Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bulukumba sebagai salah satu kabupaten yang berada di Sulawesi


Selatan tentunya menjadi salah satu daerah yang paling diminati para wisatawan
lokal hingga mancanegara. Hal ini didasarkan pada potensi yang dimiliki oleh
daerah dengan sebutan “Butta Panrita Lopi” dengan kekayaan budaya dan
potensi wisata yang cukup beragam. Kabupaten Bulukumba memiliki letak
geografis yang terdiri dari daerah pegunungan dan pesisir pantai sehingga
memiliki beragam suku, budaya dan objek wisata lainnya, sehingga menarik
untuk dikunjungi dunia nasional maupun internasional. Salah satu objek wisata
yang paling menawan adalah kawasan wisata Tanjung Bira yang menawarkan
pantai berpasir putih dengan panorama pesisir yang menakjubkan. Secara
geografis pantai ini tepatnya terletak di ujung selatan provinsi Sulawesi Selatan
tepatnya di Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba, dengan jarak
tempuh 41 km dari kota Bulukumba atau 200 km dari kota Makassar (Asyam,
2000).
Purse seine atau pukat cincin digolongkan dalam jenis jaring lingkar yang
cara operasinya adalah dengan melingkarkan jaring pada suatu kelompok ikan di
suatu perairan, kemudian ditarik ke kapal. Alat ini merupakan jaring lingkar yang
telah mengalami perkembangan setelah beach seine dan ring net. Pukat cincin
ditujukan sebagai penangkapan ikan pelagis yang bergerombol di permukaan
dan berada di laut lepas. Alat tangkap purse seine berbentuk empat persegi
panjang yang dilengkapai dengan cincin yang diikatkan pada bagian bawah
jaring (tali ris bawah)(Kuswoyo dan Hari, 2013).
Oseanografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang lautan.
Oseanogarfi merupaka ilmu yang memadukan ilmu-ilmu lain, seperti ilmu tanah,
ilmu bumi, ilmu fisika, ilmu kima, ilmu hayati. Saat ini oseanografi merupakan
suatu sumber penelitian yang aktif dan berkembang yang menyebar seluruh
dunia (Hutabarat dan Evans,1985).
Menurut Unar (1957) dalam Barata et al. (2011), bila ikan telah mencapai
ukuran yang lebih besar maka akan berada pada lapisan air yang lebih dalam.
Allain et al. (2005) dalam Barata et al. (2011), mengatakan faktor lingkungan
2

perairan sekitarnya turut mempengaruhi penyebaran ikan secara horisontal dan


vertikal. Sebaran suhu secara vertikal di perairan Indonesia terbagi atas tiga
lapisan, yaitu lapisan hangat di bagian teratas atau lapisan epilimnion dimana
pada lapisan ini gradien suhu berubah secara perlahan, lapisan termoklin yaitu
lapisan dimana gradien suhu berubah secara cepat sesuai dengan pertambahan
kedalaman, lapisan dingin di bawa lapisan termoklin yang disebut juga lapisan
hipolimnion dimana suhu air laut konstan sebesar 4 ºC.

B. Tujuan

Tujuan dari praktik lapang ini adalah untuk mengetahui pengaruh


beberapa parameter oseanografi pada operasi penangkapan purse seine di
perairan Tana Beru Kabupaten Bulukumba serta mengetahui hubungan
parameter oseanografi pada penangkapan purse seine di perairan kabupaten
Bulukumba.

.
3

BAB II

METODE PRAKTIK

A. Waktu dan Tempat

Praktik lapang oseanografi dilaksanakan pada Jum’at - Minggu, 24–26


Maret 2017. Koordinat fishing base 5° 36’ 20’’ LS 120° 27’ 57’’ BT di Pelabuhan
Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Gambar 1. Peta Lokasi Praktik Lapang

B. Alat dan Bahan

Praktik lapang ini menggunakan beberapa alat untuk memudahkan dalam


peserta dalam melakukan kegiatan pengukuran, yang dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

Tabel 1. Alat dan Bahan


No Alat Kegunaan
1 Alat tangkap Purse seine Untuk menangkap ikan
2 Mistar Untuk mengukur panjang ikan
3 Kamera Dokumentasi praktik lapang
4 Alat tulis menulis Untuk mencatat dan menulis yang
penting
5 Sabak Sebagai papan pengalas
4

6 Termometer Untuk mengukur suhu perairan


7 Refraktometer Mengukur salinitas perairan

C. Metode praktek

1. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan, maka observasi


menggunakan alat indera sebagai alat yang utama. Dalam praktik lapang ini,
praktikan melakukan pengukuran langsung dengan menggunakan termometer
untuk mengukur suhu air dan refraktometer untuk mengukur salinitas.

2. Wawancara

Selain observasi, wawancara juga dilakukan dengan tujuan untuk


melengkapi data yang dibutuhkan, seperti alat tangkap, alat pengoperasian alat
tangkap, dan informasi lainnya. Wawancara merupakan metode pengumpulan
data dengan jalan tanya jawab yang dilakukan secara sistematis dan
berlandaskan kepada tujuan penelitian. Wawancara ini dilakukan di tempat
kegiatan penangkapan.

3. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk membandingkan hasil data yang didapatkan


di lapangan dengan penelitian-penelitian sebelumnya untuk mengetahui
kebenaran data yang diperoleh di lapangan.
5

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Deskripsi Lokasi Praktik

Kabupaten Bulukumba adalah salah satu daerah tingkat II di provinsi


Sulawesi Selatan, Indonesia. Luas wilayah kabupaten Bulukumba 1.154,67 km2
dengan jarak tempuh dari kota Makassar sekitar 153 km.
Secara geografis kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat antara
5°20” sampai 5°40” Lintang Selatan dan 119°50” sampai 120°28” Bujur Timur.
Batas-batas wilayahnya adalah sebelah utara kabupaten Sinjai; sebelah selatan
kabupaten Kepulauan Selayar; sebelah timur Teluk Bone dan sebelah barat
kabupaten Bantaeng.
Praktik lapang ini dilakukan di kelurahan Tanah Beru, kecamatan Bonto
Bahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan yang terletak di Laut Flores.
Koordinat fishing base 5° 36’ 20’’ LS 120° 27’ 57’’ BT di Pelabuhan Tanjung Bira,
Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

2. Deskripsi Unit Penangkapan

a. Alat Tangkap Purse Seine

Pukat cincin atau lazim disebut dengan “purse seine” adalah alat
penangkap ikan yang terbuat dari lembaran jaring berbentuk segi empat pada
bagian atas dipasang pelampung dan bagian bawah dipasang pemberat dan tali
kerut (purse line) yang berguna untuk menyatukan bagian bawah jaring sehingga
ikan tidak dapat meloloskan dari bawah (vertikal) dan samping (horizontal),
biasanya besar mata jaring disesuaikan dengan ukuran ikan yang akan
ditangkap. Ukuran benang dan mata jaring tiap-tiap bagian biasanya tidak sama.
Disebut dengan pukat cincin sebab pada jaring bagian bawah dipasangi cincin
(ring) yang berguna untuk memasang tali kerut (purse line) atau biasa juga
disebut juga tali kolor (Mallawa, 2012). Adapun bagian-bagian dari alat tangkap
purse seine yaitu:
6

(1) Jaring Purse seine

Jaring purse seine (pukat cincin) terbuat dari benang nylon atau bahan
lainnya. Ukuran mata jaring (mesh size) biasanya sama tetapi kadang kala
berbeda. Hal ini disesuaikan dengan ikan yang menjadi tujuan penangkapan.
Pada setiap bagian jaring purse seine yang menggunakan ukuran jaring yang
berbeda, biasanya pada bagian sayap merupakan menggunakan ukuran mata
jaring yang paling besar dan makin kearah kantong semakin mengecil.
Penggunaan benang pada umumnya kebalikan dari mata jaring, yaitu dari sayap
ke arah kantong semakin besar, maksudnya agar jaring pada kantong lebih kuat.
Sebab pada bagian kantong merupakan tempat terkumpulnya ikan, sedangkan
pada bagian sayap, perut dan bahu ukuran benangnya relatif lebih kecil daripada
ukuran benang pada kantong, hal ini disebabkan pada bagian-bagian tersebut
hanya merupakan bagian penggiring ikan agar ikan berkumpul di kantong.

(a) Pelampung

Pelampung berfungsi untuk memberikan gaya keatas sehingga jaring akan


terentang sempurna. Pelampung yang digunakan oleh nelayan yang ada di
Bulukumba terbuat dari bahan plastik sehingga daya penyerapannya terhadap
air rendah, tetapi tahan lama.

