Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH HUBUNGAN ARUS AIR TERHADAP

TINGKAH LAKU IKAN

COVER

DISUSUN OLEH :

Pengaruh Hubungan Arus Air terhadap Tingkah Laku Ikan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumberdaya alam tersedia dalam jumlah yang melimpah belum dapat menjamin bahwa
suatu bangsa itu akan sejahtera apabila sumberdaya tersebut belum dikelola dan dimanfaatkan
secara optimal, rasional dan adil. Sebagai suatu negara kepulauan Indonesia mempunyai perairan
laut yang luas yaitu kira-kira 5,8 juta km 2 yang terdiri dari 0,3 juta km2 adalah laut teritorial, 2,8
juta km2 adalah laut nusantara dan 2,7 km2 adalah laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
mengandung sumberdaya yang potensil dan merupakan strategik dari sumberdaya alam
Indonesia yang mempunyai potensi ekonomi yang besar (Sugiarto,1988).

Kenyataannya bahwa selama ini usaha perikanan laut Indonesia masih didominasi oleh
perikanan pantai, dimana pengelolaannya lebih banyak ditangani oleh para nelayan kecil.

Terdapat berbagai jenis alat penangkapan ikan seperti : pancing, jala, gillnet, bubu,
keiong dan lain sebagainya. Menurut laporan Dinas perikanan (1988), dinyatakan bahwa bubu
merupakan salah satu alat tangkap yang paling banyak terdapat di daerah Riau Kepulauan. Jenis
alat penangkapan ini bersifat statis, yang menunggu ikan-ikan tujuan penangkapan bergerak
mendekat alat tersebut.

Sebagai alat tangkap statis, bubu hams mampu menarik perhatian ikan sebanyak
mungkin dan mampu menjebaknya. Prinsip yang dipakai adalah memanfaatkan tingkah laku ikan
yang menjadi tujuan penangkapan. Hal ini terlihat dari bentuk bubu itu sendiri yang menyerupai
batang kayu berlubang dan terletak di dasar perairan yang dilengkapi dengan umpan, sehingga
ikan-ikan yang memiliki sifat suka berlindung dan menyukai umpan akan tertarik memasuki
bubu dan akhimya akan teijebak dan tidak bisa keluar lagi. Kerena alat penangkapan bubu ini
merupakan alat perangkap dengan prinsip mempermudah ikan masuk kedalam injabnya dan
mempersulit keluar.

Selain makanan, ikan juga mempunyai kebutuhan lain seperti bersembunyi, kawin
berkumpul atau bergerombol sesamanya. Dalam rangka melakukan aktifitas hidupnya ikan
melakukan ruaya atau perpindahan baik secara individual maupun kolektif yang sering disebut
fish school. Aktifitas ruaya ikan ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkugan khususnya

Pengaruh Hubungan Arus Air terhadap Tingkah Laku Ikan


arus. Karena letak terumbu karang ini relatif dekat dengan pantai sehingga dinamikaarus pasang
surut akan sangat besar pengaruhnya baik terhadap terumbu karang maupun terhadap organisme
yang hidup di dalam ekosistem karang tersebut.

Bulanin (1996) melaporkan bahwa hasil tangkapan bubu secara kuantitas relatif kecil
dan adakalanya jenis ikan yang tertangkap bukan jenis yang diinginkan nelayan karena
rendahnya nilai ekonominya. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan para nelayan
mengenai tingkahlaku dan biologi ikan karang itu sendiri,baik kedalaman maupun pola
distribusinya secara vertikal di dalam perairan. Hasil survai lapangan menunjukan bahwa ikan
karang lebih banyak tertangkap pada lapisan kedalaman 5 meter dibandingkan pada kedalaman
10 dan 15 meter

Pengamatan dan penelitian tentang tingkah laku ikan sebaiknya dilakukan di alam bebas
untuk melihat kontribusi dari berbagai faktor lingkungan terhadap tingkah laku ikan tersebut hal
ini sesuai dengan pendapat (Amrizal,1990) bahwa faktor lingkungan seperti suhu,salinitas
,kecepatan arus dan arah arus akan mempengaruhi tingkah laku ikan.

