PRAKTIKUM II
MORFOMETRIK IKAN
OLEH :
NAMA : AHMAD YAMIN
STAMBUK : I1C1 18 051
JURUSAN : ILMU KELAUTAN
KELOMPOK : II (Dua)
ASISTEN PEMBIMBING : HERI SURIYONO
Ikhtiologi berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu “ichthyes” yang
artinya ikan dan Logos artinya ilmu (ajaran). Dengan demikian ikhtiologi adalah
Ikhtiologi juga merupakan salah satu cabang ilmu biologi (zoologi) dan
terbagi atas dua yaitu ikhtiologi sistematika dan ikhtiologi fungsional. Ikhtiologi
lebih mengarah pada fungsi organ pada ikan. Ilmu pengetahuan tentang ikan
dimunculkan oleh rasa ingin tahu oleh manusia dan kebutuhan akan informasi
ini adalah para ahli ikan profesional maupun yang bukan. Banyak kontribusi
tentang ikan yang datang dari para ahli filsafat, nelayan dan para penggemar
hewan air.
poikilotermis, memiliki ciri khas pada tulang belakang, insang dan siripnya serta
gerakan air yang disebaban oleh arah angin. Dari keseluruhan vertebrata, sekitar
50,000 jenis hewan, ikan merupakan kelompok terbanyak di antara vertebrata lain
memiliki jenis atau spesies yang terbesar sekitar 25,988 jenis yang terdiri dari 483
famili dan 57 ordo. Iktiologi pada awalnya diperkenalkan oleh Aristotels (384-322
bentuk tubuh ikan. Karakter morfometrik yang sering digunakan antara lain:
panjang total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan, tinggi dan
panjang sirip, dan diameter mata . Studi morfometrik secara kuantitatif memiliki
atau cara menghitung berbagai ukuran ikan yang dapat digunakan dalam
Manfaat dari praktikum ini yakni dapat menghitung berbagai ukuran ikan
Klasifikasi dari ikan ekor kuning menurut Juanita et all., (2008) adalah
sebagai bertikut:
Kindom: animalia
Phylum: Chordata
Class: Actinopterygii
Order : Perciformes
Family : Caesionidae
Genus : Caesio
Species : caesio cuning
Klasifikasi dari ikan layang menurut John et all., (2013) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Perciformes
Family : Carangidae
Genus : Decapterus
Species : Decapterus sp.
Klasifikasi dari ikan kakatua menurut Parenti dan Randall (2011) adalah
sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Class: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Family: Scaridae
Genus: Scarus
Species: Scarus sp.
memiliki bentuk badan sub selindris, memanjang dengan rahang atas pendek
tidak bersisik, badan dengan sisik lingkaran yang relatif besar, sirip-sirip tidak
mempunyai jari-jari keras, sirip punggung dan sirip dubur terletak jauh dibelakang
sirip dada, garis rusuk terletak dibadan bagian bawah dengan warna tubuh
dibagian atas hijau kebiruan, bagian bawah biru muda keperakan (Pratama et all.,
2014).
Morfologi dari ikan ekor kuning (Caesio cuning) yakni bentuk badan
memanjang, melebar dan gepeng, mulut kecil dan serong, memiliki gigi kecil dan
lancip. Dua gigi taring pada rahang bawah dan yang halus pada langit-langit.
Jari-jari keras sirip punggung10 dan yang lemah 15, sedangkan jari-jari keras pada
sirip dubur 3 dan yang lemah 11. Ikan ini memiliki sisik tipis pada garis rusuknya,
sisik-sisik kasar dibagian atas dan bawah garis rusuk serta tersusun horizontal,
agak gepeng. Dua sirip punggung, sirip punggung pertama berjari-jari keras 9 (1
meniarap, 8 biasa), sirip punggung kedua berjari-jari keras 1 dan 30-32 lemah.
