Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN IKTIOLOGI

PRAKTIKUM II
MORFOMETRIK IKAN

OLEH :
NAMA : AHMAD YAMIN
STAMBUK : I1C1 18 051
JURUSAN : ILMU KELAUTAN
KELOMPOK : II (Dua)
ASISTEN PEMBIMBING : HERI SURIYONO

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ikhtiologi berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu “ichthyes” yang

artinya ikan dan Logos artinya ilmu (ajaran). Dengan demikian ikhtiologi adalah

suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari ikan dengan segala aspek

kehidupannya. Ikan didefinisikan sebagai binatang vertebrata yang berdarah

dingin (polikiloterm), hidup dalam lingkungan air, pergerakan dan kesetimbangan

badannya terutama menggunakan sirip dan pada umumnya bernafas dengan

insang (Iqbal, 2012).

Ikhtiologi juga merupakan salah satu cabang ilmu biologi (zoologi) dan

terbagi atas dua yaitu ikhtiologi sistematika dan ikhtiologi fungsional. Ikhtiologi

sistematika berbicara tentang morfologi ikan, sedangkan ikhtiologi fungsional

lebih mengarah pada fungsi organ pada ikan. Ilmu pengetahuan tentang ikan

dimunculkan oleh rasa ingin tahu oleh manusia dan kebutuhan akan informasi

untuk kepentingan perdagangan dan industri ataupun pariwisata. Keuntungan

mempelajari ikhtiologi hampir tak terbatas, orang-orang yang mempelajari ilmu

ini adalah para ahli ikan profesional maupun yang bukan. Banyak kontribusi

tentang ikan yang datang dari para ahli filsafat, nelayan dan para penggemar

hewan air.

Ikan merupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang bersifat

poikilotermis, memiliki ciri khas pada tulang belakang, insang dan siripnya serta

tergantung pada air sebagai medium untuk kehidupannya. Ikan memiliki

kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk

menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau

gerakan air yang disebaban oleh arah angin. Dari keseluruhan vertebrata, sekitar
50,000 jenis hewan, ikan merupakan kelompok terbanyak di antara vertebrata lain

memiliki jenis atau spesies yang terbesar sekitar 25,988 jenis yang terdiri dari 483

famili dan 57 ordo. Iktiologi pada awalnya diperkenalkan oleh Aristotels (384-322

SM). Aristoteles melakukan observasi untuk membedakan dan membuat cirri-ciri

ikan hingga diperoleh sekitar 115 jenis (Iqbal, 2012).

Morfometrik adalah ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh ikan

(measuring methods). Morfometri sebagai suatu penandaan yang menggambarkan

bentuk tubuh ikan. Karakter morfometrik yang sering digunakan antara lain:

panjang total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan, tinggi dan

panjang sirip, dan diameter mata . Studi morfometrik secara kuantitatif memiliki

tiga manfaat, yaitu: membedakan jenis kelamin dan spesies, mendeskripsikan

pola-pola keragaman morfologis antar populasi atau spesies, serta mengklasifi

kasikan dan menduga hubungan fi logenik ( Muhotimah, 2013).

B. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari praktikum ini yakni untuk memperkenalkan metode

atau cara menghitung berbagai ukuran ikan yang dapat digunakan dalam

identifikasi ikan dan kuantifikasi morfologi ikan.

Manfaat dari praktikum ini yakni dapat menghitung berbagai ukuran ikan

yang digunakan dalam mengidentifikasi morfologi ikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Klasifikasi Ikan

Klasifikasi dari ikan julung-julung menurut Pratama et all., (2014) adalah


sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Acttinopterygii
Order: Beloniformes
Family: Hemiramphidae
Genus:Hemirhampus
Species:Hemirhampus sp.

Gambar 1. Morfologi Ikan Julung-julung (Hemirhampidae)


(Sumber : Dok. Pribadi, 2019)

Klasifikasi dari ikan ekor kuning menurut Juanita et all., (2008) adalah
sebagai bertikut:
Kindom: animalia
Phylum: Chordata
Class: Actinopterygii
Order : Perciformes
Family : Caesionidae
Genus : Caesio
Species : caesio cuning

Gambar 1. Morfologi Ikan ekor kuning (caseo cuning)


(Sumber : Dok. Pribadi, 2019)

Klasifikasi dari ikan layang menurut John et all., (2013) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Perciformes
Family : Carangidae
Genus : Decapterus
Species : Decapterus sp.

Gambar 3. Morfologi ikan Layang (Decapterus sp.)


(Sumber : Dok. Pribadi, 2019)

Klasifikasi dari ikan kakatua menurut Parenti dan Randall (2011) adalah
sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Class: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Family: Scaridae
Genus: Scarus
Species: Scarus sp.

