Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

“SISTEM URAT DAGING DAN SISTEM SARAF PADA IKAN”

Disusun Oleh:
Nama : Syahra Khairunnisa
NPM : E1I021028
Kelas :B
Hari/Tanggal : Kamis/21 April 2022
Dosen Pengampu : 1. Ir. Zamdial, M.Si
2. Nurlaila Ervina Herliany, S.Pi., M.Si
3. Maya Angraini Fajar Utami, S.Pi., M.Si
Co.Ast : 1. Dia Ayu Meytria (E1I019017)
2. Emilio Roeskana (E1I019020)
3. Nur Alvi Syahrin (E1I020005)
4. Melisabeth Br. Purba (E1I020013)
5. Qinthara Aqiila Syahri (E1I020001)
6. Riska Ayu Kurniati (E1I019035)

LABORATORIUM PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan adalah hewan vertebrata berdarah dingin. Ciri khasnya adalah mempunyai insang
dan sirip. Ikan sangat bergantung pada air sebagai medium dimana tempat mereka tinggal.
Ikan memiliki sistem gerak yang dinamakan sistem urat daging, yang berfungsi untuk
membantu ikan bergerak atau berenang menggunakan siripnya. Selain itu juga berfungsi
dalam membantu aktivitas lainnya seperti makan dan ventilasi organ respirasi. Ikan juga
memiliki sistem saraf yang berperan penting dalam mengkoordinasi kinerja organ-organ pada
ikan.
Sistem urat daging adalah sistem gerak (otot) yong berfungsi untuk membantu ikan
melakukan aktivitasnya. Pekerjaan urat daging atau otot untuk setiap aktivitas kehidupan
hewan sehari-hari sangat penting. Dari mulai gerakan tubuh hingga kepada peredaran darah.
Kegiatan utama gerakan tubuh disebabkan karena keaktifan otot tersebut. Gerakan ikan dibagi
menjadi 2 macam yaitu gerak aktif, sebagai hasil kerja dari otot dan gerak pasif yaitu gerakan
ikan yang disebabkan oleh faktor lain diluar tubuh, contohnya yairu arus air,
Secara fungsional, otot pada ikan ini dibedakan menjadi dua tipe. yaitu yang dibawah
rangsangan otak dan yang tidak dibawah rangsangan otak. Pada prinsipnya, ikan mempunyai
tiga macam urat daging atau disebut juga otot berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu: otot
polos, otot bergaris, dan otot jantung. Dari penempelannya juga bisa dibedakan menjadi dua
yaitu otot menempel pada rangka yaitu otot bergaris dan otot yang tidak menempel pada
rangka yairu otot polos dan otot jantung. Pada umumnya kerja otot memiliki fungsi ganda,
ada yang berfungsi sebagai synergis yang bekerja saling menyokong dengan yang lainnya,
ada pula yang berfungsi sebagai antagonis yang bekerja berlawanan, yaitu satu berkontraksi
dan yang lainnya mengendur.
Sistem saraf merupakan sistem organ yang terdiri dari jutaan sel saraf (neuron) yang
saling terhubung dan mengatur segala aktivitas tubuh. Sel-sel saraf pada ikan mulai
berkembang sejak permulaan masa embrio dan berasal dan neuron arau sel saraf. Setiap
neuron tersebut terdiri dari inti neuron dan jaringan perpanjangan sel yang terdiri atas dendrit
dan akson. Dendrit berfungsi untuk menerima impuls sedangkan akson sebagai penerus
impuls tersebut. Titik pertemuan antara dendrit dan akson disebut sebagai sinaps.
Sistem saraf bersama-sama dengan sistem hormonal mengatur peranan penting dalam
proses koordinasi dan pengaturan semua aktivitas yang berlangsung dalam tubuh.
Perbedaannya adalah bahwa koordinasi dan pengaturan melalui sistem saraf berjalan relatif
cepat jika dibandingkan melalui sistem harmonal. Pusat koordinasi saraf terdapat pada otak
dan sumsum tulang belakang yang menyampaikan perintah melalui impuls saraf yang dibawa
oleh saraf motorik ke organ-organ efektor dan sebaliknya, otak akan menerima informasi
melalui sinyal-sinyal yang dibawa oleh saraf sensoris dari reseptor. Dalam menjalankan
impuls baik yang berasal dari sistem saraf pusat ke efektor, maupun dari reseptor ke otak
dibantu oleh adanya neurotransmitter yang bekerja pada sinaps sebagai titik temu antara dua
neuron. Neuron atau sel saraf hanyalah merupakan satuan/unit struktural, sedangkan unit
fungsionalnya merupakan apa yang disebut lengkung refleks yang terdiri atas saraf pusat
sebagai pusat koordinasi, saraf sensoris, saraf motoris, efektor dan reseptor.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum sistem urat daging adalah sebagai berikut:
1. Untuk melihat dan mengetahui struktur urat daging secara keseluruhan pada ikan.
2. Untuk melihat dan mengetahui bentuk dan bagian-bagian urat daging pada potongan
melintang tubuh ikan, urat daging pada sirip punggung, sirip ekor dan sirip
berpasangan.

