Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

“MORFOLOGI, MORFOMETRIK DAN MERISTIK PADA IKAN”

Disusun oleh :
Nama : Farizah Zakirah
NPM : E1I021045
Hari/Tanggal : Rabu/ 30 Maret 2022
Sift/Kelompok :3/4
Dosen : 1. Ir. Zamdial, M.Si
2. Maya Angraini Fajar Utami, S.Pi.,M.Si.
Co-ass : 1. Dia Ayu Meytria (E1I019017)
2. Emilio Roeskana (E1I019020)
3. Melisabeth Br. Purba (E1I020013)
4. Nur Alvi Syahrin (E1I020005)
5. Riska Ayu Kurniati (E1I019035)
6. Qinthara Aqiila Syahri (E1I020001)

LABORATORIUM PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. i

BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………. 1


1.1. Latar Belakang ….…………………………………………….. 1
1.2. Tujuan ….. …………………..………………………………… 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..…………………………………………… 3

BAB III. METODOLOGI…………………………….... ……………………..


3.1. Waktu dan Tempat ….………………………………………….. 8
3.2. Alat dan Bahan ….……………………………………………… 8
3.3. Prosedur kerja………………………… ……………………….. 8

BAB IV. HASIL PRAKTIKUM ……………………………………………… 10

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………. 20


5.1. Kesimpulan ……………………………………………………… 20
5.2. Saran……………………………………………………………... 20

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 21

LAMPIRAN …………………………………………………………………… XX

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia yang terdiri dari berbagai kepulauan yang memiliki Sumber daya alam
Indonesia yang sangat melimpah dan luas dalam bidang perikanan dan kelautan. Dalam
pemanfaatannya kegiatan masyarakat yang melakukan kegiatan dalam bidang perikanan
belum terlalu maksimal, mengingat belum ada potensi dari masyarakat dalam pengolahan
Sumberdaya Perikanan. Perikanan merupakan suatu ilmu yang terus berubah dan
berkembang. Sebagai ilmu terapan yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan
dengan ikan. Ilmu perikanan sangat membantu pencapaian sasaran pembangunan nasional,
yakni masyarakat maritime yang mandiri. Karenanya ilmu perikanan harus di kaji dan
dikembangkan baik yang mengenai anatomi, morfologi ataupun fisiologi.
Ikan menyusun lebih dari setengah jumlah spesies vertebrata hidup di dunia. Ikan
menempati hampir seluruh habitat akuatik, mulai dari danau, lautan kutub yang telah tertutupi
oleh lapisan es selama beberapa tahun, hingga rawa tropis, genangan air, kolam intertidal,
samudera dalam, dan semua perairan dengan kondisi lingkungan yang beragam. Sekitar
27,977 spesies ikan telah dideskripsikan secara ilmiah yang termasuk kedalam 515 famili dan
62 Ordo. Spesies ikan terdapat 108 spesies merupakan kelompok Agnatha atau spesies ikan
tidak berahang, kemudian 970 spesies terdiri dari ikan bertulang rawan sisanya lebih dari
26,000 spesies merupakan ikan bertulang keras
Morfologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang bentuk luar makhluk
hidup. Morfologi ikan merupakan penampakan luar bagian-bagian tubuh ikan. Mempelajari
morfologi ikan bertujuan untuk memberikan gambaran dari bentuk luar ikan yang dapat
digunakan sebagai ciri-ciri khusus ikan untuk dapat diidentifikasi. Morfologi tubuh eksternal
ikan dibagi tiga bagian, yaitu bagian kepala, badan, dan ekor. Bagian luar tubuh ikan yang
terlihat adalah mata, hidung, mulut, sirip, dan sisik.
Ikan merupakan hewan air yang memiliki bentuk, ukuran dan warna yang berbeda.
Tergantung dari spesies dan dimana dia hidup atau beradaptasi dengan lingkungannya. Ciri
pada ikan berbeda-beda yang biasa disebut ciri morfometrik dan meristik. Morfometrik adalah
ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh ikan(measuring methods). Ukuran ikan
adalah jarak antara satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Karakter morfometrik yang
sering digunakan untuk diukur antara lain panjang total, panjang baku, panjang cagak, tinggi,
dan lebar badan, tinggi dan panjang sirip, dan diameter mata.
Karakter meristik berkenaan dengan pengamatan jumlah bagian-bagian tubuh
(counting methods), antara lain jumlah jari-jari sirip, jumlah sisik, jumlah gigi, jumlah tulang
saring insang, pyloric caeca, dan vertebral. Karakter meristik pada ikan bertulang sejati,
terdiri dari jari-jari sirip keras yang tidak beruas, tidak mudah dibengkokkan, dan jarijari
lemah yang bersifat transparan, beruas dan mudah dibengkokkan. Jari-jari keras
dilambangkan dengan angka romawi walupun jari-jari tersebut pendek atau rudimeter,
sedangkan jari-jari lemah dilambangkan dengan angka biasa.
Karakter meristik memiliki dasar genetik, tetapi lingkungan dapat pula memodifikasi
ekspresi dari karakter tersebut. Komponen lingkungan (suhu, salinitas, oksigen, pH, dan
makanan) dalam karakter meristik ditentukan selama masa awal larva. Komponen lingkungan
tersebut dapat memodifikasikan sifat keturunan. Perbedaan karakteristik morfometrik dan
meristik, pada spesies antar region, kemungkinan dihasilkan dari perbedaan genotip atau
faktor lingkungan yang menjalankan satu genotip dari keduanya. Ketika kedua karakteristik
morfometrik dan meristik merespon perubahan lingkungan, keduanya memberikan respon
yang berbeda pada beberapa situasi.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Untuk mempelajari morfologi beberapa jenis ikan air tawar, air laut dan ikan air payau,
serta mendeskripsikan perbedaan ciri-ciri morfologi ikan melalui gambar masing-
masing jenis ikan tersebut.
2. Untuk mengetahui dan melakukan pengukuran dan perhitungan beberapa ciri
morfometrik dan meristik ikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karakter morfologi meliputi studi morfometrik, meristik dan karakter khusus ikan.
Morfometrik merupakan ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan
misalnya panjang total dan panjang baku. Ukuran ini merupakan salah satu hal yang dapat
digunakan sebagai ciri taksonomik saat mengidentifikasi ikan. Karakter meristik adalah ciri
yang berkaitan dengan jumlah bagian tubuh dari ikan. Misalnya jumlah sisik pada garis rusuk,
jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip punggung (Nugroho dkk, 2016).
Dalam pengelolaan sumberdaya perikanan, penentuan wilayah persebaran dan
identifikasi spesies yang akurat merupakan bagian penting dan harus dilakukan. Suatu spesies
harus memiliki satu taksonomi yang jelas dan disepakati secara global untuk mempermudah
para ahli dalam membahas spesies tersebut. Suatu spesies harus memiliki satu taksonomi yang
jelas dan disepakati secara global untuk mempermudah para peneliti dalam membahas suatu
spesies. Penentuan spesies ikan berdasarkan karakter morfologi dengan mengikuti buku
petunjuk FAO species identification guide for fishery purposes, The living marine resources
of the Western Central Pacific Volume 4 Bony fishes part 2 (Mugilidae to Carangidae). Setiap
sampel ikan diukur panjang total, dihitung karakter meristik, dan diambil gambarnya yang
kemudian diolah untuk mendapatkan data morfometriknya (Kusumaningrum dkk, 2021).
Morfometrik adalah ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh ikan (measuring
methods). Morfometri sebagai suatu penandaan yang menggambarkan bentuk tubuh ikan.
Karakter morfometrik yang sering digunakan antara lain: panjang total, panjang baku, panjang
cagak, tinggi dan lebar badan, tinggi dan panjang sirip, dan diameter mata. Studi morfometrik
secara kuantitatif memiliki tiga manfaat, yaitu: membedakan jeniskelamin dan spesies,
mendeskripsikan pola-pola keragaman morfologis antar populasi atau spesies, serta
mengklasifi kasikan dan menduga hubungan fi logenik. Kajian morfometrik juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi suatu spesies serta mengetahui perbedaan genetik maupun
fenotip antar spesies ikan (Muhotimah dkk, 2013).
Morfometrik merupakan salah satu cara untuk mendeskripsikan spesies ikan
berdasarkan ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh. Karakter morfometrik dapat
dipelajari melalui pendekatan teknik morfometrik standard dan truss morphometric. Menurut
Turan (2004), metode truss morphometrics mampu mengidentifikasi perbedaan morfologi
organisme antar spesies yang mempunyai hubungan kekerabatan dekat dan dapat
mengidentifikasi intra spesies. Hubungan kekerabatan antar populasi dapat diukur
berdasarkan kesamaan sejumlah karakter morfologi berdasarkan truss morfometrik. Meristik
adalah ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tubuh, misalnya jumlah sisik pada garis
rusuk, jumlah jarijari keras dan jari-jari lemah pada sirip (Febriani dkk, 2019).
Beberapa tahun terakhir kombinasi data morfometrik, meristik dan genetik ikan air
tawar maupun ikan laut telah umum digunakan oleh para peneliti. Misalnya pada ikan rasbora,
ikan gurami, ikan Tengadak, ikan Nomei, Lobster, ikan shemaya, Gila eremica DeMarais
untuk pengamatan variasi spesies dan populasi. Secara umum, morfometrik dapat
didefenisikan sebagai teknik untuk mendeskripsikan bentuk tubuh. Metode tersebut banyak
digunakan dalam studi taksonomi dengan melihat pada komponen yang dapat diukur. Yaitu
mengukur panjang atau jarak antara ciri-ciri fisik atau landmark anatomi ikan seperti ukuran
bagian tubuh dan sirip dan rasio panjang tubuh (Asiah dkk, 2018).
Berbeda dengan karakter morfometrik yang menekankan pada pengukuran bagian-
bagian tertentu tubuh ikan, karakter meristik berkaitan denganpenghitungan jumlah
bagian-bagian tubuh ikan (counting methods). Variabel yang termasuk dalam karakter
meristik antara lain jumlah jari-jari sirip, jumlah sisik, jumlah gigi, jumlah tapis insang,
jumlah kelenjar buntu (pyloric caeca), jumlah vertebra, dan jumlah gelembung renang.
Meskipun mempunyai bentuk yang berbeda namun ada satu pola dasar yang sama yaitu
”kepala – badan – ekor” pada umumnya simetris bilateral. Bidang dan arah pada pada anatomi
ikan terdapat dalam buku terminologi “Nomina Anatomica4Veterinaria”. Terminologi yang
menyangkut bidang dan arah pada anatomi manusia berbeda dengan yang diterapkan pada
ikan atau hewan lain (Supriyadi, 2016).
Meristik merupakan ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu dari tubuh ikan
yang dapat digunakan untuk menggambarkan keterangan-keterangan spesies ikan, atau
digunakan untuk identifikasi spesies yang belum diketahui. Ciri yang berkaitan dengan
jumlah bagian tertentu dari tubuh ikan meliputi jumlah sirip, perumusan jari-jari sirip, sisik,
dan insang. Bagian-bagian tubuh ikan yang biasanya dihitung berkaitan dengan jumlah bagian
tubuh dari ikan, misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah pada
sirip punggung. Pengukuran morfometrik dan jumlah meristik dianggap sebagai metode
paling mudah dan otentik untuk identifikasi spesimen yang disebut sebagai sistematika
morfologi (Langer et al., 2013).
Secara garis besar ikan yang terdapat di alam tebagi atas dua group yaitu Agnatha (Ika
n yang tidak memiliki rahang) dan Gnathostomata (Ikan yang memiliki rahang). Kedua group
ikan tersebuat dikelompokkan ke dalam tiga kelas yaitu Kelas Cephalaspidomophi, Condricht
hyes, dan Osteichthyes.Setiap ikan mempunyai ukuran yang berbeda-beda, tergantung pada u
mur,jenis kelamin, dan keadaan lingkungan hidupnya. Faktor-faktor lingkungan yang dapat m
empengaruhi kehidupan ikan di antaranya adalah makanan, derajat keasaman (pH) air, suhu, d
an salinitas. Faktor-faktor tersebut, baik secara sendiri sendiri maupun secara bersama-sama,
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan ikan. Dengan demikian, walau
pun dua ekor ikan mempunyai umur yang sama namun ukuran mutlak di antara keduanya dap
at saling berbeda (Suprapto, 2015).
Pengukuran karakter morfologiyang dilakukan adalah meristik dan morfometrik. Meri
stikadalah bagian yang dapat dihitung dari ikan yang merupakanjumlah bagian-bagian tubuh i
kan, misalnya jumlah duri padasirip perut. Morfometrik adalah perbandingan ukuran relatifba
gian-bagian tubuh ikan. Perbedaan morfologis antarpopulasi dapat berupa perbedaan seluruh
ukuran dan bentuk,tetapi pada umumnya melibatkan keduanya. Perbedaan bentuk antar popul
asi ikan dinyatakan sebagaifungsi ukuran. Pengukuran morfometrik spesimen dilakukan deng
anmenggunakan digital kaliper yang memiliki ketelitian 0,10 mm,sedangkan meristik dilakuk
an penghitungan manual dibantukaca pembesar (Izzah, 2020).
Morfometrik dan meristik merupakan metode yang umum dalam studi iktiologi untuk
identifikasi, mendeskripsikan bentuk tubuh ikan. Ada dua cara untuk mengamati morfologi
ikan sebagai identifikasi ikan dalam populasi di area tertentu. Pertama, morfometrik
konvensional, namun memiliki kelemahan yakni parameter yang diamati sangat bergantung
kepada ukuran ikan yang berkorelasi dengan panjang total. Kedua, truss morfometrik
merupakan teknik berdasarkan morfometri geometrik titik-titik tertentu pada seluruh tubuh
dan menghubungkan titiktitik tersebut secara vertikal, horizontal, dan diagonal membentuk
pola umum segi empat, sehingga bentuk tubuh ikan dapat dianalisis secara akurat dan efektif.
Selain karakter morfometrik, pengamatan karakter meristik juga dilakukan dengan
menghitung jumlah bagian-bagian tubuh ikan, seperti jumlah sisik pada gurat sisi, jumlah jari-
jari sirip keras dan lemah sirip punggung (Wijayanti dkk., 2017).
Pengukuran karakter morfologi yang dilakukan adalah meristik dan morfometrik.
Meristik adalah bagian yang dapat dihitung dari ikan yang merupakan jumlah bagian-bagian
tubuh ikan, misalnya jumlah duri pada sirip perut. Morfometrik adalah perbandingan ukuran
relatif bagian-bagian tubuh ikan. Perbedaan morfologis antar populasi dapat berupa perbedaan
seluruh ukuran dan bentuk, tetapi pada umumnya melibatkan keduanya. Perbedaan bentuk
antar populasi ikan dinyatakan sebagai fungsi ukuran. Pengukuran morfometrik spesimen
dilakukan dengan menggunakan digital kaliper yang memiliki ketelitian 0,10 mm, sedangkan
meristik dilakukan penghitungan manual dibantu kaca pembesar (Azrita. dkk., 2013).
Ikan pelangi normal dan ikan pelangi abnormal memiliki kesamaan morfologi, antara
lain mata yang sehat, tipe mulut terminal, 2 sirip punggung, sepasang sirip dada dan perut,
serta sirip ekor yang bercagak. Ikan hasil persilangan abnormal memiliki bentuk tubuh serupa
dengan induk betinanya, yaitu ikan pelangi merah abnormal. Hal ini membuktikan, bahwa
keabnormalan ikan diturunkan dari induk ke anaknya melalui efek maternal genetik.
Keabnormalan bentuk tubuh ikan merupakan salah satu variasi fenotip. Fenotip merupakan
ciri penampakan fisik, anatomi, fisiologi, serta perilaku suatu organisme yang dipengaruhi
genotip dan lingkungan (Afini, 2016).
Ikan sapu-sapu secara morfologi memiliki tubuh yang ditutupi dengan sisik keras yang
fleksibel. Bentuk kepala ikan Ordo Siluriformes adalah “picak” atau depressed. Bagian
abdomen memiliki pola titik-titik putih besar dengan beberapa pola menyatu yang dilengkapi
dengan mulut penghisap pada bagian bawah. Terdapat sirip dorsal sebanyak 9-14 buah pada
ikan sapu-sapu jenis Pterygoplichthys disjunctivus. Sirip dada dilengkapi dengan duri kecil
yang berbentuk seperti gigi. Umumnya ikan sapu-sapu Pterygoplichthys mampu mencapai
ukuran 40 cm atau lebih. Ikan tersebut dapat mencapai panjang 35 cm dalam waktu 2 tahun
(Dewi, 2016).
Ikan dideskripsikan memiliki struktur morfologi tulang rangka yang kompleks dan
sangat kinetik. Tulang rangka (skeleton) pada ikan terdiri dari skeleton axial terbagi atas
tulang tengkorak (ossa cranium), tulang belakang (ossa vertebrae), tulang rusuk (ossa costae)
dan sirip medial (pinna medial). Skeleton appendicularis terdiri dari sirip dada (pinna
pectoralis), sirip perut (pinna pelvic) dan jari-jari sirip (pinnae). Sistem skeleton tengkorak
ikan teleost dewasa diketahui terdiri atas sekitar 60 bagian tulang yang saling berhubungan.
Tulang tengkorak terbagi atas beberapa bagian yaitu bagian neurocranium yang terdiri atas
tulang- tulang ethmoid, orbital, occipital, bagian rahang yang terdiri atas tulang-tuang rahang
atas dan bawah, bagian suspensorium bagian operkular, bagian branchial dan bagian arcus
hyoid. Umumnya ikan memiliki dua sirip berpasangan dan tiga sirip tunggal. Sirip
berpasangan terdiri dari sirip dada (pinna pectoralis) dan sirip perut (pinna pelvis), sedangkan
sirip tunggal terdiri dari sirip punggung (pinna dorsalis), sirip anal (pinna analis), dan sirip
ekor (pinna caudalis) (Saifuddin, 2018).
Identifikasi spesies mahluk hidup berdasarkan karakter morfologi memiliki banyak
kelemahan karena banyaknya kemiripan antar spesies dan ciri khas penting untuk diagnosa
seringkali menghilang sebagai akibat dari adaptasi terhadap lingkungan. Berbeda halnya
dengan penanda (marker) molekuler memiliki hasil identifikasi yang lebih stabil
dibandingkan dengan penggunaan karakter morfologi, sebab marker molekuler ditentukan
langsung oleh materi genetik (DNA).Identifikasi spesies ikan baronang berdasarkan
pendekatan marker molekuler belum banyak terungkap. Sedangkan identifikasi secara
morfologi seringkali menimbulkan kesalahan karena banyaknya kemiripan antar spesies, oleh
karena itu studi identifikasi spesies ikan baronang secara morfologi dan molekuler
menggunakan gen 12S rRNA penting dilakukan untuk memastikan spesies ikan baronang
(Mahrus dan Syukur, 2020).
Pada ikan yang hidup dalam habitat terbatas (seperti sungai, danau, dan teluk), ikan sulit
menghindar dari pengaruh pencemaran, sehingga unsur-unsur pencemaranmasuk ke dalam
tubuhnya. Ikan nila gift (Oreochromis niloticus)sebagai organisme ikan tawar yang hidup di
sungai tersebut terancam keberadaannya. Tidak menutup kemungkinan bahwa kadar limbah
batik di perairan dapat melebihi baku mutu yang ditentukan, sehingga menimbulkan efek
negatif berupa kematian biota. Morfologi dapat digunakan sebagai biomarker dalam
mengevaluasi kesehatan ikan atau biota lain yang terpapar kontaminan, yang dapat dilakukan
baik dalam skala laboratorium maupun skala lapangan. Sehingga perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui konsentrasi limbah hasil industri batik yang menyebabkan kematian pada
50% (LC50) benih ikan nila gift melalui uji hayati (bioassay) (Santoso, 2018).

BAB III
METODELOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 30 Maret 2022. Pelaksanaan
praktikum ini bertempatan di Laboratorium Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian,
Universitas Bengkulu.
3.2. Alat dan Bahan Praktikum
Bahan-bahan praktikum terdiri dari beberapa jenis ikan air tawar, ikan air laut dan
ikan air payau. Peralatan yang dipergunakan antara lain adalah baki/nampan plastik,
mistar/penggris, alat hitung (counter), tisu pembersih, alat tulis dan kaca pembesar (loup).
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1. Morfologi
Ciri-ciri morfologi ikan yang akan dilihat antara lain adalah bentuk tubuh, jumlah
sirip, bentuk sirip ekor, bentuk dan letak mulut, sungut, sisik dan linea lateralis. Untuk melihat
dan mempelajari ciri-ciri morfologi tersebut dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Menggambar jenis-jenis ikan yang sudah disediakan. Ikan digambarkan dengan posisi
bagian kepala (anterior) sebelah kiri, bagian ekor (posterior) sebelah kanan, bagian
punggung (dorsal) keatas dan bagian perut (ventral) sebelah bawah.
b. Menggambarkan ikan secara proporsional antara bagian-bagian tubuh ikan yang ada.
c. Menulis nama ilmiah masing-masing jenis ikan dibagian bawah gambar ikan.
d. Menunjukkan bagian-bagian yang merupakan ciri morfologi masing-masing jenis ikan.
Sirip ikan ditunjukkan dengan menulis hurup pertama nama sirip (seperti D untuk Dorsal
Fin/Sirip Punggung, sirip ekor (C), sirip dada (P), sirip dubur (A) dan sirip perut (V).
Untuk linea lateralis cukup ditulis dengan LL.
e. Menunjukkan ciri-ciri morfologi yang khas (seperti adipose fin, scute, finlet dan keel).
f. Menulis bentuk tubuh, bentuk ekor, bentuk mulut, letak mulut dan posisi sirip perut
terhadap sirip dada masing-masing ikan yang digambar.
3.3.2. Morfometrik
Untuk praktikum morfometrik disediakan 1 (satu) preparat yaitu jenis ikan mas
(Cyprinus carpio). Untuk mendapatkan data morfometrik lakukan pengukuran pada bagian--
bagian tubuh ikan sebagai berikut :
- Panjang total - Panjang Baku
- Tinggi Badan
- Tinggi batang ekor
- Panjang batang ekor
- Panjang kepala
- Tinggi kepala
- Lebar kepala
- Lebar badan
- Panjang hidung
- Panjang antara mata dengan preoperkulum
- Lebar mata
3.3.3. Meristik

Untuk praktikum meristik disediakan 1 (satu) preparat yaitu ikan nila/mujair atau ikan
gurami atau ikan kakap. Untuk mendapatkan data meristik, lakukan pengukuran ciri-ciri
meristik sebagai berikut :
- Jumlah sisik pada garis rusuk (Linea lateralis)
- Jumlah sisik didepan sirip punggung
- Jumlah sisik sekeliling badan
- Jumlah sisik pada batang ekor
- Jumlah sisik diatas dan dibawah garis rusuk
- Jari-jari keras dan jari-jari lemah sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan
sirip ekor.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
N Gambar Ikan Klasifikasi
O
1. Ikan Gabus (Channa striata) Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopteygii
Ordo: Perciformes
Famili:Channidae
Genus: Channa
Spesies: C. striata
Gambar 4.1.1
2. Ikan Mas (Cyprinus carpio) Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopteri
Ordo: Cypriniformes
Famili: Cyprinidae
Genus: Cyprinus
Spesies: Cyprinus carpio

Gambar 4.1.2
3. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Osteichtyes
Ordo: Perciformes
Famili: Cichlidae
Genus: Oreochromis
Spesies:Oreochromis
nilloticus

Gambar 4.1.3
4. Ikan Lele (Clarias bathracus) Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopteri
Ordo: Siluriformes
Famili: Clarididae
Genus: Clarias
Spesies: Clarias Sp

Gambar 4.1.4
5. Ikan Sebelah (Psettodes erumei) Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Pisces
Ordo: Pleuronectiform
Famili:
Genus: Pleuronectidae
Spesies: Pseudorhombus
arsius

Gambar 4.1.5
6. Ikan Tambakan (helostoma temminckii) Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Anabantiformes
Famili: Helostomatidae
Genus:Helostoma
Spesies: H. Temminckii

Gambar 4.1.6
7. Ikan Lidah (Cynoglossus lingua) Kingdom: Animalia
Filum:
Kelas:
Ordo: Heterosomata
Famili: Soleidae
Genus: Cynoglossus
Spesies: Cynoglossus
lingua
Gambar 4.1.7
8. Ikan Kembung (Rastrelliger) Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Scombridae
Genus: Rastrelliger
Spesies:

Gambar 4.1.8
9. Ikan Hiu (Selachimrorpha) Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Subfilum: Vertebrata
Kelas: Chondrichthyes
Subkelas: Elasmobranchii
Ordo: Carcharhiniformes
Famili: Charcharidae
Genus: Charcarias
Gambar 4.1.9 Spesies: Carcharias
menissorah
10. Ikan Pari (Dasyatidae) Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Subfilum: Vertebrata
Kelas: Pisces
Subkelas: Elasmobranchii
Ordo: Batoidei
Famili: Trygonidae
Genus: Dasyatis
Gambar 4.1.10 Spesies: Dasyatis sp.
11. Ikan Kakap (Lutjanidae) Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Lutjanidae

Gambar 4.1.11

4.2 Pembahasan
4.2.1 Ikan Gabus (Channa striata)
Ikan gabus (Channa striata) merupakan jenis asli Kalimantan dan Sumatera
yang merupakan salah satu komoditas dalam komposisi 22 jenis ikan air tawar sebagai
sumber daya genetik untuk kegiatan budidaya dalam menunjang diversifikasi usaha
budidaya. Channa striata yang dikenal dengan beberapa nama lokal seperti gabus,
haruan, gapo, delek atau jilo adalah salah satu ikan asli perairan Indonesia yang
merupakan ikan konsumsi penting. Ikan gabus ini bernilai ekonomis. Ikan
Gabus memiliki ciri-ciri tubuh memanjang dengan kepala bersisik yang berbentuk pipih
dan lebar,dengan mata yang terdapat pada bagian anterior kepala. Sirip punggung lebih
panjang dari sirip ekor, serta warna tubuh pada bagian punggung hijau kehitaman dan
bagian perut berwarna krem atau putih (Kusmini dkk, 2015).
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh data morfometrik
dari ikan gabus, yaitu memiliki panjang total 25,5 cm, panjang baku 14,5 cm, tinggi
badan 4 cm, panjang batang ekor 1,5 cm, panjang kepala 6,6 cm, lebar kepala 337,3
mm, lebar badan 276,8 mm, panjang hidung 1,5 cm, lebar mata 0,9 cm dan tinggi
kepala 1,8 cm.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh data meristik dari
ikan gabus, yaitu memiliki panjang total 25,5 cm, panjang baku 14,5 cm, tinggi badan 4
cm, panjang batang ekor 1,5 cm, panjang kepala 6,6 cm, lebar kepala 337,3 mm, lebar
badan 276,8 mm, panjang hidung 1,5 cm, lebar mata 0,9 cm dan tinggi kepala 1,8 cm.
4.2.2 Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Ikan mas memiliki bentuk tubuh yang agak memanjang dan sedikit memipih
ke samping (compressed). Sebagian besar tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik.
Moncongnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil).
Pada bibirnya yang lunak terdapat dua pasang sungut (berbel) dan tidak bergerigi. Pada
bagian dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharynreal teeth) sebanyak tiga baris
berbentuk geraham. Sirip punggung ikan mas memanjang dan bagian permukaannya
terletak berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip punggungnya
(dorsal) berjari-jari keras, sedangkan di bagian akhir bergerigi. Seperti halnya sirip
punggung, bagian belakang sirip dubur (anal) ikan mas ini pun berjari-jari keras dan
bergerigi pada ujungnya. Sirip ekornya menyerupai cagak memanjang simetris hingga
ke belakang tutup insang, sisik ikan mas relatif besar dengan tipe sisik lingkaran
(cycloid) yang terletak beraturan. Garis rusuk atau gurat sisi (linea lateralis) yang
lengkap terletak di tengah tubuh dengan posisi melintang dari tutup insang sampai ke
ujung belakang pangkal ekor (Siregar dkk, 2012).
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh data morfometrik
pada ikan mas, yaitu memiliki panjang total yang 22,2 cm, panjang baku 19,2 cm,
tinggi badan 7,5 cm, tinggi batang ekor 3 cm, panjang batang ekor 3 cm, panjang kepala
ikan mas 4,5 cm, lebar kepala ikan mas 5 cm, lebar tubuh ikan mas 7,5 cm, panjang
hidung ikan mas 2 cm, panjang mata sampai operculum 4 cm, lebar mata ikan mas dari
pengukuran didapati hasil yaitu 1 cm. Pengukuran morfometrik dilakukan dengan
metode truss morphometric.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh hasil bahwa ikan
mas memiliki 34 sisik pada garis rusuk, 12 sisik di depan sirip punggung, 28 sisik
keliling badan, 70 sisik pada batang ekor. Terdapat 184 sisik pada bagian atas gurat
sisik dan 192 sisik pada bagian bawah gurat sisik. Pada ikan mas terdapat juga 60 jari-
jari keras dan 35 jari-jari lemah.
4.2.3 Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari
Afrika, tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan
peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar di Indonesia sekaligus hama di
setiap sungai dan danau Indonesia. Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus)
menurut Arfin (2016), mempunyai bentuk tubuh bulat pipih, pada badan dan sirip
ekor (caudal fin) ditemukan garis lurus. Pada sirip punggung ikan nila ditemukan
garis lurus memanjang. Ikan nila dapat hidup di perairan tawar dengan menggunakan
ekor untuk bergerak.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh data morfometrik
pada ikan nila, memiliki panjang total 24 cm, panjang baku 10 cm, tinggi badan 9
cm, panjang batang ekor 2,1cm, panjang kepala 6,5 cm, lebar kepala 3 cm, lebar
badan 3,1 cm, panjang hidung 1,2 cm, lebar mata 1,1 cm dan tinggi kepala 5,5 cm.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan memperoleh data meristik
pada ikan nila, yaitu terdapat 35 sisik pada linea lateralis, 6 sisik pada batang ekor, 4
sisik gurat sisi pada bagian atas dan 14 sisik gurat sisi pada bagian bawah. Terdapat
69 jari-jari keras.
4.2.4 Ikan Lele (Clarias bathracus)
Ikan lele memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan
mempunyai organ arborescent, yaitu alat yang membuat lele dapat hidup di lumpur
atau air yang hanya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele mempunyai ciri-ciri
atau morfologi sebagai berikut, Kepala ikan lele yang panjang , hampir mencapai
seperempat dari panjang tubuhnya dengan bentuk kepala pipih ke bawah (depressed ).
Pada bagian atas dan bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat , Tulang ini
membentuk ruangan rongga di atas insang (Iswanto, 2015).
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan memperoleh data
morfometrik dari ikan lele yaitu panjang total 23 cm, panjang baku 20 cm, tinggi
badan lele 2,5 cm, tinggi batang ekor lele 1,5 cm, panjang batang ekor 1,5 cm,
panjang kepala 2 cm, tinggi kepala 5,5 cm, lebar kepala lele 4 cm, lebar badan 2,5
cm, panjang hidung 1,8 cm, jarak hidung ke operculum 4 cm, serta diameter mata 0,3
cm.
Dari pengamatan yang telah dilakukan didapati hasil meristik dari ikan lele yaitu
lele tidak memiliki sisik dikarenakan lele mempunyai lendir yang mampu menjaga
diri dari musuhnya. Serta dari hasil pengamatan ikan lele hanya memiliki dorsal fin :
62 keras, 28 lunak, vectoral fin : 2 keras, 14 lunak, ventral fin : 6 keras, 8 lunak, anal
fin : 21 keras, 33 lunak, serta caudal fin : 6 keras, 12 lunak. Ikan lele mempunyai
jumlah sirip punggung D.68-79, sirip dada P.9-10, sirip perut V.5-6, sirip anal A.50-
60 dan jumlah sungut sebanyak 4 pasang, 1 pasang diantaranya lebih panjang dan
besar. Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan perbandingan antara panjang baku
terhadap panjang kepala adalah 1: 3-4. Ukuran matanya sekitar 1/8 panjang
kepalanya (Rauf, 2015).
4.2.5 Ikan Sebelah (Psettodes erumei)
Ikan Sebelah (Psettodes erumei) merupakan ikan demersal yang hidup di
dasar perairan. Secara morfologi ikan ini mempunyai bentuk badan pipih, kedua mata
berada pada salah satu sisi, sedang sisi yang lain tidak ada mata (karena itulah ikan
ini disebut ikan sebelah) dan sedikit pigmen. Panjang ikan rata-rata sekitar 30 cm dan
dapat mencapai 45 cm. Bentuk asimetris yang ada pada ikan sebelah merupakan hasil
evolusi tengkorak flatfish secara bertahap. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya
fosil ikan bermata aneh dari perairan Eropa Kuno. Fosil ini diperkirakan hidup 50 juta
tahun lalu, dengan satu mata di atas kepalanya dan satunya berada di sebelahnya.
Bentuk asimetris ini memungkinkan mereka untuk berbaring datar di dasar laut
sambil menunggu mangsanya. Adaptasi morfologi ikan ini sangat berguna untuk
melindungi diri dari predator yang lebih besar dan untuk memudahkan ikan ini dalam
memangsa (Barokah dkk, 2016).
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan memperoleh data
morfometrik dari ikan sebelah memiliki panjang total 15,5 cm, panjang baku 7,5 cm,
tinggi badan 5,5 cm, panjang batang ekor 4 cm, panjang kepala 3,5 cm, lebar kepala 3
cm dan tinggi kepala 3,5 cm.
Dari pengamatan yang telah dilakukan didapati hasil meristik dari ikan
sebelah yaitu jumlah sisik pada linea lateralis 76 sisik, jumlah sisik di depan sirip
punggung 42 sisik, jumlah sisik disekeliling badan 118 sisik, jumlah sisik batang ekor
10 sisik, jumlah sisik diatas dan dibawah garis rusuk 25 dan 31 sisik, sirip dorsal 42
jari-jari keras, sirip anal 57 jari-jari keras, sirip ekor 14 jari-jari keras, serta sirip dada
19 jari-jari lunak.
4.2.6 Ikan Tambakan (helostoma temminckii)
Ikan tambakan termasuk ke dalam Phylum Chordata, Class Actinopterygii,
Ordo Perciformes, Subordo Anabantoidei, Family Helostomatidae, Genus Helostoma
dan Spesies Helostoma temminkii (Saanin, 1984). Pada beberapa negara di Asia
Tenggara, ikan tambakan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan merupakan
komoditas lokal perikanan air tawar yang berpotensi menjadi komoditas unggulan.
Efriyeldi & Pulungan (1995) menyatakan bahwa ikan tambakan berpotensi
dibudidayakan karena memiliki keunggulan seperti kemampuan adaptasi terhadap
perairan dengan kadar oksigen terlarut rendah dan tergolong ikan dengan nilai
fekunditas yang tinggi. Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip
punggung dan sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip
ekornya sendiri berbentuk nyaris bundar atau mengarah cembung ke luar, sementara
sirip dadanya yang berjumlah sepasang juga berbentuk nyaris bundar (Arifin dkk,
2017).
Dari pengamatan yang dilakukan didapati hasil morfometrik dari ikan
Tambakan yaitu panjang total yang dimiliki oleh tubuh ikan Tambakan 12,3
cm,panjang baku 6,2 cm,tinggi badan 1,2 cm,tinggi batang ekor 1,2 cm,panjang
batang ekor 0,5 cm,tinggi kepala 3,4 cm,lebar kepala 10,2 cm,panjang hidung 0,7
cm,panjang antara mata dengan operculum 1,9 cm,lebar mata 0,9 cm,lebar badan 10,5
cm,panjang kepala 3,3 cm.
Sisik pada Linea lateralis 43,sisik di depan sirip punggung 11,sisik pada batang
ekor 4,sisik diatas dan dibawah garis rusuk 8 dan 13,jari-jari sisik punggung,jari-jari
sisik punggung.
4.2.7 Ikan Lidah (Cynoglossus lingua)
Ikan lidah (Cynoglossus lingua)  memiliki tutup insang, sisik, gurat sisi, sirip
punggung, sirip perut, sirip ekor, dan sirip anus. Tetapi ikan lidah tidak memiliki
sungut, sirip dada, finlet, keel, scute, korselet, duri mata pisau dan duri pelindung.
Ikan lidah memiliki bentuk tubuh non bilateral simetris dan pipih mendatar, mata
hanya berada pada satu sisi, tipe mulut inferior dengan lubang hidung monorhinous,
dan kepala tumpul bersisik. Ikan lidah memiliki tutup insang, sisik, gurat sisi, sirip
punggung, sirip perut, sirip ekor, dan sirip anus. Tetapi ikan lidah tidak memiliki
sungut, sirip dada, finlet, keel, scute, korselet, duri mata pisau dan duri pelindung.
Tubuh ikan lidah non bilateral simetris (Gustiarisanie, 2020).
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan memperoleh data morfometrik
dari ikan lidah memiliki panjang total 29,3 cm, panjang baku 22,5 cm, tinggi badan
6,2 cm, panjang kepala 9,5 cm, tinggi kepala 4,7 cm, lebar kepala 10 cm, lebar badan
14 cm, panjang hidung 0,7 cm, lebar mata 0,5 cm, panjang antara mata dengan
operculum 3,4 cm dan tinggi kepala 4,7 cm.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan memperoleh data meristik pada
ikan lidahh, yaitu terdapat 60 sisik garis rusuk, 26 sisik sekeliling badan, 8 sisik gurat
sisi pada bagian atas dan 8 sisik gurat sisi pada bagian bawah. Terdapat 51 jari-jari
lemah.
4.2.8 Ikan Kembung (Rastrelliger)
Ikan kembung memiliki karakteristik badan lonjong dan pipih. Ikan
kembung jantan memiliki genus yang sama dengan ikan kembung bentina. Ciri yang
membedakannya adalah adanya satu bintik atau totol hitam dekat sirip dada pada ikan
kembung jantan. Ukuran ikan kembung jantan berkisar antara 18,4 cm - 30 cm dan
ikan kembung jantan memiliki tapis insang yang lebih besar karena plankton yang
dimakannya memiliki ukuran yang besar, sedangkan ikan kembung betina berukuran
19,0 cm - 22,4 cm. Ikan kembung betina memiliki tapis insang yang halus karena
plankton yang dimakannya berukuran kecil. Ikan kembung jantan biasanya
ditemukan di perairan yang jernih dan agak jauh dari pantai dengan kadar garam lebih
dari 32% (Astuti, 2019).
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan memperoleh data morfometrik
dari ikan kembung yaitu panjang total 23 cm, panjang baku 17 cm, tinggi badan 5,5
cm, tinggi batang ekor 2 cm, panjang batang ekor 6 cm, panjang kepala 5 cm, tinggi
kepala 3,5 sm, lebar kepala 3 cm, lebar badan 3 cm, panjang hidung 0,8 cm, diameter
mata 1,3 cm, panjang operculum 2,3 cm.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan memperoleh data meristik
kembung yaitu jumlah sisik pada linea lateralis 101 sisik, jumlah sisik didepan sirip
punggung 13 sisik keatas dan 34 sisik kebawah, jumlah sisik sekeliling badan 103
sisik. Jari-jari keras : sirip ekor 6, sirip punggung atas 7, sirip vectoral 1, sirip ventral
4 serta sirip anal 14. Jari-jari lunak sirip ekor 12, sirip punggung atas 5, sirip vectoral
28, sirip ventral 12, serta sirip anal 15.
4.2.9 Ikan Hiu (Selachimrorpha)
Hiu merupakan salah satu predator tingkat atas dari rantai makanan yang
menentukan keseimbangan dan mengontrol jaring-jaring makanan yang komplek di
bawah mereka. Berkurangnya jumlah hiu di dalam suatu ekosistem akan berdampak
pada berubahnya tatanan alamiah dalam struktur komunitas yang berakibat pada
terganggunya keseimbangan suatu ekosistem. Ikan hiu merupakan
jenis ikan vertebrata, memiliki tulang belakang, sirip yang berpasangan, sisik di kulit,
rahang yang dapat digerakkan, ekor berujung runcing dan pada umumnya berbentuk
heterocercal, dan memiliki celah insang yang terletak di sisi kepala yang berjumlah 5-
7 celah (Akbar, 2019).
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan memperoleh data
morfometrik dari ikan hiu memiliki panjang total 1,15 m, panjang baku 58 cm, tinggi
badan 11 cm, panjang batang ekor 1,5 cm, panjang kepala 12 cm, lebar kepala 82
mm, lebar badan 83 mm, panjang hidung 1,5 cm, lebar mata 78 mm dan tinggi kepala
7 cm. Terdapat tinggi batang ekor yang berukuran 3,5 cm, panjang batang ekor 2,5
cm.Based on research conducted on Mackerels at PPP Labuan, fish with different
sexes and body weights are known to have no differences in the number of soft rays
on the fins. The meristic characters' calculation results show that there were 6 soft
rays and 10 hard spines on the dorsal fins, 23 hard spines on the pectoral fins, 10 hard
spines and 6 soft rays on the anal fins, and 24 soft rays and 13 hard spines on
abdominal fins. The Data showed no difference between the number of fins’ rays,
body weight, and sex. The results of this study are the same as those of Souissi,
Golani, Mejri, Zaouali, & Capapé who examined the meristic characteristics of the
Tunisian sea that were identified as coming from the eastern Mediterranean where
this species originated (Nurpadiana, H. 2020).
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan didapati hasil meristik dari
tambakan yaitu jumlah sisik pada linea lateralis 101 sisik, jumlah sisik didepan sirip
punggung 31 sisik keatas dan 34 sisik kebawah, jumlah sisik sekeliling badan 82
sisik. Jari-jari keras : sirip ekor 6, sirip punggung atas 7, sirip vectoral 1, sirip ventral
4 serta sirip anal 14. Jari-jari lunak sirip ekor 12, sirip punggung atas 5, sirip vectoral
28, sirip ventral 12, serta sirip anal 15.
4.2.10 Ikan Pari (Dasyatidae)
Pada pangkal ekor ikan pari terdapat taji sekitar 8- inch yang diselubungi
dengan bahan yang membentuk sisik ikan hiu, yang dikenali sebagai dermis dentikle
(dermal denticles). Bagian ini akan menjadi keras dan tegang apabila ikan pari merasa
terancam, membentuk seperti pisau bergerigi dan memiliki bisa yang mengancam
pemangsa. Ikan pari memiliki celah insang yang terletak di sisi ventral kepala. Sirip
dada ikan ini melebar menyerupai sayap, dengan sisi bagian depan bergabung dengan
kepala. Bagian tubuh sangat pipih sehingga memungkinkan untuk hidup di dasar laut.
Bentuk ekor seperti cambuk pada beberapa spesies dengan sebuah atau lebih duri
tajam di bagian ventral dan dorsal (Abu Bakar, 2015).
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan memperoleh data morfometrik
dari ikan pari memiliki panjang total 83 cm, panjang baku 20 cm, tinggi badan 3 cm,
panjang batang ekor 1,5 cm, panjang kepala 8 cm, lebar kepala 5 cm, lebar badan 22,3
cm, panjang hidung 4,5 cm, lebar mata 0,9 cm dan tinggi kepala 3 cm.
4.2.11 Ikan Kakap (Lutjanidae)
Ikan Kakap Merah merupakan ikan yang termasuk ke dalam Ordo Perciformes,
Famili Laboridae, dan genud Lutainus dan Spesies Lutianus erythropterus.Ikan ini
merupakan ikan air laut yang mempunyai sirip punggung yang sempurna yang terletak
di depan sirip perut atau di belakang kepala bagian anterior badan pada ikan tersebut.
Sirip dada pada ikan merah oblique dan terletak di bawah linea literalis di bawah sudut
operculum. Sirip perut ikan ini berbentuk thorcic, sedangkan sirip anus terpisah
dengan sirip ekor dan bagian pangkalnya diliputi oleh sisik. Bentuk ekor ikan ini
adalah berlekuk tunggal (Ridho dan Patriono, 2016).
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan memperoleh data
morfometrik dari ikan kakap merah yaitu panjang total 28,1 cm, panjang baku 22,5
cm, tinggi badan 9,1 cm, tinggi batang ekor 2,8 cm, panjang batang ekor 6,1 cm,
panjang kepala 8,5 cm, tinggi kepala 7,3 cm, lebar kepala 2,4 cm, lebar badan 3,4 cm,
panjang hidung 1,4 cm, diameter mata 2 cm, serta panjang operculum 3,9 cm.
Analisis kontribusi 15 karakter morfometrik terhadap fungsi kanonik menunjukkan
bahwa karakter yang menjadi penciri di antara stok adalah tinggi badan, caudal
peduncle, dan diameter mata (Irmawati dkk, 2020).
Dari pengamatan yang telah dilakukan didapati hasil meristik dari ikan kakap
merah yaitu jumlah sisik pada linea lateralis 83 sisik, jumlah sisik di sekeliling badan
62 sisik, jumlah sisik diatas dan dibawah garis rusuk : 8 dan 18 sisik, jari-jari keras :
dorsal atas 10, sirip anal 4, sirip caudal 8, sirip vectoral 4, sirip ventral 4, jari-jari
lunak : dorsal atas 15, sirip anal 8, sirip caudal 26, sirip vectoral 11, sirip ventral 13.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kita dapat mengetahui dan mempelajari beberapa morfologi dari jenis ikan air tawar,
air laut dan ikan air payau, serta dapat membedakan ciri-ciri dari morfologi ikan
melalui gambar masing-masing jenis ikan tersebut.
2. Dapat mengetahui cara menghitung dan mengukur beberapa morfometrik dan meristik
pada ikan.

5.2 Saran
Pada praktikum kali ini, praktikan diharapkan sangat teliti saat mengukur morfometrik
dan meristik pada ikan. Praktikan juga diharapkan untuk fokus dan memperhatikan pada
saat co.ass menjelaskan, serta menguasai tentang materi pada setiap judul praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Afini, I., Elfidasari, D., Kadarini, T., & Musthofa, S. Z. (2016). Analisis Morfometrik Dan
Meristik Hasil Persilangan Ikan Pelangi Boesemani (Melanotaenia Boesemani)
Dan Ikan Pelangi Merah Abnormal (Glossolepis Incisus). Life Science, 5(1),
42-51.
Arifin, O. Z., & Kurniasih, T. (2016). Karakterisasi morfologi keturunan pertama ikan Nila
(Oreochromis niloticus) GET dan GIFT berdasarkan metode truss
morphometrics. Jurnal Riset Akuakultur, 2(3), 373-383.
Arifin, O. Z., Cahyanti, W., Subagja, J., & Kristanto, A. H. (2017). Keragaan Fenotipe Ikan
Tambakan (Helostoma temminkii. Cuvier 1829) Hasil Domestikasi
(Takhasi). Jurnal Media Akuakultur, 12(1), 1-9.
Afini, I., Elfidasari, D., Kadarini, T., & Musthofa, S. Z. (2016). Analisis Morfometrik Dan
Meristik Hasil Persilangan Ikan Pelangi Boesemani (Melanotaenia
Boesemani) Dan Ikan Pelangi Merah Abnormal (Glossolepis
Incisus). Life Science, 5(1), 42-51.
Azrita, A., Syandri, H., Dahelmi, D., Syaifullah, S., dan Nugroho, E. 2013. Karakterisasi
morfologi ikan bujuk (Channa lucius) pada perairan Danau Singkarak
Sumatera Barat, Rawa Banjiran Tanjung Jabung Timur Jambi dan Rawa
Banjiran Kampar Riau. Jurnal Natur Indonesia. 15(1) : 1-8.
Astuti, S., Wiadnya, D. G. R., & Sukandar, M. (2019). ANALISIS HISTOLOGI TINGKAT
KEMATANGAN GONAD IKAN KEMBUNG PEREMPUAN (Rastrelliger
brachysoma, Bleeker 1851) DI PERAIRAN LEKOK, PASURUAN. JFMR
(Journal of Fisheries and Marine Research), 3(1), 8-21.
Barokah, L., Solichin, A., & Suprapto, D. (2016). Aspek biologi ikan sebelah (Psettodes
erumei) yang tertangkap dan didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
Tawang Kabupaten Kendal. Management of Aquatic Resources Journal
(MAQUARES), 5(4), 216-223.
Abubakar, S., Boer, M., & Sulistiono, S. (2015). Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pari Totol
(Neotrygon Kuhlii) di Perairan Selat Sunda. Jurnal Teknologi Perikanan dan
Kelautan, 6(2), 129-138.
Akbar, N., Tahir, I., Baksir, A., Paembonan, R. E., & Ismail, F. (2019). Deskripsi morfologis
spesies endemik hiu berjalan (Hemiscyllium halmahera, Allen & Erdmann,
2013) di perairan Laut Maluku Utara. Jurnal Iktiologi Indonesia, 19(2), 297-
314.
Febriani, M. D., Bhagawati, D., & Suryaningsih, S. (2019). Karakteristik morfologi ikan
belanak (Mugil chepalus & Crenimugil seheli) dari TPI Tegal
Kamulyan, Cilacap Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed, 1(2), 144-
150.
Gustiarisanie, A., Rahardjo, M. F., & Ernawati, Y. (2016). Hubungan Panjang-Bobot dan
Faktor Kondisi Ikan Lidah Cynoglossus cynoglossus, Hamilton 1822 (Pisces:
Cynoglossidae) di Teluk Pabean Indramayu, Jawa Barat. Jurnal Iktiologi
Indonesia, 16(3), 337-344.
Iswanto, B., Suprapto, R., Marnis, H., & Imron, I. (2015). Karakteristik Morfologis dan
Genetis Ikan Lele Afrika (Clarias gariepinus Burchell, 1822) Strain
Mutiara. Jurnal Riset Akuakultur, 10(3), 325-334.
Rauf, N. H., Sulistijowati, R. S., & Harmain, R. M. (2015). Mutu organoleptik sosis ikan lele
yang disubtitusi dengan rumput laut. The NIKe Journal, 3(3).
Izzah, N. (2020). Pengaruh Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Variasi Morfologi Ikan
Komet (Carassius auratus). Journal of Aquaculture and Fish Health, 9(1), 81-8
5.
Irmawati, I., Tassakka, A. C. M. A., Alimuddin, A., Nadiarti, N., Husain, A. A. A., Umar, M.
T., & Parawansa, B. S. (2020). IDENTIFIKASI STOK IKAN KAKAP PUTIH
(Lates calcarifer Bloch, 1790) MENGGUNAKAN KARAKTER
MORFOMETRIK. Jurnal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, 7(13).
Kusumanigrum, R. C., Alfiatunnisa, N., Murwantoko, M., & Setyobudi, E. (2021). Karakter
Morfometrik dan Meristik Ikan Layang (Decapterus macrosoma Bleeker,
1851) di Pantai Selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Jurnal
Perikanan Universitas Gadjah Mada, 23(1), 1-7.
Asiah, N., Junianto, J., Yustiati, A., & Sukendi, S. (2018). Morfometrik dan meristik ikan
kelabau (Osteochilus melanopleurus) dari Sungai Kampar, Provinsi
Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 23(1), 47-56.
Kusmini, I. I., