Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Planktonologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan plankton. Plankton

didefinisikan sebagai tiap organisme yang hanyut baik hewan, tumbuhan, archaea, atau

bakteri yang menempati zona pelagik Samudera laut, atau air tawar. Ilmu ini diperkenalkan

untuk pertama kali oleh Victor Nensen pada tahun 1887 dengan tujuan untuk membedakan

partikel hidup dengan komponen mati di dalam perairan.

Plankton ditentukan oleh Nice ekologi mereka daripada taksonomi filogenetik atau

klasifikasi. Mereka menyediakan sumber makanan penting yang lebih besar. Plankton

merupakan salah satu anggota makhluk hidup terpenting di dunia. Hal ini dikarenakan

plankton banyak berperan dalam kehidupan makhluk hidup. Beberapa makhluk hidup

bergantung pada keberadaan plankton. Hal ini dikarenakan plankton merupakan makanan

mereka. Fitoplankton yang dapat memproduksi bahan organik melalui proses fotosintesa,

kehidupan di perairan dimulai dan terus menerus berlanjut ke tingkat kehidupan yang lebih

tinggi dari tingkatan zooplankton sampai ikan-ikan yang berukuran besar, dan tingkatan

terakhir sampailah pada ikan besar seperti Paus ataupun Manusia yang memanfaatkan ikan

sebagai bahan makanan.

Dalam ekologis, plankton memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang

kehidupan di perairan. Meskipun begitu, pertumbuhan plankton juga perlu dikendalikan.

Apabila pertumbuhan plankton menjadi tidak terkendali, maka hal ini akan menimbulkan
2

kerugian. Ahli ekologi laut Dr. Ir. Ngurah Nyoman Wiadyana dalam orasi pengukuhan ahli

peneliti utama bidang ekologi laut di LIPI Jakarta menyampaikan perihal tentang

pengendalian pertumbuhan plankton di Indonesia. Hal ini dipertimbangkan dari lautan

Indonesia yang sangat luas dan sulit terjangkau.

Penyebaran plankton yang tidak merata dalam suatu perairan biasanya dipengaruhi

oleh faktor, baik kimia maupun fisika. Contoh faktor yang mempengaruhinya adalah

intensitas cahaya matahari, salinitas, suhu. Penyebaran ini dipengaruhi oleh faktor fisis

seperti aliran air, arus, ke dalam dan proses “uap beling” yang menyebabkan bervariasinya

nitrat dan terjadinya pencampuran massa air.

Terdapat berbagai jenis Plankton yang masing-masingnya memiliki sifat dan ciri

yang khas. Kelimpahan dalam suatu perairan serta keanekaragamannya memberi andil

besar dalam keberlangsungan suatu rantai makanan dalam ekosistem perairan.


3

1.1 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman,

keseragaman, kelimpahan, dominasi fitoplankton dan epifit di perairan.

Penulisan makalah ini juga bertujuan untuk mengetahui penggolongan plankton

yang ada. Baik berdasarkan fungsi, ukuran, daur hidup, sebaran horizontal, maupun sebaran

vertikal

Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam membantu pekerjaan kita

di bidang perairan maupun kelautan.


4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Plankton

Plankton adalah makhluk baik hewan maupun tumbuhan yang hidupnya

mengapung, mengambang, ataupun melayang di dalam air. Plankton mudah terbawa arus

karena ketidakmampuan plankton dalam bergerak melawan arus.

Istilah plankton pertama kali diperkenalkan oleh Victor Hensen pada 1887. Kata

Plankton diambil dari bahasa Yunani, “planktos”, yang berarti menghanyut atau

mengembara. Plankton berbeda dengan nekton yang merupakan hewan yang mempunya

kemampuan untuk aktif berenang bebas, dan tidak bergantung pada arus, seperti ikan dan

cumi-cumi. Plankton juga berbeda degan bentos yang hidupnya melekat, memancap,

merayap, atau meliang di dasar laut seperti kerang, teripang, bintang laut, dan karang.

Plankton kemudian di golongkan lagi menurut fungsi, ukuran, daur hidup, sebaran

horizontal maupun sebaran vertikal. Berikut adalah penggolongan plankton :

2.1.1Berdasarkan Fungsi

Secara Fungsional, plankton digolongkan menjadi empat golongan utama, yaitu

Fitoplankton, zooplankton, bakteriplanlton dan virioplankton.

a. Fitoplankton

Fitoplankton dapat disebut juga sebagai plankton nabati. Fitoplankton adalah

tumbuhan yang hidupnya mengapung ataupun melayang di laut. Fitoplankton memiliki

ukuran yang sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat menggunakan mata telanjang.
5

Umumnya fitoplankton berupa individu bersel tunggal, tetapi juga ada yang berbentuk

rantai.

Fitoplankton berukuran saga kecil dan dapat tumbuh dengan sangat lebat.

Pertumbuhan fitoplankton yang berlebihan ini kemudian dapat menyebabkan perubahan

warna pada air laut.

Fitoplankton memiliki peran penting dalam perairan. Hal ini dikarenakan

fitoplankton yang bersifat autotrofik. Hal ini memberikan kemampuan kepada fitoplankton

dalam memproduksi sendiri bahan organiknya. Selain itu, fitoplankton juga memilki

kemampuan untuk berfotosintesis untuk menghasilkan bahan organik karena pada

fitoplankton terdapat klorofil. Fitoplankton disebut juga sebagai primer produser atau

produsen primer karena kemampuan fitoplankton dalam menghasilkan makanannya.

Dalam menghasilkan komponen organik, fitoplankton sangat bergantung pada kadar

klorofil dalam air. Oleh karena itu, kadar klorofil dalam volume air tertentu merupakan

suatu ukuran bagi biomassa fitoplankton yang terdapat dalam perairan. Kadar klorofil inilah

yang kemudian dapat digunakan untuk menaksir produktivitas primer dari suatu perairan.

Fitoplankton mampu membuat ikatan-ikatan organik yang kompleks (glukosa) dari

ikatan-ikatan anorganik sederhana, karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Energi matahari

diabsorbsi oleh klorofil untuk membantu berlangsungnya reaksi kimia yang terjadi dalam

proses fotosintesa tersebut.