Adapun tujuan dari praktikum sistem saraf adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui organ-organ yang membangun sistem saraf pada ikan
2. Untuk mengetahui letak dan mempelajari bagian-bagian dari otak dan organ saraf
lainnya pada teleostei (ikan mas) dan elasmobranchii (ikan hiu)
3. Untuk mengetahui perbedaan antara sistem saraf pada teleostei (ikan mas) dan
elasmobranchii (ikan hiu).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ikan seperti organisme lainnya, memerlukan pergerakan untuk mempertahankan


eksistensi hidupnya. Menurut Lagler dkk (2007) pergerakan tersebut ditujukan untuk mencari
makanan, memijah, menyerang dan mempertahankan diri dari musuhnya. Pergerakan pada
ikan tersebut dibantu oleh sistem urat daging. Peranan urat daging dalam gerak renang ikan
sangat penting terutama dalam pergerakan tubuh ikan dan organ lainnya seperti sirip.
Berdasarkan bentuk serat urat daging, maka dibedakan atas bentuk lebar dan bentuk halus
(Nessa, 2015).
Pada dasarnya, ikan mempunyai tiga macam urat daging. Yaitu urat daging bergaris,
urat daging licin, dan urat daging jantung. Sistem urat daging atau sistem otot pada ikan
secara fungsional otot ini dibedakan menjadi dua tipe, yaitu otot yang bekerja di bawah
rangsangan otak dan otot yang bekerja tidak dibawah rangsangan otak. Tipe urat daging yang
berfungsi dibawah rangsangan otak adalah urat daging jantung. Dari penempelannya juga
dapat dibedakan menjadi dua yaitu: urat daging yang menempel pada rangka (urat daging
licin dan urat daging jantung) serta urat daging yang tidak menempel pada rangka (urat
daging bergaris) (Rahmawati, 2016).
Serabut otot polos lebih sederhana dan kecil dibandingkan dengan serabut otot
lainnya. Serabut ini tumbuh dari mesenchim embrio. Secara primer berasal dari mesoderm
dengan disertai sel-sel jaringan ikat, kemudian berkembang menjadi otot polos. Kerja otot
polos ini disebut involuntary karena kerjanya tidak dipengaruhi oleh rangsangan otak. Serabut
otot polos pada umumnya tersusun dalam ikatan, tetapi banyak pula yang tersebar. Kontraksi
otot ini lambat dan kerjanya lama (Fadhli dkk., 2020).
Jaringan otot jantung memperlihatkan garis-garis melintang pada serabutnya. Pada
otot ini tidak ada serabut yang terpisah, masing-masing berhubungan satu sama lain. Otot
jantung berkontraksi kuat dan terus menerus bekerja, sampai individu itu mati. Otot jantung
ini bekerja tanpa adanya rangsangan dari otak. Otot ini berwarna merah tua, berbeda dengan
otot bergaris yang warna putih hingga merah jambu, tergantung pada jenis ikannya. Otot ini
disebut pula sebagal myocardium. Myocardium ini dilapisi oleh selaput luar (pericardium)
dan dalam (endocardium) (Aslamyah dan Karim, 2013).
Otot bergaris pada seluruh tubuh ikan terdiri dari kumpulan blok otot atau urat daging.
Tiap-tiap blok otot dinamakan myotome (pada saat embrio disebut myomer). Pada urat daging
yang menempel pada tubuh ikan sebelah kiri dan kanan, dan belakang kepala sampai ke
batang ekor myotome tersusun menurut pola tertentu yang biasa dibedakan menjadi dua tipe
yaitu Cyclostomine yang ditemukan pada kelompok agnatha dan Piscine yang ditemukan
pada kelompok ikan Elasmobranchii dan Teleostei. Kumpulan otot ini, biasanya diberi nama
sesuai dengan pergerakannya atau organ tempat otot itu melekat. Seperti otot penegak sirip
punggung, otot penarik sirip dada (Yusfiati dkk., 2016).
Umumnya serabut otot mengarah anteroposterior, tetapi beberapa serabut hypoksial
dari setiap myomer tersusun serong ventromedial. Kontraksi dari kelompok myomer di satu
pihak akan disambut oleh kontraksi kelompok myomer di lain pihak, menyebabkan tubuh ikan
