Disusun Oleh :
Sahbudin H Hasan
NISN : 0044440892
Mengetahui,
Kepala Sekolah Kepala Program Keahlian
SMKN 1 Marisa Kompetensi Keahlian NKPI
Mengetahui,
Kepala Program Keahlian
Kompetensi Keahlian NKPI
“Dunia ini ibarat bayangan. Kalau kamu berusaha menangkapnya, ia akan lari.
Tapi kalau kamu membelakanginya, ia tak punya pilihan selain mengikutimu”
“Jangan ingat lelahnya belajar, tapi ingat buah manisnya yang bias dipetik
kelak ketika sukses”
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) pada Perusahaan CV. BerkatAdidayaGrontalo.
Berjalannya pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) sampai tersusunnya
laporan ini berkat dukungan, masukan serta saran dari para pembimbing dan pihak
terkait lainnya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Orang tua dan keluarga penulis yang telah banyak memberikan semangat,
doa,motivasi, serta dukungan bagi penulis agar Praktik Kerja Lapangan (PKL)
yang dikerjakan dapat berjalan lancer dan benar.
2. Pimpinan Perusahaan CV. Berkat Adidaya Gorontalo dan seluruh Karyawan,
yang telah mendukung pelaksanaan Prakerin siswa-siswi kami dari SMKN 1
Marisa.
3. Bapak Kamal A. Saleh, S.Pd, M.Pd sebagai Kepala SMK Negeri 1 Marisa
yang mendukung adanya Praktik Kerja Lapangan (PKL) siswa-siswi SMK
Negeri 1 Marisa.
4. Bapak Andi Edy, S.Pd sebagai Ketua Program Keahlian Nautika Kapal
Penangkap Ikan yang telah membina dan merekomendasikan saya untuk
melaksanakan PKL di DIDUKA
5. Ibu Verawati Ida Sanjaya, S.S TPi sebagai pembimbing lapangan dilakosi
PKL yang telah memberikan pengawasan dan pengarahan kepadasiswa-siswi
Jurusan Nautika Kapal Penangkap Ikan yang melaksanakan praktik di
Perusahaan CV. Berkat Adidaya Gorontalo
6. Ibu Rohana Evawati, S.Pi sebagai pembimbing disekolah, yang telah
memberikan pengawasan dan pengarahan kepada siswa-siswi yang
melaksanakan praktik di DUDIKA
7. Ketua dan Seluruh Panitia Pelaksana Praktek Kerja Lapangan (PKL), danguru
beserta staf Tata Usaha SMK Negeri 1 Marisa yang tela hbekerjamembantu
sehingga Program Praktik KerjaLapangan (PKL) ini berjalan denganlancar.
8. Teman-teman seperjuangan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan keluarga besar
Taruna/ni NKPI yang banyak membantu dan memberi semanga t
kepadapenulis.
Penulis berharap segala sesuatu yang diperoleh selama melaksanakan kegiatan
Praktik Kerja Lapangan (PKL)Baik di industry mau pun SMK Negeri 1 Marisa dapat
berguna dan dapat kami terapkan di kehidupan sekolah, dunia kerja, maupun dunia
industri nantinya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
HALAMAN PEMBIMBINGAN...........................................................................iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.........................................................................iii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................iv
DAFTAR ISI ..........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat.........................................................................................2
3.3 TemuanStudi.....................................................................................................10
3.4 Profil Perusahaan.................................................................................................10
BAB IV PENUTUP...............................................................................................11
A. Kesimpulan..................................................................................................11
B. Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Ikan merupakan komoditi hasil perairan yang sangat melimpah dan dimanfaatkan
oleh manusia karena kelebihannya yang tidak sedikit. Namun, perlu diperhatikan
bahwa ikan merupakan bahan pangan yang mudah mengalami kerusakan (high
perishable food) disebabkan oleh bakteri proses biokimiawi dan aktivitas mikroba.
Ikan memiliki protein sekitar 15 – 24 % dan mengandung air sekitar 56,79 %
sehingga sangat memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi biokimiawi oleh enzim yang
berlangsung pada tubuh ikan segar. Sementara itu, kerusakan secara mikrobiologis
disebabkan karena aktivitas mikroorganisme terutama bakteri. Setiap bahan pangan
mempunyai suhu optimum untuk berlang sungnya proses metabolisme secara normal.