Sirip dubur berjari-jari keras 2 (lepas) dan 1 bergabung dengan 22-27 jari-jari sirip
lemah. Dibelakang sirip punggung kedua dan dubur terdapat 1 finlet. Warna, biru
kehijauan, bagian atas hijau pupus, bagian bawah putih perak. Sirip abu-abu
kekuningan atau kuning pucat. Satu totol hitam terdapat pada tepi atas penutup
Ikan kakatua dapat dikenali dengan mudah, misalnya melalui bentuk dan
susunan gigi yang amat khusus. Semua gigi bergabung membentuk semacam flat,
baik di rahang atas maupun di rahang bawah. Struktur gigi tersebut sangat kuat
karena terbungkus pula oleh otot- otot yang amat kuat sebagai penyangga antara
rahang atas dan rahang bawah. Pada langitlangit dalam mulut terdapat suatu
lapisan gigi yang merata, dengan demikian tenaga gabungan gigi dan struktur
rongga mulut memiliki kekuatan luar biasa untuk melumat makanan apapun yang
dapat masuk. Di samping gigi yang khas, bentuk tubuh dan corak warna juga amat
spesifik sehingga siapapun dapat mengenali hewan ini secara mudah (Adrim,
2008).
Bentuk tubuh agak pipih dan lonjong, bentuk moncong membundar dan
kepala tumpul, sirip punggung bergabung antara 9 duri keras dan 10 duri lemah.
Sirip dubur dengan tiga duri keras dan 9 duri lemah. Sirip dada dengan 13- 17 duri
lemah. Sirip perut dengan satu duri keras dan lima duri lemah. Sisik besar dan
tidak bergerigi (cycloid). Gurat sisi memiliki 22-24 sisik berporos, dan terpisah
dua bagian. Pada pipi terdapat 1-4 sisik. Jumlah sisik sebelum sirip punggung ada
2-8. Pada rahang atas dan bawah terdapat gigi plat yang kuat. Struktur gigi ikan
ini agak unik, disebut gigi plat karena susunan gigi menyatu dan di tengah ada
celah. Pada ikan dewasa terdapat satu atau dua taring pendek di samping rahang
Ikan julung julung (Hemirhampidae) atau ikan roa adalah ikan pelagis
yang hidup di perairan pantai ke arah lepas pantai dan hanya terlihat bergerombol
di sekitar perairan karang ketika akan memijah karena ikan ini melepaskan telur di
terumbu karang yang subur dan memiliki sumber makanan alami bagi induk
maupun anakan ikan roa. Gerombolan ikan roa yang mengadakan migrasi ke
perairan ini untuk melakukan pemijahan karena ikan yang tertangkap hampir
seluruhnya dalam kondisi hampir bertelur. Dalam kondisi matang gonad ini tubuh
ikan menjadi berat dan gerakan renang ikan menjadi lambat, pada saat inilah ikan
Ikan ekor kuning hidup di daerah teumbu karang dan populasinya dalam
bentuk gerombolan (schooling) tidak begitu besar, memiliki penyebaran luas dan
Nggajo et all., (2009). Ikan ekor kuning hidup diperairan pantai karang, perairan
karang dengan suhu perairan lebih dari 200 C. Hidupnya berasosiasi dengan
pada perairan dengan variasi salinitas yang sempit, biasanya sekitar 31-33%.
Karena di laut jawa terjadi perubahan pola arus dan pola sebaran salinitas yang
tergantung pada musim maka ikan layang berupaya (migrasi) sesuai dengan pola
Pada umumnya Ikan kakatua (Scarus sp.) hidup di perairan tropis dan
subtropis. Ikan kakatua tergolong ikan pangan, tetapi karena memiliki serat
daging lebih halus dan lunak, ikan ini lebih cepat mengalami proses pembusukan
setelah ditangkap jika tidak diberi es atau garam. Pada umumnya ikan kakatua
hidup secara berkelompok dalam aktivitas harian, dan hanya beberapa jenis saja
umumnya adalah vivipar yang berbeda, yakni spesies ini meletakkan telurnya
untuk dibuahi. Tipe reproduksi tersebut selanjutnya dikenal dengan istilah zygo
pada ukuran 22,92 cm, dengan batas kepercayaan antara 21,86 sampai dengan
satu cara untuk mengetahui tingkat kematangan ikan yaitu dengan mengukur
panjang gonad dan rongga tubuh (bidy cavity), disamping dilihat dari mata sahaja
warna gonad dan pembuluh darah, serta butir-butir telur (Samad, 1998).
