Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN BAKU HASIL

PERIKANAN
PREPARASI UDANG VANNAMEI (LITOPENAEUS VANNAMEI)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :

ALYA RIZKY ERNANDI (2010711220015)


MUHAMMAD BISRI (2010711210024)
MUHAMMAD RIYADH FAHREZI (2010711310006)
NORLIANA SAFITRI (2010711120005)
PUTRI INAYAH (2010711120004)
RAHMAT VIVIAN PAHLEVI (2010711210003)
SHAVILLA EKA NIRWANA (2010711320010)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2022
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Udang merupakan salah satu komoditas utama dalam bidang perikanan
indonesia. Produksi udang di Indonesia kurang lebih 800 ribu ton per tahun
(Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2020). Udang juga merupakan salah satu
sumber bahan pangan hewani digemari masyarakat Indonesia karena memiliki
rasa yang lezat dan gurih, serta kaya akan nutrisi terutama protein untuk
mencukupi kebutuhan gizi manusia. Menurut Data Komposisi Pangan Indonesia
(2018), secara umum udang memiliki kandungan protein sebesar 21 gram per 100
gram, serta beberapa vitamin dan mineral. Hal tersebut menyebabkan udang
menjadi salah satu sumber bahan produk pangan dengan probabilitas bisnis yang
menjanjikan. Namun, udang memiliki sifat yang mudah rusak, sehingga
diperlukan pengolahan khusus seperti dibekukan menjadi udang beku. Produk
olahan yang dihasilkan pada industri pembekuan udang, diantaranya dalam bentuk
head on, head less, tail on speeled dan speeled.
Preparasi merupakan suatu bagian kegiatan penanganan ikan setelah di
panen sehingga siap untuk diolah. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam tahapan
preparasi adalah bagaimana cara mematikan, menyiang, membentuk, mencuci
sampai menjadi produk yang siap untuk dikonsumsi. Preparasi bertujuan untuk
mempermudah dalam pengolahan, mempertahankan mutu, memperbaiki
penampakan (ukuran dan bentuk) dan menentukan rendemen dari bagian yang
diambil. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses preparasi adalah identifikasi
jenis, penimbangan (bobot), sortasi (mutu, ukuran dan jenis), penyiangan,
pembentukan, pencucian, pengemasan dan penyimpanan.
Rendemen dari suatu bahan di pengaruhi oleh cara preparasi. Nilai
rendemen sangat bervariasi. Besarnya nilai rendemen ini sangat di pengaruhi oleh
keadaan perairan (habitat), jenis ikan, ukuran dan kondisi fisiologi serta rantai
penanganan dari penangkapan/pemanenan hingga preparasi. Menurut Andriani
(2006) , rendemen suatu produk sangat penting dihitung untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh perlakuan maupun pengolahan terhadap hasil akhir
produk.
Nilai rendemen dari suatu hasil olahan bahan pangan merupakan
parameter yang penting diketahui untuk digunakan sebagai dasar perhitungan
analisis finansial, memperkirakan jumlah bahan baku untuk memproduksi bahan
tersebut dalam volume tertentu, dan mengetahui tingkat efisiensi dari suatu proses
pengolahan.
1.2. Tujuan
Tujuan dari dilaksanakan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei).
1. Untuk mengetahui bentuk olahan udang beku.

1
2. Untuk mengetahui rendemen dari setiap olahan udang beku.

2
BAB 2. METODE PRAKTIKUM

2.1. Bahan dan Alat


2.1.1 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini, yaitu sebagai berikut :
1. 220 g Vannamei (Litopenaeus Vannamei)
2. Air
3. 2 Es Balok
2.1.2 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum, yaitu sebagai berikut:
1. Baskom
2. Tirisan
3. Piring
4. Timbangan digital
5. Penggaris
2.2. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini, yaitu sebagai berikut :
1. Menimbang berat udang utuh (lengkap dengan kepala = Head on) menjadi
0,25 kg
2. Hitung jumlah udang Head on dalam 0,25 kg
3. Melakukan penyiangan dengan cara melepasakan bagian kepalanya
sehingga menjadi produk “headless”. Tahap ini dilakukan secara hati-hati
pada saat melepaskan bagian kepala, jangan sampai bagian daging yang
ada di bagian kepala terputus.
4. Menimbang berat setiap ekor udang headless
5. Mencuci udang headless
6. Menimbang kembali berat udang setelah dicuci (ditiriskan dulu sebelum
lakukan penimbangan).
7. Melakukan pengupasan pada kulit udang sehingga tertinggal hanya 1 ruas
dari bagian abdomen dan bagian ekor masih utuh (“Peeled Tail On”)
8. Menimbang berat udang
9. Melakukan pencucian dan penirisan
10. Menimbang kembali berat udang sesudah dicuci
11. Mengupas habis bagian karapas yang tertinggal dan bagian ekor (sehingga
diperoleh bentuk “peeled”), melakukan penimbangan.
12. Melakukan kembali pencucian yang sudah disebutkan pada point 11,
meniriskan dan kemudian menimbang.
13. Mengisi hasil tabel penimbangan berat udang (Head on, Headless, Peeled
Tail On dan Peeled).

3
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
3.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei)
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) atau udang putih merupakan
spesies udang budidaya Indonesia yang berasal dari daerah subtropic pantai barat
Amerika, mulai dari Teluk California di Mexico bagian utara sampai pantai barat
Guatemala, El Salvador, Nicaragua, Kosta Rika di Amerika Tengah hingga Peru
di Amerika Selatan. Udang vannamei sendiri masuk ke Indonesia dan di
budidayakan pada awal 2000 an.

Gambar 1. Morfologi Udang.


Secara morfologi udang vannamei memiliki tubuh yang dibalut kulit tipis
keras dari bahan chitin berwarna putih kekuning-kuningan dengan kaki berwarna
putih. Untuk ukuran tubuhnya sendiri bila dibandingkan dengan windu ataupun
udang jerbung, udang vannamei memiliki yang lebih kecil. Bagian tubuh udang
vannamei terdiri dari kepala yang bergabung dengan dada (cephalothorax) dan
perut (abdomen). Kepala udang vannamei terdiri dari antenula, antena, mandibula,
dan sepasang maxillae. Kepala udang vannamei juga dilengkapi dengan 5 pasang
kaki jalan (periopod) yang terdiri dari 2 pasang maxillae dan 3 pasang maxiliped.
Bagian abdomen terdiri dari 6 ruas dan terdapat 6 pasang kaki renang (pleopod)
serta sepasang uropod (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson.
Klasifikasi udang vannamei (Litopenaeus vannamei) menurut Haliman
dan Hadijaya (2005) meliputi:
Kingdom : Animalia
Sub kingdom : Metazoa
Filum : Artrhopoda
Sub filum : Crustacea
Kelas : Malascostraca
Sub kelas : Eumalacostraca
5

Super ordo : Eucarida


Ordo : Decapoda
Sub ordo : Dendrobrachiata
Infra ordo : Penaeidea
Super famili : Penaeioidea
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
3.1.2. Bentuk Olahan Udang
1. Udang Head On

Gambar 2. Udang Vannamei Head On.


2. Udang Headless

Gambar 3. Udang Vannamei Headless.


3. Udang Peeled Tail On
6

Gambar 4. Udang Vannamei Peeled Tail On.


4. Udang Peeled

Gambar 5. Udang Vannamei Peeled.


