PERIKANAN
PREPARASI UDANG VANNAMEI (LITOPENAEUS VANNAMEI)
1
2. Untuk mengetahui rendemen dari setiap olahan udang beku.
2
BAB 2. METODE PRAKTIKUM
3
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
3.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei)
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) atau udang putih merupakan
spesies udang budidaya Indonesia yang berasal dari daerah subtropic pantai barat
Amerika, mulai dari Teluk California di Mexico bagian utara sampai pantai barat
Guatemala, El Salvador, Nicaragua, Kosta Rika di Amerika Tengah hingga Peru
di Amerika Selatan. Udang vannamei sendiri masuk ke Indonesia dan di
budidayakan pada awal 2000 an.
7
8
Dari hasil tabulasi tabel 3.1.3. didapat hasil rendemen persampel adalah
sebagai berikut :
1. Rendemen Headless Sampel Udang A
13
Rendemen= X 100 %
18
Rendemen=72,22 %
12
Rendemen= X 100 %
18
Rendemen=66,66 %
11
Rendemen= X 100 %
18
Rendemen=61,11 %
15,5
Rendemen ( Total )= X 100 %
22
Rendemen( Total)=70,45 %
15
Rendemen ( Total )= X 100 %
22
Rendemen( Total)=68,18 %
14
Rendemen ( Total )= X 100 %
22
Rendemen( Total)=63,63 %
3.2. Pembahasan
Udang Vannamei (Litopenaeus vanname) merupakan salah satu produk
perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Udang tersebut menjadi salah
satu produk perikanan yang banyak diperdagangkan karena banyaknya jumlah
dagingnya. Menurut Hafina et al. (2021) rendemen hasil pengupasan kepala dan
pengupasan kulit udang vanname rata-rata adalah 69,8% hingga 81,1%. Dalam
industri pengolahan limpahan daging dari udang vanname tersebut menjadi hal
yang menguntungkan bagi perusahaan. Dewasa ini dikenal beberapa macam jenis
pengolahan udang yang sering dipasarkan yaitu:
1. Head On (HO), yaitu produk udang yang utuh lengkap dengan kepala,
badan, kulit dan ekor. Umumnya produk head on merupakan produk
udang yang memiliki tingkat kesegaran tinggi (Gambar 1).
10
2. Headless (HL), yaitu produk hasil pengolahan udang yang diproses dalam
bentuk kepala yang sudah dilepas, tetapi tetap memiliki karapas dan ekor
(Gambar2).
3. Peeled Tail On (PTO), yaitu produk pengolahan udang tanpa kepala dan
kulit mulai dari ruas karapas pertama hingga kelima, sedangkan ruas pada
bagian ekor masih dipertahankan (Gambar 3).
4. Peeled, merupakan produk olahan udang tanpa kepala, karapas dan ekor
sehingga hanya menyisakan bagian yang dapat dimakan (BDD) dari udang
(Gambar 4).
Dalam industri pengolahan, produk yang diolah akan memberikan
rendemen pada setiap proses pengolahannya. Rendemen merupakan nilai
presentase perbandingan antara nilai akhir terhadap nilai awal dari suatu
komoditas yang dinyatakan dalam persen (%).
60 20
50
15
40
30 10
20
5
10
0 0
A B C D E F G H I J
Kode sampel
Dari hasil tabulasi yang dilakukan pada tabel 3.1.3. dan Gambar 5. dapat
diketahui bahwa terdapat perbedaan hasil rendemen pada setiap sampel yang
diamati. Pada sampel udang A didapatkan hasil rendemen headless sebesar
72,22%, rendemen peeled tail on 66,66% dan rendemen peeled 61,11%. Dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa saat proses headless udang sampel A, limbah
kepala udang yang dibuang adalah sebesar 27,78% dari berat sampel yang
diamati. Sedangkan pada proses peeled tail on sampel A, didapat hasil rendemen
sebesar 66,66% yang berarti hasil limbah setelah dilakukan proses peeled tail on
adalah sebesar 33.34% dari berat sampel, dan pada proses peeled didapat hasil
rendemen sebesar 61,11% sehingga total limbah yang didapat setelah proses
peeled adalah sebesar 38,89% dari bahan yang artinya bahan yang dapat dimakan
(BDD) dari udang sampel A adalah sebesar 61,11% dari berat sampel sebanyak 18
g adalah 11 g, dan limbah yang dihasilkan selama proses pengolahan adalah
sebanyak 7 g.