Fitoplankton merupakan tumbuhan yang hidupnya mengapung atau melayang di

laut. Oleh karena itu, fitoplankton juga disebut sebagai plankton. Fitoplankton umumnya

berupa individu bersel tunggal, tetapi juga ada yang berbentuk rantai. Meskipun ukurannya
6

sangat kecil, namun fitoplankton dapat tumbuh dengan sangat lebat dan padat sehingga

dapat menyebabkan perubahan warna pada air laut. Fitoplankton mempunyai fungsi

penting di laut, karena bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan

makanannya. Selain itu, fitoplankton juga mampu melakukan proses fotosintesis untuk

menghasilkan bahan organik karena mengandung klorofil. Bahan organik yang diproduksi

fitoplankton menjadi sumber energi untuk menjalankan segala fungsinya. Tetapi disamping

itu, energi yang terkandung dalam fitoplankton juga dialirkan melalui rantai makanan.

Seluruh hewan laut seperti udang, ikan, cumi-cumi sampai ikan paus yang berukuran

raksasa bergantung pada fitoplankton baik secara langsung maupun secara tidak langsung

melalui rantai makanan.

2.1.2 Zooplankton

Zooplankton disebut juga sebagai plankton hewani. Plankton hewani adalah hewan

yang hidupnya mengapung, atau melayang dalam laut. Kemampuan renangnya sangat

terbatas sehingga keberadaannya sangat ditentukan ke mana arus membawanya.

Zooplankton umumnya berukuran 0,2 – 2mm. Namun, terdapat zooplankton yang

ukurannya lebih besar seperti ubur ubur yang ukurannya dapat melebihi satu meter.

Zooplankton bersifat heterotrofik. Heterotrofik berarti tidak mampu memproduksi

sendiri bahan organik dan bahan anorganik. Oleh karena itu, untuk kelangsungan hidupnya

sangat bergantung pada bahan organik dari fitoplankton yang menjadi makanannya. Dalam

hal ini Zooplankton merupakan konsumen pertama yang memanfaatkan produksi primer

yang dihasilkan oleh fitoplankton. Jadi, zooplankton lebih berfungsi sebagai konsumen

bahan organik.
7

Kelompok yang paling umum dijumpai antara lain : kopepod, eufausid, misi,

amfipod, kaetognat. Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan

estuaria di depan muara sampai ke perairan tengah samudra, dari perairan tropis hingga ke

perairan kutub. Zooplankton ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di

perairan dalam. Beberapa zooplankton dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan

dalam ke permukaan.

Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di

dasar laut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton yakni ketika masih

berupa telur dan larva. Baru dikemudian hari, menjelang dewasa, sifat hidupnya yang

semula sebagai plankton berubah menjadi nekton atau bentos.

2.1.3 Bakterioplankton

Bakterioplankton adalah bakteri yang hidup sebagai plankton. Fungsi utama

bakterioplankton adalah sebagai pengurai. Semua biota laut yang mati akan diuraikan oleh

bakteri sehingga akan menghasilkan hara seperti fosfat, nitrat, silikat, dan sebagainya. Hara

ini kemudian akan didaur-ulangkan dan dimanfaatkan lagi oleh fitoplankton dalam proses

fotosintesis.

2.1.4 Virioplankton

Virioplankton adalah virus yang hidup sebagai plankton. Virus ini ukurannya sangat

kecil yakni kurang dari 0,2 um dan menjadikan biota laut lainnya, terutama

bakterioplankton dan fitoplankton sebagai inangnya. Tanpa inangnya virus ini tak

menunjukkan kegiatan hayati. Virioplankton dapat memecahkan dan mematikan sel-sel


8

inangnya. Secara umum, virioplankton berperan dalam keragaman komunitas mikroba

akuatik dalam ekosistem laut.

2.2 Berdasarkan Ukuran

Plankton plankton memiliki ukuran yang sangat beragam dari yang sangat kecil

hingga besar. Berdasarkan ukurannya, plankton digolongkan dalam tiga kategori :

a. Plankton Jaring

Plankton jaring atau yang sering disebut sebagai netplankton adalah plankton yang

dapat tertangkap dengan mata jaring berukuran 20 um atau dengan kata lain plankton yang

berukuran lebih dari 20 um

b. Nanoplankton

Nanoplankton adalah plankton yang tidak dapat ditangkap dengan jaring berukuran

20 um. Plankton ini memiliki ukuran berkisar pada 2-20um

c. Ultrananoplankton

Ultrananoplankton memiliki ukuran yang lebih kecil dari 2 um. Plankton ini tidak

dapat ditangkap menggunakan mata jaring biasa karena ukurannya yang sangat kecil

d. Megaplankton

Megaplankton sering disebut juga sebagai Megaloplankton. Megaplankton memiliki

ukuran Siantar 20-200cm. Beberapa ubur ubur termasuk dalam golongan ini. Ubur ubur

seperti Schyphomedusa termasuk dalam megaplankton. Ubur ubur ini memiliki ukuran

diameter payung sampai lebih dari satu meter, dan umbai umbai tentakelnya dapat

berukuran beberapa meter. Plankton raksasa yang berukuran terbesar di dunia adalah
9

Cyanea Arctica yang diameter payungnya dapat mencapai lebih dari dua meter dan tentakel

yang panjangnya lebih dari 130 meter.

e. Makroplankton

Makroplankton memiliki ukuran 2-20cm. Beberapa plankton yang termasuk pada

makroplankton adalah eufausid, segrestid, pteropod. Beberapa larva ikan juga termasuk

dalam golongan ini.

f. Mesoplankton

Mesoplankton memiliki ukuran Siantar 0,2-20mm. Sebagian besar zooplankton

termasuk dalam kelompok ini. Ada juga beberapa fitoplankton yang berukuran besar masuk

dalam golongan ini seperti Noctiluca.

2.3 Berdasarkan Daur Hidupnya

Berdasarkan daur hidupnya, Plankton dibagi menjadi:

a. Holoplankton

Dalam kelompok Haloplankton, plankton ini menjalani seluruh daur hidupnya

sebagai plankton, mulai dari telur, larva, hingga dewasa. Umumnya zooplankton dan

fitoplankton termasuk dalam golongan ini. Contohnya adalah : kokepod, amfipod, alpa,

kaetognat.

b. Meroplankton

Plankton dari golongan ini menjalani kehidupnnya sebagai plankton hanya pada

tahap awal dari daur hidup biota tersebut, yakni pada tahap sebagai telur dan larva saja.