Headless Peeled tail on Peeled
Head
Kode Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah
On Rendemen Rendemen Rendemen
Sampel Dicuci Dicuci Dicuci Dicuci Dicuci dicuci
(g) (%) (%) (%)
(g) (g) (g) (g) (g) (g)
A 18 13 13 72,22 12 12 66,66 12 11 61,11
B 24 18 18 75 16 17 70,83 15 16 66,66
C 24 18 18 75 16 16 66,66 16 15 62,5
D 19 15 15 78,94 14 14 73,68 13 13 68,42
E 22 17 14 63,63 16 16 72,72 16 15 68,18
F 25 19 18 72 17 18 72 16 17 68
G 25 20 18 72 18 18 72 17 17 68
H 20 16 14 70 14 13 65 13 12 60
I 22 17 14 63,63 15 14 63,63 14 13 59
J 21 17 13 61,90 15 12 57,14 14 11 52,38

Total (g) 220 170 155 - 153 150 - 148 140 -


Rendemen total
70,45 68,18 63,63
(%)
3.1.3. Tabel Perhitungan Rendemen

7
8

3.1.4. Hasil Perhitungan


Perhitungan rendemen sangat dipengaruhi oleh keadaan perairan (habitat),
jenis ikan, ukuran dan kondisi fisiologi serta rantai penanganan dari
penangkapan/pemanenan hingga preparasi. Rumus perhitungan rendemen adalah
sebagai berikut :
Berat Bagian yang Diambil
Rendemen= X 100 %
Berat Utuh

Dari hasil tabulasi tabel 3.1.3. didapat hasil rendemen persampel adalah
sebagai berikut :
1. Rendemen Headless Sampel Udang A

Berat Bagian yang Diambil


Rendemen= X 100 %
Berat Utuh

13
Rendemen= X 100 %
18

Rendemen=72,22 %

2. Rendemen Peeled Tail On Sampel Udang A

Berat Bagian yang Diambil


Rendemen= X 100 %
Berat Utuh

12
Rendemen= X 100 %
18

Rendemen=66,66 %

3. Rendemen Peeled Sampel Udang A

Berat Bagian yang Diambil


Rendemen= X 100 %
Berat Utuh

11
Rendemen= X 100 %
18

Rendemen=61,11 %

Sedangkan untuk rendemen total sampel didapatkan hasil sebagai berikut :


1. Rendemen Total Headless Udang Vannamei
9

Berat Rerata total Bagian yang Diambil


Rendemen(Total)= X 100 %
Berat Rata−rata total udang

15,5
Rendemen ( Total )= X 100 %
22

Rendemen( Total)=70,45 %

2. Rendemen Total Peeled Tail On Udang Vannamei

Berat Rerata total Bagian yang Diambil


Rendemen(Total)= X 100 %
Berat Rata−rata total udang

15
Rendemen ( Total )= X 100 %
22

Rendemen( Total)=68,18 %

3. Rendemen Total Peeled Udang Vannamei

Berat Rerata total Bagian yang Diambil


Rendemen(Total)= X 100 %
Berat Rata−rata total udang

14
Rendemen ( Total )= X 100 %
22

Rendemen( Total)=63,63 %

3.2. Pembahasan
Udang Vannamei (Litopenaeus vanname) merupakan salah satu produk
perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Udang tersebut menjadi salah
satu produk perikanan yang banyak diperdagangkan karena banyaknya jumlah
dagingnya. Menurut Hafina et al. (2021) rendemen hasil pengupasan kepala dan
pengupasan kulit udang vanname rata-rata adalah 69,8% hingga 81,1%. Dalam
industri pengolahan limpahan daging dari udang vanname tersebut menjadi hal
yang menguntungkan bagi perusahaan. Dewasa ini dikenal beberapa macam jenis
pengolahan udang yang sering dipasarkan yaitu:
1. Head On (HO), yaitu produk udang yang utuh lengkap dengan kepala,
badan, kulit dan ekor. Umumnya produk head on merupakan produk
udang yang memiliki tingkat kesegaran tinggi (Gambar 1).
10

2. Headless (HL), yaitu produk hasil pengolahan udang yang diproses dalam
bentuk kepala yang sudah dilepas, tetapi tetap memiliki karapas dan ekor
(Gambar2).
3. Peeled Tail On (PTO), yaitu produk pengolahan udang tanpa kepala dan
kulit mulai dari ruas karapas pertama hingga kelima, sedangkan ruas pada
bagian ekor masih dipertahankan (Gambar 3).
4. Peeled, merupakan produk olahan udang tanpa kepala, karapas dan ekor
sehingga hanya menyisakan bagian yang dapat dimakan (BDD) dari udang
(Gambar 4).
Dalam industri pengolahan, produk yang diolah akan memberikan
rendemen pada setiap proses pengolahannya. Rendemen merupakan nilai
presentase perbandingan antara nilai akhir terhadap nilai awal dari suatu
komoditas yang dinyatakan dalam persen (%).

