Halaman
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
..........................................................................................................................
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
..........................................................................................................................
1.2. Tujuan ........................................................................................... 2
III. PEMBAHASAN.................................................................................. 7
3.1. Arad ............................................................................................ 7
3.1.1. Konstruksi dan Desain Arad ............................................ 7
3.1.2. Metode Pengoperasian ..................................................... 10
3.1.3. Daerah Penangkapan ........................................................ 11
3.1.4. Hasil Penangkapan ........................................................... 12
LAMPIRAN .................................................................................................... 16
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Konstruksi Arad ........................................................................... 7
Gambar 2. Desain Arad ................................................................................. 9
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Proses Pembuatan Konstruksi Arad........................................... 17
v
I. PENDAHULUAN
Alat tangkap ikan adalah sarana dan prasarana dan perlengkapan atau benda
benda lainnya yang dipergunakan untuk menangkap ikan. Alat tangkap juga dapat
diartikan sebagai peralatan yang digunakan untuk mendapatkan ikan dan hewan
laut lainnya. Alat tangkap ikan dibedakan menjadi tiga yaitu alat tangkap aktif,
pasif, dan statis. Alat tangkap juga memiliki bahan yang berbeda beda pada setiap
alat tangkap ada yang dari bambu, besi maupun jaring. Akan tetapi alat tangkap
yang dominan digunakan nelayan adalah alat tangkap yang berbahan jaring. Arad
adalah alat tangkap aktif dengan cara ditarik oleh perahu. Arad termasuk dalam
klasifikasi trawl. Alat tangkap arad terdiri atas 3 bagian utama yaitu sayap (wing),
badan (body), dan kantong (cod end). Alat tangkap jaring arad dilengkapi dengan
otter board, pelampung, pemberat, tali selambar, tali ris atas, tali ris bawah dan tali
guci, dan tali swept. Hasil tangkapan utama dari jaring arad ini adalah udang dan
Arad menurut Mahendra et al. (2015), merupakan alat tangkap yang cara
pengoperasiannya secara aktif, karena alat tangkap arad ini bergerak dengan cara
ditarik kapal atau perahu untuk menangkap ikan-ikan demersal atau ikan yang
berada didarat. Penggunaan alat tangkap arad selama ini sudah dilarang oleh
diperlukan adanya modifikasi pada alat tangkap arad agar tetap menjadi alat
tangkap yang ramah lingkungan dan tetap dapat beroperasi di perairan serta tidak
mengurangi hasil tangkapan dan produksi nelayan setempat. Bentuk modifikasi dari
1
2
arad sendiri dilakukan dengan cara mengurangi bagian badan arad menjadi tiga
badan yang semula arad yang digunakan di Kendal terdiri dari lima badan dan
memperbesar ukuran mata jaring (mesh size) pada kantong (cod end).
1.2. Tujuan
1.1. Arad
pengoperasiannya yaitu dengan cara di hela. Arad dioperasikan dengan secara aktif
dengan cara ditarik oleh perahu bermesin. Arad merupakan salah satu alat tangkap
nelayan arad termasuk skala kecil dan dipengaruhi oleh musim. Arad menghasilkan
hasil tangkapan yang lebih banyak, sehingga banyak nelayan yang menggunakan
arad. Alat tangkap yang digunakan seperti bagan tancap, bagan apung, dan trammel
net kurang diminati oleh nelayan karena penggunaan alat tangkap arad dirasa dapat
pengoperasian alat tangkap ini yang ditarik dengan kapal yang berjalan. Alat
tangkap jarring arad berbentuk kerucut yang melebar pada bagian sayap dan
mengerucut pada bagian kantong. Alat tangkap arad dilengkapi dengan papan otter
board untuk membuka mulut jaring secara horizontal. Jaring trawl termasuk jaring
arad dikenal sebagai alat tangkap yang menghasilkan hasil tangkapan sampingan
lebih banyak dibandingkan alat tangkap lainnya. Hal ini dikarenakan jaring arad
menggunakan mata jaring bagian kantong (cod end) relatif kecil. Jaring Arad
merupakan alat tangkap yang menyapu dasar perairan sehingga hasil tangkapannya
3
4
adalah semua ikan demersal baik ikan target tangkapan maupun bukan target
Alat tangkap yang paling banyak menangkap udang adalah Arad, Gill net,
Trammel net. Meskipun udang menjadi sasaran penangkapan yang sama, namun
hasil produksi yang dihasilkan berbeda. Jaring arad merupakan salah satu alat
tangkap yang termasuk di dalam klasifikasi jaring trawl, karena ukurannya kecil
sehingga disebut juga mini trawl dan bekerja nya di dasar perairan sama seperti
trawl-trawl yang lain sehingga disebut small bottom trawl. Konstruksi arad yaitu
Tali Sweep, Tali cabang, Tali selambar, Tali usus, Tali pelampung, Tali pemberat,
Square, Badan I, Badan II, Badan III, Badan IV, Badan V, Badan VI, Kantong
Pengoperasian pukat hela dilakukan pada pagi hari sampai dengan sore hari,
yaitu sekitar pukul jam 07.00- 12.00 wita, dalam 1 hari ada 2 trip penagkapan
(jumlah melaut), namun yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
1 trip. Berikut adalah tahap-tahap operasi penagkapan ada 3 tahap yaitu : Setting
(penurunan jaring) dengan mengggunakan GPS, kemudian pukat hela yang akan
pukat diturunkan secara perlahan dimulai dari bagian kantong jaring (cod end),
kemudian disusul dengan badan pukat (body), setelah bagian kantong dan badan
dibuang masing kebagian sisi kiri dan kanan kapal (buritan kapal). Pada saat jaring
normal serta papan pembuka mulut jarring (otterboard) dapat membuka mulut
jaring dengan baik). Towing (setelah semua jaring diturunkan, kapal bergerak
menarik alat tangkap selama berkisar antara 4-5 jam. Kecepatan pada saat penarikan
(Towing) berkisar antara 3,8- 3,9 km/jam. Semakin lama durasi upaya penagkapan
(towing) yang digunakan maka semakin baik pula hasil tangkapan yang didapatkan,
dan tentunya dalam hal ini menyesuaikan besar dan kecilnya kapal maupun alat
tangkap yang digunakan nelayan). Pada saat hauling kecepatan mesin dikurangi,
agar pada saat proses pengangkatan lebih mudah, setelah kedua sisi tali penarik
kanan dan kiri sampai pada ujung pangkal jaring, untuk mempermudah badan jaring
terangkat dengan cepat keatas buritan kapal, dibantu menggunakan line holler, alat
bantu tangkap ini berfungsi sebagai penarik tali ris, dimana alat tangkap pukat hela
tersebut kemudian ditarik dengan menggunakan mesin dengan prinsip kerjanya tali
ris dikaitkan pada blok line holler kemudian diputar, setelah itu kemudian kedua
papan pembuka mulut jaring diangkat, baik yang kiri maupun yang kanan, lalu
setelah kedua papan pembuka terangkat semua kecepatan kapal di tambah, agar
badan jaring lebih mudah naik ke atas permukaan laut, perlahan badan jaring ditarik
sampai pada katongnya, dan hasil tangkapan dikeluarkan dari kantong dengan
ekosistem, termasuk mencegah musnahnya biota biota lain yang bukan menjadi
sasaran penangkapan ikan atau disebut spesies non target dikarenakan ekosistem
dibangun oleh biota biota laut. Cara pengoperasian arad yaitu ditarik secara aktif di
Lima jenis yang banyak tertangkap jaring Cantrang yaitu Kuniran, Petek,
Kapasan, Cumi, dan Belong dan pada Arad terdiri dari Teri, Cumi, Petek, Kuniran,
dan Belong. Pada cantrang didominasi oleh ikan Kuniran, dan pada Arad
didominasi oleh ikan Teri. Komposisi hasil tangkapan dengan alat tangkap cantrang
di dominasi pada Ikan Petek (Leiognathus dussumieri) sebesar 23,19 %, Ikan Kakap
(Lutjanus sp.) sebesar 28,99 %, Ikan Kuniran (Upeneus sulphureus) sebesar 26,09
tangkapan pada kedua alat tangkap adalah 13% dan 10%. Sampel Ikan Petek yang
didapatkan selama penelitian memiliki jumlah 704 ekor untuk alat tangkap cantrang
dan 629 ekor untuk arad. Struktur ukuran panjang ikan Petek yang tertangkap jaring
cantrang dan arad didominasi oleh ukuran 114-130 mm. Jaring cantrang didapatkan
277 ekor, dan arad didapatkan 200 ekor (Widjayana et al., 2015).
PEMBAHASAN
7
3.1. Arad
tingkah laku ikan yang menjadi sasaran penangkapan. Kontruksi alat tangkap arad
terdiri dari tiga bagian yaitu sayap (wings), badan (body), dan kantong (code end)
serta dilengkapi oleh otterboard untuk bukaan mulut jaring. Konstruksi alat tangkap
Keterangan :
3. Tal iris atas (head rope) 6. Tal iris bawah (ground rope) 9. Tali selambar
Alat tangkap yang paling banyak menangkap udang adalah Arad, Gill net,
Trammel net. Meskipun udang menjadi sasaran penangkapan yang sama, namun
hasil produksi yang dihasilkan berbeda. Jaring arad merupakan salah satu alat
8
tangkap yang termasuk di dalam klasifikasi jaring trawl, karena ukurannya kecil
sehingga disebut juga mini trawl dan bekerja nya di dasar perairan sama seperti
trawl-trawl yang lain sehingga disebut small bottom trawl. Konstruksi arad yaitu
Tali Sweep, Tali cabang, Tali selambar, Tali usus, Tali pelampung, Tali pemberat,
Square, Badan I, Badan II, Badan III, Badan IV, Badan V, Badan VI, Kantong
Jaring arad (otter trawl) adalah suatu alat yang termasuk ke dalam jenis boat
seine. Mengenai bentuk umum daripada jaring arad terdiri dari sepasang sayap atau
kaki yang berukuran panjang ± 20 – 30 meter, lebar bagian terujung adalah 1 meter.
Konstruksi arad memberikan informasi teknis berupa komponen dan material yang
terdapat dari setiap bagian arad. Kegiatan mendesain merupakan proses interaktif
hal ini bertujuan agar alat tangkap yang akan direncanakan mendapatkan desain
lengkap, dari sisi ukuran dan displacemen yang dibutuhkan. Desain alat tangkap
Menurut Thierry et al. (2020), tinggi jaring mulut, sudut kekang, dan sayap
penyebaran dari empat model jaring trawl udang bervariasi. Tinggi mulut jaring
jaring trawl udang bervariasi dengan kecepatan aliran. Oleh karena itu, semakin
tinggi kecepatan, semakin tinggi net mulut menurun. Pada kecepatan paling lambat
(0,57 m / s), tinggi mulut bersih trawl udang 1, 2, dan 3 lebih besar dari 0,4 m,
sedangkan jaring mulut tinggi jaring pukat 4 lebih kecil 11% dari tinggi jaring 1, 2,
dan 3. Pada kecepatan tertinggi (1,02 m / s), tinggi mulut jaring jaring 2 adalah 0,02
m, 0,03 m, dan 0,05 m lebih kecil dari pada jaring 1, 3, dan 4, masing-masing. Ini
mungkin karena pengurangan area benang bagian sayap. Jika pintu terbuka 1,8 m,
trawl udang memiliki tinggi mulut bersih rata-rata 0,32 m tidak seperti pintu selebar
yang ada di perairan. Dalam mengoperasikan Small Bottom Trawl hal-hal yang
sempurna, barulah kapal dapat di layarkan menuju tempat atau daerah penangkapan
yang telah direncanakan. Penurunan Jaring dapat dilakukan pada setiap siang
maupun malam hari asalkan ruang cukup baik dan memungkinkan untuk penurunan
jaring. Setelah kapal sampai pada daerah penangkapan, penurunan jaring mula-
mula dari bagian belakang (cod end), belly, sayap, otter board dan yang terakhir
kali penarik (warp). Penarikan Jaring, selang operasi jaring tersebut terus ditarik
selama kira-kira 40 menit, kemudian baru dinaikkan kembali keatas kapal untuk
mengambil ikannya. Penarikan Alat, urutan penarikan alat adalah kebalikan dari
penurunan jaring, bila seluruh bagian jaring telah naik ke atas kapal, maka
Menurut Hakim et al. (2018), alat tangkap arad dioperasikan melalui tiga
tahapan yaitu: tahap setting, tahap dragging, dan tahap hauling. Lama setting
hingga hauling yang dilakukan nelayan dari Kendal adalah 120-150 menit atau 2-
2,5 jam. Lama waktu pengoperasian arad yang dilakukan nelayan dari PPP
Tegalsari mulai dari setting hingga hauling adalah 2,9 jam, sedikit agak lebih lama
dibanding lama waktu pengoperasian arad yang diterapkan nelayan dari Kendal.