Gambar 2. Morfologi ikan kakatua (Scarus sp.)


(Sumber : Dok. Pribadi, 2019)

B. Morfologi dan Anantomi Ikan

Morfologi dari ikan julung-julung (Hemirhampidae) secara umum adalah

memiliki bentuk badan sub selindris, memanjang dengan rahang atas pendek

membentuk paruh sedangkan rahang bawah panjang membentuk segitiga, kepala

tidak bersisik, badan dengan sisik lingkaran yang relatif besar, sirip-sirip tidak

mempunyai jari-jari keras, sirip punggung dan sirip dubur terletak jauh dibelakang

sirip dada, garis rusuk terletak dibadan bagian bawah dengan warna tubuh

dibagian atas hijau kebiruan, bagian bawah biru muda keperakan (Pratama et all.,

2014).

Morfologi dari ikan ekor kuning (Caesio cuning) yakni bentuk badan

memanjang, melebar dan gepeng, mulut kecil dan serong, memiliki gigi kecil dan

lancip. Dua gigi taring pada rahang bawah dan yang halus pada langit-langit.

Jari-jari keras sirip punggung10 dan yang lemah 15, sedangkan jari-jari keras pada
sirip dubur 3 dan yang lemah 11. Ikan ini memiliki sisik tipis pada garis rusuknya,

sisik-sisik kasar dibagian atas dan bawah garis rusuk serta tersusun horizontal,

sisik pada kepala mulai dari mata (Nggajo et all, 2009).

Morfologi dari ikan layang (Decapterus russelli) yakni badan memanjang,

agak gepeng. Dua sirip punggung, sirip punggung pertama berjari-jari keras 9 (1

meniarap, 8 biasa), sirip punggung kedua berjari-jari keras 1 dan 30-32 lemah.

Sirip dubur berjari-jari keras 2 (lepas) dan 1 bergabung dengan 22-27 jari-jari sirip

lemah. Dibelakang sirip punggung kedua dan dubur terdapat 1 finlet. Warna, biru

kehijauan, bagian atas hijau pupus, bagian bawah putih perak. Sirip abu-abu

kekuningan atau kuning pucat. Satu totol hitam terdapat pada tepi atas penutup

insang (Suwarso dan Achmad, 2014).

Ikan kakatua dapat dikenali dengan mudah, misalnya melalui bentuk dan

susunan gigi yang amat khusus. Semua gigi bergabung membentuk semacam flat,

baik di rahang atas maupun di rahang bawah. Struktur gigi tersebut sangat kuat

karena terbungkus pula oleh otot- otot yang amat kuat sebagai penyangga antara

rahang atas dan rahang bawah. Pada langitlangit dalam mulut terdapat suatu

lapisan gigi yang merata, dengan demikian tenaga gabungan gigi dan struktur

rongga mulut memiliki kekuatan luar biasa untuk melumat makanan apapun yang

dapat masuk. Di samping gigi yang khas, bentuk tubuh dan corak warna juga amat

spesifik sehingga siapapun dapat mengenali hewan ini secara mudah (Adrim,

2008).

Bentuk tubuh agak pipih dan lonjong, bentuk moncong membundar dan

kepala tumpul, sirip punggung bergabung antara 9 duri keras dan 10 duri lemah.

Sirip dubur dengan tiga duri keras dan 9 duri lemah. Sirip dada dengan 13- 17 duri
lemah. Sirip perut dengan satu duri keras dan lima duri lemah. Sisik besar dan

tidak bergerigi (cycloid). Gurat sisi memiliki 22-24 sisik berporos, dan terpisah

dua bagian. Pada pipi terdapat 1-4 sisik. Jumlah sisik sebelum sirip punggung ada

2-8. Pada rahang atas dan bawah terdapat gigi plat yang kuat. Struktur gigi ikan

ini agak unik, disebut gigi plat karena susunan gigi menyatu dan di tengah ada

celah. Pada ikan dewasa terdapat satu atau dua taring pendek di samping rahang

atas pada posisi beiakang (Adrim, 2008).

C. Habitat dan Penyebaran Ikan

Ikan julung julung (Hemirhampidae) atau ikan roa adalah ikan pelagis

yang hidup di perairan pantai ke arah lepas pantai dan hanya terlihat bergerombol

di sekitar perairan karang ketika akan memijah karena ikan ini melepaskan telur di

terumbu karang yang subur dan memiliki sumber makanan alami bagi induk

maupun anakan ikan roa. Gerombolan ikan roa yang mengadakan migrasi ke

perairan ini untuk melakukan pemijahan karena ikan yang tertangkap hampir

seluruhnya dalam kondisi hampir bertelur. Dalam kondisi matang gonad ini tubuh

ikan menjadi berat dan gerakan renang ikan menjadi lambat, pada saat inilah ikan

ditangkap dengan soma roa (Kawimbang et al., 2012).