serentak ke permukaan oleh individu jantan dan seketika itu pula ikan betina
naik dan setelah melepaskan kedua gonad jantan dan betina dengan cepat ikan
kemudian menyebar ke daerah perairan karang lain di sekitarnya atau daerah lebih
jauh dari tempat asalnya. Pergerakan dari larva tersebut umumnya akan bersifat
pasif mengikuti gerakan arus dan gelombang laut. Larva kemudian berkembang
menjadi ikan muda (juvenile) di habitat terumbu karang atau padang lamun
(Adrim, 2008).
yaitu bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan hubungan panjang berat
dan faktor kondisi ikan julung-julung. Selama penelitian tertangkap 136 ekor ikan
julung-julung dan hasil analisis kebiasaan isi lambung diperoleh semut merah
Formica sp. ditemukan pada 71 ekor sampel ikan (52,53%) dan diikuti oleh semut
hitam Dolichoderus sp. pada 52 ekor sampel (38,38%) dan kedua jenis makanan
Ikan ekor kuning hidup dengan kebiasaan memakan plankton. Jenis ini
sering dijumpai dalam bentuk gerombolan besar di bagian atas arus dekat karang
terhadap algae halus yang tumbuh menutupi permukaan karang mati. Vegetasi
algae biru, coklat, merah dan hijau biasanya merupakan sumber makanan bagi
dan foraminifera yang berasosiasi dengan vegetasi algae, sehingga ikan ini dapat
plat yang amat kuat, kemudian makanan tersebut masuk ke rongga mulut , setelah
itu dicerna lagi oleh plat gigi parinx. Hasil proses makanan dari mulut tersebut
dan mineral diserap oleh tubuh melalui usus. Ampas kotoran yang dikeluarkan
melalui anus ternyata sebagian besar berupa fragmen kalkareus (calcareous algae)
sangat diminati oleh pasar apalagi untuk produk ikan julung-julung asap, sehingga
harganya juga tetap stabil. Hal ini mendorong nelayan sangihe berusaha untuk
biologi dan lingkungan dari ikan julung-julung tersebut (Yousuf dan Saira, 2008).
Ikan ekor kuning memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan penyumbang
Nggajo et all., (2009) nilai ekonomis ikan ekor kuning merupakan jenis ikan
komsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting. Salah satu jenis ikan karang
yang dominan dan menjadi sala satu target penangkapan di perairan kepulauan
Ikan layang merupakan ikan pelagis kecil yang termasuk dalam komoditas
dagingnya memiliki tekstur yang kompak dengan citra rasa yang banyak di
gemari orang, sehingga menjadi salah satu sumber pemenuhan protein hewani
Nilai ekonomis dari ikan kakatua tergolong ikan pangan, tetapi karena
memiliki serat daging lebih halus dan lunak, ikan ini lebih cepat mengalami
proses pembusukan setelah ditangkap jika tidak diberi es atau garam. Ikan ini
cukup digemari dan sangat laku di pasaran. Ikan kakatua sangat digemari dan
G. Morfometrik
titik ke titik yang lain tanpa melalui lengkungan badan. Metode pengukuran
standar ikan antara lain panjang standar, moncong/bibir, sirip punggung atau
tinggi badan dan ekor. Ikan bertulang belakang memiliki beraneka ragam
antara lain: panjang total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan,
tinggi dan panjang sirip, dan diameter mata (Muhotimah dkk, 2013).