Beranjak dewasa ia akan berubah menjadi nekton yang dapat aktif berenang secara bebas,
10

atau sebagai bentos yang hidup menetap atau melekat didasar laut. Oleh sebab itu

merpolankton sering pula disebut sebagai plankton sementara.

Pada umumnya ikan menjalani hidupnya sebagai plankton ketika masih dalam tahap

telur dan larva , kemudian menjadi nekton setelah dapat berenang bebas. Kerang dan

karang adalah contoh hewan yang pada awal hidupnya sebagai plankton pada tahap telur

hingga larva, yang selanjutnya akan menjalani hidupnya sebagai bentos yang hidup

melekan atau menancap didasar laut.

Meroplankton ini sangat banyak ragamnya dan umumnya mempunyai bentuk yang

sangat berbeda dari bentuk dewasanya. Larva crustacea seperti udang dan kepiting

mempunyai perkembangan larva yang bertingkat – tingkat dengan bentuk yang sedikitpun

tidak menunjukkan persamaan dengan bentuk yang dewasa. Pengetahuan meroplankton ini

menjadi sangat penting dalam kaitannya dengan upaya budi daya udang, crustacea,

mollusca, dan ikan.

2.4 Berdasarkan Sebaran Horizontal

Plankton terdapat dilingkungan air tawar hingga tengah samudra. Dari perairan

tropis hingga ke perairan kutub. Boleh dikatakan tak ada permukaan laut yang tidak dihuni

oleh plankton. Berdasarkan sebaran horizontalnya, plankton dibagi menjadi :

a. Plankton Neritik

Plankton neuritik hidup di perairan pantai dengan salinitas (kadar garam) yang

relatif rendah. Terkadang masuk hingga ke perairan payau di depan muara dengan salinitas

sekitar 510 psu (practical salinity unit). Akibat pengaruh lingkungan yang terus menerus

berubah disebabkan arus dan pasang surut, komposisi plankton neuritik ini sangat
11

kompleks, bisa merupakan campuran plankton laut dan plankton asal perairan tawar.

Beberapa diantaranya telah beradaptasi dengan lingkungan estuaria (muara) yang payau,

misalnya Labidocera muranoi.

b. Plankton Oseanik

Plankton oseanik hidup di perairan lepas pantai hingga ke tengah samudra. Karena

itu plankton oseanik ditemukan pada perairan yang salinitasnya tinggi. Karena luas wilayah

perairan oseanik ini sangat tinggi, maka banyak jenis plankton tergolong dalam kelompok

ini.

5. Berdasarkan Sebaran Vertikal

Ditinjau dari tempat hidupnya, plankton hidup di laut mulai dari lapisan tipis di

permukaan sampai pada kedalaman sangat dalam. Dilihat dari sebaran vertikalnya,

plankton dapat dibagi menjadi :

a. Epiplankton

Epiplankton adalah plankton yang hidup di lapisan permukaan sampai kedalaman

sekitar 100 meter. Lapisan laut teratas ini kira kira sedalam sinar matahari dapat

menembus. Namun, dari kelompok epiplankton ini ada juga yang hanya hidup di lapisan

yang sangat tipis di permukaan yang langsung berbatasan dengan udara. Plankton semacam

ini disebut juga neuston.

Contoh yang menarik adalah fitoplankton Trichodesmium yang merupakan

sianobakteri berantai panjang yang hidup di permukaan dan mempunyai keistimewaan

dapat mengikat nitrogen langsung dari udara. Neuston yang hidup pada kedalaman sekitar 0
12

– 10 cm disebut juga sebagai Hiponeuston. Lapisan tipis ini mempunyai arti yang sangat

penting dalam menghasilkan komposisi jenis yang kompleks.

Dari kelompok neuston ini juga terdapat yang mengambang di permukaan dengan

sebagian tubuhnya dalam air dan sebagian lain tersembul ke udara. Plankton seperti ini

disebut juga sebagai Pleuston.

b. Mesoplankton

Mesoplankton adalah plankton yang hidup di lapisan tengah, pada kedalaman

sekitar 100- 400 m. Pada lapisan ini intensitas cahaya sangat redup sampai gelap. Oleh

sebab itu, di lapisan ini fitoplankton yang membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan

fotosintesis umumnya sudah tidak dapat bertahan dan tidak ada lagi. Lapisan ini dan lebih

dalam didominasi oleh zooplankton. Beberapa kopepod seperti Eucheuta Marina tersebar

secara vertikal sampai ke lapisan ini atau lebih dalam. Dari kelompok eufausid juga banyak

yang terdapat pada lapisan ini, misalnya Thysanopoda, Euphausia, Thysanoessa,

Nematoscelis. Tetapi eufausid ini juga dapat melakukan migrasi vertikal sampai ke lapisan

di atasnya.

c. Hipoplankton

Golongan hipoplankton adalah golongan plankton yang hidupnya pada kedalaman

lebih dari 400m. Plankton yang tergolong pada hipoplankton adalah batiplankton

(bathyplankton) yang hidup pada kedalaman lebih dari 600 meter, dan abisoplankton

(abyssoplankton) yang hidup di lapisan paling dalam sekitar 3000 – 4000 meter

Sebagai contoh, dari kelompok eufasid, Bentheuphausia ambylops dan

Thysanopoda adalah jenis tipikal balut dalam yang menghuni perairan pada pedalaman
13

lebih dari 1500 meter. Kelompok kaetognat Eukrohnia hamata dan Eukhronia

bathypelagica termasuk yang hidup pada kedalaman lebih dari 1000 meter.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan plankton. Faktor faktor

tersebut adalah faktor fisika dan faktor kimia.

2.5 Faktor Fisika

1. Cahaya

Cahaya memberi pengaruh besar bagi hewan hewan laut khususnya plankton.