11
lebih besar dari berat sampel yang didapat pada saat proses headless, yang
mengindikasikan kesalahan pada saat penirisan udang oleh praktikan.
Dari sampel udang F didapatkan rendemen sebesar 72% untuk headless,
72% untuk peeled tail on dan 68% untuk peeled. Dari hasil tersebut dapat
diketahui bahwa pada saat proses headless rendemen yang didapat adalah 72%
dari berat sampel dan 28% limbah kepala. Sedangkan pada proses peeled tail on
didapatkan rendemen sebesar 72% dan 28% limbah dari berat awal (head on)
sampel, dan pada proses peeled didapat rendemen sebesar 68% dengan limbah
sebesar 32%, yang artinya bahan yang dapat dimakan (BDD) setelah proses
peeled adalah sebanyak 68% dari berat sampel sebesar 25 g atau sebanyak 17 g
dengan limbah yang dihasilkan selama proses sebanyak 8 g. Pada sampel F terjadi
kesalahan kembali dalam penimbangan dimana hasil rendemen headless dan
peeled tail on memiliki nilai yang sama, sama seperti sampel F kesalahan tersebut
terjadi karena lamanya proses perendaman yang lama dan kelalaian dalam proses
penirisan yang kemudian mempengaruhi penambahan berat sampel akibat
meresapnya air kedalam sampel.
Rendemen sampel udang G adalah sebesar 72% untuk headless, 72%
untuk peeled tail on dan 68% untuk peeled. Dari hasil tersebut dapat diketahui
bahwa pada saat proses headless rendemen yang didapat adalah 72% dari berat
sampel dan 28% limbah kepala. Sedangkan pada proses peeled tail on didapatkan
rendemen sebesar 72% dan 28% limbah dari berat awal (head on) sampel, dan
pada proses peeled didapat rendemen sebesar 68% dan limbah sebesar 32% yang
artinya bahan yang dapat dimakan (BDD) setelah proses peeled adalah sebanyak
68% dari berat sampel sebesar 25 g atau sebanyak 17 g dengan limbah yang
dihasilkan selama proses sebanyak 8 g. Sampel G mengalami kesalahan yang
serupa dengan sampel F dimana didapat hasil yang sama pada proses headless dan
peeled tail on yang diakibatkan kelalaian pada saat proses penirisan.
Pada sampel udang H rendemen yang didapat adalah sebesar 70% untuk
headless, 65% untuk peeled tail on dan 60% untuk peeled. Dari hasil tersebut
dapat diketahui bahwa pada saat proses headless rendemen yang didapat adalah
70% dari berat sampel dan 30% limbah kepala. Sedangkan pada proses peeled tail
on didapatkan rendemen sebesar 65% dan 35% limbah dari berat awal (head on)
sampel, dan pada proses peeled didapat rendemen sebesar 60% dan limbah
sebesar 40% yang artinya bahan yang dapat dimakan (BDD) setelah proses peeled
adalah sebanyak 60% dari berat sampel sebesar 20 g atau sebanyak 12 g dengan
limbah yang dihasilkan selama proses sebanyak 8 g.
Rendemen sampel udang I adalah sebesar 63,63% untuk headless, 63,63%
untuk peeled tail on dan 59,1% untuk peeled. Dari hasil tersebut dapat diketahui
bahwa pada saat proses headless rendemen yang didapat adalah 63,63% dari berat
sampel dan 36,37% limbah kepala. Sedangkan pada proses peeled tail on
didapatkan rendemen sebesar 63,63% dan 36,37% limbah dari berat awal (head
on) sampel, dan pada proses peeled didapat rendemen sebesar 59,1% dan limbah
13
sebesar 40.9% yang artinya bahan yang dapat dimakan (BDD) setelah proses
peeled adalah sebanyak 59,1% dari berat sampel sebesar 22 g atau sebanyak 13 g
dengan limbah yang dihasilkan selama proses sebanyak 9 g.
