Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN IKTIOLOGI

PRAKTIKUM I
MORFOLOGI IKAN

OLEH :
NAMA : AHMAD YAMIN
STAMBUK : I1C1 18 051
JURUSAN : ILMU KELAUTAN
KELOMPOK : II (Dua)
ASISTEN PEMBIMBING : HERI SURIYONO

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ikhtiologi berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu “ichthyes” yang

artinya ikan dan Logos artinya ilmu (ajaran). Dengan demikian ikhtiologi adalah

suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari ikan dengan segala aspek

kehidupannya. Ikan didefinisikan sebagai binatang vertebrata yang berdarah

dingin (polikiloterm), hidup dalam lingkungan air, pergerakan dan kesetimbangan

badannya terutama menggunakan sirip dan pada umumnya bernafas dengan

insang (Iqbal, 2012).

Ikhtiologi juga merupakan salah satu cabang ilmu biologi (zoologi) dan

terbagi atas dua yaitu ikhtiologi sistematika dan ikhtiologi fungsional. Ikhtiologi

sistematika berbicara tentang morfologi ikan, sedangkan ikhtiologi fungsional

lebih mengarah pada fungsi organ pada ikan. Ilmu pengetahuan tentang ikan

dimunculkan oleh rasa ingin tahu oleh manusia dan kebutuhan akan informasi

untuk kepentingan perdagangan dan industri ataupun pariwisata. Keuntungan

mempelajari ikhtiologi hampir tak terbatas, orang-orang yang mempelajari ilmu

ini adalah para ahli ikan profesional maupun yang bukan. Banyak kontribusi

tentang ikan yang datang dari para ahli filsafat, nelayan dan para penggemar

hewan air.

Ikan merupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang bersifat

poikilotermis, memiliki ciri khas pada tulang belakang, insang dan siripnya serta

tergantung pada air sebagai medium untuk kehidupannya. Ikan memiliki

kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk

menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau

gerakan air yang disebaban oleh arah angin. Dari keseluruhan vertebrata, sekitar
50,000 jenis hewan, ikan merupakan kelompok terbanyak di antara vertebrata lain

memiliki jenis atau spesies yang terbesar sekitar 25,988 jenis yang terdiri dari 483

famili dan 57 ordo. Iktiologi pada awalnya diperkenalkan oleh Aristotels (384-322

SM). Aristoteles melakukan observasi untuk membedakan dan membuat cirri-ciri

ikan hingga diperoleh sekitar 115 jenis (Iqbal, 2012).

Morfologi yaitu cabang ilmu biologi yang membahas dan mempelajari

tentang tata bentuk luar atau suatu sruktur dari satu organisme. Sebagai contoh

morfologi ikan, artinya ilmu yang mempelajari mengenai struktur dan bentuk dari

suatu ikan yang perlu di identifikasi melalui bentuk serta strukturnya agar mudah

untuk di kenal (Kurniawan et al., 2017).

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini yaitu ikan bertujuan untuk mengenal berbagai

bentuk luar ikan, mengamati morfologi dan letak/ posisi bagian luar tubuh ikan

secara inti.

Manfaat dari pratikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mengenal bagian-

bagian dari tubuh ikan serta mengetahui fungsi masing-masing.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Lingulodinium

Klasifikasi dari Lingulodinium menurut Pratama et all., (2014) adalah


sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Acttinopterygii
Order: Beloniformes
Family: Hemiramphidae
Genus:Hemirhampus
Species:Hemirhampus sp.

Gambar 1. Morfologi Ikan Julung-julung (Hemirhampidae)


(Sumber : Dok. Pribadi, 2019)

Klasifikasi dari ikan ekor kuning menurut Juanita et all., (2008) adalah
sebagai bertikut:
Kindom: animalia
Phylum: Chordata
Class: Actinopterygii
Order : Perciformes
Family : Caesionidae
Genus : Caesio
Species : caesio cuning
Gambar 1. Morfologi Ikan ekor kuning (caseo cuning)
(Sumber : Dok. Pribadi, 2019)

Klasifikasi dari ikan layang menurut John et all., (2013) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Perciformes
Family : Carangidae
Genus : Decapterus
Species : Decapterus sp.