Alat dan Bahan yang digunakan dalam Praktikum ini adalah sebagai
berikut:
C. Prosedur kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikum sistem Integumen adalah sebagai
berikut:
- Mengambil dokumentasi
- Mengukur bentuk tubuh, bentuk mulut, sungut, sirip, ekor, sirip pelfik,
sirip anal, warnah tubuh, bar, band, panjang maxilla, jumlah jari-jari sirip
Keterangan :
1. Ikan julung-julung (Hemirhampidae)
2. Ikan Ekor Kuning (caesio cuning)
3. Ikan Layang (Decapterus sp.)
4. Ikan kakatua (Scarus sp.)
B.Pemabahasan
Berdasarkan hasil pengamatan ikan julung-julung (Hemirhampidae) yaitu,
memiliki berat tubuh yang tidak diketahui, memiliki panjang total 29 cm,
memiliki panjang standar 25,5 cm, memiliki panjang kepala 9,5 cm, panjang
sebelum sirip dorsal 20,5 cm, panjang sebelum sirip pelvik 17 cm, panjang
sebelum sirip anal 21 cm, tinggi kepala 1,7 cm, tinggi badan 2 cm, tinggi batang
ekor 1,5 cm, panjang batang ekor 2,5 cm, memiliki diameter mata 1,4 cm,
memiliki jarak mata ke tutup insang 3,2 cm, memiliki panjang hidung 5,5 cm,
lebar badan 2,5 cm, panjang dasar sirip dorsal 3 cm, panjang dasar sirip anal 2,5
cm, panjang dasar sirip pelvik 0,4 cm, panjang dasar sirip pektoral 0,6 cm,
panjang sirip ekor bagian atas 3,5 cm, panjang sirip ekor bagian bawah 4,5 cm,
memiliki panjang moncong 5 cm, memiliki panjang maxilla 1,5 cm, panjang
premaxilla 0,5 cm, memiliki jumlah jari-jari sirip dorsal 25, untuk jari-jari keras
14 dan jari-jari lemah 11, memiliki jari-jari sirip anal 25, untuk jari-jari kerasnya
13 dan jari-jari lemah 12 serta simbol rumus sirip dorsal D.XIV.11 dan rumus
sirip anal D:8. Hal ini tidak sesuai dengan peryataan dari Zuliani et all., (2016),
tubuh ikan pada ikan ekor kuning (C.cuning) memiliki berat tubuh yang tidak
diketahui, memiliki panjang tota 16,5 cm, panjang standar 14 cm, memiliki
panjang kepala 5 cm, panjang sebelum sirip dorsal 5 cm, panjang sebelum sirip
pelvik 4,5 cm, memiliki panjang sirip anal 9,5 cm, memiliki tinggi kepala 3,5 cm,
tinggi badan 6 cm, untuk tinggi batang ekor 2 cm, panjang batang ekor 1,9 cm,
untuk diameter mata 0,8 cm, jarak mata ke tutup insang 3,5 cm, memiliki panjang
hidung sekitar 1,5 cm, untuk lebar badannya 2,7 cm, panjang dasar sirip dorsal 8
cm, panjang dasar sirip anal 3,5 cm, panjang dasar sirip pelvik 1 cm, untuk
panjang dasar sirip pektoralnya 1 cm, panjang sirip ekor bagian atas 3 cm, panjang
sirip ekor bagian bawah 3 cm, panjang moncongnya 0,5 cm, panjang maxilla 1,5
cm, panjang premaxilla 1 cm, jumlah jari-jari sirip dorsal 14, untuk jari-jari
kerasnya 10 dan jari-jari lemahnya 4, jumlah jari-jari sirip analnya 16, untuk jari-
jari kerasnya 7 dan jari-jari lemahnya 9 kemudian tidak mempunyai simbol rumus
sirip dorsal, dan sirip analnya D:11. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan dari
Prihatiningsih et al., (2018), yang menyatakan bahwa panjang total C. cuning 15,8
cm dan ukuran ikan pada bulan April, ukuran ikan masing-masing 22,8 cm; 26,3
tubuh ikan pada ikan layang (Decapterus sp.) memiliki berat tubuh yang tidak
diketahui, untuk panjang totalnya 20 cm, panjang standar 17,5 cm, panjang kepala
4 cm, panjang sebelum sirip dorsalnya 6 cm, panjang sebelum sirip pelviknya 4,5
cm, untuk panjang sebelum sirip analnya 13 cm, memiliki tinggi kepala 2,7 cm,
untuk tinggi badannya 4,5 cm, memiliki tinggi batang ekor 1 cm, untuk panjang
batang ekornya 1,5 cm, memiliki diameter mata 0,8 cm, untuk jarak mata ke tutup
insang 2,6 cm, untuk panjang hidungnya 0,5 cm, memiliki lebar badan 2 cm,
panjang dasar sirip dorsalnya 4,8 cm, panjang dasar sirip analnya 3 cm, panjang
dasar sirip pelvik 0,6 cm, dan panjang dasar sirip pektoral 0,5 cm, memiliki
panjang sirip ekor bagian atas sekitar 4,5 cm, panjang sirip ekor bagian bawah 2,5
cm, untuk panjang moncongnya 1,5 cm, memiliki panjang maxilla 1,4 cm dan
panjang premaxilla 1 cm, jumlah jari-jari sirip dorsalnya 14, untuk jari-jari
kerasnya 6 dan jari-jari lemahnya 8, jumlah jari-jari sirip analnya 12, untuk jari-
jari kerasnya 11 dan jari-jari lemahnya 6 serta simbol rumus sirip dorsal D.VI.8
dan sirip analnya D:7. Hal ini tidak sesuai pernyataan dari (Setiawan, 2009).
tubuh yang tidak diketahui, untuk panjang totalnya 14 cm, memiliki panjang
standar 11 cm, panjang kepala 9,5 cm, panjang sebelum sirip dorsal 3,5 cm,
panjang sebelum sirip pelviknya 3 cm dan panjang sebelum sirip analnya 5 cm,
memiliki tinggi kepala 3 cm, tinggi badannya 4,5 cm, memiliki tinggi batang ekor
12 cm, untuk panjang batang ekor 1 cm, memiliki diameter mata 1,3 cm, jarak
mata ke tutup insang 3,.2 cm, memiliki panjang hidung 3 cm, memiliki lebar
badan yang tidak diketahui, panjang dasar sirip dorsal 1,5 cm, panjang dasar sirip
analnya 1,3 cm, panjang dasar sirip pelvik 0,8 cm dan panjang dasar sirip pektoral
3,5 cm, panjang sirip ekor bagian atas 4 cm dan panjang sirip ekor bagian
bawahnya 5,1 cm, memiliki panjang moncong 1 cm, panjang maxillanya 1,2 cm
dan panjang premaxillanya tidak diketahui, memilki jumlah jari-jari sirip dorsal
tidak diketahui, untuk jari-jari kerasnya tidak diketahui, jari-jari lemahnya tidak
diketahui, jumlah jari-jari sirip anal 3, untuk jari-jari kerasnya 6 serta memiliki
simbol rumus sirip dorsal D.X.4 dan sirip analnya D:22. Hal ini sesuai dengan
beda yaitu:
yaitu panjang total 29 cm, panjang standard 25,5 cm, panjang kepala 9,5
cm, panjang sebelum sirip pervik 17 cm, panjang sebelum sirip anal 21
yaitu panjang total 16,5 cm, panjang standard 14 cm, panjang kepala 5 cm,
panjang sebelum sirip pervik 4,5 cm, panjang sebelum sirip anal 9,5 cm,
panjang total 20 cm, panjang standard 17,5 cm, panjang kepala 4 cm,
panjang sebelum sirip pelvik 4,5 cm, panjang sebelum sirip anal 13 cm,
panjang total 14 cm, panjang standard 11 cm, panjang kepala 9,5 cm,
panjang sebelum sirip pervik 3 cm, panjang sebelum sirip anal 5 cm, tinggi
B. Saran
Saran saya pada paktikum ini agar semua teman-teman praktikan dapat
bekerja sama dalam praktikum dan mematuhi tata tertib yang ada dalam
DAFTAR PUSTAKA
Adrim M. 2008. Aspek biologi ikan kakatua (suku Scaridae). Jurnal oseana.
Vol XXXIII (1): 41-50.
Iqbal A. B. 2012. Ikhtiologi, ikan dan segala aspek kehidupannya. Grup
penerbitan cv budi utama. Jl. Kaliurang km, 9,3-Yogyakarta 55581:2-15.
John E. K., Frans G. I & Agnes T. A. 2013. Staphylococus sp. pada ikan layang
(Decapterus russelii) asap pinekuhe produk khas sangihe. Jurnal media
teknologi hasil perikanan. Vol 1(2).
Juanita I. I., Sri T. H., & Indar S. W. 2016. Pertumbuhan, sebaran ukuran panjang
dan kematangan gonad ikan ekor kuning di perairan kepulauan seribu.
Jurnal prosiding seminar nasional ikan VI : 293-298.
Kawimbang E., Isrojaty J.P & Mariana E.K. 2012. Pendugaan stok dan musim
penangkapan ikan julung-julung dengan soma roa di perairan
Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap. Vol 1(1): 10-17.
Laitupa F. S., Sahril K., Askar M. L & Umar T. 2015. Pendugaan daerah potensial
penangkapan ikan layang (Decapterus sp.) berdasarkan spl dan klorofil-a
di perairan pesisir pulau ternate. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan
(agrikan UMMU-Ternate). Vol 8(2).
Muhotimah, Bambang T, Susilo B., & Toni K. 2013. Analisis Morfometrik Dan
Meristik Nilai (Oreochromis Sp.) Strain Larasati Fs Dan Teluannya. Jurnal
Perikanan. Vol 15(1).
Nggajo R., Yusli W & Neviaty P. Z. 2009. Keterkaitan sumberdaya ikan ekor
kuning (Caesio cuning) dengan karakteristik habitat pada ekosistem
terumbu karang di kepulauan seribu. Jurnal ilmu-ilmu perairan dan
perikanan indonesia. Vol 16 (2): 97-109.
Parenti P & Randall J. E. 2011. Checklist of the species of the families labridae
and scaridae: an update. Jurnal checklist of labridae and scaridae.
Pratama M., Muzakkir B., Nurul A. A. R. S. 2014. Analisis kadar protein dan
lemak ikan julung-julung asap (Hemiramphus far) asal kecamatan kayoa
maluku utara dengan metode kjeldahl dan gravimetri. Jurnal as-syifaa.
Vol 06(02): 178-186.
Prihartini A., Sutrisno A & Asriyanto. 2007. Analisis tampilan biologis ikan
layang (Decapterus sp) hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di
ppn pekalongan. Jurnal pasir laut. Vol 3(1): 61-75.
Prihatiningsih., Isa N. E & Bambang S. 2018. Biologi reproduksi, pertumbuhan
dan mortalitasikan ekorkuning (caesio cuning bloch, 1791) diperairan
natuna. Jurnal Bawal. Vol 10 (1): 1-15.
Samad A. G. 1998. Beberapa catatan tentang biologi ikan layang marga
Decapterus. Jurnal oseana. Vol. XXIII (2): 27-36.
Setiawan R. 2009. Teknik pengukuran morfometrik pada ikan layang
(Decapterus russelli) diperairan maumere, Nusa Tenggara Timur. Jurnal
BTL. Vol 7(2): 69-71.
Suwarso & Achmad Z. 2014. Analisis struktur populasi tiga species layang
(Decapterus spp.) di laut jawa dan sekitar sulawesi: saran pengelolaan
berkelanjutan ikan pelagis kecil dan evaluasi wpp. Jurnal kebijakan
perikanan indonesia. Vol 6(2): 75-86.
Tangke U. 2013. Pengaruh waktu dan spl terhadap jumlah hasil tangkapan ikan
julung (Hemiramphus far). Jurnal ilmiah agribisnis dan perikanan
(agrikan UMMU-Ternate). Vol 6(1).
Yousuf F & Saira K. 2008. Length-weight relationshisp and relative conditions
factor for the halfbeak Hemiramphus far forsskal, 1775 from the karachi
coast. Jurnal Rajshahi University Zoological Society. Vol 27(1): 103-
104.
Zuliani Z., Zainal A. M & Nurfadilah N. 2016. Kebiasaan makanan dan hubungan
panjang berat ikan julung-julung (Dermogeny sp.) di sungai alur hitam
kecamatan bendahara kabupaten aceh tamia. Jurnal ilmiah mahasiswa
kelautan dan perikanan unsyiah. Vol 1(1): 12-24.