Grafik Hasil Rendemen Sampel


90 30
80
25
70

Berat sampel (g)


rendemen (%)

60 20
50
15
40
30 10
20
5
10
0 0
A B C D E F G H I J
Kode sampel

HEAD ON RENDEMEN HEADLESS


RENDEMEN PEELED TAIL ON RENDEMEN PEELED
Gambar 6. Grafik Hasil Perhitungan Rendemen Sampel

Dari hasil tabulasi yang dilakukan pada tabel 3.1.3. dan Gambar 5. dapat
diketahui bahwa terdapat perbedaan hasil rendemen pada setiap sampel yang
diamati. Pada sampel udang A didapatkan hasil rendemen headless sebesar
72,22%, rendemen peeled tail on 66,66% dan rendemen peeled 61,11%. Dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa saat proses headless udang sampel A, limbah
kepala udang yang dibuang adalah sebesar 27,78% dari berat sampel yang
diamati. Sedangkan pada proses peeled tail on sampel A, didapat hasil rendemen
sebesar 66,66% yang berarti hasil limbah setelah dilakukan proses peeled tail on
adalah sebesar 33.34% dari berat sampel, dan pada proses peeled didapat hasil
rendemen sebesar 61,11% sehingga total limbah yang didapat setelah proses
peeled adalah sebesar 38,89% dari bahan yang artinya bahan yang dapat dimakan
(BDD) dari udang sampel A adalah sebesar 61,11% dari berat sampel sebanyak 18
g adalah 11 g, dan limbah yang dihasilkan selama proses pengolahan adalah
sebanyak 7 g.
11

Rendemen sampel udang B adalah sebesar 75% untuk headless, 70,83%


untuk peeled tail on dan 66,66% untuk peeled. Dari hasil tersebut dapat diketahui
bahwa pada saat proses headless rendemen yang didapat adalah 75% dari berat
sampel dan 25% limbah kepala. Sedangkan pada proses peeled tail on didapatkan
rendemen sebesar 70,83% dan 29,17% limbah dari berat awal (head on) sampel,
dan pada proses peeled didapat rendemen sebesar 66,66% dan limbah sebesar
33,34% yang artinya bahan yang dapat dimakan (BDD) setelah proses peeled
adalah sebanyak 66,66% dari berat sampel sebesar 24 g atau sebanyak 16 g
dengan limbah yang dihasilkan selama proses sebanyak 8 g.
Sampel udang C menghasilkan rendemen sebesar 75% untuk headless,
66,66% untuk peeled tail on dan 62,5% untuk peeled. Dari hasil tersebut dapat
diketahui bahwa pada saat proses headless rendemen yang didapat adalah 75%
dari berat sampel dan 25% limbah kepala. Sedangkan pada proses peeled tail on
didapatkan rendemen sebesar 66,66% dan 33,34% limbah dari berat awal (head
on) sampel, dan pada proses peeled didapat rendemen sebesar 62,5% dan limbah
sebesar 37,5% yang artinya bahan yang dapat dimakan (BDD) setelah proses
peeled adalah sebanyak 62,5% dari berat sampel sebesar 24 g atau sebanyak 15 g
dengan limbah yang dihasilkan selama proses sebanyak 9 g.
Dari sampel udang D didapatkan rendemen sebesar 78,94% untuk
headless, 73,68% untuk peeled tail on dan 68,42% untuk peeled. Dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa pada saat proses headless rendemen yang didapat
adalah 78,94% dari berat sampel dan 21,06% limbah kepala. Sedangkan pada
proses peeled tail on didapatkan rendemen sebesar 73,68% dan 26,32% limbah
dari berat awal (head on) sampel, dan pada proses peeled didapat rendemen
sebesar 68,42% dan limbah sebesar 31,58% yang artinya bahan yang dapat
dimakan (BDD) setelah proses peeled adalah sebanyak 68,42% dari berat sampel
sebesar 19 g atau sebanyak 13 g dengan limbah yang dihasilkan selama proses
sebanyak 6 g.
Sampel udang E menghasilkan rendemen sebesar 63,63% untuk headless,
72,72% untuk peeled tail on dan 68,18% untuk peeled. Dari hasil tersebut dapat
diketahui bahwa pada saat proses headless rendemen yang didapat adalah 63,63%
dari berat sampel dan 36,37% limbah kepala. Sedangkan pada proses peeled tail
on didapatkan rendemen sebesar 72,72% dan 27,28% limbah dari berat awal
(head on) sampel, pada proses peeled didapat rendemen sebesar 68,18% dan
limbah sebesar 31,82% yang artinya bahan yang dapat dimakan (BDD) setelah
proses peeled adalah sebanyak 68,18% dari berat sampel sebesar 22 g atau
sebanyak 15 g dengan limbah yang dihasilkan selama proses sebanyak 7 g. Pada
sampel E terjadi perbedaan hasil dimana setelah proses peeled tail on berat sampel
bertambah. Penambahan berat sampel tersebut dapat terjadi karena perendaman
udang di air yang terlalu lama, kesalahan saat penirisan udang yang terkesan
terburu-buru dan kurang ketelitian pada saat penimbangan sampel. Meskipun
setelah proses peeled berat udang kembali berkurang namun berat tersebut masih
12