Gambar 3. Morfologi ikan Layang (Decapterus sp.)


(Sumber : Dok. Pribadi, 2019)
Klasifikasi dari ikan kakatua menurut Parenti dan Randall (2011) adalah

sebagai berikut:

Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Class: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Family: Scaridae
Genus: Scarus
Species: Scarus sp.

Gambar 2. Morfologi ikan kakatua (Scarus sp.)


(Sumber : Dok. Pribadi, 2019)

B. Morfologi dan Anantomi Ikan

Morfologi dari ikan julung-julung (Hemirhampidae) secara umum adalah

memiliki bentuk badan sub selindris, memanjang dengan rahang atas pendek

membentuk paruh sedangkan rahang bawah panjang membentuk segitiga, kepala

tidak bersisik, badan dengan sisik lingkaran yang relatif besar, sirip-sirip tidak

mempunyai jari-jari keras, sirip punggung dan sirip dubur terletak jauh dibelakang

sirip dada, garis rusuk terletak dibadan bagian bawah dengan warna tubuh

dibagian atas hijau kebiruan, bagian bawah biru muda keperakan (Pratama et all.,

2014).
Morfologi dari ikan ekor kuning (Caesio cuning) yakni bentuk badan

memanjang, melebar dan gepeng, mulut kecil dan serong, memiliki gigi kecil dan

lancip. Dua gigi taring pada rahang bawah dan yang halus pada langit-langit.

Jari-jari keras sirip punggung10 dan yang lemah 15, sedangkan jari-jari keras pada

sirip dubur 3 dan yang lemah 11. Ikan ini memiliki sisik tipis pada garis rusuknya,

sisik-sisik kasar dibagian atas dan bawah garis rusuk serta tersusun horizontal,

sisik pada kepala mulai dari mata (Nggajo et all, 2009).

Morfologi dari ikan layang (Decapterus russelli) yakni badan memanjang,

agak gepeng. Dua sirip punggung, sirip punggung pertama berjari-jari keras 9 (1

meniarap, 8 biasa), sirip punggung kedua berjari-jari keras 1 dan 30-32 lemah.

Sirip dubur berjari-jari keras 2 (lepas) dan 1 bergabung dengan 22-27 jari-jari sirip

lemah. Dibelakang sirip punggung kedua dan dubur terdapat 1 finlet. Warna, biru

kehijauan, bagian atas hijau pupus, bagian bawah putih perak. Sirip abu-abu

kekuningan atau kuning pucat. Satu totol hitam terdapat pada tepi atas penutup

insang (Suwarso dan Achmad, 2014).

Ikan kakatua dapat dikenali dengan mudah, misalnya melalui bentuk dan

susunan gigi yang amat khusus. Semua gigi bergabung membentuk semacam flat,

baik di rahang atas maupun di rahang bawah. Struktur gigi tersebut sangat kuat

karena terbungkus pula oleh otot- otot yang amat kuat sebagai penyangga antara

rahang atas dan rahang bawah. Pada langitlangit dalam mulut terdapat suatu

lapisan gigi yang merata, dengan demikian tenaga gabungan gigi dan struktur

rongga mulut memiliki kekuatan luar biasa untuk melumat makanan apapun yang

dapat masuk. Di samping gigi yang khas, bentuk tubuh dan corak warna juga amat
spesifik sehingga siapapun dapat mengenali hewan ini secara mudah (Adrim,

2008).

Bentuk tubuh agak pipih dan lonjong, bentuk moncong membundar dan

kepala tumpul, sirip punggung bergabung antara 9 duri keras dan 10 duri lemah.

