.5. Daerah Muara Sungai


Perairan daerah muara sungai juga disebut Estuary airnya yang
bersifat payau disebut juga Estuarine yaitu merupakan percampuran
antara air asin dari laut dengan air tawar dari sungai. Pada daerah
pertemuan kedua massa air yang bebeda berat jenisnya akan
menyebabkan terjadinya pengadukan air dan akan menyebabkan darah
tersebut subur karena banyaknya garam naik ke lapisan atas dimana
fotosintese dapat berlangsung. Garam organik yang larut terbawa oleh air
sungai akan banyak tertumpuk di dasar muara sungai. Disamping
pengadukan air yang terjadi karena pertemuan kedua massaair yang

33
berbeda berat jenisnya di muara sungai terjadi pengadukan air karena
datangnya arus kencang yang datangnya dari hulu pada waktu banjir.-
Pengaruh kesuburan dari muara sungai tergantung dari profil dasar
pantainya. Dasar laut dimana sungai bermuara melandai sampai jauh ke
tengah akan menjadikan daerah subur yang luas. Tingkat kesuburan
sungai bermacam-macam, tergantung dari sifat dan keadaan sungainya.
Sungai yang bersumber di daerah gunung berapi akan membawa garam
organis, sedang sungau yang mengalir di daerah rawa-rawa kurang
membawa kesuburan.

7.6. Daerah Perairan Pantai.


Perairan pantai umumnya subur karena proses Fotosintesa di
perairan tersebut dapat berlangsung terus menerus sepanjang tahun.
Perairan pantai yang dakal dengan kedalaman dibawah seratus meter
memberi kemungkinan terjadinya Fotosintesis di seluruh lapisan air
sampai ke dasar. Di perairan pantai terjadi penadukan air yang terus
menerus disebabkan oleh ombak dan angin, terutama di daerah pantai
yang landai. Di perairan pantai yang dasarnya terjal dimana daratannya
bertebing berbatu akan terjadi Upwelling di daerah yang pantainya
memanjang, arus airyang datang sejajar dengan daratan akan
mengadakan Upwelling di pinggir sepanjang garis pantai. Selain Upwelling
yang terjadi karena gerakan air tersebut terjadi pula Upwelling yang
berlangsung terus menerus yaitu terjadinya pengadukan air di pantai
akibat deburan ombak di pinggir. Perairan pantai yang daerahnya berawa-
rawa dan banyak ditumbuhi hutan bakau juga merupakan daerah yang
subur karena banyaknya pembusukan daun-daunan dan banyaknya
lumpur yang mengendap di daerah tersebut.-

7.7. Daerah Gunung Berapi.


Di perairan dimana terdapat gunung terdapat gunung berapi yang
masih aktif merupakan daerah subur. Abu dari gunung-gunung tersebut
akan menyuburkan perairan disekitarnya. Di daerah punggung gunung di

34
dalam air merupakan tempat berkumpulnya jenis-jenis Tuna. Tempat
tersebut merupakan daerah penangkapan untuk alat pancing. Di daerah
perairan Banda terdapat gunung-gunung api di bawah permukaan laut.
7.8. Daerah Perairan Berkarang.
Di perairan tropis banyak tumbuh binatang karang yang mampu
membuat koloni dan akhirnya membentuk pulau-pulau karang.
Persyaratan lingkungan yang sesuai pertumbuhan binatang karang atau
Corallia antara lain :
-. Air yang jernih
-. Berkadar garam tinggi di atas 30 %
-. Dengan suhu yang cukup panas sekitar 30 derajat celcius.
Di daerah perairan berkarang berbagai jenis binatang dan tumbuhan laut
hidup secara Bersimbiose. Berbagai jenis ikan karang hidup merupakan
penghuni tetap secara sedentair.
Daerah berkarang merupakan daerah penangkapan yang tertutup bagi
kemungkinan operasi jaring. Penangkapan yang dilakukan hanya terbatas
pada alat pancing dan bubu.
Koloni binatang karang sangat peka terhadap gangguan atas
lingkungannya. Itulah sebabnya pembongkaran batu batu karang akan
mengancam kerusakan pada daerah berkarang sehingga mengakibatkan
hilangnya sarang-sarang ikan seperti sarang ikan Ekor kuning dan ikan
Kuweh serta Gurita.
7.9. Daerah Berbatu-batu.
Brebeda dengan daerah berkarang, daerah berbatu banyak
ditumbuhi vegetasi berupa rumout laut dan lumut.- Daerah berbatu terletak
tidak juah dari darat dengan kedalaman air yang cukup dangkal. Daerah
berbatu mrupakan tempat hidupnya udang Barong atau Lobster.
Penangkapannya dilakukan dengan cara memaseng bubu. Selain Lobster
daerah berbatu merupakan daerah persembunyian gurita dan ikan Kerapu.
Penangkapan dilakukan dengan cara pancing dan bubu. Daerah ini
merupakan tempat berolahraga menyelam dan berburu ikan dengan
senapan.