Rendemen sampel udang J adalah sebesar 61,9% untuk headless, 57,14%
untuk peeled tail on dan 52,38% untuk peeled. Dari hasil tersebut dapat diketahui
bahwa pada saat proses headless rendemen yang didapat adalah 61,9% dari berat
sampel dan 38,1% limbah kepala. Sedangkan pada proses peeled tail on
didapatkan rendemen sebesar 57,14% dan 42,86% limbah dari berat awal (head
on) sampel, dan pada proses peeled didapat rendemen sebesar 52,38% dan limbah
sebesar 47,62% yang artinya bahan yang dapat dimakan (BDD) setelah proses
peeled adalah sebanyak 52,38% dari berat sampel sebesar 21 g atau sebanyak 11 g
dengan limbah yang dihasilkan selama proses sebanyak 10 g.
Sedangkan untuk rendemen total, dari sampel udang vannamei seberat 220
g didapat rendemen total headless sebanyak 70,45%, rendemen peeled tail on
sebanyak 68,18% dan rendemen peeled sebanyak 63,63%. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa dalam 220 g udang vannamei didapatkan bahan yang dapat
dimakan (BDD) sebanyak 63,63% atau 140 g, dan menghasilkan limbah sebanyak
80 g. Limbah tersebut terdiri dari limbah headless sebanyak 65 g, limbah peeled
tail on sebanyak 5 g dan limbah peeled sebanyak 10 g.
Selama perhitungan rendemen terjadi perbedaan hasil pada masing-masing
sampel karena adanya pengaruh morfologi dari setiap sampel. Pengaruh morfologi
ini dapat dicontohkan dengan ukuran kepala udang yang berbeda. Perbedaan hasil
rendemen ini juga dapat berbeda karena adanya perbedaan jenis udang yang
digunakan. Sebagai contoh udang galah yang memiliki kepala lebih besar
sehingga umunya rendemen yang akan dihasilkan adalah lebih besar dari jenis
udang lainnya.
BAB 4. KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam laporan praktikum kali ini sebagai
berikut :
1. Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) atau udang putih merupakan
spesies udang budidaya Indonesia yang berasal dari daerah subtropic pantai
barat Amerika. Secara morfologi udang vannamei memiliki tubuh yang
dibalut kulit tipis keras dari bahan chitin berwarna putih kekuning-
kuningan dengan kaki berwarna putih. Bagian tubuh udang vannamei
terdiri dari kepala yang bergabung dengan dada (cephalothorax) dan perut
(abdomen).
2. Produk olahan yang dihasilkan pada industri udang, diantaranya dalam
bentuk head on (udang utuh), head less (udang tanpa kepala), peleed tail om
(udang tanpa kepala dan kulit), peeled (udang tanpa kulit,kepala dan ekor).
3. Dari sampel udang vannamei seberat 220 g didapat rendemen total headless
sebanyak 70,45%, rendemen peeled tail on sebanyak 68,18% dan rendemen
peeled sebanyak 63,63%. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dalam 220 g
udang vannamei didapatkan bahan yang dapat dimakan (BDD) sebanyak
63,63% atau 140 g, dan menghasilkan limbah sebanyak 80 g. Limbah
tersebut terdiri dari limbah headless sebanyak 65 g, limbah peeled tail on
sebanyak 5 g dan limbah peeled sebanyak 10 g.
4.2. Saran
1. Pada proses penimbangan sampel para praktikan harus lebih teliti agar
didapatkan hasil yang tepat.
2. Pada proses penirisan sampel para praktikan harus lebih sabar menunggu
agar didapatkan hasil yang sesuai.
3. Perendaman dan pencucian sampel hendaknya dilakukan tidak terlalu lama
guna menghindari masuknya terlalu banyak air kedalam sampel.
4. Dalam proses pengupasan praktikan harus lebih berhati-hati dalam
melepas karapas udang, hal ini ditujukan agar tidak ada daging udang yang
ikut terbuang.
14
DAFTAR PUSTAKA
Hafina, A., Sipahutar, Y. H., & Siregar, A. N. (2021). Penerapan GMP dan SSOP
pada Pengolahan Udang Vannamei( Litopenaeus vannamei ) Kupas
Mentah Beku Peeled Deveined ( PD ). Jurnal Aurelia, 2(3457), 117–131.
Haliman RW, Adijaya DS. 2006. Udang Vannamei. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hayade, S., Sulistijowati, R., & Dali, F. A. (2014). Studi Kelayakan Unit
Pengolahan Udang Putih Beku Tanpa Kepala di PT . XX Gorontalo.
Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, II, 47– 51.