1.2. Perumusan Masalah

Tingkah laku ikan disebabkan karena berbagai macam faktor diantaranya, fisika lingkungan,
kimia lingkungan dan biologi lingkungan. Salah satu penyebab fisik lingkungan adalah arus air.
Bagaimanakah pengaruh arus air terhadap tingkah laku ikan tersebut.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memahami tingkah laku dan interaksi ikan-ikan terhadap gerakan-
gerakan arus di perairan.

Pengaruh Hubungan Arus Air terhadap Tingkah Laku Ikan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tingkah Laku Ikan


Tingkah laku menurut arti tata bahasa Indonesia adalah suatu kegiatan atau aktifitas
organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan atau sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar.
Sedangkan perilaku merupakan respon atau reaksi organisme terhadap stimulus rangsangan dari
luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut meresponnya. Terhadap proses tejadinya perilaku, penelitian yang
dilakukan oleh Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum ikan mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), di dalam diri ikan tersebut secara fisiologis terjadi proses yang berurutan,
yakni:
1. Awareness (kesadaran), yakni menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih
dahulu
2. Interest, yakni mulai tertarik kepada stimulus
3. Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya
4. Trial, telah mulai mencoba perilaku baru
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
terhadap stimulus.
Tingkah Laku Ikan berdasarkan bentuk respon, yaitu respon/reaksi ikan atau kelompok
ikan pada suatu saat tertentu yang diberikan terhadap kondisi lingkungan dan perubahannya.

Gambar 1. Fish Aggregation (berkelompok)

Pengaruh Hubungan Arus Air terhadap Tingkah Laku Ikan


Gambar 2. Fish disepersal (berpencar)

Gambar 3. Vertical migration (diurnal)

Gambar 4. Spawning migration

Gambar 5. Feeding migration

Pengaruh Hubungan Arus Air terhadap Tingkah Laku Ikan


Gambar 6. Pergerakan pasif karena arus

Gambar 7. Fish feeding

Gambar 8. Fish spawning


Jenis stimulus penyebab prilaku ikan bervariasi antara satu jenis dengan jenis lainnya.
Namun secara umum penyebab tersebut dapat dikelompokkan ke dalam :
1. Fisika Lingkungan
a. suhu
b. arus
c. cahaya
d. gelombang & turbulensi
2. Kimia Lingkungan
a. oksigen terlarut
b. salinitas
3. Biologi Lingkungan
Yaitu inter- and intra- species relation
4. Faktor Lingkungan Lainnya
Pengaruh Hubungan Arus Air terhadap Tingkah Laku Ikan
Di bawah ini disajikan konsep prinsip comfort maximation digunakan untuk model tingkah laku
ikan. Faktor ekstrinsik, yaitu lingkungan akan menyebabkan ikan secara fisiologis memberikan
reaksi dan secara bersama-sama akan menentukan keputusan tingkah laku sebagai respon.
Bentuk respon yang nyata yang terlihat oleh kita adalah bagaimana tingkah laku berenang dari
ikan tersebut.

Gambar 9. Ilustrasi konsep Comfort Maximation untuk model tingkah laku ikan

Bagaimana manfaat dari mempelajari dan mengetahui tingkah laku ikan adalah
mengetahui dimana ikan berkumpul dan terdistribusi berdasarkan ruang dan waktu yang dalam
implementasinya memungkinkan pengembangan fishing gear (alat tangkap) dan fishing methods
(metoda penangkapan ikan); marine tourism; conservation.

2.2. Ikan tidur


Ikan tidur tidak sepenuhnya lelap karena mereka harus tetap waspada dengan adanya
pemangsa dan perubahan lingkungan secara tiba tiba. Ada ikan nokturnal (aktif pada malam hari,
seperti ikan Serowot (Royal Clown Loach); ada juga ikan yang melakukan tidur malam (ikan
mas; minnow (Genus Phimephales); Bluntnose minnows, ikan genus Pimephales , Cardinal
minnows, ikan genus Tanichthys, Cheat Minnow Pararhinichthys bowersi, Cutlips minnows, ikan
genus Exoglossum, Desert minnows, ikan dari genus Dionda , Eurasian minnows, ikan dari
genus Phoxinus, Loach Minnow (Rhinichthys cobitis), Pikeminnows, ikan genus Ptychocheilus,
Pugnose minnows, ikan dari genus Opsopoeodus, Silverjaw minnows, ikan genus Ericymba, dan
Silvery minnows, ikan dari genus Hybognathus serta Suckermouth minnows, genus Phenacobius.
Selanjutnya adalah, cara bagaimana ikan melakukan tingkah laku tidur, yaitu :
1. Ada yang masuk ke tempat persembunyianya