35
BAB VIII. SIFAT DAERAH PENANGKAPAN
Tidak semua daerah perairan terdapat banyak ikan merupakan
daerah yuang baik. Sebagai daerah penangkapan, perairan tersebut
harus dapat menarik ikan untuk berkumpul. Berkumpulnya ikan tersebut
tergantung pada musim terutama bagi ikan-ikan palagis. Yang dapat
menahan ikan berkumpul dan menetap di suatu daerah penangkapan
ialah keadaan lingkungan yang disenangi ikan karena makanan yang
melimpah. Dearah yang dapat dijadikan tempat operasi alat penangkapan
ikan, antara lain adalah :
8.1 Perairan Pantai
Pada umumnya perairan pantai merupakan daerah tempat
hidupnya ikan karena di daerah ini di panggiran banyak terdapat makanan
ikan. Tetapi adakalanya di daerah pantai tersebut tidak dapat dioperasikan
alat jaring karena dasarnya yang berkarang dan berbatu batu. Daerah
tersebut bukan daerah penangkapan untuk alat jaring melainkan untuk
alat tangkap yang lebih sesuai misalnya bubu atu pancing.
Meskipun daerah yang banyak ikannya itu letaknya dekat dengan
pelabuhan, namun karena daerahnya tidak dapat dioperasikan, maka
daerah itu tidak merupakan daerah penangkapan.
Walaupun perbedaan antara pasang dan surut tinggi, tetapi kadang
kadang di daerah itu tidak dapat dioperasikan alat jaring hanya baik untuk
operasi alat tangkap yang stationer dan pancing.
8.2. Perairan Lepas Pantai
Daerah perairan lepas tidak banyak mengalami hambatan seperti
yang terjadi di perairan pantai. Hal yang mengganggu adalah biasanya
buruknya cuaca dan gelombang yang besar. Karena keadaan laut yang
berat itu maka usaha penangkapan menjadi sulit. Letak suatu daerah
penangkapan yang sebaiknya adalah di daerah ekinomis, sehingga usaha
penangkapan menjadi tidak rugi atau gagal. Daerah penangkapan yang
terletak jauh dari pelabuhan akan memerlukan bahan bakar yang banyak
dalam operasinya.

36
BAB IX. MENCARI GEROMBOLAN IKAN DI DAERAH
PENANGKAPAN
Setelah mengetahui lokasi daerah penangkapannya, maka perlu
mempelajari kebiasaan hidup dan tingkah laku ikan yang terdapat di
daerah penangkapan tersebut. Penelitian mengenai keadaan dan sifat
perairannya dilakukan sepanjang tahun dan dari hasil penelitian yang
bertahun-tahun dapat ditentukan baik atau tidaknya daerah itu.
Cara mencari atau mendekati tempat ikan dengan melacak atau
dilakukan secara langsung atas gerakan ikan dan pengamatan tidak
langsung dengan mengawasi tanda-tanda di luar permukaan air.
Pengamatan atau observasi dilakukan dengan menggunakan teropong.
1. Adanya ikan yang berlompat-lompatan ke atas permukaan air.
2. Adanya indikasi lain seperti burung laut yang bertebangan di atas
permukaan air.
3. Perubahan warna air di permukaan.
4. Adanya buih-buih di permukaan.
5. Adanya percikan-percikan air di permukaan.
6. Nampak adanya kilatan-kilatan dari warna ikan dalam air.

9.1. Cara mendekati yang lebuh mudah dilakukan dengan


menggunakan Fishfinder atau Sonar .

9.2. Burung-burung laut yang bertebangan di atas permukaan.


Besar atau kecilnya gerombolan ikan dalam air dapat diperkiakan
dengan memperhatikan gerakan burung laut yang terbang di atas
gerombolan ikan dalam air. Apabila burung tersebut terbang cepat
menunjukkan bahwa gerakan ikannya juga cepat, yang arah renangnya
diikuti oleh burung. Apabila berenangnya ikan lambat maka burungnya
terbangnya juga lambat dan tinggi. Apabila ikannya naik ke permukaan air,
maka burung akan menukik dan terbang menyambar-nyambar permukaan
air. Gerombolan ikan yang beruaya umumnya oleh burung-burung di
atasnya.

37
9.3. Perubahan warna permukaan air.
Apabila berombolan ikan besar, maka permukaan air laut warnanya
akan berubah menjadi gelap, berwarna agak kecoklat-coklatan. Apabila
bergerombolan kecil, permukaan berwarna gelap keungu-unguan.