menjadi meliuk-liuk dalam gerakan berenang. Pola kontruksi orot-otot parietal terdiri dari
urutan myomer yang zig-zag diikat oleh myoseptum yaitu bagian jaringan ikat yang
membatasi antara myomer berurutan. Myomer terbentang mulai dari tengkorak sampai ujung
ekor yang berdaging. Setiap myomer terdiri dari bagian dorsal yang disebut epaksial dan
bagian ventral disebut hypaksial (Naiu, 2021).
Pada daerah sirip berpasangan (sirip perut dan sirip dada), otot-ototnya melanjutkan
diri ke dinding tubuh, terjadi pelekatan ikatan-ikatan otot hypaksial dari beberapa myomer
yang berurutan ke gelang anggota dan menyebar pada sirip, membentuk dua macam
kelompok otot yaitu Abductor (untuk menegakkan) dan Adductor (untuk mengembangkan).
Otot sirip - sirip tunggal berfungsi untuk menggerakkan sirip-sirip tersebut. Urat daging
inclinator lateral dan urat daging erector di bagian depan serta depressor di bagian belakang.
Sirip ekor mempunyai gumpalan otot lateral yang digabungkan dengan orot bagian dasarnya.
Otot ekor berfungsi menggerakkan (dorsal flexor dan ventral flexor) dan mengembangciutkan
seperti kipas (flexor, interfilamental diantara jari-jari sirip) (Nugroho, 2021).
Ikan menerima rangsangan dari lingkungannya melalui organ perasa. Rangsangan
tersebut diteruskan dalam bentuk impuls ke otak. Respon yang diberikan otak
dimanifestasikan ke dalam bentuk tingkah laku. Sel-sel saraf mulai berkembang sejak
permulaan stadia embrio dan berasal dari lapisan germinal terluar (ectoderm). Unit terkecil
dari sistem saraf disebut neuron (sel saraf). Setap neuron terdiri atas inti dan jaringan
(perpanjangan sel). Perpanjangan sel ini terdiri atas dendrite yang berfungsi sebagai penerima
impuls dan axon yang berfungsi sebagai penerus impuls. Pertemuan antara axon dan dendrite
dari sel saraf lainnya disebut juga dengan synopse (Kurnia, 2016).
Ikan biasanya mempunyai otak kecil, namun sebagian ada yang mempunyai otak yang
besar seperti ikan hiu dan mormyrids. Otak Ikan terbagi menjadi beberapa bagian. Pada
bagian depan adalah Olfactory lobes, yaitu struktur yang menerima dan memproses signal
dari nostrils melalui dua saraf olfactory. Olfactory lobes sangat besar di ikan yang terutama
sebagai saraf penciuman seperti pada hiu, hagfish dan catfish. Pada olfactory lobes terdapat
dua telencephalon, strukturnya sama dengan cerebrum. Pada ikan telencephalon banyak
terkait dengan olfaction dimana bersama-sama membentuk otak bagian depan. Yang
menghubungkan otak bagian depan dan tengah adalah Diencephalon (Achyani, 2021).
Otak pada ikan dapat dibagi menjadi empat bagian. Yang pertama, yaitu
telencephalon, otak bagian depan yang dibentuk oleh serebal hemisfer dan rhinecephalon
sebagai pusat hal-hal yang berhubungan dengan pembaruan. Kedua, yaitu diencephalon yang
terletak pada bagian belakang telenchepalon. Ketiga, yaitu mesencephalon yang terletak pada
bagian tengah dan memiliki atap berupa sepasang lobus opticus yang bertindak sebagai pusat
refleks penglihatan, menerima serabut aferent dari retina. Yang Keempat, yaitu
myelencephalon merupakan bagian otak paling belakang (posterior), dengan medula
oblongata sebagai komponen utamanya (Alamsyah, 2020).
Sistem saraf pada ikan dapat dibedakan menjadi 4 bagian. Yang pertama, sistem saraf
pusat (System anervorum centrale), disusun oleh otak (encephalon) dan sumsum tulang
belakang (medullaspinalis). Yang kedua, sistem saraf tepi (System anervorum periphericum),
disusun oleh saraf otak (nervicereloralis) dan saraf spinal (nervispinalis). Yang ketiga, sistem
saraf otonom, disusun oleh sistem saraf parasymphatic dan sistem saraf symphatic. Yang