Gambar 2. Pelampung alat tangkap purse seine yang digunakan nelayan di


perairan Bulukumba

(b) Badan jaring

Badan jaring terbuat dari bahan multifilament, dengan mesh size mata
jaring 1 inci. Badan jaring pada purse seine tidaklah berfungsi sebagai penjerat
melaikan berfungsi sebagai dinding agar ikan tidak dapat melarikan diri kearah
horizontal.
7

Gambar 3. Badan jaring yang digunakan nelayan di perairan purse seine

(c) Cincin

Cincin pada jaring purse seine yang dioperaskan di prairan Bulukumba


tidak hanya berfungsi sebagai tempat lewatnya tali kolor, tetapi juga berfungsi
sebagai pemberat.

Gambar 4. Cincin puse seine

(d) Tali ris

Tali ris pada jaring purse seine ada dua yautu tali ris atas dan tali ris
bawah. Tali ris atas berfungsi sebagai tempat mengikat pelampung, sedangkan
tali ris bawah berfungsi sebagai temapat mengikat pemberat dan cincin.
8

(e) Tali kolor

Tali kolor pada jaring purse seine berfungsi untuk mengerutkan bagian
bawah jaring agar membentuk kantong. Sehingga ikan akan terkurung dan
tertangkap.

b. Alat Bantu

Untuk pengoperasian alat tangkap purse seine ini alat bantu yang sering
digunakan adalah perahu lampu dan serok. Lampu digunakan pada saat
pengoperasian malam hari, fungsinya sama seperti rumpon yaitu sebagai
pengumpul ikan. Biasanya nelayan menggunakan sumber lampu ini dari oncor
atau obor, petromaks, dan lampu listrik (penggunaannya masih sangat terbatas
hanya untuk usaha penangkapan sebagian dari perikanan industri)(Wina, 2005).
Adapun alat bantu yang digunakan oleh nelayan di perairan Bulukumba yaitu
perahu lampu dengan lampu 6 buah, generator dan serok satu buah.

(1) Perahu lampu

Perahu lampu digunakan sebagi pambawa lampu, yang akan di pasang


pada daerah tertentu untuk mengumpulkan ikan dengan cahaya lampu yang
dipasang pada perahu tersebut. Perahu lampu tersebut tidak memiliki mesin
penggerak tetapi dipindahkan dengan cara ditarik oleh kapal jaring. perahu
lampu yang digunakan oleh kapal yang kami ikuti yaitu satu buah. Harga
pembuatan kapal lampu tersebut yaitu sekitar Rp 5000.000,00, dan dapat
bertahan selama lima tahun.

(2) Generator

Generator berfungsi sebagai penghasil listrik baik pada perahu lampu


ataupun kapal jaring. generator yangdigunakan baik pada perahu lampu maupun
kapal jaring memiliki kekuatan 1500 PK. Harga dari generator yang digunakan
yaitu Rp. 2.000.000/unit.
9

Gambar 5. Generator yang digunakan nelayan purse seine di perairan


Bulukumba
(3) Serok

Serok berfungsi sebagai pengangkut ikan pada alat tangkap purse


seine dimana hasil tangkapan ikan banyak, sehingga pada saat terdapat banyak
beban ikan harus dikurangi agar tidak mengalami kerusakan pada jaring. Jumlah
serok yang digunakan yaitu satu buah. Harga dari serok tersebut yaitu sekitar
Rp. 400.000,00. Serok dapat digunakan selama satu bulan.

Gambar 6. Serok yang digunakan nelayan purse seine di perairan


Bulukumba

c. Kapal

Tenaga penggerak yang digunakan adalah mesin mobil, dengan kekuatan


300 PK. Harga mesin penggerak pada kapal yaitu Rp 90.000.000. Kapal ini
memiliki daya tahan sekitar 20 tahun dan daya tahan mesin yang digunakan
biasa mencapai 10 tahun. Frekuensi pengecatan kapal yaitu 12 kali/tahun. Kapal
merupakan perahu yang berukuran L = 11 m, B = 4,25 m, D = 1,3 m.
10

Gambar 7. Kapal Induk

3. Dokumentasi

Gambar 8. Perahu kecil yang ditarik perahu induk

Gambar 9. Alat untuk menarik perhatian ikan


11

Gambar 10. Lampu

Gambar 11. Refraktometer

Gambar 12. Alat bantu tarik pada saat hauling


12

Gambar 13. Proses setting

Gambar 14. Pelingkaran jaring

Gambar 15. Proses hauling

4. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan yang kami peroleh dari praktek lapang di


Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba yaitu sebagai berikut :
13

Tabel 2. Data hasil tangkapan Purse Seine


No. Suhu Salinitas Tangkapan

1. 30.3 39 606
2. 29.5 34 956
3. 29.5 34 1086
4. 30.1 25 1232
5. 30.4 30 1000
6. 29 30 782
7. 29 30 677

5. Hasil Olah Data

Adapun hubungan antara parameter oseanografi dengan hasil tangkapan


dapat dlihat pada grafik dibawah ini:

Tabel 3. Descriptive Statistics


Descriptive Statistics
Std.
Mean Deviation N
Tangkapan 9.0557E2 226.50523 7
Suhu 29.6857 .58716 7
Salinitas 31.7143 4.42396 7

Tabel 4. Corellations
Correlations
Tangkapan Suhu Salinitas
Pearson Tangkapan 1.000 .272 -.566
Correlation Suhu .272 1.000 .126
Salinitas -.566 .126 1.000
Sig. (1-tailed) Tangkapan . .277 .093
Suhu .277 . .393
Salinitas .093 .393 .
N Tangkapan 7 7 7
Suhu 7 7 7
Salinitas 7 7 7

Tabel 5. Model Summary


Model Summaryb
14

Change Statistics
Std. Error R F
R Adjusted of the Square Chan Sig. F Durbin-
Model R Square R Square Estimate Change ge df1 df2 Change Watson
1 .664a .441 .161 207.42876 .441 1.577 2 4 .313 1.046
a. Predictors: (Constant), Salinitas, Suhu
b. Dependent Variable: Tangkapan

Tabel 6. Anova
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 135720.958 2 67860.479 1.577 .313a
Residual 172106.756 4 43026.689
Total 307827.714 6
a. Predictors: (Constant), Salinitas, Suhu
b. Dependent Variable: Tangkapan

Tabel 7. Coeffisient
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -2105.262 4282.582 -.492 .649
Suhu 134.818 145.391 .349 .927 .406
Salinitas -31.259 19.297 -.611 -1.620 .181
a. Dependent Variable: Tangkapan

Tangkapan
1500

1000

500 Tangkapan

0
25 30 30 30 34 34 39

Gambar 16. Grafik hubungan antara salinitas dengan hasil tangkapan


15

Tangkapan
1500

1000

Tangkapan
500

0
29 29 29.5 29.5 30.1 30.3 30.4

Gambar 17. Grafik hubungan antara suhu dengan hasil tangkapan

C. Pembahasan

1. Pengamatan Data Oseanografi

a. Suhu

Suhu merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan organisme di


lautan. Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan
dari organisme-organisme tersebut. Suhu air di permukaan dipengaruhi oleh
kondisi meteorologi seperti : curah hujan, penguapan kelembaban udara, suhu
udara, kecepatan angin, dan intensitas radiasi matahari. Perubahan suhu sangat
berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi badan air. Suhu juga
sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan (Sudirman,
2013).
Pada praktik lapang dilakukan pengukuran suhu dengan menggunakan
thermometer. Pada pengukuran suhu dilakukan sebanyak satu kali (pada saat
setting dan pada saat hauling), pengukuran pada saat setting dilakukan pada
pukul 18:03 WITA dengan hasil pengukuran yaitu 30,1° dan pengukuran pada
saat hauling ke dilakukan pada pukul 19:09 dengan hasil pengukuran suhu yaitu
30°.

b. Salinitas

Salinitas adalah kadar garam terlarut dalam air. Satuan salinitas adalah
per mil (‰), yaitu jumlah berat total (gr) material padat seperti NaCl yang
terkandung dalam 1000 gram air laut (Wibisono, 2004). Salinitas merupakan
bagian dari sifat fisika kimia suatu perairan, selain suhu, pH, substrat dan lain-
lain. Salinitas dipengaruhi oleh pasang surut, curah hujan, penguapan, presipitasi
16

dan topografi suatu perairan. Akibatnya, salinitas suatu perairan dapat sama atau
berbeda dengan perairan lainnya, misalnya perairan darat, laut dan payau
(Wibisono, 2004).
Pada praktik lapang dilakukan pengukuran salinitas dengan menggunakan
salinometer yaitu sebanyak satu kali (pada saat Setting dan pada saat Hauling).
Pada pengukuran salinitas di lakukan pada pukul 18:03 WITA dengan hasil 25
ppt.

2. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan yang kami peroleh dari praktek lapang di


Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba di ketahui bahwa pada suhu
berkisar antara 29–30 °C dan salinitas berkisar antara 30–34 ppt, rata-rata hasil
tangkapan antara lain 606-1232 Kg. Pada tabel diatas dapat dilihat hasil
tangkapan paling banyak di peroleh pada jam 21:08 WITA itu di sebabkan oleh
suhu pada malam itu berkisar antara 29-30,4 °C termasuk suhu yang rendah
sehingga hasil tangkapan akan meningkat, salinitas 25-39 ppt termasuk dalam
kisaran salinitas yang tinggi sehingga hasil tangkapan akan meningkat.karena
pada kisaran suhu dan salinitas tersebut di sukai oleh ikan.

3. Hasil Olah data

a. Descriptive Statistics
Dari tabel Descriptive Statistics didapatkan hasil rata-rata tangkapan
adalah 9.0557E2 ekor, standar deviasi 226.50523 ekor, rata-rata suhu : 29.6857
o
C, st.deviasi 0.58716 oC, rata-rata salinitas 31.7143 ppt, st.deviasi 4.42396 ppt.
Besar hubungan antar variabel tangkapan dengan suhu yg dihitung degan
koefisien korelasi adalah 0.272. Hal ini menunjukkan hubungan yg erat
(mendekati 1) di antara tangkapan dengan suhu. Arah hubungan yg positif
menunjukkan semakin besar biaya suhu akan membuat tangkapan cenderung
meningkat. Demikian pula sebaliknya, tingkat signifikansi koefisien korelasi
menunjukkan 0,000. Oleh karena probabilitas jauh di bawah 0,05 maka korelasi
antara tangkapan dengan suhu sangat nyata.

b. Model Summary

Berdasarkan hasil model summary pada linear hubungan parameter


bebas (suhu dan salinitas) dengan hasil tangkapan di perairan Bulukumba
17

Sulawesi Selatan diperoleh hasil R2=0,441 atau pengaruh parameter bebas


terhadap hasil tangkapan mencapai 44%. Hal ini menunjukkan nilai R2 mendekati
angka 1 yang berarti adanya pengaruh antara parameter bebas dengan hasil
tangkapan. Selain itu diperoleh nilai F Change (F Change) sebesar 1.577 dan
Signifikan F Change (F Tabel) sebesar 0,313. F Change > Signifikan F Change
yang mana menunjukkan bahwa parameter bebas berpengaruh terhadap hasil
tangkapan. Nilai standart error menunjukkan angka 207.42876 yang berarti data
yang digunakan cukup akurat.

c. Anova

Berdasarkan hasil Anova pada linear hubungan parameter bebas (suhu


dan salinitas) dengan hasil tangkapan di perairan perairan Bulukumba Sulawesi
Selatan diperoleh hasil dimana nilai F Hitung = 1,577 dan diperoleh nilai F Tabel
sebesar 0,313. Dari data tersebut dapat diketahui F Hitung > F Tabel. Hal ini
berarti parameter bebas berpengaruh secara nyata terhadap hasil tangkapan di
perairan Bulukumba Sulawesi Selatan

d. Coeffisient

Pada tabel coefficient diatas diketahui nilai ketentuan untuk salinitas dan
suhu konstanta. Kedua nilai tersebut nilainya akan digunakan untuk menentukan
persamaan perhitungan dari regresi linear. Nilai untuk suhu sebesar 134,818
sedangkan salinitas sebesar -31,259 dan konstanta sebesar -2105,262
Pada regresi linear ini dapat diketahui hubungan dari variabel bebas
seperti suhu dan salinitas, secara bersamaan mempengaruhi hasil tangkapan.
Jadi disini dilakukan regresi dari semua variabel bebas terhadap variabel terikat
tanpa harus mengetahui pengaruh dari masing–masing parameter tersebut.

e. Grafik hubungan antara parameter oseanografi dengan hasil


tangkapan

Berdasarkan hasil grafik hubungan suhu dan salinitas dengan hasil


tangkapan di perairan Bulukumba di ketahui bahwa pada suhu 29–30 °C dan
salinitas berkisar antara 30–34 ppt, rata-rata hasil tangkapan antara 606-1232
Kg. Pada grafik menunjukkan hubungan antara suhu dan salinitas dengan hasil
tangkapan dimana semakin suhu mendekati nilai optimum suhu di perairan maka
hasil tangkapan ikan juga semakin meningkat.
18