Cahaya menjadi sumber energi untuk proses fotosintesis tumbuh-tumbuhan dan fotosintesis

pada fitoplankton. Cahaya juga merupakan faktor lenting dalam hubungannya dengan

perpindahan populasi hewan laut. Pada pertumbuhan fitoplankton, cahaya juga memberikan

pengaruh penting. Semakin rendah intensitas cahaya yang diterima, maka laju pertumbuhan

fitoplankton menjadi tidak optimal.

2. Suhu

Suhu air dapat mempengaruhi sifat fisika kimia perairan maupun biologi, antara lain

kenaikan suhu dapat menurunkan kandungan oksigen serta menaikkan daya toksit yang ada

dalam suatu perairan. Suhu air mempengaruhi kandungan oksigen terlarut dalam air,

semakin tinggi suhu maka semakin kurang kandungan oksigen terlarut. Perkembangan

plankton optimal terjadi dalam kisaran suhu 25℃ - 30℃.

3. Kekeruhan/Kecerahan

Kondisi kekeruhan air sangat mempengaruhi perkembangan plankton. Kondisi air

yang keruh membuat cahaya tidak dapat menembus perairan dengan baik. Kondisi cahaya
14

yang kurang optimal dapat menyebabkan fitoplankton tidak dapat melakukan proses

fotosintesis.

4. Pergerakan air

Arus berpengaruh besar terhadap distribusi organisme perairan dan juga

meningkatkan terjadinya difusi oksigen ke dalam perairan. Arus juga membantu penyebab

plankton dari satu tempat ke tempat lainnya dan membantu menyuplai bahan makanan yang

dibutuhkan plankton.

2.6 Faktor Kimia

1. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) memberi pengaruh sangat besar terhadap tumbuhan maupun

hewan hewan air sehingga sering digunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau

tidaknya kondisi air sebagai media hidup. Kondisi air yang berada pada tingkat keasaman

tinggi maupun tingkat basa yang tinggi dapat menyebabkan proses fisiologis pada plankton

terganggu.

2. Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut diperlukan oleh tumbuhan air, plankton dan fauna air untuk

bernapas serta diperlukan oleh bakteri untuk dekomposisi. Dengan adanya proses

dekomposisi yang dilakukan oleh bakteri menyebabkan keadaan unsur hara tetap tersedia di

perairan. Hal ini sangat menunjang pertumbuhan air, plankton dan perifiton.

3. Salinitas
15

Salinitas berperanan penting dalam kehidupan organisme, misalnya distribusi biota

akustik. Pada distribusi akustik dinyatakan bahwa pada daerah pesisir pantai merupakan

perairan dinamis yang menyebabkan variasi salinitas tidak begitu besar. Organisme yang

hidup cenderung mempunyai toleransi terhadap perubahan salinitas sampai dengan 15‰.

4. Nutrisi

Nutrisi sangat berperan penting untuk pertumbuhan plankton, nutrisi yang paling

penting dalam hal ini adalah nitrat (NO 3) dan phosphat (PO4). Phytoplankton

mengkonsumsi nitrogen dalam banyak bentuk, seperti nitrogen dari nitrat, amonia, urea,

asam amino. Tetapi phytoplankton lebih cenderung mengkonsumsi nitrat dari amonia.

Nitrat lebih banyak didapati di dasar yang banyak mengandung unsur organik ketimbang

dari laut, nitrat juga dapat diperoleh melalui siklus nitrogen. Nitrogen dari nitrat adalah

salah satu unsur penting untuk pertumbuhan blue green alga dan phytoplankton lainnya.

2.2 pembagian filum pada planktonologi

2.2.1 Coelenterata

Coelenterata berasal dari bahasa Yunani, koilos= rongga dan enteron = usus. Jadi,

coelenterata adalah hewan yang berongga. Rongga tersebut digunakan sebagai alat

pencernaan (gastrovaskuler). Namun filum Coelenterata lebih dikenal dengan nama

cnidaria. Kata Cnidaria berasal dari bahasa Yunani, cnido yang berarti penyengat karena

sesuai dengan cirinya yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat tersebut terletak pada

tentakel yang terdapat disekitar mulutnya. Coelenterata memiliki struktur yang lebih

kompleks daripada porifera. Namun, ia tetap digolongkan ke dalam makhluk hidup tingkat

rendah.
16

Sebagian besar Coelenterata hidup di laut kecuali Hydra sp dan beberapa jenis

lainnya. Hewan tersebut mempunyai dua fase bentuk tubuh yaitu fase polip dan fase

medusa. Polip adalah fase saat hewan melekat pada suatu substrat (tidak dapat berpindah)

sedangkan medusa adalah fase saat hewan dapat bergerak bebas.

Coelenterata terdiri dari kelas Hydrozoa, Scypozoa dan Anthozoa. Namun hanya

pada kelas Hydrozoa, dimana Hydra juga termasuk dan terdiri dari specimen-specimen

berupa ubur-ubur kecil dan hidup sebagai plankton (Sachlan, 1982).

Ciri-ciri Coelenterata

Ciri khas cnidaria adalah knidosit, yang merupakan sel terspesialisasi yang dipakai

terutama untuk menangkap mangsa dan membela diri. Tubuh terdiri atas lapisan epidermis

(ektoderm), gastrodermis (endoderm) dan mesoglea yang terletak di antara dua lapisan

tersebut. Coelenterata memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Multiseluler.

2. Tubuh bersimetri radial.

3. Diploblastik (ektoderm dan endoderm).

4. Diantara lapisan ektoderm dan endoderm terdapat rongga (=mesoglea).

5. Bentuk seperti tabung (polip) dan seperti mangkok (medusa).

6. Di atas tubuh terdapat mulut dan tentakel untuk menangkap mangsa dan bergerak.

Selain itu, mulut juga berfungsi sebagai anus.

7. Tentakel memiliki sel racun (knidoblast) atau sel penyengat (nematosis).

8. Tidak memiliki kepala, anus, alat peredaran darah, alat ekskresi, dan alat respirasi.

9. Rongga gastrovaskuler sebagai sistem pencernaan.


17

10. Pencernaan intraselular dan ekstraselular.

11. Sistem pernapasan dengan cara difusi (seluruh permukaan tubuh), kecuali Anthozoa

dan Sifonoglia.

12. Sistem saraf difus (belum memiliki pusat susunan saraf).

13. Mengalami metagenesis (pergiliran keturunan), vegetatif pada fase polip dan

generatif pada fase medusa.