keempat, Organ perasa khusus (special sense organs), terdiri atas organ gurat sist (linea
lateralis), hidung, telinga dan mata (Sudaryatma dkk., 2018).
Sistem saraf pusat adalah sistem tubuh yang menerima dan memproses semua
informasi dari seluruh bagian tubuh ikan. Terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang dan
juga neuron. Hal ini dapat dikatakan sebagai sistem yang paling penting bagi tubuh ikan.
Pengaruh sistem saraf yakni dapat mengambil sikap terhadap adanya perubahan keadaan
lingkungan yang merangsangnya. Sistem saraf pusat yang terganggu dapat menghambat ikan
dalam menjalankan aktivitasnya, seperti berenang dan mencari makan. Akibatnya
pertumbuhan ikan juga akan terganggu apabila sistem saraf pusatnya terjadi kesalahan
(Hendra dan Galuh, 2016).
Cara kerja dari sistem saraf pada ikan yaitu, ketika ikan menerima rangsangan dari
lingkungannya melalui organ perasa (sense organ), seperti kulit (sisik), sirip dan ekor. Impuls
yang berupa yang diterima ikan melalui organ perasa diubah menjadi gelombang elektrokimia
dan ditransmisikan ke sepanjang sistem saraf yang tersusun atas neuron-neuron atau serabut
saraf. Rangsangan tersebut kemudian diteruskan ke otak ikan yang kemudian direspon dalam
bentuk tingkah laku. Cara sel saraf dalam memindahkan informasi disebut pembentukan
potensial aksi. Pembentukan potensial aksi juga merupakan cara yang dilakukan oleh sistem
saraf dalam melaksanakan fungsi kendali dan koordinasi tubuh (Minartiastuti, 2014).
Sistem saraf perifer menghubungkan sistem saraf pusat dengan sisa tubuh. Semua
motorik, saraf sensorik dan otonom sel dan serat luar CNS umumnya dianggap sebagai bagian
dari sistem saraf tepi. Secara khusus sistem saraf tepi terdiri dari bagian ventral akar saraf
(motorik), dorsal akar saraf (sensorik), ganglia spinal, serta sebagian besar dan otonom
sistem saraf (trunk simpatik). Dua nervus yang termasuk dalam susunan saraf pusat yaitu,
nervus olfaktorius dan optikus. Susunan saraf tepi terdiri dari variabel yang berisi fraksi
motoric, sensorik, dan otonom serabut saraf (akson) (Sutrisno, 2020).
Lintasan impuls saraf dari reseptor sampai efektor disebut lengkung refleks. Apabila
suatu saraf diberi rangsangan, maka sel saraf akan merespon yaitu mengubah energi
rangsangan menjadi energi elektrokimia impuls saraf yang akan dirambatikan sepanjang
serabut saraf. Rambatan impuls saraf ini tidak dapat diamati dengan mata seperti kontraksi
otot. Saraf spinal timbul dari saraf tunjang sebagai sebuah akar dorsal dan akar ventral yang
kemudian bersatu membangun saraf spinal. Pada akar dorsal terdapat ganglion spinal dan
akar dorsal ini terutama sensoris, sedangkan akar ventral motoris (Musonep, 2021).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Adapun praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 21 April 2022. Praktikum ini
dimulai pada pukul 14.30 dan berlangsung selama kurang lebih dua jam. Tempat praktikum
ini dilaksanakan yaitu di Gedung Laboratorium Perikanan Prodi Ilmu Kelautan Universitas
Bengkulu.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun bahan yang digunakan pada praktikum sistem urat daging adalah ikan kakap
(Lutjanus campechanus) dan ikan nila (Oreochromis niloticus), sedangkan alat yang
digunakan yaitu baki/nampan plastik, peralatan bedah, tisu pembersih, alat tulis dan kaca
pembesar (loup).
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum sistem saraf adalah ikan nila
(Oreochromis niloticus), dan ikan kakap merah (Lutjanus campechanus), sedangkan alat yang
digunakan yaitu baki/nampan plastik, peralatan bedah, tisu pembersih, kaca pembesar (loup)
dan alat tulis.

3.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja pada sistem urat daging adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan semua ikan yang menjadi obyek praktikum sistem urat daging,
meletakkan baki plastik yang sudah disediakan.
b. Menyiapkan alat bedah diatas meja kerja.
c. Membuang semua sisik pada salah satu bagian samping tubuh ikan dengan
menggunakan pisau bedah. Membuang kulit tubuh bagian atas dengan hati-hati untuk
melihat urat daging yang ada pada sisi tubuh secara horizontal. Mengamati dan
menggambar serta melengkapi dengan keterangan gambar.
d. Memotong tubuh ikan secara melintang dibagian pertengahan tubuh dengan
menggunakan pisau untuk melihat struktur urat daging secara vertikal. Mengamati dan
menggambar, serta melengkapi dengan keterangan gambar.
e. Membuka lapisan kulit pada bagian sirip punggung dan sirip ekor dengan
menggunakan pisau. Mengamati dan menggambar, serta melengkapi dengan
keterangan gambar.
Adapun prosedur kerja pada sistem saraf adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pembedahan untuk melihat otak ikan dengan cara sebagai berikut:

b. Menggambar masing-masing otak ikan nila dan ikan kakap merah, dari sisi dorsal dan
lateral serta memberi keterangan untuk menunjukkan bagian-bagian otak pada gambar
yang sudah dibuat.
c. Memperhatikan organ-organ saraf lainnya pada masing-masing jenis ikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
No Sistem Urat Daging Sistem Saraf
1

Ikan Kakap Merah Otak pada ikan Kakap Merah


(Lutjanus campechanus)

Urat daging horizontal punggung


Otak utuh Ikan Kakap Merah

Bagian-bagian otak ikan dari samping

Urat daging horizontal badan

Urat daging horizontal ekor Bagian-bagian otak ikan dari atas


Urat daging vertikal
2

Ikan Nila Otak pada Ikan Nila


(Oreochromis niloticus)

Urat daging horizontal punggung


Otak utuh Ikan Nila

Bagian-bagian otak ikan dari samping


Urat daging horizontal badan

Urat daging horizontal ekor Bagian-bagian otak ikan dari atas


Urat daging vertikal

4.2 Pembahasan
4.2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
4.2.1.1 Morfologi
Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah ikan air tawar yang memiliki tubuh pipih dan
memiliki warna abu-abu dengan bagian perut berwarna putih. Ikan nila mempunyai bentuk
tubuh yang simetris bilateral, maksudnya bila tubuh dipotong secara sagital (dari punggung ke
arah perut) maka bagian yang kanan dan kiri akan merupakan bagian yang mirip bayangan
cermin. Ikan nila berjari-jari keras, sirip perut torasik, letak mulut subterminal dan berbentuk
meruncing.
Menurut Sofi dkk (2018) pada penelitiannya yang mengatakan bahwa ikan nila
(Oreochromis niloticus) memiliki ciri-ciri morfologi bentuk tubuh memanjang dan pipih,
dengan sisik berukuran besar. Bentuk matanya besar dan menojol dengan tepi berwarna putih.
Garis rusuk (linea literalis) terputus dengan di bagian tengah ubuh kemudia berlanjut lagi,
tetapi letaknya lebih ke bawah dibandinkan dengan letak garis yang memanjang di atas sirip
dada.

4.2.1.2 Sistem Otot dan Urat Daging Pada Ikan Nila


Sistem urat daging pada ikan nila ini hampir sama dengan urat daging pada ikan air
tawar pada umumnya. Terdapat 3 macam urat daging atau otot pada ikan nila, yaitu otot
polos, otot jantung, dan otot bergaris. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai
otot bergaris pada ikan nila, myosepta pada ikan nila tak terlihat memiliki perbedaan warna
dengan myotome disekelilingnya, namun masih terlihat adanya serabut dengan guratan-
guratan halus yang sangat tipis. Pola myosepta pada ikan nila juga berbentuk piscine, yang
lekukan ujungnya menajam.
Menurut Ghandi (2014) hasil pemeriksaan histopalogi dan biokimia pada otot ikan,
ternyata terdapat sejumlah tipe serabut otot yang banyak pada spesies ikan tersusun dalam
banyak kelompok-kelompok yang terpisah. Pada urat daging ikan nila ini terdapat myosepta
yang tergolong dalam tipe piscine.

4.2.1.3 Sistem Saraf Pada Ikan Nila


Pada ikan nila, organ utama dari sistem sarafnya yaitu otak. Otak pada ikan nila
berwarna merah muda dengan ukuran kurang lebih 2 cm, terletak dibagian atas kepala dan
dilindungi oleh tempurung. Sistem saraf pusat pada ikan nila terdiri dari otak dan sumsum
tulang belakang, sementara sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf somatik dan otonom.
Menurut Pujianto (2017) dalam penelitiannya Bagian-bagian otak ikan nila yaitu
medulla spinalis (sumsum tulang belakang), epiphyse (kelenjar), cerebrum di depannya
terdapat lobusol foktorices yang memberi saraf ke hidung yaitu nevus olfaktorious, medula
oblongata, cerebellum (otak kecil), mesecephalon (lobus opticus) sebagai tonjolan yang bulat.
Otak pada ikan nila ini terletak di bagian depan kepala ikan tepatnya diatas mata.

4.2.2 Ikan Kakap Merah (Lutjanus campechanus)


4.2.2.1 Morfologi
Ikan kakap merah (Lutjanus campechanus) merupakan ikan air laut yang memiliki ciri
tubuh berwarna merah. Kakap adalah keluarga ikan laut dasaran (demersal) yang hidup secara
berkelompok di dasar-dasar karang atau terumbu karang. Ikan ini memiliki ciri khas
dengan bentuk tubuh yang bulat pipih dan memanjang dengan bagian punggung anal, dan
juga perutnya yang terdapat sirip. Ikan ini memiliki gigi yang tajam sebagai alat pengoyak
mangsa di sekitar karang. 
Menurut Prihatiningsih dkk (2017) ikan kakap merah memiliki ciri khusus yaitu badan
berwarna merah menyala atau merah kecoklatan, gigi vomer membentuk huruf V terbalik,
sirip ekor melebar dan membentuk cagak yang dalam (deeply forked), lempengan sirip ekor
bagian atas membulat dan lebih besar daripada bagian bawahnya.

4.2.2.2 Sistem Otot dan Urat Daging Pada Ikan Kakap Merah
Sama seperti ikan pada umumnya, ikan kakap merah memiliki sistem urat daging atau
otot yang membantu pergerakan ikan tersebur. Sistem urat daging ini dibagi menjadi urat
daging horizontal (badan, punggung dan ekor) serta urat daging vertikal. Berdasarkan hasil
dari penelitian yang telah dilakukan, urat daging atau otot pada ikan kakap merah ini memiliki
serabut-serabut berwarna putih baik pada bagian horizontal (badan, punggung dan ekor) serta
bagian vertikal. Serabut-serabut tersebut dinamakan myosepta, terletak diantara myotome.
Pada bagian ekor, myosepta ini nampak lebih rapat, tidak seperti pada bagian badan,
punggung dan vertikal yang nampak agak jarang diantara satu sama lain. Pada ikan kakap
merah ini, myosepta tersusun menurut pola piscine, yaitu lekukan yang ujungnya tajam.
Menurut Anggraini (2019) dalam penelitiannya, mengatakan bahwa ikan kakap merah
ini termasuk ke dalam golongan ikan teleostei, untuk itu ia memiliki pola penyusun myomer
yang dinamakan piscine. Otot bergarisnya memiliki warna putih dengan daging yang
berwarna merah muda.

4.2.2.3 Sistem Saraf Pada Ikan Kakap Merah


Sistem saraf pada ikan kakap merah dibedakan menjadi sistem saraf pusat, sistem
saraf tepi, dan sistem saraf otonom. Pada sistem saraf pusat, organ utamanya yaitu otak. Otak
pada ikan kakap ini berbentuk seperti gumpalan-gumpalan dengan warna merah muda yang
meyatu dan memiliki ukuran kurang lebih 2 cm. Otak ikan kakap terletak di bagian
tempurung atas pada kepala ikan. Pada otak ikan kakap terdiri atas lima bagian yaitu
telenchepalon, diencephalon, mesencephalon, metencephalon, dan myelencephalon.
Menurut Hadi dkk (2020) dalam penelitiannya, otak ikan kakap ini terletak pada
bagian anterior (kepala) ikan, didalam tempurung kepala yang dilindungi oleh tulang
tempurung. Sistem saraf ikan kakap dibagi menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf
periferi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medulla spinalis. Sistem saraf periferi terdiri
dari saraf spinal dan cranial beserta cabang-cabangnya. Sistem saraf otonom merupakan
bagian dari sistem perifera, mempengaruhi otot polos dan kelenjar.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum sistem urat daging yaitu sebagai berikut:
1. Struktur urat daging pada ikan pada umumnya dibedakan menjadi otot polos
yang terletak pada dinding saluran pencernaan, saluran peredaran darah, mata
dan saluran ekskresi serta reproduksi; otot jantung yang terletak pada ruang
perikardial di sebelah posterior insang; dan otot bergaris yang terletak melekat
pada rangka atau kulit.
2. Bentuk atau pola urat daging pada ikan memiliki perbedaan antara ikan
kelompok agnatha dan teleostei/elasmobranchii. Pada ikan kelompok agnatha
pola urat dagingnya dinamakan cyclostomine (ujung lekukannya menumpul) dan
pada ikan teleostei/elasmbranchii pola urat dagingnya dinamakan piscine (ujung
lengkungannya menajam). Bagian-bagian urat daging ini terdiri dari serabut-
serabut otot yang dinamakan myosepta, dan bagian blok otot diantara myosepta
yang dinamakan myotome.

Adapun kesimpulan pada praktikum sistem saraf yaitu sebagai berikut:


1. Organ-organ yang membangun sistem saraf pada ikan, yang utama adalah otak,
kemudian terdapat saraf cranial, spinal cord dan saraf spinal serta sistem indera.
2. Otak pada ikan umumnya terletak pada bagian anterior didalam tempurung
kepala. Bagian-bagian dari otak ikan dibagi menjadi lima bagian yaitu:
telenchepalon, diencephalon, mesencephalon, metencephalon, dan
myelencephalon.
3. Perbedaan sistem saraf atau otak pada ikan teleostei dan elasmobranchii yaitu
pada elasmobranchii, seluruh bagian otak dibungkus oleh tulang rawan yang
massif tanpa batas yang nyata seperti biasanya pada terdapat pada vertebrata
lainnya, sedangkan pada golongan ikan teleostei yang rendah tingkatannya,
masih terdapat rawan pada neurocranium tetapi pada golongan ikan yang lebih
tinggi tingkatannya tulang tengkorak telah mengalami proses osifikasi dengan
baik.
5.2 Saran
Praktikum ikhtiologi tentang “Sistem Urat Daging dan Sistem Saraf Pada Ikan” ini sangat
berguna bagi praktikan untuk dapat mengenali organ-organ peredaran darah dan pencernaan
pada ikan. Namun ada baiknya bagi praktikan diharapkan untuk lebih bertanggung jawab
dengan membawa alat dan bahan serta membersihkan kembali laboratorium setelah
digunakan, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan, dan ilmu yang didapat ketika
praktikumpun menjadi berkah
DAFTAR PUSTAKA

Achyani, R. 2021. Mekanisme Pengaturan Sistim Saraf pada Tubuh Ikan di Lingkungan
Perairan yang Terkontaminasi oleh Sianida. Jurnal Harpoden Borneo. 4(2): 51-61.
Alamsyah, D. 2020. Status Kerusakan Jaringan Otak Ikan Kerapu (C. altivelis) yang
Terinfeksi VNN dengan Pemberian Protein Chlorella Vulgaris secara in Vivo. Jurnal
Brawijaya. 6(1): 97-101.
Anggraini, B. 2019. Identifikasi Sistem Pembentuk Urat Daging pada Ikan Kakap Merah
(Lutjanus sp). Jurnal Perikanan. 7(1): 44-56.
Aslamyah, S., dan Karim, M. Y. 2013. Potensi Tepung Cacing Tanah Sebagai Pengganti
Tepung Ikan dalam Pakan Terhadap Kinerja Pertumbuhan, Komposisi Tubuh, Kadar
Glikogen Hati dan Otot Ikan Bandeng (Chanos chanos). Jurnal Iktiologi Indonesia.
13(1): 67-76.
Fadhli, U., Budijono, dan M. Hasbi. 2020. Kandungan Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) dalam
Insang, Ginjal, dan Otot Ikan dari Waduk Koto Panjang, Riau. Jurnal Sumberdaya dan
Lingkungan Akuatik. 1(2): 153-158.
Ghandi, S. P. 2014. Fisiologi pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Histopalogi dan
Biokimia. 11(2): 202-220.
Hadi, S., Firmansyah, M., dan Abdullah, S. S. 2020. Sistem Saraf pada Ikan-Ikan Air Laut
dan Air Tawar. Jurnal Fisiologi Kelautan. 12(9): 250-261.
Hendra, M., dan Galuh, K. 2016. Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Saraf Pusat pada Ikan.
Jurnal Perikanan. 2(3): 9-15.
Kurnia, A. 2016. Sistem Saraf Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Fisiologi Hewan.
2(8): 45-52.
Minartiastuti, T. 2014. Sistem Saraf Sebagai Sistem Pengendali Tubuh. Jurnal FKUI. 4(3):
27-38.
Musonep, M. 2021. Pengaruh Ekstrak Lempuyang (Zingiber zerumbet) Bahan Anestesi
Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus) dalam
Transportasi Sistem Saraf. Jurnal Neptunus. 14(1): 267-277.
Naiu, A. S. 2021. Perkembangan Terkini Perubahan Selama Penurunan Mutu Ikan Basah.
Jurnal Saintek. 6(2): 1-12.
Nessa, M. N. 2015. Mekanisme Dan Daya Renang Ikan. Jurnal Oseana. 10(1): 31-38.
Nugroho, M. 2021. Pengaruh Suhu dan Lama Ekstraksi Secara Pengukusan Terhadap
Rendemen dan Kadar Albumin Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus). Jurnal
Teknologi Pangan. 3(1): 64-75.
Prihatiningsih, P., Kamal, M. M., Kurnia, R., dan Suman, A. 2017. Hubungan Panjang-Berat,
Kebiasaan Makanan, dan Reproduksi Ikan Kakap Merah (Lutjanus gibbus: Famli
Lutjanidae) di Perairan Selatan Banten. BAWAL Widya Riset Perikanan
Tangkap. 9(1): 21-32.
Pujianto, B. 2017. Profil Histologi Otak Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Dipapar
Pestisida Berbahan Aktif Sipermethrin Pada Toksisitas Akut. Jurnal UB. 6(9): 127-138.
Rahmawati, Z. 2016. Analisis Histopatologi Otot Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang Terinfeksi
Koi Herpes Virus (KHV) pada Kolam Pemeliharaan Ikan Mas. Jurnal Biologi
Perikanan. 12(3): 58-62.
Sofi, H. I., Layla, A. M., dan Iman, M. K. A. 2018. Karyotype diversity of some tilapia
species. Nature and Science Journal. 6(1): 19-27.
Sudaryatma, P. E., Lestari, A. T., Sunarsib, N. L., Widiarti, K. S., Hidayab, S. N., dan
Srinoto, D. 2018. Imunositokimia Streptavidin Biotin: Deteksi Dini Viral Nervous
Necrosis Virus pada Lendir Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscuguttatus). Jurnal
Sains Veteriner. 3(4): 28-33.
Sutrisno, E. 2020. Sistem Koordinasi: Sistem Saraf. Jurnal Biologi Umum. 13(7): 109-117.
Yusfiati, Y., Sigit, K., Affandi, R., dan Nurhidayat, N. 2016. Anatomi Alat Gerak Ikan Buntal
Pisang (Tetraodon lunaris). Jurnal Iktiologi Indonesia. 6(1): 11-21.

Anda mungkin juga menyukai