Pengaruh Hubungan Arus Air terhadap Tingkah Laku Ikan


Gambar 10. Ikan masuk ke tempat persembunyian

2. Ada yang tidur sambil bergerak perlahan


3. Ada yang benar-benar diam
4. Ada yang posisi tidurnya seperti posisi sakit atau mati.

Ikan Ikan berenang tidur pada malam hari dengan cara miring di bebatuan; Ikan karper
eropa tidur malam hari di dalam “taman karang”; Ikan sidat gusi tidur di pasir pada siang hari
dengan kepala menyembul; Ikan kakaktua akan mengeluarkan lendir seperti jeli yang bentuknya
mirip kepompong transparan; Ikan hiu tidur sambil berenang. Prof. Emmanuel Mignot, profesor
psikiatri dan ilmu tingkah laku di Universitas Stanford, AS, menyatakan bahwa ikan bisa
mengalami kesulitan tidur atau insomnia pada malam hari, khususnya ketika kehidupan
biologinya dikacaukan.
Tanda-tanda ikan tidur, diantaranya
1. Ekornya lunglai,
2. Diam agak lama di dasar perairan/akuarium
3. Aktvitasnya menurun
4. Metabolismenya menurun/melambat
5. Respon terhadap rangsangan dari luar sangat lambat (mis, tidak makan)

Terdapat dua (2) teori dasar mengapa ikan harus tidur?


1. Tidur memiliki fungsi restorasi.
Ada kemungkinan, bahwa tidur membantu tubuh cepat sembuh dari semua pekerjaan yang
terjadi sementara itu terjaga.
2. Tidur memiliki fungsi adaptif.

Pengaruh Hubungan Arus Air terhadap Tingkah Laku Ikan


Ada kemungkinan bahwa mereka tidur untuk melindungi diri mereka sendiri atau menghemat
energi. Ketika ikan pindah ke tempat mereka bersembunyi untuk istirahat, kebutuhan tubuh
mereka berkurang dan mereka menghindari dimakan.

2.3. Pengaruh arus terhadap tingkah laku ikan

Ikan bereaksi secara langsung terhadap perubahan lingkungan yang dipengaruhi oleh
arus dengan mengarahkan dirinya secara langsung pada arus. Arus tampak jelas dalam organ
mechanoreceptor yang terletak garis mendatar pada tubuh ikan. Mechanoreceptor adalah
reseptor yang ada pada organisme yang mampu memberikan informasi perubahan mekanis
dalam lingkungan seperti gerakan, tegangan atau tekanan. Biasanya gerakan ikan selalu
mengarah menuju arus. (Reddy, 1993).

Fishing ground yang paling baik biasanya terletak pada daerah batas antara dua arus
atau di daerah upwelling dan divergensi. Batas arus (konvergensi dan divergensi) dan kondisi
oseanografi dinamis yang lain (seperti eddies), berfungsi tidak hanya sebagai perbatasan
distribusi lingkungan bagi ikan, tetapi juga menyebabkan pengumpulan ikan pada kondisi ini.
Pengumpulan ikan-ikan yang penting secara komersil biasanya berada pada tengah-tengah arus
eddies. Akumulasi plankton, telur ikan juga berada di tengah-tengah antisiklon eddies.
Pengumpulan ini bisa berkaitan dengan pengumpulan ikan dewasa dalam arus eddi (melalui
rantai makanan). (Reddy, 1993).