Ikan ekor kuning hidup di daerah teumbu karang dan populasinya dalam

bentuk gerombolan (schooling) tidak begitu besar, memiliki penyebaran luas dan

umumnya berharga tinggi (Prihatiningsih et all., 2018). Sedangkan menurut

Nggajo et all., (2009). Ikan ekor kuning hidup diperairan pantai karang, perairan

karang dengan suhu perairan lebih dari 200 C. Hidupnya berasosiasi dengan

terumbu karang dan dapat ditemukan diperairan kepulaun seribu.


Ikan layang (Decapterus sp) mempunyai sifat stenohalin, artinya hidup

pada perairan dengan variasi salinitas yang sempit, biasanya sekitar 31-33%.

Karena di laut jawa terjadi perubahan pola arus dan pola sebaran salinitas yang

tergantung pada musim maka ikan layang berupaya (migrasi) sesuai dengan pola

itu (Laitupa et al., 2015).

Pada umumnya Ikan kakatua (Scarus sp.) hidup di perairan tropis dan

subtropis. Ikan kakatua tergolong ikan pangan, tetapi karena memiliki serat

daging lebih halus dan lunak, ikan ini lebih cepat mengalami proses pembusukan

setelah ditangkap jika tidak diberi es atau garam. Pada umumnya ikan kakatua

hidup secara berkelompok dalam aktivitas harian, dan hanya beberapa jenis saja

yang hidup sendiri-sendiri atau berpasangan (Adrim, 2008).

D. Fisiologis dan Reproduksi Ikan

Ikan Julung-julung (Hemirhampidae) memiliki tipe reproduksi yang

umumnya adalah vivipar yang berbeda, yakni spesies ini meletakkan telurnya

untuk dibuahi. Tipe reproduksi tersebut selanjutnya dikenal dengan istilah zygo

atau embryoporus. Pada d. Pusilla juga memiliki kemampuan menyimpan sperma

dengan tipe larva bersifatlesitotrofik proses pemijahan bisa berlangsung

sepanjang tahun di habitat alaminya, larva yang dilahirkan selalu di temukan di

setiap bulan (Tangke, 2013).

Ikan ekor kuning memiliki ukuran pertama kali matang gonat

(length of first maturity, l m) Caesio cuning diperairan kepulauan seribu berada

pada ukuran 22,92 cm, dengan batas kepercayaan antara 21,86 sampai dengan

24,03 cm (Juanita et all., 2016).


Ikan layang memiliki pengetahuan tentang kematangan ikan perlu untuk

mengetahui ikan-ikan memijah, sehingga penangkapnnya dapat dikontrol. Salah

satu cara untuk mengetahui tingkat kematangan ikan yaitu dengan mengukur

panjang gonad dan rongga tubuh (bidy cavity), disamping dilihat dari mata sahaja

warna gonad dan pembuluh darah, serta butir-butir telur (Samad, 1998).

Reproduksi ikan kakatua Pemijahan ditandai dengan suatu cara gerakan

serentak ke permukaan oleh individu jantan dan seketika itu pula ikan betina

pasangannya mengikuti. Telur dan sperma dibebaskan ketika melakukan gerakan

naik dan setelah melepaskan kedua gonad jantan dan betina dengan cepat ikan

kembali ke dasar. Telur yang dihasilkan berukuran kecil, berbentuk bulat

mengapung di permukaan. Telur tersebut kemudian menetas menghasilkan larva,

kemudian menyebar ke daerah perairan karang lain di sekitarnya atau daerah lebih

jauh dari tempat asalnya. Pergerakan dari larva tersebut umumnya akan bersifat

pasif mengikuti gerakan arus dan gelombang laut. Larva kemudian berkembang

menjadi ikan muda (juvenile) di habitat terumbu karang atau padang lamun

(Adrim, 2008).

E. Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan

Penelitian tentang kebiasaan makan ikan julung-julung (Hemirhampidae)

yaitu bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan hubungan panjang berat

dan faktor kondisi ikan julung-julung. Selama penelitian tertangkap 136 ekor ikan

julung-julung dan hasil analisis kebiasaan isi lambung diperoleh semut merah

Formica sp. ditemukan pada 71 ekor sampel ikan (52,53%) dan diikuti oleh semut

hitam Dolichoderus sp. pada 52 ekor sampel (38,38%) dan kedua jenis makanan

tersebut tergolong kedalam makanan utama dan makanan yang tidak


teridentifikasi terdapat pada 19 ekor sampel ikan (14,29%). Panjang rerata usus

ikan julung-julung ±1,54-1,67 cm, sehingga dengan demikian ikan julung-julung

dapat digolongkan sebagai ikan insektifora (pemakan insekta) (Tangke, 2013).