Daerah operasi arad pada pantai dengan dasar lumpur, pasir, atau pasta
campur lumpur dengan kedalaman relatif dangkal dan topografi dasarnya relatif
11
datar, selain itu kondisi angin, arus, dan gelembung harus diperhatikan. Kedalaman
perairan berkisar antara 15 – 60 m dengan tofografi dasar perairan yang relatif datar.
dapat dilakukan baik pada waktu siang maupun malam hari. Tidak merupakan
daerah berbatu karang. Dan tidak terdapat benda-benda yang mungkin menyangkut
bagian depan jaring (mulut jaring, sayap, dan otter board) tidak senantiasa
menempel ke dasar. Adanya arus, gerakan tarikan, dan kontur dasar menjadikan
adanya ruangan antara dasar perairan dengan trawl. Meski demikian sampai saat
ini trawl dasar merupakan alat tangkap yang paling efektif untuk menangkap
kelompok ikan demersal yang berada di dasar ataupun dekat dasar periran.
rata-rata.
Jaring arad (mini bottom trawl) merupakan salah satu alat tangkap yang
ditujukan untuk menangkap udang. Hasil tangkapan jaring arad dapat dikategorikan
ke dalam hasil tangkap utama dan hasil tangkap sampingan. Sasaran tangkapan
utama jaring arad adalah udang, sedangkan hasil tangkap sampingannya adalah
karena memiliki nilai ekonomis dan yang dibuang di laut (discards catch). Hasil
12
dengan udang sebagai spesies sasaran. Jenis-jenis ikan demersal yang tertangkap
pada umumnya berukuran relatif kecil. Selain itu, hasil tangkapan yang dibuang ke
ekonomis tinggi pada jaring arad modifikasi didominasi oleh cumi, sotong, udang
ronggeng, bawal putih, kepiting, rajungan, udang cerbong, udang ronggeng, udang
merah, udang dogol dan udang tiger. Sedangkan hasil tangkapan ikan ekonomis
rendah terdiri dari 20 spesies. Diketahui bahwa hasil tangkapan sampingan yang
bemilai ekonomis rendah yang didaratkan pada arad modifikasi, lebih dari 67%.
Hasil tangkapan sampingan yang bemilai ekonomis rendah pada jaring arad
modifikasi didominasi oleh petek, tigawaja, kuniran, layur, tunul, pari dan kipper.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, L., E. S. Wiyono Dan R. I. Wahju. 2018. Kompetisi Alat Penangkapan Ikan
Skala Kecil Di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari. Marine
Fisheries, 9 (1) : 107-116
Mahendra, F., A. D. P. Fitri dan Asriyanto. 2015. Analisis Hasil Tangkapan Arad
Modifikasi (Modified Small Bottom Trawl) Di Perairan PPP Tawang
Kendal Jawa Tengah. Journal of Fisheries Resources Utilization
Management and Technology, 4 (1) : 60 – 69
Saputra, N., G. Salim dan Yulma. 2016. Analisis Teknis Penangkapan Dan
Komposisi Hasil Tangkapan Menggunakan Pukat Hela (Trawl) Di
Pesisir Utara Tarakan. Jurnal Harpodon Borneo, 9. (1) : 58 - 70
Subehi, S., H. Boesono dan D. Ayunita. 2017. Analisis Alat Penangkap Ikan
Ramah Lingkungan Berbasis Code Of Conduct For Responsible
Fisheries (CCRF) Di Tpi Kedung Malang Jepara. Journal of Fisheries
Resources Utilization Management and Technology, 6 (4) : 01 – 10
Surahman, A., dan E. Rahmat. 2018. Pengamatan Aspek Operasional Trawl Dan
Hasil Tangkapan Pada Kapal Kr. Baruna Jaya Iv Di Selat Makassar.
Buletin teknik litkayasa, 16 (1) : 19 - 25
13
14