2.4. Upwelling

Upwelling adalah penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan
permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan
zat-zat hara yang kaya ke permukaan (Nontji, 1993). Menurut Barnes (1988), proses upwelling
ini dapat terjadi dalam tiga bentuk. Pertama, pada waktu arus dalam (deep current) bertemu
dengan rintangan seperti mid-ocean ridge (suatu sistem ridge bagian tengah lautan) di mana arus
tersebut dibelokkan ke atas dan selanjutnya air mengalir deras ke permukaan. Kedua, ketika dua
massa air bergerak berdampingan, misalnya saat massa air yang di utara di bawah pengaruh gaya
coriolis dan massa air di selatan ekuator bergerak ke selatan di bawah pengaruh gaya coriolis

Pengaruh Hubungan Arus Air terhadap Tingkah Laku Ikan


juga, keadaan tersebut akan menimbulkan “ruang kosong” pada lapisan di bawahnya. Kedalaman
di mana massa air itu naik tergantung pada jumlah massa air permukaan yang bergerak ke sisi
ruang kosong tersebut dengan kecepatan arusnya. Hal ini terjadi karena adanya divergensi pada
perairan laut tersebut. Ketiga, upwelling dapat pula disebabkan oleh arus yang menjauhi pantai
akibat tiupan angin darat yang terus-menerus selama beberapa waktu. Arus ini membawa massa
air permukaan pantai ke laut lepas yang mengakibatkan ruang kosong di daerah pantai yang
kemudian diisi dengan massa air di bawahnya.

Meningkatnya produksi perikanan di suatu perairan dapat disebabkan karena terjadinya


proses air naik (upwelling). Karena gerakan air naik ini membawa serta air yang suhunya lebih
dingin, salinitas yang tinggi dan tak kalah pentingnya zat-zat hara yang kaya seperti fosfat dan
nitrat naik ke permukaan (Nontji, 1993). Selain itu proses air naik tersebut disertai dengan
produksi plankton yang tinggi. Di perairan Selat Makasar bagian selatan diketahui terjadi
upwelling. Proses terjadinya upwelling tersebut disebabkan karena pertemuan arus dari Selat
Makasar dan Laut Flores bergabung kuat menjadi satu dan mengalir kuat ke barat menuju Laut
Jawa. Dengan kondisi demikian dimungkinkan massa air di permukaan di dekat pantai Ujung
Pandang secara cepat terseret oleh aliran tersebut dan untuk menggantikannya massa air dari
lapisan bawah naik ke atas. Menurut (Nontji, 1993), proses air naik di Selat Makasar bagian
selatan ini terjadi sekitar Juni sampai September dan berkaitan erat dengan sistem arus.

Air laut di lapisan permukaan umumnya mempunyai suhu tinggi, salinitas, dan
kandungan zat hara yang rendah. Sebaliknya pada lapisan yang lebih dalam air laut mempunyai
suhu yang rendah, salinitas, dan kandungan zat hara yang lebih tinggi. Pada waktu terjadinya
upwelling, akan terangkat massa air dari lapisan bawah dengan suhu rendah, salinitas, dan
kandungan zat hara yang tinggi (Reddy 1993). Keadaan ini mengakibatkan air laut di lapisan
permukaan memiliki suhu rendah, salinitas, dan kandungan zat hara yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan massa air laut sebelum terjadinya proses upwelling ataupun massa air
sekitarnya. Sebaran suhu, salinitas, dan zat hara secara vertikal maupun horisontal sangat
membantu dalam menduga kemungkinan terjadinya upwelling di suatu perairan. Pola-pola
sebaran oseanografi tersebut digunakan untuk mengetahui jarak vertikal yang ditempuh oleh
massa air yang terangkat.

Pengaruh Hubungan Arus Air terhadap Tingkah Laku Ikan


Sebaran suhu permukaan laut merupakan salah satu parameter yang dapat dipergunakan
untuk mengetahui terjadinya proses upwelling di suatu perairan (Birowo dan Arief, 1983).
Dalam proses upwelling ini terjadi penurunan suhu permukaan laut dan tingginya kandungan zat
hara dibandingkan daerah sekitarnya. Tingginya kadar zat hara tersebut merangsang
perkembangan fitoplankton di permukaan. Karena perkembangan fitoplankton sangat erat
kaitannya dengan tingkat kesuburan perairan, maka proses air naik selalu dihubungkan dengan
meningkatnya produktivitas primer di suatu perairan dan selalu diikuti dengan meningkatnya
populasi ikan di perairan tersebut (Pariwono et al, 1988).

Upwelling di perairan Indonesia dijumpai di Laut Banda, Laut Arafura, selatan Jawa
hingga selatan Sumbawa, Selat Makasar, Selat Bali, dan diduga terjadi di Laut Maluku, Laut
Halmahera, Barat Sumatra, serta di Laut Flores dan Teluk Bone (Nontji, 1993). Upwelling
berskala besar terjadi di selatan Jawa, sedangkan berskala kecil terjadi di Selat Bali dan Selat
Makasar (Birowo dan Arief, 1983). Menurut (Nontji 1993), upwelling di perairan Indonesia
bersifat musiman terjadi pada Musim Timur (Mei-September), hal ini menunjukan adanya
hubungan yang erat antara upwelling dan musim.

Pengaruh Hubungan Arus Air terhadap Tingkah Laku Ikan


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian, tingkah laku ikan disebabkan oleh 3 macam faktor yaitu : fisika
lingkungan, biologi lingkungan dan kimia lingkungan. Tingkah laku ikan yang disebabkan oleh
arus air, merespon ikan yang bereaksi secara langsung terhadap perubahan lingkungannya itu.
Pengumpulan ikan-ikan yang penting secara komersil biasanya berada pada tengah-tengah arus
eddies. Meningkatnya produksi perikanan di suatu perairan dapat disebabkan karena terjadinya
proses air naik (upwelling). Karena gerakan air naik ini membawa serta air yang suhunya lebih
dingin, salinitas yang tinggi dan tak kalah pentingnya zat-zat hara yang kaya seperti fosfat dan
nitrat naik ke permukaan

3.2. Saran

Untuk dapat mengetahui dengan baik tingkah laku ikan pada alat tangkap, maka perlu dilakukan
penelitian lanjut mengenai pola pergerakan arus air dan distribusi ikan terhadap alat tangkap, dan
hubungannya dengan musim serta periode bulan. Dalam penelitian hendaknya jenis ikan perlu
diketahui dengan jelas.

Pengaruh Hubungan Arus Air terhadap Tingkah Laku Ikan


DAFTAR PUSTAKA

Amrizal,1990. Pengamh jenis Rumpon dan kecepatan Sampan terhadap hasil tangkapan Payang
di perairan T^luk di kecamatan Nan Sabaris.Kabupaten Padang Pariaman sumatera
Barat.skripsi Fakultas Perikanan. Universitas Riau.Pekanbaru, 46 hal. (tidak diterbitkan).

Barnes, R. S. K. and R. N. Hughes. 1988. An Introduction to Marine Ecology. Blackwell


Scientific Publication. London.

Bulanin. 1996. Pengaruh Kedalaman Terhadap Jenis Ikan Hias Air Laut. J. Fish Garing. 5(1) 57-
65.

Nontji, A. 1993. Pengolahan Sumberdaya Kelautan Indonesia Dengan Tekanan Utama Pada
Perairan Pesisir. Prosisig Seminar Dies Natalis Universitas Hang Tuah . Surabaya.

Reddy, M.P.M., 1993. Influence of the Various Oceanographic Parameters on the Abundance of
Fish Catch . Proceeding of International on workshop on Apllication of Satellite Remote
Sensing dor Identifying and Forecasting Potential Fishing Zones in Developing Countries.
India, 7-11 December 1993.

Sugiarto. 1988. Nila. Jakarta: Penebar Swadaya

Zainuri, M. Modul Bahan Ajar Rekayasa dan Tingkah Laku Ikan. http://msp.trunojoyo.ac.id/wp-
content/uploads/2018/07/Rekayasa-dan-Tingkah-Laku-Ikan-Lengkap.pdf . Diakses tanggal
15 Oktober 2021.

Pengaruh Hubungan Arus Air terhadap Tingkah Laku Ikan

Anda mungkin juga menyukai