Ikan ekor kuning hidup dengan kebiasaan memakan plankton. Jenis ini

sering dijumpai dalam bentuk gerombolan besar di bagian atas arus dekat karang

atau gugusan karang (Juanita et all., 2016).

Secara biologi ikan layang merupakan plankton feeder atau pemakan

plankton kasar yang terdiri dari organisme pelagis meskipun komposisinya

berbeda masing-masing spesies copepoda, diaotomae, dan larva ikan

(Prihartini et all., 2007).

Hampir semua jenis ikan kakatua (Scarus sp.) mengambil makanan

mengikuti pola makan tanpa pilih (non-selektif) dengan melakukan "grazing"

terhadap algae halus yang tumbuh menutupi permukaan karang mati. Vegetasi

algae biru, coklat, merah dan hijau biasanya merupakan sumber makanan bagi

hewanhewan herbivora, termasuk ikan kakatua. kakatua juga pemakan krustasea

dan foraminifera yang berasosiasi dengan vegetasi algae, sehingga ikan ini dapat

pula digolongkan sebagai hewan omnivora. Makanan diambil menggunakan gigi

plat yang amat kuat, kemudian makanan tersebut masuk ke rongga mulut , setelah

itu dicerna lagi oleh plat gigi parinx. Hasil proses makanan dari mulut tersebut

kemudian ditelan dan disimpan di lambung. Secara singkat karbohidrat, protein,

dan mineral diserap oleh tubuh melalui usus. Ampas kotoran yang dikeluarkan

melalui anus ternyata sebagian besar berupa fragmen kalkareus (calcareous algae)

dari tumbuhan algae (Adrim, 2008).

F. Nilai Ekonomis Ikan


Nilai ekonomis dari ikan julung-julung yakni memiliki rasa yang gurih dan

sangat diminati oleh pasar apalagi untuk produk ikan julung-julung asap, sehingga

harganya juga tetap stabil. Hal ini mendorong nelayan sangihe berusaha untuk

mendapatkan hasil tangkapan maksimal, meskipun sering mangabaikan aspek

biologi dan lingkungan dari ikan julung-julung tersebut (Yousuf dan Saira, 2008).

Ikan ekor kuning memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan penyumbang

produksi perikanan (Prihatiningsih et all., 2018). Sedangkan menurut

Nggajo et all., (2009) nilai ekonomis ikan ekor kuning merupakan jenis ikan

komsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting. Salah satu jenis ikan karang

yang dominan dan menjadi sala satu target penangkapan di perairan kepulauan

seribu adalah ikan ekor kuning.

Ikan layang merupakan ikan pelagis kecil yang termasuk dalam komoditas

ekonomis penting di sulawesi selatan, selain mempunyai nilai ekonomis penting,

dagingnya memiliki tekstur yang kompak dengan citra rasa yang banyak di

gemari orang, sehingga menjadi salah satu sumber pemenuhan protein hewani

bagi rakyat (Prihartini et all., 2006)

Nilai ekonomis dari ikan kakatua tergolong ikan pangan, tetapi karena

memiliki serat daging lebih halus dan lunak, ikan ini lebih cepat mengalami

proses pembusukan setelah ditangkap jika tidak diberi es atau garam. Ikan ini

cukup digemari dan sangat laku di pasaran. Ikan kakatua sangat digemari dan

populer di kalangan pengunjung restoran makanan laut (Adrim, 2008).

G. Morfometrik

Pengukuran mofometrik merupakan pengukuran yang diambil dari satu

titik ke titik yang lain tanpa melalui lengkungan badan. Metode pengukuran
standar ikan antara lain panjang standar, moncong/bibir, sirip punggung atau

tinggi badan dan ekor. Ikan bertulang belakang memiliki beraneka ragam

karakteristik tubuh sehingga bentuk badan dan ukuran berbeda.

Morfometrik adalah ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh ikan

(measuring methods). Morfometrik sebagai suatu penandaan yang

menggambarkan bentuk tubuh ikan. Karaktek morfometrik yang sering digunakan

antara lain: panjang total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan,

tinggi dan panjang sirip, dan diameter mata (Muhotimah dkk, 2013).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 23 September 2019 pukul

15.30-19.00 WITA yang bertempat di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan dalam Praktikum ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 1. Alat dan Bahan Yang digunakan.