14. Jenis kelamin ada yang monoecious maupun dioecious, larva disebut sebagai

planula (meroplankton).

15. Sistem gerak dilakukan oleh sel-sel epiteliomuskuler yang terdapat pada lapisan

ektoderm dan pada bagian dasar gastrodermis.

16. Rangka luar tersusun dari zat tanduk atau kitin.

17. Habitatnya ada di air laut atau air tawar.

Klasifikasi Coelenterata

Meroplankton dari Coelenterata atau cnidaria umunya terjadi pada fase larva yang

disebut planula. Filum ini terdiri atas 3 kelas yaitu Hydrozoa, Scypozoa dan Anthozoa.

Namun hanya pada kelas Hydrozoa, dimana Hydra juga termasuk dan terdiri dari

specimen-specimen berupa ubur-ubur kecil dan hidup sebagai plankton (Sachlan, 1982).

Kelas Hydrozoa terbagi ke dalam 2 subkelas, yakni Hydroidolina dan Trachylinae.

Subkelas Hydroidolina terbagi ke dalam 3 ordo, yaitu Anthoathecata, Leptothecata dan

Siphonophorae. Subkelas Trachyaline terbagi ke dalam 4 ordo, yaitu actinulida,

limnomedusae, naromedusae dan trahcymedusae (Owen, 1843).


18

a. Ordo AnthoathecataAda sekitar 1.200 spesies di seluruh dunia. Ordo ini selalu

memiliki bentuk polip dan hidup dengan soliter. Memiliki tentakel namun kurang statocysts

tetapi memiliki kanal radial. Gonad mereka berada di manubrium. Contohnya adalah

Bouganvillia multitentaculata.

b. Ordo Leptothecata

Disebut juga Leptomedusa (Haeckel, 1879) Leptothecatae (Cornelius, 1992),

Thecaphora (Hincks, 1868), Thecaphorae (Hincks, 1868), Thecata (Fleming, 1828),

Thecatae (Fleming, 1828). Polip hidup secara berkoloni. Bentuk medusa menimbulkan

bioluminescense. Gonad yang terletak di kanal radial dan memiliki banyak statokist.

Contohnya adalah Obelia longissima.

Obelia hidup di laut dan berkoloni. Di dalam siklus hidupnya dijumpai stadium

polip dan medusa, tetapi bentuk polip lebih dominan. Polip mampu membentuk tunas

(reproduksi aseksual) dan tunas-tunas tersebut tetap melekat pada induknya sehingga

membentuk koloni. Polip-polip yang membentuk koloni ini ada yang bertentakel dan ada

yang tidak. Polip tidak bertentakel berfungsi untuk makan, sedangkan yang bertentakel

berfungsi untuk reproduksi. Polip reproduksi mampu menghasilkan medusa secara

pertunasan. Medusa tersebut kemudian lepas dan hidup bebas secara planktonik. Pada

perkembangannya, medusa tersebut mampu menghasilkan gamet sehingga fase hidup

medusa dikenal dengan fase seksual. Gamet-gamet tersebut akhirnya melakukan fertilisasi

dan membentuk zigot yang kemudian berkembang menjadi larva bersilia (planula) dan

planula tersebut menempel di dasar laut dan tumbuh menjadi Obelia (polip).
19

c. Ordo Siphonoporae

Sebagian besar spesies dari ordo ini hidup secara berkoloni. Tubuhnya tipis dan

transparan. Beberapa siphonophore yang hidup di perairan dangkal menyerupai ubur-ubur.

Panjang tubuh 40-50 m (130-160 ft). Seperti hidrozoa lainnya, siphonophore tertentu dapat

memancarkan cahaya. Sebuah siphonophore dari genus Erenna telah ditemukan pada

kedalaman sekitar 1.600 m (5.200 kaki) di lepas pantai Monterey, California. Sebagian

spesies dari ordo ini memiliki tentakel yang panjang dan terdapat sel penyengat pada

ujungnya. Contohnya adalah Physalia pelagic.

d. Ordo Actinulida

Belum ada penjelasan spesipik mengenai ordo ini. Namun berdasar kepada Journal

of the Marine Biological Association of the United Kingdom yang dipublikasikan pada 11

Mei 2009, ordo actinulida hidup bebas (berenang) dan soliter. Contohnya adalah Otohydra

vagans (Swedmark and Teissier,1958).

e. Limnomedusa

Spesies dari ordo ini memiliki bel transparan dilapisi dengan hingga 90 tentakel dan

gonad berwarna oranye, merah, atau ungu. Gonad yang disusun tergantung diempat kanal

radial sehingga bila dilihat dari atas, gonad dilapisi tegak lurus. Manubrium, berwarna

cokelat, menggantung di tengah. Spesies dari ordo ini hanya sekitar berdiameter sekitar 2,5

cm (0,98 inci). Mereka sering ditemukan menempel rumput laut. Memiliki bentuk polip

relatif kecil, hanya sekitar 0,5 mm. Contohnya Gonoinemus vertens

f. Narcomedusae
20

Bentuk tubuh dari ordo ini seperti payung dengan massa pusat kaku dan tipis

bergigi tepi, tentakel padat dan berat. Anggota ordo ini biasanya tidak memiliki tahap polip.

Medusa memiliki lonceng berbentuk kubah dengan sisi tipis. Tidak ada lampu di tentakel

dan tidak ada kanal radial. Sebagian besar narcomedusae penghuni laut terbuka dan

perairan dalam. Mereka dapat ditemukan di Mediterania dalam jumlah besar. Contohnya

Aegina citrea.

Reproduksi

Ada 2 cara perkembangbiakan, yaitu aseksual (vegetatif) dan seksual (generatif).

1. Ada dua jenis polip. Yaitu polip dengan tentakel yang berfungsi untuk hal nutrisi

(makanan) dan polip tanpa tentakel yang berfungsi sebagai reproduksi aseksual.

2. Polip tanpa tentakel yang melakukan reproduksi secara aseksual menghasilkan

tunas medusa.

3. Tunas medusa kemudian lepas dari polip dan tumbuh menjadi medusa dewasa.

4. Medusa dewasa betina menghasilkan sel telur (ovum) dan medusa dewasa jantan

menghasilkan sel sperma (spermatozoid).