lebih besar dari berat sampel yang didapat pada saat proses headless, yang
mengindikasikan kesalahan pada saat penirisan udang oleh praktikan.
Dari sampel udang F didapatkan rendemen sebesar 72% untuk headless,
72% untuk peeled tail on dan 68% untuk peeled. Dari hasil tersebut dapat
diketahui bahwa pada saat proses headless rendemen yang didapat adalah 72%
dari berat sampel dan 28% limbah kepala. Sedangkan pada proses peeled tail on
didapatkan rendemen sebesar 72% dan 28% limbah dari berat awal (head on)
sampel, dan pada proses peeled didapat rendemen sebesar 68% dengan limbah
sebesar 32%, yang artinya bahan yang dapat dimakan (BDD) setelah proses
peeled adalah sebanyak 68% dari berat sampel sebesar 25 g atau sebanyak 17 g
dengan limbah yang dihasilkan selama proses sebanyak 8 g. Pada sampel F terjadi
kesalahan kembali dalam penimbangan dimana hasil rendemen headless dan
peeled tail on memiliki nilai yang sama, sama seperti sampel F kesalahan tersebut
terjadi karena lamanya proses perendaman yang lama dan kelalaian dalam proses
penirisan yang kemudian mempengaruhi penambahan berat sampel akibat
meresapnya air kedalam sampel.
Rendemen sampel udang G adalah sebesar 72% untuk headless, 72%
untuk peeled tail on dan 68% untuk peeled. Dari hasil tersebut dapat diketahui
bahwa pada saat proses headless rendemen yang didapat adalah 72% dari berat
sampel dan 28% limbah kepala. Sedangkan pada proses peeled tail on didapatkan
rendemen sebesar 72% dan 28% limbah dari berat awal (head on) sampel, dan
pada proses peeled didapat rendemen sebesar 68% dan limbah sebesar 32% yang
artinya bahan yang dapat dimakan (BDD) setelah proses peeled adalah sebanyak
68% dari berat sampel sebesar 25 g atau sebanyak 17 g dengan limbah yang
dihasilkan selama proses sebanyak 8 g. Sampel G mengalami kesalahan yang
serupa dengan sampel F dimana didapat hasil yang sama pada proses headless dan
peeled tail on yang diakibatkan kelalaian pada saat proses penirisan.
Pada sampel udang H rendemen yang didapat adalah sebesar 70% untuk
headless, 65% untuk peeled tail on dan 60% untuk peeled. Dari hasil tersebut
dapat diketahui bahwa pada saat proses headless rendemen yang didapat adalah
70% dari berat sampel dan 30% limbah kepala. Sedangkan pada proses peeled tail
on didapatkan rendemen sebesar 65% dan 35% limbah dari berat awal (head on)
sampel, dan pada proses peeled didapat rendemen sebesar 60% dan limbah
sebesar 40% yang artinya bahan yang dapat dimakan (BDD) setelah proses peeled
adalah sebanyak 60% dari berat sampel sebesar 20 g atau sebanyak 12 g dengan
limbah yang dihasilkan selama proses sebanyak 8 g.
Rendemen sampel udang I adalah sebesar 63,63% untuk headless, 63,63%
untuk peeled tail on dan 59,1% untuk peeled. Dari hasil tersebut dapat diketahui
bahwa pada saat proses headless rendemen yang didapat adalah 63,63% dari berat
sampel dan 36,37% limbah kepala. Sedangkan pada proses peeled tail on
didapatkan rendemen sebesar 63,63% dan 36,37% limbah dari berat awal (head
on) sampel, dan pada proses peeled didapat rendemen sebesar 59,1% dan limbah
13