9.4. Tanda-tanda lain sebagai petunjuk adanya gerombolan ikan


ialah :
- Adanya batang terapung.
- Adanya ikan Cucut di atas berenang dekat permukaan.
- Adanya Lumba-lumba yang bermain-main.
-Adanya Paus juga menunjukan adanya gerombolan Cakalan di
dekatnya.
Data Oseanografis dan Meteorologi
Dengan mengadakan analisa tentang data Oceanografi dan
Meteorologi, seperti suhu air, salinitas dan tekanan udara dan sebagainya,
tempat gerombolan ikan dapat dicari pencarian gerombolan ikan dari
udara.

38
BAB X. CARA-CARA MENGUMPULKAN IKAN DALAM AIR.
Meskipun darah penangkapannya sudah diketahui tetapi sering
dihadapi kesulitan sehingga penangkapan tidak dapay dilakukan. Hal-hal
yang menghalangi penangkapan :
2. Daerah dimana terdapat ikan dasarnya berkarang sehingga dapat
merusak jaring. Harus di usahakan agar ikannya pindah dari daerah
itu.
3. Gerombolan ikan tersebar dalam daerah yang luas, tidak
mengumpul di satu tempat.
4. Gerombolan ikan berada terlalu dalam.
5. Gerombolan ikan berenang terlalu cepat dan liar.
6. Gerombolan ikan berenang ke arah yang berlawanan dengan yang
dioperasikan .
Berbagai cara untuk mengumpulkan ikan dapat dilakukan :
1. Dengan menyebar umpan hidup misalnya pada penangkapan ikan
Cikalang dengan pancing
2. Dengan memasang rumpon.
3. Dengan memasang lampu di waktu malam.
Harus diusahakan agar ikan berkumpul menjadi satu sehingga mudah
ditangkap atau agar gerakan ikan menjadi lamban dan mengurangi
aktifitas sehingga menjadi lebih tenang.
Merobah arah renang gerombolan.
Menghambat gerakan ikan ada dua cara : 1. Cara induktif
2. Cara Compulsif
Cara induktif dilakukan dengan alat penarik perhatian ikan, misalnya
dengan umpan atau dengan cahayalampu seperti yang dilakukan dalam
penangkapan bagan atau Boake ami.
Cara Compulsif dimaksud agar ikan gerombolan lebih besar sehingga
mudah ditangkap.
Caranya ialah menakut-nakuti ikan dengan benda berwarna, dengan
suara dan kegaduhan. Misalnya alat tali dengan rantai dan gelang-gelang
besi dan kain putih diikat pada tali tersebut untuk menakut-takuti ikan

39
dalam penangkapan Muroami. Cara lainya dengan memukul-mukul lunas
perahu dengan dayung dalam penangkapan jaring gebrag.

40
BAB XI. MEMIKAT IKAN.
Fish Attraction ialah menarik perhatian ikan supaya jinak dan
mudah ditangkap dengan alat penangkap.
Tujuan utama daripada melokalisir, mendeteksi mendapati memikat ikan /
gerombolan ikan ialah hubungan antara manusia dan ikan melalui tanda-
tanda oleh rangsangan. Dalam usaha menarik perhatian ikan ana kita
membuat suatu rangsangan dengan maksud agar ikan memberi response
atau reaksi. Adanya tanggapan atau sifat dari pada tanggapan terhadap
rangsangan merupakan besarnya nilai kwalitatif dan kwantitatif dari pada
rangsangan yang digunakan keadaan lingkungan dan kondisi dari pada
ikan yang dirangsang. Perangsang bagi ikan bisa berupa :
√ Cahaya yang merangsang idea penglihatan ( visual )
√ Suara yang merangsang indera pendengaran ( audial )
√ Mekanis
√ Kimiawi.
Penggunaan cara memikat ikan disesuaikan dengan alat
penangkap yang digunakan, apakah alat tersebut alat yang dipasang
mentap atau bergerak, berupa jaring atau pancing atau pompa, juga
tergantung pada sifat bahan yang ada pada alat penangkap tersebut, jenis
bahan, warna, bentuk alat dan bahan pengawet yang digunakan. Semua
itu akan memberi pengaruh terhadap kelakuan ikan.
Dalam usaha penangkapan yang komersil cara-cara memikat
didasarkan pada pengalaman atau dari pada mengetrakan cara-cara yang
ilmiah secara tepat. Hasil dari kedua cara tersebut sangat berbeda
demikian juga waktu yang diperlukan. Ransangan physik dan kimiawi
(cahaya, umpan, suara) untuk menarik perhatian ikan atau mengarahkan
ikan untuk memasuki alat penangkap pada umumnya dilakukan dengan
dasar pengalaman sejak dulu kala. Perkembangan dalam penangkapan
dengan menggunakan bantuan cahaya (light fishing) maju pesat.
Keunggulan sumber cahaya listrik ini ialah karena cahaya listrik bisa
menembus lapisan air sampai dalam dan dapat digunakan di sembarang
daerah perairan yang bagaimanapun keadaannya, baik air yang jernih

41
maupun keruh biasa dinggap sebagai faktor penghambat dalam usaha
penangkapan.

42

Anda mungkin juga menyukai