Sirip dubur dengan tiga duri keras dan 9 duri lemah. Sirip dada dengan 13- 17 duri

lemah. Sirip perut dengan satu duri keras dan lima duri lemah. Sisik besar dan

tidak bergerigi (cycloid). Gurat sisi memiliki 22-24 sisik berporos, dan terpisah

dua bagian. Pada pipi terdapat 1-4 sisik. Jumlah sisik sebelum sirip punggung ada

2-8. Pada rahang atas dan bawah terdapat gigi plat yang kuat. Struktur gigi ikan

ini agak unik, disebut gigi plat karena susunan gigi menyatu dan di tengah ada

celah. Pada ikan dewasa terdapat satu atau dua taring pendek di samping rahang

atas pada posisi beiakang (Adrim, 2008).

C. Habitat dan Penyebaran Ikan

Ikan julung julung (Hemirhampidae) atau ikan roa adalah ikan pelagis

yang hidup di perairan pantai ke arah lepas pantai dan hanya terlihat bergerombol

di sekitar perairan karang ketika akan memijah karena ikan ini melepaskan telur di

terumbu karang yang subur dan memiliki sumber makanan alami bagi induk

maupun anakan ikan roa. Gerombolan ikan roa yang mengadakan migrasi ke

perairan ini untuk melakukan pemijahan karena ikan yang tertangkap hampir

seluruhnya dalam kondisi hampir bertelur. Dalam kondisi matang gonad ini tubuh

ikan menjadi berat dan gerakan renang ikan menjadi lambat, pada saat inilah ikan

ditangkap dengan soma roa (Kawimbang et al., 2012).


Ikan ekor kuning hidup di daerah teumbu karang dan populasinya dalam

bentuk gerombolan (schooling) tidak begitu besar, memiliki penyebaran luas dan

umumnya berharga tinggi (Prihatiningsih et all., 2018). Sedangkan menurut

Nggajo et all., (2009). Ikan ekor kuning hidup diperairan pantai karang, perairan

karang dengan suhu perairan lebih dari 200 C. Hidupnya berasosiasi dengan

terumbu karang dan dapat ditemukan diperairan kepulaun seribu.

Ikan layang (Decapterus sp) mempunyai sifat stenohalin, artinya hidup

pada perairan dengan variasi salinitas yang sempit, biasanya sekitar 31-33%.

Karena di laut jawa terjadi perubahan pola arus dan pola sebaran salinitas yang

tergantung pada musim maka ikan layang berupaya (migrasi) sesuai dengan pola

itu (Laitupa et al., 2015).

Pada umumnya Ikan kakatua (Scarus sp.) hidup di perairan tropis dan

subtropis. Ikan kakatua tergolong ikan pangan, tetapi karena memiliki serat

daging lebih halus dan lunak, ikan ini lebih cepat mengalami proses pembusukan

setelah ditangkap jika tidak diberi es atau garam. Pada umumnya ikan kakatua

hidup secara berkelompok dalam aktivitas harian, dan hanya beberapa jenis saja

yang hidup sendiri-sendiri atau berpasangan (Adrim, 2008).

D. Fisiologis dan Reproduksi Ikan

Ikan Julung-julung (Hemirhampidae) memiliki tipe reproduksi yang

umumnya adalah vivipar yang berbeda, yakni spesies ini meletakkan telurnya

untuk dibuahi. Tipe reproduksi tersebut selanjutnya dikenal dengan istilah zygo

atau embryoporus. Pada d. Pusilla juga memiliki kemampuan menyimpan sperma

dengan tipe larva bersifatlesitotrofik proses pemijahan bisa berlangsung


sepanjang tahun di habitat alaminya, larva yang dilahirkan selalu di temukan di

setiap bulan (Tangke, 2013).

Ikan ekor kuning memiliki ukuran pertama kali matang gonat

(length of first maturity, l m) Caesio cuning diperairan kepulauan seribu berada

pada ukuran 22,92 cm, dengan batas kepercayaan antara 21,86 sampai dengan

24,03 cm (Juanita et all., 2016).