Hal ini di dukung dengan besarnya nilai R2 yang di peroleh. Pada tabel
menunjukkan nilai R2 = 0,664 dimana ketika nilai R2 semakin mendekati angka 1,
maka suhu dan salinitas semakin berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa suhu dan salinitas mempengaruhi hasil tangkapan.
Berdasarkan parameter oseanografi dalam praktek lapang ini, didapatkan
hasil bahwa suhu berpengaruh erat dengan hasil tangkapan, hasil tangkapan
yang sering didapat berkisar pada suhu 29–30 °C sedangkan untuk salinitas juga
berpengaruh erat dengan hasil tangkapan hanya berkisar antara 30–34 ppt.
19

BAB IV

KESIMPULAN

Pukat cincin atau lazim disebut dengan “purse seine” adalah alat
penangkap ikan yang terbuat dari lembaran jaring berbentuk segi empat pada
bagian atas dipasang pelampung dan bagian bawah dipasang pemberat dan tali
kerut (purse line) yang berguna untuk menyatukan bagian bawah jaring sehingga
ikan tidak dapat meloloskan dari bawah (vertikal) dan samping (horizontal),
biasanya besar mata jaring disesuaikan dengan ukuran ikan yang akan
ditangkap. Kapal merupakan perahu yang berukuran L = 11 m, B = 4,25 m, D =
1,3 m.
Adapun hasil yang di peroleh dari praktek lapang hubungan antara
parameter oseanografi (suhu dan salinitas) di perairan Bulukumba Sulawesi
Selatan diperoleh selama praktikum yaitu hasil persebaran rata–rata sebagai
berikut suhu pada rentang 29-30,4 °C termasuk suhu yang rendah sehingga hasil
tangkapan akan meningkat, salinitas 25-39 ppt termasuk dalam kisaran salinitas
yang tinggi sehingga hasil tangkapan akan akan meningkat.
Regresi linear menggunakan SPSS (Statistical Pakcage for the Social
Science). Menggunakan data hasil tangkap di perairan Bulukumba Sulawesi
Selatan mendapatkan hasil bahwa suhu dan salinitas berpengaruh nyata
terhadap hasil tangkapan dimana nilai F Change (F Change) sebesar 1.577 dan
Signifikan F Change (F Tabel) sebesar 0,313 F Change > Signifikan F Change
yang mana menunjukkan bahwa Parameter bebas berpengaruh terhadap hasil
tangkapan dan nilai R square sebesar 0,441.
20

DAFTAR PUSTAKA

Asyam, Fadillah. 2000. Potensi Perikanan Perairan Bulukumba [Artikel].


Diakses pada tanggal 12 April 2017 di
http://www.Potensiperikananperairanbulukmba/as/artikel/12/hhdfj/tytt/4747.c
om

Barata, A., D. Novianto dan A. Bahtiar. 2011. Sebaran Ikan Tuna Berdasarkan
Suhu dan Kedalaman di Samudera Hindia. Ilmu Kelautan September
2011 Vol 16 (3) 165 – 170 ISSN 0853 - 7291.

Hutabarat, Sahala dan Stewart M. Evans. 2008. Pengantar Oseanografi.


Jakarta: Universitas Indonesia.

Kuswoyo, A., dan H. Ilhamdi. 2013. Komposisi Hasil Tangkapan dan Aspek
Penangkapan Purse Seine Bitung yang Berbasis Ponton di Laut Maluku
dan Sulawesi. BTL Vol. No. 2 Desember 2013 : 57 – 60. Balai
Penenelitian Perikanan Laut Muara Baru Jakarta.

Mallawa, A. 2012. Dasar-Dasar Penangkapan. Masagena Press: Makassar.

Sudirman, Jalali. 2013. Sejarah Usaha Perikanan Purse Seine [Jurnal]. Institut
Pertanian Bogor. Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan.

Wibisono, M.S. 2004. Pengantar Ilmu Kelautan. PPPTMGB LEMIGAS.

Wina, N. 2005. Oseanografi Perikanan [Jurnal]. Universitas Mulawarman.


Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Anda mungkin juga menyukai