sebesar 40.9% yang artinya bahan yang dapat dimakan (BDD) setelah proses
peeled adalah sebanyak 59,1% dari berat sampel sebesar 22 g atau sebanyak 13 g
dengan limbah yang dihasilkan selama proses sebanyak 9 g.
Rendemen sampel udang J adalah sebesar 61,9% untuk headless, 57,14%
untuk peeled tail on dan 52,38% untuk peeled. Dari hasil tersebut dapat diketahui
bahwa pada saat proses headless rendemen yang didapat adalah 61,9% dari berat
sampel dan 38,1% limbah kepala. Sedangkan pada proses peeled tail on
didapatkan rendemen sebesar 57,14% dan 42,86% limbah dari berat awal (head
on) sampel, dan pada proses peeled didapat rendemen sebesar 52,38% dan limbah
sebesar 47,62% yang artinya bahan yang dapat dimakan (BDD) setelah proses
peeled adalah sebanyak 52,38% dari berat sampel sebesar 21 g atau sebanyak 11 g
dengan limbah yang dihasilkan selama proses sebanyak 10 g.
Sedangkan untuk rendemen total, dari sampel udang vannamei seberat 220
g didapat rendemen total headless sebanyak 70,45%, rendemen peeled tail on
sebanyak 68,18% dan rendemen peeled sebanyak 63,63%. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa dalam 220 g udang vannamei didapatkan bahan yang dapat
dimakan (BDD) sebanyak 63,63% atau 140 g, dan menghasilkan limbah sebanyak
80 g. Limbah tersebut terdiri dari limbah headless sebanyak 65 g, limbah peeled
tail on sebanyak 5 g dan limbah peeled sebanyak 10 g.
Selama perhitungan rendemen terjadi perbedaan hasil pada masing-masing
sampel karena adanya pengaruh morfologi dari setiap sampel. Pengaruh morfologi
ini dapat dicontohkan dengan ukuran kepala udang yang berbeda. Perbedaan hasil
rendemen ini juga dapat berbeda karena adanya perbedaan jenis udang yang
digunakan. Sebagai contoh udang galah yang memiliki kepala lebih besar
sehingga umunya rendemen yang akan dihasilkan adalah lebih besar dari jenis
udang lainnya.
BAB 4. KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam laporan praktikum kali ini sebagai
berikut :
1. Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) atau udang putih merupakan
spesies udang budidaya Indonesia yang berasal dari daerah subtropic pantai
barat Amerika. Secara morfologi udang vannamei memiliki tubuh yang
dibalut kulit tipis keras dari bahan chitin berwarna putih kekuning-
kuningan dengan kaki berwarna putih. Bagian tubuh udang vannamei
terdiri dari kepala yang bergabung dengan dada (cephalothorax) dan perut
(abdomen).
2. Produk olahan yang dihasilkan pada industri udang, diantaranya dalam
bentuk head on (udang utuh), head less (udang tanpa kepala), peleed tail om
(udang tanpa kepala dan kulit), peeled (udang tanpa kulit,kepala dan ekor).
3. Dari sampel udang vannamei seberat 220 g didapat rendemen total headless
sebanyak 70,45%, rendemen peeled tail on sebanyak 68,18% dan rendemen
peeled sebanyak 63,63%. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dalam 220 g
udang vannamei didapatkan bahan yang dapat dimakan (BDD) sebanyak
63,63% atau 140 g, dan menghasilkan limbah sebanyak 80 g. Limbah
tersebut terdiri dari limbah headless sebanyak 65 g, limbah peeled tail on
sebanyak 5 g dan limbah peeled sebanyak 10 g.
4.2. Saran