Ikan layang memiliki pengetahuan tentang kematangan ikan perlu untuk

mengetahui ikan-ikan memijah, sehingga penangkapnnya dapat dikontrol. Salah

satu cara untuk mengetahui tingkat kematangan ikan yaitu dengan mengukur

panjang gonad dan rongga tubuh (bidy cavity), disamping dilihat dari mata sahaja

warna gonad dan pembuluh darah, serta butir-butir telur (Samad, 1998).

Reproduksi ikan kakatua Pemijahan ditandai dengan suatu cara gerakan

serentak ke permukaan oleh individu jantan dan seketika itu pula ikan betina

pasangannya mengikuti. Telur dan sperma dibebaskan ketika melakukan gerakan

naik dan setelah melepaskan kedua gonad jantan dan betina dengan cepat ikan

kembali ke dasar. Telur yang dihasilkan berukuran kecil, berbentuk bulat

mengapung di permukaan. Telur tersebut kemudian menetas menghasilkan larva,

kemudian menyebar ke daerah perairan karang lain di sekitarnya atau daerah lebih

jauh dari tempat asalnya. Pergerakan dari larva tersebut umumnya akan bersifat

pasif mengikuti gerakan arus dan gelombang laut. Larva kemudian berkembang

menjadi ikan muda (juvenile) di habitat terumbu karang atau padang lamun

(Adrim, 2008).
E. Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan

Penelitian tentang kebiasaan makan ikan julung-julung (Hemirhampidae)

yaitu bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan hubungan panjang berat

dan faktor kondisi ikan julung-julung. Selama penelitian tertangkap 136 ekor ikan

julung-julung dan hasil analisis kebiasaan isi lambung diperoleh semut merah

Formica sp. ditemukan pada 71 ekor sampel ikan (52,53%) dan diikuti oleh semut

hitam Dolichoderus sp. pada 52 ekor sampel (38,38%) dan kedua jenis makanan

tersebut tergolong kedalam makanan utama dan makanan yang tidak

teridentifikasi terdapat pada 19 ekor sampel ikan (14,29%). Panjang rerata usus

ikan julung-julung ±1,54-1,67 cm, sehingga dengan demikian ikan julung-julung

dapat digolongkan sebagai ikan insektifora (pemakan insekta) (Tangke, 2013).

Ikan ekor kuning hidup dengan kebiasaan memakan plankton. Jenis ini

sering dijumpai dalam bentuk gerombolan besar di bagian atas arus dekat karang

atau gugusan karang (Juanita et all., 2016).

Secara biologi ikan layang merupakan plankton feeder atau pemakan

plankton kasar yang terdiri dari organisme pelagis meskipun komposisinya

berbeda masing-masing spesies copepoda, diaotomae, dan larva ikan

(Prihartini et all., 2007).

Hampir semua jenis ikan kakatua (Scarus sp.) mengambil makanan

mengikuti pola makan tanpa pilih (non-selektif) dengan melakukan "grazing"

terhadap algae halus yang tumbuh menutupi permukaan karang mati. Vegetasi

algae biru, coklat, merah dan hijau biasanya merupakan sumber makanan bagi

hewanhewan herbivora, termasuk ikan kakatua. kakatua juga pemakan krustasea

dan foraminifera yang berasosiasi dengan vegetasi algae, sehingga ikan ini dapat
pula digolongkan sebagai hewan omnivora. Makanan diambil menggunakan gigi

plat yang amat kuat, kemudian makanan tersebut masuk ke rongga mulut , setelah

itu dicerna lagi oleh plat gigi parinx. Hasil proses makanan dari mulut tersebut

kemudian ditelan dan disimpan di lambung. Secara singkat karbohidrat, protein,

dan mineral diserap oleh tubuh melalui usus. Ampas kotoran yang dikeluarkan

melalui anus ternyata sebagian besar berupa fragmen kalkareus (calcareous algae)

dari tumbuhan algae (Adrim, 2008).