5. Ovum dan sperma yang dilepaskan di air bertemu dan terjadilah fertilisasi (seksual)

6. Fertilisasi yang terjadi di air akan menghasilkan Zigot.

7. Zigot berkembang menjadi Larva Planula. Pada fase inilah Coelenterata berada

pada stadia plankton.

8. Planula berenang meninggalkan induk dan membentuk polip di dasar perairan.

2.2.2 Nematoda
21

Nematoda berasal dari bahasa Yunani yang terbentuk dari gabungan kata nema

yang mempunyai arti thread = benang dan kata old yang berarti like = seperti atau

menyerupai. Nama nematoda merujuk pada kata nematoid yang kemudian mengalami

modifikasi menjadi nematode untuk mendeskripsikan golongan organisme yang bentuk

tubuhnya memanjang seperti cacing giling, cacing seperti benang, cacing seperti belut, dan

tubuhnya tidak bersegmen. Nematoda seringkali disebut juga dengan istilah thread worm,

eel worm atau round worm.

Filum nematoda termasuk meroplankton. Plankton dari golongan ini menjalani

kehidupannya sebagai plankton hanya pada tahap awal dari daur hidupnya, yakni pada

tahap sebagai telur dan larva saja. Nematoda adalah hewan sederhana. Tubuh yang

menyerupai tabung dalam tabung dengan kepala, mulut, ekor, dan anus. Tabung luar terdiri

dari kutikula, hipodermis, dan otot, dan tabung dalam berisi faring dan usus.

Nematoda adalah triploblastik, memiliki sebuah embrio mesoderm yang terjepit di

antara ektoderm dan endoderm. Nematoda juga simetris bilateral: bagian memanjang akan

membagi mereka menjadi kanan dan kiri sisi yang simetris. Filum Nematoda mencakup

lebih dari 28.000 spesies dengan perkiraan 16.000 menjadi parasit di alam.

Ciri-ciri

Secara umum nematoda adalah suatu organisme dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Bentuk tubuhnya silindris memanjang, kecuali pada jenis betina genera tertentu

bentuk tubuhnya menggelembung seperti kantung, buah jeruk, atau buah peer.

2. Tubuhnya tidak bersegmen (unsegmented).


22

3. Merupakan binatang triploblastic, artinya dinding tubuhnya terdiri atas 3 rapisan

blastula.

4. Tubuhnya simetris bilateral.

5. Termasuk binatang "pseudocoelomate" atau " false cavity' artinya mempunyai

rongga tubuh semu.

6. Tubuhnya transparan (tembus cahaya), jika terlihat berwarna adalah warna

makanannya.

7. Mempunyai semua organ fisiologi, kecuali organ respirasi dan organ sirkulasi.

8. Umumnya dioecious. Artinya memiliki jenis kelamin yang terpisah yaitu, jantan dan

betina berbeda. Biasanya jantan lebih panjang dari betina. Fertilisasi terjadi internal dalam

tubuh betina.

9. Nematoda biasanya hidup dalam ekosistem laut (50% dari keseluruhan populasi

nematoda) serta di ekosistem air tawar dan (25% dari keseluruhan populasi nematoda).

Klasifikasi Nematoda

a. Chromadorea

Anggota kelas ini biasanya memiliki annules, amphids yang rumit dan spiral, dan

memiliki tiga kelenjar esofagus. Mereka biasanya hidup di sedimen laut, meskipun mereka

bisa hidup di tempat lain. Mereka memiliki pharynxs lebih baik daripada kebanyakan

cacing gelang. Contohnya adalah Caenorhabditis briggsae.

b. Enoplea
23

Kerongkongan berbentuk silinder. Permukaan tubuh halus atau ditandai dengan

garis-garis halus. Sistem ekskretoris enoplean sederhana, kadang-kadang terdiri dari sel

tunggal. Contohnya adalah Mermis Nigrescens.

c. Secernentea

Memiliki banyak papila ekor dan sistem ekskretoris memiliki kanal lateral. Seperti

semua nematoda, mereka tidak memiliki sistem peredaran darah atau pernapasan..

Reproduksi

Nematoda dewasa biasanya ditemukan dalam saluran pencernaan ikan, meskipun

demikian, bergantung pada spesies nematoda dan spesies ikan yang diinfeksinya stadium

dewasa maupun stadium lainnya dari cacing nematoda dapat ditemukan hampir di seluruh

bagian dari tubuh ikan termasuk pada organ dalam, gelembung renang, kulit, otot, maupun

insang (Yanong, 2008).

Nematoda dapat hidup pada tubuh induk secara langsung atau dengan inang antara.

Siklus hidup terdiri dari telur, empat stadium larva dan satu stadium dewasa yang

berkembang di inang definitif dan membutuhkan inang antara sebagai perantara. Berikut

adalah reproduksi dari nematode.

1. Berawal dari manusia maupun hewan yang memakan siput ataupun spesies lain

yang memangsa nematoda. Nematoda akan keluar bersama feses.

2. Nematoda akan bertelur dan telur menetas kemudian berkembang menjadi larva

yang hidup bebas di perairan. Pada fase inilah Nematoda berada pada stadia plankton.
24

3. Larva yang berenang bebas dimakan oleh inang antara invertebrata seperti

kopepoda dan krustacea atau langsung dimakan oleh inang definitif.

4. Inang antara invertebrata kemudian termakan oleh inang antara sekunder. Kemudian

larva mengkista di dalam inang antara tersebut.

5. Stadium larva yang infektif dapat ditemukan banyak dalam satu inang antara

sedangkan inang definitifnya dapat mengandung banyak cacing dewasa.

6. Dan seterusnya sampai inang antara dimakan oleh manusia atau hewan lain,

kemudian mengelurkan feses lagi.