Suhu penyimpanan yang lebih tinggi dari suhu optimum akan mempercepat
metabolisme dan mempercepat terjadinya proses pembusukan. Menyimpan bahan
pangan pada suhu sekitar -2 oC sampai 10oC diharapkan dapat memperpanjang masa
simpan bahan pangan. Hal ini disebabkan suhu rendah dapat memperlambat aktivitas
metabolisme dan menghambat pertumbuhan mikroba. Selain itu juga mencegah
terjadinya reaksireaksi kimia dan hilangnya kadar air dari bahan pangan (Muchtadi
dan Sugiyono, 2013). Kandungan protein yang cukup tinggi pada ikan menyebabkan
ikan mudah rusak bila tidak segera dilakukan pengolahan dan pengawetan.
Pengawetan bertujuan untuk memperpanjang masa simpan bahan pangan tersebut.
Teknik pengawetan ikan yang banyak digunakan oleh industri ialah pembekuan.
Pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku. Pembekuan
yang baik biasanya dilakukan pada suhu -12 sampai 24oC. Pembekuan cepat (quick
freezing) dilakukan pada suhu -24 sampai -40oC. Pembekuan cepat ini dapat terjadi
dalam waktu kurang dari 30 menit. Sedangkan pembekuan lambat berlangsung
selama 30 – 72 jam. (Muchtadi dan Fitriyono, 2010)
Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pembekuan ikan adalah
CV.Berkat Adidaya Gorontalo. Produk hasil pembekuan diantaranya ikan layur beku,
ikan Bandeng beku, ikan Nike beku dan hasil laut beku lainnya. Proses Proses
pembekuan meliputi penerimaan bahan baku berupa ikan (receiving), sortasi, sizing,
penimbangan, pencucian, penataan, pembekuan, glazing, pengemasan (packing),
penyimpanan, dan penjualan / pendistribusian (shipping). Proses pembekuan ikan
pada setiap perusahaan berbeda dengan teori maupun praktek yang diperoleh
dibangkusekolah dengan alasan biaya, tenaga, waktu dan pertimbangan lainnya..
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik dalam
penyusunan laporan ini mengangkat judul tentang Proses PembekuanIkanLayur di
CV. Berkat Adidaya Gorontalo.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka ditemukan beberapa rumusan masalah yang
berkaitan, yaitu :Bagaimana proses pembekuan ikanLayur(TrichiurusLepturus)
mudah dikenal dari bentuknya yang panjang dan ramping. Ikan ini tersebar di banyak
ikan layur (Trichiurus lepturus) tersaji pada Gambar 2. Berdasarkan Saanin (1954),
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Percomorphi
Famili : Trichiuridae
Genus : Trichiurus
Ciri utama dari kelompok ikan layur antara lain adalah badannya sangat
memanjang dan pipih seperti pita. Oleh karena itu dalam beberapa literatur 6
internasional ikan layur disebut sebagai ‘ribbon fish’. Warna badannya pada
umumnya adalah keperakan, bagian punggungnya agak sedikit gelap. Kulitnya tidak
maksimum dapat mencapai 2,5 m dan pada umumnya antara 60-110 cm. Gigi
rahangnya sangat kuat dan bagian depan gigi rahang tersebut membentuk taring. Sirip
punggungnya satu, dimulai dari belakang kepala terus sampai di ekor, jumlah jari-jari
sirip lunaknya antara 140-150 buah. Pada bagian depan sirip punggung terdapat
jarijari sirip keras. Kadang-kadang antara kedua sirip punggung yang keras dan sirip
lemah terdapat notch yang sangat jelas. Sirip ekor tidak tumbuh, sirip dubur terdiri
dari sebaris duri-duri kecil yang lepas-lepas. Tidak mempunyai sirip perut dan ikan
Ikan layur adalah salah satu jenis ikan demersal ekonomis penting yang
banyak tersebar dan tertangkap di perairan Indonesia. Dewasa ini paling tidak
terdapat tiga jenis ikan layur, yaitu Eupluerogrammus muticus, Trichiurus lepturus
dan Lepturacanthus savala. Ikan layur memiliki sifat fototaksis positif yaitu mudah
tertarik oleh rangsangan cahaya (Bayu 2010). Oleh karena itu, nelayan menggunakan
umpan cahaya untuk memancing ikan layur. Biasanya nelayan membawa petromak
ataupun lampu neon sebagai atraktor bagi ikan layur. Pada saat malam hari, yaitu
ketika ikan layur beruaya dari dasar menuju ke permukaan, ikan layur akan tertarik
oleh umpan cahaya yang dipasang oleh nelayan. Saat ikan layur mendekati
pancing ataupun jaring. Ikan layur merupakan tipe ikan yang biasa beruaya atau
tangkapan yang banyak apabila telah mendapat tempat ruaya ikan layur yang tepat.