F. Nilai Ekonomis Ikan

Nilai ekonomis dari ikan julung-julung yakni memiliki rasa yang gurih dan

sangat diminati oleh pasar apalagi untuk produk ikan julung-julung asap, sehingga

harganya juga tetap stabil. Hal ini mendorong nelayan sangihe berusaha untuk

mendapatkan hasil tangkapan maksimal, meskipun sering mangabaikan aspek

biologi dan lingkungan dari ikan julung-julung tersebut (Yousuf dan Saira, 2008).

Ikan ekor kuning memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan penyumbang

produksi perikanan (Prihatiningsih et all., 2018). Sedangkan menurut

Nggajo et all., (2009) nilai ekonomis ikan ekor kuning merupakan jenis ikan

komsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting. Salah satu jenis ikan karang

yang dominan dan menjadi sala satu target penangkapan di perairan kepulauan

seribu adalah ikan ekor kuning.

Ikan layang merupakan ikan pelagis kecil yang termasuk dalam komoditas

ekonomis penting di sulawesi selatan, selain mempunyai nilai ekonomis penting,

dagingnya memiliki tekstur yang kompak dengan citra rasa yang banyak di

gemari orang, sehingga menjadi salah satu sumber pemenuhan protein hewani

bagi rakyat (Prihartini et all., 2006)


Nilai ekonomis dari ikan kakatua tergolong ikan pangan, tetapi karena

memiliki serat daging lebih halus dan lunak, ikan ini lebih cepat mengalami

proses pembusukan setelah ditangkap jika tidak diberi es atau garam. Ikan ini

cukup digemari dan sangat laku di pasaran. Ikan kakatua sangat digemari dan

populer di kalangan pengunjung restoran makanan laut (Adrim, 2008).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 23 September 2019 pukul

15.30-19.00 WITA yang bertempat di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo Kendari.

B. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan dalam Praktikum ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan.


No. Alat dab Bahan Satuan Kegunaan
1. Alat
- Gunting tajam - Menggunting organisme
- Gunting tumpul - Menjepit organisme
- Mistar cm Mengukur obyek
- Lup - Membelah organisme
- Kertas laminating - Menyimpan obyek
- Tissue roll - Membersihkan meja
- Baki - Tempat untuk meletakkan
bahan
- Sunlihgte - Mencuci meja
2. Bahan
- Ikan Julung-julung - Obyek yang diamati
- Ikan Layang - Obyek yang diamati
- Ikan Kakatua - Obyek yang diamati
- Ikan Ekor Kuning - Obyek yang diamati
C. Prosedur kerja

- Menyiapkan alat dan bahan

- Meletakkan organisme yang akan diamati

- Mengambil dokumentasi

- Mengukur bentuk tubuh, bentuk mulut, sungut, sirip, ekor, sirip

pelfik, sirip anal, warnah tubuh, bar, band, panjang maxilla, jumlah

jari-jari sirip dorsal, stripe dan spot,dan panjang premaxilla

- Mencatat hasil pengamatan, dan

- Di tanda tangani oleh asisten pembimbing


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan dari praktikum ini dapat dilihat dari tabel 2

berikut ini:

Tabel 2. Hasil Pengamatan Morfologi Ikan


KETERANGAN INDIVIDU
No. PARAMETER
1 2 3 4
1. Bentuk Tubuh Fusiform Sagitiform Compressed Compressed
2. Bentuk mulut :
a. Berdasarkan Terompet Paru Paru Paru
bentuk
b. Dapat tidaknya Tidak bisa Bisa Tidak Bisa Bisa
disembulkan
c. Berdasarkan Inferior Terminal Subterminal Terminal
letaknya
3. Sungut Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
4. Bentuk sirip ekor Hiposersal Porked Truficate Porked
5. Sirip pelvic Tidak Berpasanga Berpasangan berpasangan
berpasangan n
6. Sirip anal Berpasangan Tidak Tidak Tidak
berpasanga berpasangan berpasangan
n
7. Warna tubuh Silver Silver Hijau Abu-abu
8. Bar Tidak Ada Tidak ada Ada Tidak Ada
9. Band Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada
10. Blotch Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
11. Panjang 0,9 cm 1,1 cm 0,7 cm 0,9cm
premaxila (PPa)
12. Jumlah sirip-sirip 12 12 17 21
dorsal
13. Speckles
14. Stripe Tidak Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada
15. Lines
16. Ocellatod spot
17. Spot Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
18. Linea lateralis
Keterangan :
1. Ikan julung-julung (Hemirhampidae)
2. Ikan Ekor Kuning (caesio cuning)
3. Ikan Layang (Decapterus sp.)
4. Ikan kakatua (Scarus sp.)
B. Pemabahasan

Hasil pengamatan Ikan Julung-julung (Hemirhampidae) yaitu, julung-

julung memiliki ciri khas yaitu rahang bagian bawah meruncing ke depan, lebih

panjang daripada rahang atasnya. Bentuk tubuh ikan julung-julung yaitu pipih

memanjang (fusiform) kurang lebih mirip seperti silidris atau pipa. Sedangkan

dikepalanya terdapat sisik, rahang bawah ikan ini lebih panjang dari rahang

bagian atasnya ataupun bagian ujungnya. Hal ini sesuai pernyataan dari Ledheng

et all., (1997) yang menyatakan bahwa ikan ini memiliki mulut terompet dan

letaknya inferior , gurat sisi sempurna, memanjang mulai dari bawah tutup insang

dan berakhir dipertengahan pangkal sirip ekor yang hiposersal, lalu sirip

pelvicnya tidak berpasangan sedangkan sirip analnya berpasangan, dan memiliki

panjang premaxila (PPa) 0,9 cm dan jumlah sirip dorsalnya 12, serta jika dilihat

lebih teliti maka terlihat bintik-bintik gelap pada bagian pundak ikan julung-

julung dan memiliki corak warna tubuh (silver) pada ikan ini.

Hasil pengamatan Ikan Ekor Kuning (caesio cuning) yaitu, ciri dari ikan

ekor kuning yaitu bentuk badan agak memanjang (compressed), melebar, bentuk

mulutnya yaitu paru dapat disimbulkan, dan berdasarkan letak mulutnya

(terminal). Hal ini sesuai dengan pernyataan Iqbal (2012), yang menyatakan

bahwa bentuk sirip ekor ikan ini (porked), sirip pelvicnya berpasangan sedangkan

sirip analnya tidak berpasangan. Ikan ekor kuning memiliki warna tubuh (Abu-

abu), bagian atas sampai punggung berwarna ungu kebiruan. Pada panjang

premaxila (PPa) memiliki ukuran 0,9 cm, serta jumlah sirip dorsalnya yaitu 12.

Bagian belakang punggung, batang ekor, sebagian dari sirip punggung berjari‐jari
lemah. Dan pada bagian ekor berwarna kuning, bagian bawah kepala, badan, sirip

perut, dan dada berwarna merah jambu

Hasil pengamatan Ikan Layang (Decapterus sp.) yaitu,ikan layang salah

satu komunitas perikanan pelagis. Ikan yang tergolong suku Carangidae ini bisa

hidup bergerombol. Ciri khas yang sering dijumpai pada ikan layang ialah bentuk

badan (Sagitiform), mulutnya yang berbentuk paru, terdapatnya sirip kecil (finlet)

di belakang sirip punggung dan sirip dubur dan terdapat sisik berlinginyang tebal