Ikan dan cumi-cumi dapat bertindak sebagai inang antara pertama atau inang antara

sekunder (Noga, 1996). Nematoda dapat memanfaatkan ikan sebagai inang definitif untuk

mencapai dewasa dan sebagian lagi memanfaatkan ikan sebagai inang antara. Menurut

(Grabda, 1991) famili Anisakidae memiliki inang definitif pada burung atau mamalia laut.
25

2.2.3 Chaetognata

Cheatognatha terdiri dari dua kata yaitu chaeton berarti sikat dan gnatos berarti

rahang atau mulut (dari bahasa Yunani). Hal ini disebabkan sekitar mulut chaetognatha

terdapat duri-duri semacam sikat sebagai alat untuk menangkap mangsa. Chaetognatha

dikenal dengan sebutan arrowworms atau cacing panah karena bentuknya yang anak panah,

atau disebut juga cacing kaca karena putih transparan. Kebanyakan hidup sebagai plankton

laut tropis, banyak diantaranya terbatas di daerah pantai. Beberapa jenis seperti

Spadella hidup sebagai benthos.

Chaetognatha banyak menjalani harian vertikal, naik ke permukaan air di malam

hari dan tenggelam ke bawah pada siang hari, mungkin untuk menghindari predator.

Gerakan-gerakan vertikal yang difasilitasi oleh amonia yang dipenuhi sel vacuolated di

bagasi yang mengatur daya tampung (Brusca dan Brusca 2003; Margulis dan Chepman

2010; Jennings et al 2010). Setidaknya satu spesies Chaetogntha (yang Caecosagitta

kosmopolitan Macrocephala, yang umumnya ditemukan dibawah 700 meter) adalah

bercahaya (haddock dan kasus 1994).

Ciri-ciri Chaetognata

Secara umum Chaetognata adalah suatu organisme dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Chaetognatha memiliki tubuh yang transparan atau tembus pandang.

2. Bentuk tubuh seperti anak panah dan ditutupi oleh kutikula.

3. Tubuh dibagi menjadi kepala yang berbeda, batang, dan ekor.

4. Sistem saraf cukup sederhana, terdiri dari ganglionated cincin saraf yang

mengelilingi faring.
26

5. Ketika Chaetognatha berenang, mereka menutupi duri mereka, membuatnya lebih

efisien dan memungkinkan untuk gerakan lebih cepat. Chaetognatha berenang dengan

menekuk kepala kembali ke ekor dalam gerakan menjentikkan yang menyebabkan cacing

ramping meluncur ke depan. Sirip juga penting dalam gerak organisme. Sirip belakang

digunakan untuk mengatasi tenggelam dan memfasilitasi stabililitas dari gerakan berenang.

Sirip ekor dapat membantu untuk organisme bergerak cepat melalui air.

6. Chaetognatha tidak memiliki sistem peredaran darah atau organ pertukaran gas.

7. Tidak memiliki sistem ekskresi.

8. Reproduksi biasanya seksual dan hermafrodit.

9. Sebagian besar hidup di lingkungan laut.

Klasifikasi

Hanya ada satu kelas pada filum Chaetognatha, yaitu Sagittoidea. Kelas ini

memiliki tubuh yang transaparan dan berbentuk seperti anak panah. Contohnya adalah

Eukrohnidae Hamata dan Sagitta spp.

Ciri-ciri Eukrohnidae Hamata adalah sebagai berikut:

1. Tubuh mata semi-flacid & tembus, tanpa pigmentasi & dekat bersama-sama.

2. Sepasang sirip sangat memanjang mencakup batang dan ekor, dengan sinar lengkap

3. Kepala sempit, ekor 19-24 % dari panjang.

4. Setiap sisi kepala dengan 8-10 kait (bergerigi di remaja), tidak ada anterior dan

posterior 23-25 gigi.


27

5. Collarette menjadi dikembangkan di jatuh tempo hewan, seperti halnya marsupium

di wilayah ekor.

6. Vesikel Semininal kerucut, dipisahkan dari kedua posterior dan sirip ekor.

7. Ovarium panjang menengah, dengan telur besar.

Pada stadia plankton, Sagita spp merupakan zooplankton di laut, dan merupakan

makanan bagi ikan-ikan yang memakan zooplankton.

Reproduksi

Semua spesies bersifat hermaprodit, membawa kedua telur dan sperma. Setiap

hewan memiliki sepasang testis dalam ekor dan sepasang ovarium di daerah posterior

rongga tubuh utama. Sperma dilepaskan dari testis dewasa di dalam rongga ekor, dan

kemudian berenang melalui saluran pendek vesikula seminalis di mana mereka dikemas ke

dalam spermatophore.

Saat kawin, setiap individu menempatkan sebuah spermatophore ke leher pasangan setelah

pecahnya vesikula seminalis. Sperma cepat keluar dari spermatophore dan berenang

sepanjang garis tengah sampai mereka mencapai sepasang pori-pori di depan ekor. Pori-

pori terhubung ke saluran telur, dimana telur terlepas dari ovarium, dan disini pembuahan

terjadi. Pada stadia perkembangan dari embrio ke dewasa, Chaetognatha berada pada stadia

plankton, mereka memakan fitoplankton, sebelum Chaetognatha menjadi dewasa dan siap

melakukan reproduksi kembali.

2.2.4 Annelida

Annelida berasal dari kata annulus yang berarti cincin-cincin kecil, gelang-gelang

atau ruas-ruas, dan oidus yang berarti bentuk. Oleh sebab itu, Annelida juga dikenal sebagai
28

cacing gelang. Tubuh cacing tanah memiliki selom bersepta (bersekat), tetapi saluran

pencernaan, pembuluh sarafdan tali saraf memanjang menembus septa itu.

Annelida cukup banyak terdapat sebagai meroplankton di laut. Di perairan air tawar

jenis Annelida ini hanya terdapat lintah (ordo Hirudinae) dan dapat menjadi parasit pada

ikan-ikan yang dipelihara di kolam. Banyak meroplankton dari Annelida ini terdapat di

pantai-pantai yang subur, seperti halnya meroplankton dari Crustacea. Larva- larva

Annelida bernama trochophore larva, jika baru keluar dari telur, berbentuk bulat atau oval,

besilia dan mempunyai tractus digesvitus agar di lautan bebas dapat memakan

nanoplankton dan detritus yang halus (Sachlan, 1982).

Trochophore adalah jenis larva laut planktonik yang berenang bebas dengan

beberapa lingkaran silia. Dengan pergerakan silia yang cepat, pusaran arus air terbentuk.

Dengan cara ini mereka dapat mengendalikan arah gerakan mereka. Selain itu, dengan cara

ini mereka juga dapat membawa makanan lebih dekat, dengan mempermudah penjaringan

makanan. Pada umumnya, larva ini bersifat planktotrophic, yaitu pemakan plankton.

Ciri-ciri Annelida

Secara umum annelida adalah suatu organisme dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Bentuk tubuh simetri bilateral, dengan tubuh beruas-ruas tubuhnya dan satu sama

lain dibatasi dengan sekat (septum) serta berbentuk bulat.

2. Annelida merupakan hewan triploblastik yang sudah mempunyai rongga sejati,

sehingga disebut triploblastik selomata.

3. Badan memiliki lebih dari dua lapisan sel, jaringan dan organ.

4. Rongga tubuh adalah selom sejati, sering dibagi oleh septa internal.
29

5. Badan memiliki 3 bagian yang terpisah, sebuah prosomium, batang dan pygidium.

6. Memiliki system saraf dengan cincin saraf anterior, ganglia dan akord saraf ventral.

7. Memiliki sistem peredaran darah tertutup sejati.

8. Tidak memiliki organ pernapasan sejati.

9. Reproduksi biasanya seksual dan gonochoristic atau hermaphoditic.

10. Mempunyai sistem pencernaan sempurna yang terdiri atas mulut, faring, esofagus,

tembolok, ampela, usus halus, dan anus.

11. Mempunyai sistem ekskresi berupa nefridia.

12. Mempunyai sistem respirasi berupa kulit atau insang.

13. Mempunyai sistem reproduksi.

14. Hidup di berbagai tempat, baik di air tawar, air laut, atau daratan.

Klasifikasi

Plankton dari filum Annelida berasal dari satu kelas, yaitu polychaeta. Kelas ini

memiliki ciri ciri:

 Kepala menonjol

 Hidup laut

 Kepala biasanya mencakup 2-4 sepasang mata, meskipun beberapa spesies buta.

 Kepala juga memuat sepasang antena, dan sepasang lubang dilapisi dengan silia,

yang dikenal sebagai "organ nuchal".

 Permukaan luar dinding tubuh terdiri dari epitel kolumnar sederhana ditutupi oleh

kutikula tipis.
30

 Mulut terletak di peristomium, segmen belakang prostomium, dan bervariasi dalam

bentuk tergantung makanan mereka.

 Secara umum mereka memiliki sepasang rahang dan faring yang memungkinkan

cacing untuk mengambil makanan dan menariknya ke dalam mulut mereka. Pada beberapa

spesies, faring dimodifikasi menjadi belalai panjang.

 Saluran pencernaan adalah tabung sederhana.

 Sistem saraf terdiri dari tali saraf ventral tunggal atau ganda berjalan panjang tubuh,

dengan ganglia dan serangkaian saraf kecil di setiap segmen.

1. Tomopteridae

Betina 50-100 mm. Jantan sampai 60 mm. Sekitar 60 spesies. Transparan, sepasang

palps meruncing. Prostomium dengan satu pasang mata. Pada segmen pertama terdapat

sepasang sungut sangat panjang. Menghasilkan bioluminense berwarna kuning.

2. Magelonidae

Larva dapat mencapai 4 mm. Tubuh panjang dan ramping. Bagian perut yang

menonjol rata prostomium spatulate. Dua palps ventro lateral panjang. Chaetae larva

panjang. Tentakel larva asimetris. Tidak ada mata.

3. Spionidae

Dikenal sebagai 'cacing palp'. Dua palps beralur menonjol untuk mencari mangsa.

Palps umumnya berlekuk, bersilia dan dimiliki struktur sensorik. Organ nuchal membentuk

proyeksi posterior.

4. Trochophora
31

Silia bernama prototroch. Silia terdapat di sekeliling dan disebut metatron

(perbatasan posterior mulut wilayah). Wilayah bersilia antara dua pita disebut alur

makanan.

2.4.3 Reproduksi

Reproduksi Annelida terjadi secara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual

dilakukan dengan cara pembelahan, yakni membagi menjadi dua atau lebih potongan, atau

dengan tunas dari individu baru sementara induknya tetap menjadi organisme lengkap.

Reproduksi seksual dilakukan fertilisasi antara sepasang jantan dan betina yang

menghasilkan embrio, kemudian berkembang menjadi Trochophore, Metatrochophore,

Nectochaeta larva. Ukurannya mikroskopis. Pada fase inilah Annelida berada pada

stadia plankton, mereka memakan nanoplankton dan detritus yang halus sebelum

kemudian menjadi cacing dewasa yang berumur 1-3 bulan.


32

BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Melalui penjelasan diatas, kita dapat mengetahui banyak hal dalam planktonologi.

Plankton plankton yang ada hidupnya saling berdampingan dan saling membutuhkan satu

sama lain. Terdapat plankton yang dapat memproduksi makanan sendiri, dan terdapat

plankton yang tidak mampu memproduksi makanan sendiri. Fitoplankton sebagai plankton

yang dapat memproduksi bahan makanannya akan memenuhi kebutuhan makanan yang

dibutuhkan oleh zooplankton.

Melalui penjelasan diatas kita juga dapat mengetahui faktor faktor yang

mempengaruhi perkembangan plankton. Faktor fisika seperti cahaya, arus, suhu, maupun

kekeruhan air sangat memberikan pengaruh bagi perkembangan plankton. Faktor kimia

seperti pH, kadar oksigen, salinitas, nutrisi juga sangat berpengaruh dalam perkembangan

plankton.

Meskipun berukuran sangat kecil,plankton juga melakukan kegiatan reproduksi baik

seksual maupun aseksual. Beberapa plankton melakukan reproduksi secara langsung,

namun terdapat juga plankton yang membutuhkan perantara inang dalam kegiatan

reproduksinya seperti Nematoda.


33

Daftar Pustaka

Kurniaji, Ardana. 2011. Planktonologi

ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC98987 (diakses pada 15 september 2019)

Subakti, Fitrah dkk. 2016. Makalah Planktonologi

https://www.eduonlineprogram.com/2012/09/pengertian-plankton-planktonologi.html (diakses

pada 15 September 2019)

Anda mungkin juga menyukai