BAB III
PEMBAHASAN
Pembekuan
Ikan yang sudah disusun dalam kardus dimasukkan ke dalam alat Semi Contact
Plate Freezer (SCPF) yang menggunakan freon sebagai refrigerant. Selama
proses pembekuan berlangsung, terjadi perpindahan panas dari tubuh ikan yang
bersuhu tinggi ke bahan pendingin yang bersuhu rendah. Pada bagian bawah
produk, pan bersentuhan langsung dengan plate sehingga terjadi
konduksi. Suhu pembekuan yang digunakan adalah -40°C. Waktu yang dibutuhkan
untuk membekukan ikan layur sekitar 8 jam.
Pengemasan
Penyimpanan Beku
(Sumber :Foto Sahbudin H Hasan)
Penyimpanan beku merupakan tahapan akhir dari proses pembekuan sebelum
dilakukan tahapan distribusi produk. Pada tahapan ini produk ikan layur
dimasukkan ke dalam cold storage. Suhu pada cold storage adalah -
20°C.Produk disimpan di dalam cold storage sampai jumlah produk yang
terkumpul sudah mencapai permintaan buyer atau menunggu sampai ada buyer
yang membeli. Prinsip penyimpanan yang digunakan adalah First In First Out
(FIFO).
Critical Control Point (CCP)
3.2 Pembekuan
pertukaran panas menjadi sangat efektif. Metode ini sangat sesuai untuk produk
olahan ikan yang tidak tebal ( ± 2 cm) misalnya filet. Produk yang sudah sukses
dibekukan dengan metode ini adalah filet ikan dan udang, dengan parameter drip
loss yang rendah serta analisa sensori yang bagus. Saat ini Impingement
technology sudah dipasarkan dibeberapa Negara.
Magnetic Freezing
Teknologi pembeku yang menghasilkan medan magnet di sekitar bahan makanan
dengan menggunakan gelombang medan magnet berfrekuensi rendah dan beberapa
jenis energi yang lemah. Dengan menggabungkan CAS (cells alive system) freezer,
molekul-molekul air dalam bahan makanan menjadi beku seketika sehingga teknologi
ini mampu meminimalkan kerusakan pada sel-sel. Dengan menggunakan medan
elektromagnetik dan getaran mekanik, teknologi ini berhasil membatasi pembentukan
kristal es yang menghancurkan sel serta tekstur bahan makanan ketika proses
pembekuan. Energi yang tercipta dari teknologi magnetic freezer membuat
kandungan air bergetar, lalu mencegah berkumpulnya molekul air dan menjaga
mereka di bawah kondisi pembentukan kristal es berukuran kecil. Karena kristal
esnya berukuran kecil, membran sel terhindar dari kerusakan dan kesegaran asli dari
bahan makanan bisa dipulihkan setelah pencairan.
Hydro-fluidization freezing
Teknologi ini merupakan kombinasi dari immersion freezing dan forced liquid
fluidization. Larutan berupa cairan dingin digunakan sebagai bahan pendingin. Cairan
tersebut dipompa ke atas melalui lubang atau nozzle ke dalam wadah di mana produk
makanan laut dimuat, sehingga menciptakan jet agitasi dan agitasi turbulen produk.