(lateral scute) pada bagian garis sisi (lateral line). Hal ini sesuai dengan

pernyataan Suwarso dan Achmad, (2014) yang menyatakan bahwa diskripsi ikan

layang yaitu badan memanjang, agak gepeng terdapat sirip pelvic yang

berpasangan. Dua sirip punggung, Sirip punggung pertama berjari-jari 12 (sirip

dorsal ), sirip punggung kedua berjari – jari keras 1 dan 30 – 32 lemah, panjang

premaxila (PPa) 1,1 cm Baik di belakang sirip punggung kedua dan dubur

terdapat 1 jari-jari sirip tambahan ( finlet ) termasuk pemakan plankton, diatomae,

chaetognatha, cope poda, udang-udangan. Ikan layang hidup di perairan lepas

pantai, kadar garam tinggi membentuk gerombolan besar. Dapat mencapai

panjang 30 Cm, umumnya 20 – 25 cm. Dan warna keseluruhan pada ikan layang

yakni Silver, serta hijau pupus bagian atas, putih perak bagian bawahh Sirip

siripnya kuning pucat. Satu totol hitam terdapat pada tepian atas penutup insang

Berdasarkan hasil pengamatan pada ikan kakatua (Scarus sp.) kondisi

fisik/ciri morfologi yang paling mencolok adalah dari bentuk tubuh, secara umum

bentuk tubuh pada ikan kakatua adalah Compressed (agak melebar), bentuk tubuh

ikan sangat berpengaruh terhadap ikan tersebut didalam air. Sehingga dapat

dikatakan bahwa ikan kakatua (Scarus sp.) adalah jenis ikan perenang cepat,
selain bentuk tubuhnya yang berbentuk compressed, ikan kakatua mamiliki

bentuk mulut paru yang subterminal dimana mulutnya tidak dapat disembulkan,

serta warna dari ikan ini hijau keungu-unguan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

dari Adrim, (2008) yang menyatakan bahwa ikan kakatua juga memiliki bentuk

ekor Truficate yang menjadi hal penting penentu kecepatan renang ikan tersebut,

kecepatan renang ikan dipengaruhi oleh bentuk tubuh serta sirip-sirip dan ekor

ikan tersebut.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

- Ikan julung-julung secara morfologi memiliki bentuk tubuh yang

memanjang atau bentuk fusiform, bentuk mulut seperti terompet dengan

rahang atas lebih pendek dibandingkan dengan rahang bawah yang lebih

panjang serta memiliki corak warna tubuh silver.

- Ikan ekor kuning secara morfologi memiliki bentuk compressed (bentuk

pipih) dan gepeng, memiliki bentuk mulut paru dapat disembulkan, serta

memiliki warna tubuh abu-abu.

- Ikan layang secara morfologi memiliki bentuk tubuh sagitiform, memiliki

bentuk mulut paru dengan warna tubuh silver.

- Ikan kakatua secara morfologi memiliki bentuk tubuh compressed,

memiliki bentuk mulut paru (subterminal) dimana mulutnya tidak dapat

disembulkan, dan memiliki warna tubuh hijau keungu-unguan.

B. Saran

Saran saya pada paktikum ini agar semua teman-teman praktikan dapat

bekerja sama dalam praktikum dan mematuhi tata tertib yang ada dalam

laboratorium sehingga praktikum dapat berjalan dengan tertib.


DAFTAR PUSTAKA

Adrim M. 2008. Aspek biologi ikan kakatua (suku Scaridae). Jurnal oseana.
Vol XXXIII (1): 41-50.
Carpenter K. E. 1998. The living marine resources of the western central atlantic.
Jurnal fao spesies identification guide for fishery purposes. Vol 1(5):
1-600.

Iqbal A. B. 2012. Ikhtiologi, ikan dan segala aspek kehidupannya. Grup


penerbitan cv budi utama. Jl. Kaliurang km, 9,3-Yogyakarta 55581:2-15.
John E. K., Frans G. I & Agnes T. A. 2013. Staphylococus sp. pada ikan layang
(Decapterus russelii) asap pinekuhe produk khas sangihe. Jurnal media
teknologi hasil perikanan. Vol 1(2).
Juanita I. I., Sri T. H., & Indar S. W. 2016. Pertumbuhan, sebaran ukuran panjang
dan kematangan gonad ikan ekor kuning di perairan kepulauan seribu.
Jurnal prosiding seminar nasional ikan VI : 293-298.

Kawimbang E., Isrojaty J.P & Mariana E.K. 2012. Pendugaan stok dan musim
penangkapan ikan julung-julung dengan soma roa di perairan
Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap. Vol 1(1): 10-17.

Kurniawan., Asmarita., Okto S. 2017. Identifikasi jenis ikan (penamaan lokal,


nasional, dan ilmiah) hasil tangkapan utama (HTU) nelayan dan
klasifikasi alat penangkap ikan dipulau bangka provinsi kepulauan
bangka belitung. Jurnal akuatik sumberdaya perairan. Vol 13(1).
Laitupa F. S., Sahril K., Askar M. L & Umar T. 2015. Pendugaan daerah potensial
penangkapan ikan layang (Decapterus sp.) berdasarkan spl dan klorofil-a
di perairan pesisir pulau ternate. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan
(agrikan UMMU-Ternate). Vol 8(2).
Ledheng L., Theresia A. M. M., Blasius A. 1997. Biologi reproduksi ikan nipi
(Hemiramphus far) diperairan laut pantai utara kabupaten timor tengah
utara. Jurnal presentasi bahan pembuatan kompos. Vol 23(1): 488-506.
Nggajo R., Yusli W & Neviaty P. Z. 2009. Keterkaitan sumberdaya ikan ekor
kuning (Caesio cuning) dengan karakteristik habitat pada ekosistem
terumbu karang di kepulauan seribu. Jurnal ilmu-ilmu perairan dan
perikanan indonesia. Vol 16 (2): 97-109.
Parenti P & Randall J. E. 2011. Checklist of the species of the families labridae
and scaridae: an update. Jurnal checklist of labridae and scaridae.

Pratama M., Muzakkir B., Nurul A. A. R. S. 2014. Analisis kadar protein dan
lemak ikan julung-julung asap (Hemiramphus far) asal kecamatan kayoa
maluku utara dengan metode kjeldahl dan gravimetri. Jurnal as-syifaa.
Vol 06(02): 178-186.
Prihartini A., Sutrisno A & Asriyanto. 2007. Analisis tampilan biologis ikan
layang (Decapterus sp) hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di
ppn pekalongan. Jurnal pasir laut. Vol 3(1): 61-75.
Prihatiningsih., Isa N. E & Bambang S. 2018. Biologi reproduksi, pertumbuhan
dan mortalitasikan ekorkuning (caesio cuning bloch, 1791) diperairan
natuna. Jurnal Bawal. Vol 10 (1): 1-15.
Samad A. G. 1998. Beberapa catatan tentang biologi ikan layang marga
Decapterus. Jurnal oseana. Vol. XXIII (2): 27-36.
Suwarso & Achmad Z. 2014. Analisis struktur populasi tiga species layang
(Decapterus spp.) di laut jawa dan sekitar sulawesi: saran pengelolaan
berkelanjutan ikan pelagis kecil dan evaluasi wpp. Jurnal kebijakan
perikanan indonesia. Vol 6(2): 75-86.
Tangke U. 2013. Pengaruh waktu dan spl terhadap jumlah hasil tangkapan ikan
julung (Hemiramphus far). Jurnal ilmiah agribisnis dan perikanan
(agrikan UMMU-Ternate). Vol 6(1).
Yousuf F & Saira K. 2008. Length-weight relationshisp and relative conditions
factor for the halfbeak Hemiramphus far forsskal, 1775 from the karachi
coast. Jurnal Rajshahi University Zoological Society. Vol 27(1): 103-
104.

Anda mungkin juga menyukai