No. Alat dab Bahan Satuan Kegunaan
1. Alat
- Gunting tajam - Menggunting organisme
- Gunting tumpul - Menjepit organisme
- Mistar cm Mengukur obyek
- Lup - Membelah organisme
- Kertas laminating - Menyimpan obyek
- Tissue roll - Membersihkan meja
- Baki - Tempat untuk meletakkan
bahan
- Sunlihgte - Mencuci meja
2. Bahan
- Ikan Julung-julung - Obyek yang diamati
- Ikan Layang - Obyek yang diamati
- Ikan Kakatua - Obyek yang diamati
- Ikan Ekor Kuning - Obyek yang diamati

C. Prosedur kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikum sistem Integumen adalah sebagai

berikut:

- Menyiapkan alat dan bahan

- Meletakkan organisme yang akan diamati

- Mengambil dokumentasi

- Mengukur bentuk tubuh, bentuk mulut, sungut, sirip, ekor, sirip pelfik,

sirip anal, warnah tubuh, bar, band, panjang maxilla, jumlah jari-jari sirip

dorsal, stripe dan spot,dan panjang premaxilla

- Mencatat hasil pengamatan, dan

- Di tanda tangani oleh asisten pembimbing

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan darimpraktikum morfometrik, ikan julung-julung

(Hemirhampidae), ikan ekor kuning (caesio cuning), ikan Layang (Decapterus

sp.), ikan kakatua (Scarus sp.) dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Pengamatan Metode Menghitung Ukuran Tubuh Ikan


No. MORFOMETRIK UKURAN INDIVIDU
1 2 3 4
1.Berat Tubuh - - - -
2.Panjang total (PT) 29 cm 20 cm 16,5 cm 14 cm
3. Panjang standar (PS) 25,5 cm 17,5 cm 14 cm 11 cm
4. Panjang kepala (PK) 9,5 cm 4 cm 5 cm 9,5 cm
5. Panjang sebelum sirip 20,5 cm 6 cm 5 cm 3,5 cm
dorsal(PSsD)
6. Panjang sebelum sirip 17 cm 4,5 cm 4,7 cm 3 cm
pelvic (PSsP)
7. Panjang sebelum sirip 21 cm 13 cm 9,5 cm 5 cm
anal (PSsA)
8. Tinggi kepala (TK) 1,7cm 2,7 cm 3,5 cm 3 cm
9. Tinggi badan (TB) 2 cm 4,5 cm 6 cm 4,5 cm
10. Tinggi batang ekor 1,5 cm 1 cm 2 cm 12 cm
(TBE)
11. Panjang batang ekor 2,5 cm 1,5 cm 1,9 cm 1 cm
(PBE)
12. Diameter mata (DM) 1,4 cm 0,8 cm 1,1 cm 1,3 cm
13. Jark mata ke tutup 3,2 cm 2,6 cm 3,5 cm 3,2 cm
insang (JMTI)
14. Panjang hidung (PH) 5,5 cm 0,5 cm 1,5 cm 3 cm
15. Lebar badan (LB) 2,5 cm 2 cm 2,7 cm -
16. Panjang dasar sirip 3 cm 4,8 cm 8 cm 1,5 cm
dorsal (PDSD)
17. Panjang dasar sirip anal 2,5 cm 3 cm 3,5 cm 1,3 cm
(PDSA)
18. Panjang dasar sirip pelfic 0,4 cm 0,6 cm 1 cm 0,5 cm
(PDSPe)
19. Panjang dasar sirip 0,6 cm 0,5 cm 1 cm 3,5 cm
pektoral (PDSP)
20. Panjang sirip ekor 3,5 cm 4,5 cm 3 cm 4 cm
bagian atas (PSEBA)
21. Panjang sirip ekor 4,5 cm 2,5 cm 3 cm 5,1 cm
bagian bawah (PSEBB)
22. Panjang moncong (PM) 5 cm 1,5 cm 0,5 cm 1 cm
23. Panjang maxilla (PMa) 1,5 cm 1,4 cm 1,5 cm 1,2 cm
24. Panjang premaxilla 0,5 cm 1 cm 1 cm -
(PPa)
25. Jumlah jari jari sirip 25 14 14 -
dorsal
a. Jari-jari keras 14 6 10 -
b. Jari-jari lemah 11 8 4 -
26. Jumlah jari-jari sirip anal 25 17 16 3 cm
a. Jari-jari keras 13 11 7 6 cm
b. Jari-jari lemah 12 6 9 -
27. Simbol rumus sirip D.XIV.11 D.VI.8 D.X.4 -
dorsal
28. Simbol rumus sirip anal A.VI.8 A.VI.8 A.VI.8 A.III.6

Keterangan :
1. Ikan julung-julung (Hemirhampidae)
2. Ikan Ekor Kuning (caesio cuning)
3. Ikan Layang (Decapterus sp.)
4. Ikan kakatua (Scarus sp.)