Kemudian tercapai koefisien perpindahan panas yang tinggi. Dalam kondisi ini, zona
kristalisasi kritis air dalam bahan dengan cepat dilampaui dan ukuran kristal yang
terbentuk sangat kecil, mencegah kerusakan jaringan sel. Sistem ini sesuai untuk ikan
kecil atau udang tetapi tidak untuk fillet ikan karena lunak, yang bisa merusak daging
ikan.
Gambar 4. Skema hydro-fluidization freezing
Tahapan yang ditetapkan sebagai CCP pada proses pembekuan ikan layur
adalah pada tahapan sortasi. Pada tahapan sortasi dilakukan quality checking
diantaranya adalah uji organoleptik dan mikrobiologi. Selain itu juga dilakukan
pengecekan bahaya fisik seperti mata pancing dan jaring. Tahapan sortasi
ditetapkan sebagai CCP karena pada tahapan selanjutnya tidak dapat mencegah
atau mengurangi potensi bahaya pada ikan. Ikan yang telah melalui quality
checking dan melebihi ambang batas akan dimasukkan ke dalam keranjang
khusus ikan reject.
3.3TemuanStudi
Selama penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan, Pihak CV. Berkat
Adidaya Gorontalo telah melakukan Produksi pengolahan ikan secara Standar
Operasional Prosedur dengan baik.
Untuk manajemen Perusahaan CV. Berkat Adidaya Gorontalo diawali
dengan memiliki izin usaha dan karyawan serta tenaga administrasi. Berbagai
sarana dan prasarana adalah hal yang perlu diperhatikan. Monitoring sarana dan
prasarana berpengaruh terhadap hasil Produksi Pengolahan ikan. Pengembangan
sarana prasarana yang baik diperlukan agar dapat menunjang kegiatan
pengolahan ikan.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Critical Control Point pada proses pembekuan ikan layur yaitu pada proses
sortir. Tahapan ini ditetapkan sebagai CCP karena pada proses selanjutnya
tidak dapat mengurangi atau mencegah potensi bahaya yang ada. Pada tahap
ini dilakukan pengamatan organoleptik dan uji mikrobiologi.
2. Dengan adanya Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini, penulis juga merasakan
berbagai manfaat dan pengalaman yang berharga diantaranya adalah:
kemampuan kerja, motivas ikerja, inisiatif, kreativitas, hasil kerja yang
berkualitas, disiplin waktu, dan kerapihan dalam bekerja serta produktivitas
kerja.
B. SARAN
1. Saran untuk CV. Berkat Adidaya Gorontalo
a) Tingkatkan terus kedisiplinan serta kerja sama antar Karyawan.
b) Tingkatkan terus semangat dan motivasinya dalam bekerja.
SMKN 1 Marisa. 2022. Buku Jurnal dan Laporan Kegiatan Prakerin. Marisa
Downloads/admin,+2.+Layout+Akhir+JMCS_Muhammad+Dzaky.pdf
Bakri, M., Maarof, A.G, &Noramir, M.N. (2016). Confusing determination Of
Critical Control Point (CCP) via HACCP decision tree.International Food
Reserach Journal, 24(2):747- 754.
Junianto. (2003). Teknik penanganan ikan. Jakarta: Penebar Swadaya. Masyamsir.
(2001). Modul program keahlian budidaya ikan: Sortasi, grading, dan
membersihkan hasil perikanan. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional.
Nirmala, D., Masithah, E. D., &Purwanto, D. A. (2016). Kitosan sebagai
alternative bahan pengawet kamaboko ikan kurisi (Nemitarus Nematophorus) pada
penyimpanan suhu dingin. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 8(2):109- 125.
Suseno. (2008). Analisis efisiensi dan skala ekonomi pada industry perbankan
syariah di Indonesia. Journal of Islamic and Economics, 2(1):34-35.
Syahrur achman, A. (2010). Buku ajar mikrobiologi kedokteran, Jakarta: Bina
Rupa Aksara. Zulfikar, R. (2016). Cara penanganan yang baik pengolahan produk
hasil perikanan berupa udang. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 5(2): 29-30.
Perusahaan CV. BerkatAdidayaGorontalo