Saran dari pelaksanaan praktikum ini, yaitu sebagai berikut :

1. Pada proses penimbangan sampel para praktikan harus lebih teliti agar
didapatkan hasil yang tepat.
2. Pada proses penirisan sampel para praktikan harus lebih sabar menunggu
agar didapatkan hasil yang sesuai.
3. Perendaman dan pencucian sampel hendaknya dilakukan tidak terlalu lama
guna menghindari masuknya terlalu banyak air kedalam sampel.
4. Dalam proses pengupasan praktikan harus lebih berhati-hati dalam
melepas karapas udang, hal ini ditujukan agar tidak ada daging udang yang
ikut terbuang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Andriani D. 2006. Pengolahan rumput laut (Eucheuma cottonii) menjadi tepung


ATC (Alkali Treated Carregeenan) Dengan jenis dan kosentrasi larutan
alkali yang berbeda. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Hafina, A., Sipahutar, Y. H., & Siregar, A. N. (2021). Penerapan GMP dan SSOP
pada Pengolahan Udang Vannamei( Litopenaeus vannamei ) Kupas
Mentah Beku Peeled Deveined ( PD ). Jurnal Aurelia, 2(3457), 117–131.

Haliman RW, Adijaya DS. 2006. Udang Vannamei. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hayade, S., Sulistijowati, R., & Dali, F. A. (2014). Studi Kelayakan Unit
Pengolahan Udang Putih Beku Tanpa Kepala di PT . XX Gorontalo.
Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, II, 47– 51.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2020). Produktivitas Perikanan Indonesia.


Jakarta: KKP.

Kementrian Kesehatan, RI. 2018. Tabel Komposisi Pangan Indonesia


2018.Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat.

Masengi, S., Sipahutar, Y. H., & Sitorus, A. C. (2018). Penerapan Sistem


Ketertulusuran (Traceability) Pada Produk Udang Vannamei Breaded
Beku (Frozen Breaded Shrimp) di PT. Red Ribbon Jakarta. Jurnal
Kelautan Dan Perikanan Terapan, 1(1), 46–54.

Masengi, S., Yuliati H. Sipahutar, & Rahardian, T. (2016). Penerapan sistem


Ketertelusuran N (Traceability) Pada Pengolahan Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei) Kupas mentah Beku (Peeled and Deveined) DI
PT. Dua Putra Utama. STP (Teknologi Dan Penelitian Terapan), 1410-
7694 Jurnal STP (Teknologi dan Penelitian Terapan). No.1, Juni 2016
PENERAPAN, 201–2011.

R.Muhammad, Mukmin.(2016). Proses Pengolahan Udang vannamei


(Litopenaeus Vannamei) Peeled and Devained (PND) Individual Quick
Frosen (IQF). Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Politeknik Pertanian
Negeri Pangkajene dan Kepulauan.

Wyban & Sweeney, (1991). Intensive Shrimp Production Technology. The


Oseanic Institute Shrimp Manual. Honolulu, Hawai, USA, Hal 158.

Anda mungkin juga menyukai