B.Pemabahasan
Berdasarkan hasil pengamatan ikan julung-julung (Hemirhampidae) yaitu,

memiliki berat tubuh yang tidak diketahui, memiliki panjang total 29 cm,

memiliki panjang standar 25,5 cm, memiliki panjang kepala 9,5 cm, panjang

sebelum sirip dorsal 20,5 cm, panjang sebelum sirip pelvik 17 cm, panjang

sebelum sirip anal 21 cm, tinggi kepala 1,7 cm, tinggi badan 2 cm, tinggi batang

ekor 1,5 cm, panjang batang ekor 2,5 cm, memiliki diameter mata 1,4 cm,

memiliki jarak mata ke tutup insang 3,2 cm, memiliki panjang hidung 5,5 cm,

lebar badan 2,5 cm, panjang dasar sirip dorsal 3 cm, panjang dasar sirip anal 2,5

cm, panjang dasar sirip pelvik 0,4 cm, panjang dasar sirip pektoral 0,6 cm,

panjang sirip ekor bagian atas 3,5 cm, panjang sirip ekor bagian bawah 4,5 cm,

memiliki panjang moncong 5 cm, memiliki panjang maxilla 1,5 cm, panjang

premaxilla 0,5 cm, memiliki jumlah jari-jari sirip dorsal 25, untuk jari-jari keras

14 dan jari-jari lemah 11, memiliki jari-jari sirip anal 25, untuk jari-jari kerasnya

13 dan jari-jari lemah 12 serta simbol rumus sirip dorsal D.XIV.11 dan rumus

sirip anal D:8. Hal ini tidak sesuai dengan peryataan dari Zuliani et all., (2016),

yang menyatakan bahwa kisaran panjang ikan julung-julung adalah 35-63 mm

dengan panjang total dan rata-rata 47,3 mm.

Berdasarkan hasil pengamatan dari praktikum metode menghitung ukuran

tubuh ikan pada ikan ekor kuning (C.cuning) memiliki berat tubuh yang tidak

diketahui, memiliki panjang tota 16,5 cm, panjang standar 14 cm, memiliki

panjang kepala 5 cm, panjang sebelum sirip dorsal 5 cm, panjang sebelum sirip

pelvik 4,5 cm, memiliki panjang sirip anal 9,5 cm, memiliki tinggi kepala 3,5 cm,

tinggi badan 6 cm, untuk tinggi batang ekor 2 cm, panjang batang ekor 1,9 cm,

untuk diameter mata 0,8 cm, jarak mata ke tutup insang 3,5 cm, memiliki panjang
hidung sekitar 1,5 cm, untuk lebar badannya 2,7 cm, panjang dasar sirip dorsal 8

cm, panjang dasar sirip anal 3,5 cm, panjang dasar sirip pelvik 1 cm, untuk

panjang dasar sirip pektoralnya 1 cm, panjang sirip ekor bagian atas 3 cm, panjang

sirip ekor bagian bawah 3 cm, panjang moncongnya 0,5 cm, panjang maxilla 1,5

cm, panjang premaxilla 1 cm, jumlah jari-jari sirip dorsal 14, untuk jari-jari

kerasnya 10 dan jari-jari lemahnya 4, jumlah jari-jari sirip analnya 16, untuk jari-

jari kerasnya 7 dan jari-jari lemahnya 9 kemudian tidak mempunyai simbol rumus

sirip dorsal, dan sirip analnya D:11. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan dari

Prihatiningsih et al., (2018), yang menyatakan bahwa panjang total C. cuning 15,8

cm dan ukuran ikan pada bulan April, ukuran ikan masing-masing 22,8 cm; 26,3

cm dan 23,3 cm.

Berdasarkan hasil pengamatan dari praktikum metode menghitung ukuran

tubuh ikan pada ikan layang (Decapterus sp.) memiliki berat tubuh yang tidak

diketahui, untuk panjang totalnya 20 cm, panjang standar 17,5 cm, panjang kepala

4 cm, panjang sebelum sirip dorsalnya 6 cm, panjang sebelum sirip pelviknya 4,5

cm, untuk panjang sebelum sirip analnya 13 cm, memiliki tinggi kepala 2,7 cm,

untuk tinggi badannya 4,5 cm, memiliki tinggi batang ekor 1 cm, untuk panjang

batang ekornya 1,5 cm, memiliki diameter mata 0,8 cm, untuk jarak mata ke tutup

insang 2,6 cm, untuk panjang hidungnya 0,5 cm, memiliki lebar badan 2 cm,

panjang dasar sirip dorsalnya 4,8 cm, panjang dasar sirip analnya 3 cm, panjang

dasar sirip pelvik 0,6 cm, dan panjang dasar sirip pektoral 0,5 cm, memiliki

panjang sirip ekor bagian atas sekitar 4,5 cm, panjang sirip ekor bagian bawah 2,5

cm, untuk panjang moncongnya 1,5 cm, memiliki panjang maxilla 1,4 cm dan

panjang premaxilla 1 cm, jumlah jari-jari sirip dorsalnya 14, untuk jari-jari
kerasnya 6 dan jari-jari lemahnya 8, jumlah jari-jari sirip analnya 12, untuk jari-

jari kerasnya 11 dan jari-jari lemahnya 6 serta simbol rumus sirip dorsal D.VI.8

dan sirip analnya D:7. Hal ini tidak sesuai pernyataan dari (Setiawan, 2009).

Berdasarkan hasil pengamatan, ikan kakatua (Scarus sp.) memiliki berat

tubuh yang tidak diketahui, untuk panjang totalnya 14 cm, memiliki panjang

standar 11 cm, panjang kepala 9,5 cm, panjang sebelum sirip dorsal 3,5 cm,

panjang sebelum sirip pelviknya 3 cm dan panjang sebelum sirip analnya 5 cm,

memiliki tinggi kepala 3 cm, tinggi badannya 4,5 cm, memiliki tinggi batang ekor

12 cm, untuk panjang batang ekor 1 cm, memiliki diameter mata 1,3 cm, jarak

mata ke tutup insang 3,.2 cm, memiliki panjang hidung 3 cm, memiliki lebar

badan yang tidak diketahui, panjang dasar sirip dorsal 1,5 cm, panjang dasar sirip

analnya 1,3 cm, panjang dasar sirip pelvik 0,8 cm dan panjang dasar sirip pektoral

3,5 cm, panjang sirip ekor bagian atas 4 cm dan panjang sirip ekor bagian

bawahnya 5,1 cm, memiliki panjang moncong 1 cm, panjang maxillanya 1,2 cm

dan panjang premaxillanya tidak diketahui, memilki jumlah jari-jari sirip dorsal

tidak diketahui, untuk jari-jari kerasnya tidak diketahui, jari-jari lemahnya tidak

diketahui, jumlah jari-jari sirip anal 3, untuk jari-jari kerasnya 6 serta memiliki

simbol rumus sirip dorsal D.X.4 dan sirip analnya D:22. Hal ini sesuai dengan

pernyataan dari (Adrim, 2008).

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum yang dilakukan di laboratorium di

dapatkan bahwa dari masing-masing organisme memiliki ukuran yang berbeda-

beda yaitu:

- Adapun hasil pengamatan pada ikan julung-julung dengan morfometrik

yaitu panjang total 29 cm, panjang standard 25,5 cm, panjang kepala 9,5

cm, panjang sebelum sirip pervik 17 cm, panjang sebelum sirip anal 21

cm, tinggi kepala 1,7 cm, tinggi badan 2 cm.

- Adapun hasil pengamatan pada ikan ekor kuning dengan morfometrik

yaitu panjang total 16,5 cm, panjang standard 14 cm, panjang kepala 5 cm,

panjang sebelum sirip pervik 4,5 cm, panjang sebelum sirip anal 9,5 cm,

tinggi kepala 3,5 cm, tinggi badan 6 cm.

- Adapun hasil pengamatan pada ikan layang dengan morfometrik yaitu

panjang total 20 cm, panjang standard 17,5 cm, panjang kepala 4 cm,

panjang sebelum sirip pelvik 4,5 cm, panjang sebelum sirip anal 13 cm,

tinggi kepala 2,7 cm, tinggi badan 4,5 cm.

- Adapun hasil pengamatan pada ikan kakatua dengan morfometrik yaitu

panjang total 14 cm, panjang standard 11 cm, panjang kepala 9,5 cm,

panjang sebelum sirip pervik 3 cm, panjang sebelum sirip anal 5 cm, tinggi

kepala 3 cm, tinggi badan 4,5 cm.

B. Saran
Saran saya pada paktikum ini agar semua teman-teman praktikan dapat

bekerja sama dalam praktikum dan mematuhi tata tertib yang ada dalam

laboratorium sehingga praktikum dapat berjalan dengan tertib.

DAFTAR PUSTAKA
Adrim M. 2008. Aspek biologi ikan kakatua (suku Scaridae). Jurnal oseana.
Vol XXXIII (1): 41-50.
Iqbal A. B. 2012. Ikhtiologi, ikan dan segala aspek kehidupannya. Grup
penerbitan cv budi utama. Jl. Kaliurang km, 9,3-Yogyakarta 55581:2-15.
John E. K., Frans G. I & Agnes T. A. 2013. Staphylococus sp. pada ikan layang
(Decapterus russelii) asap pinekuhe produk khas sangihe. Jurnal media
teknologi hasil perikanan. Vol 1(2).
Juanita I. I., Sri T. H., & Indar S. W. 2016. Pertumbuhan, sebaran ukuran panjang
dan kematangan gonad ikan ekor kuning di perairan kepulauan seribu.
Jurnal prosiding seminar nasional ikan VI : 293-298.

Kawimbang E., Isrojaty J.P & Mariana E.K. 2012. Pendugaan stok dan musim
penangkapan ikan julung-julung dengan soma roa di perairan
Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap. Vol 1(1): 10-17.

Laitupa F. S., Sahril K., Askar M. L & Umar T. 2015. Pendugaan daerah potensial
penangkapan ikan layang (Decapterus sp.) berdasarkan spl dan klorofil-a
di perairan pesisir pulau ternate. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan
(agrikan UMMU-Ternate). Vol 8(2).
Muhotimah, Bambang T, Susilo B., & Toni K. 2013. Analisis Morfometrik Dan
Meristik Nilai (Oreochromis Sp.) Strain Larasati Fs Dan Teluannya. Jurnal
Perikanan. Vol 15(1).
Nggajo R., Yusli W & Neviaty P. Z. 2009. Keterkaitan sumberdaya ikan ekor
kuning (Caesio cuning) dengan karakteristik habitat pada ekosistem
terumbu karang di kepulauan seribu. Jurnal ilmu-ilmu perairan dan
perikanan indonesia. Vol 16 (2): 97-109.
Parenti P & Randall J. E. 2011. Checklist of the species of the families labridae
and scaridae: an update. Jurnal checklist of labridae and scaridae.

Pratama M., Muzakkir B., Nurul A. A. R. S. 2014. Analisis kadar protein dan
lemak ikan julung-julung asap (Hemiramphus far) asal kecamatan kayoa
maluku utara dengan metode kjeldahl dan gravimetri. Jurnal as-syifaa.
Vol 06(02): 178-186.
Prihartini A., Sutrisno A & Asriyanto. 2007. Analisis tampilan biologis ikan
layang (Decapterus sp) hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di
ppn pekalongan. Jurnal pasir laut. Vol 3(1): 61-75.
Prihatiningsih., Isa N. E & Bambang S. 2018. Biologi reproduksi, pertumbuhan
dan mortalitasikan ekorkuning (caesio cuning bloch, 1791) diperairan
natuna. Jurnal Bawal. Vol 10 (1): 1-15.
Samad A. G. 1998. Beberapa catatan tentang biologi ikan layang marga
Decapterus. Jurnal oseana. Vol. XXIII (2): 27-36.
Setiawan R. 2009. Teknik pengukuran morfometrik pada ikan layang
(Decapterus russelli) diperairan maumere, Nusa Tenggara Timur. Jurnal
BTL. Vol 7(2): 69-71.
Suwarso & Achmad Z. 2014. Analisis struktur populasi tiga species layang
(Decapterus spp.) di laut jawa dan sekitar sulawesi: saran pengelolaan
berkelanjutan ikan pelagis kecil dan evaluasi wpp. Jurnal kebijakan
perikanan indonesia. Vol 6(2): 75-86.
Tangke U. 2013. Pengaruh waktu dan spl terhadap jumlah hasil tangkapan ikan
julung (Hemiramphus far). Jurnal ilmiah agribisnis dan perikanan
(agrikan UMMU-Ternate). Vol 6(1).
Yousuf F & Saira K. 2008. Length-weight relationshisp and relative conditions
factor for the halfbeak Hemiramphus far forsskal, 1775 from the karachi
coast. Jurnal Rajshahi University Zoological Society. Vol 27(1): 103-
104.
Zuliani Z., Zainal A. M & Nurfadilah N. 2016. Kebiasaan makanan dan hubungan
panjang berat ikan julung-julung (Dermogeny sp.) di sungai alur hitam
kecamatan bendahara kabupaten aceh tamia. Jurnal ilmiah mahasiswa
kelautan dan perikanan unsyiah. Vol 1(1): 12-24.

Anda mungkin juga menyukai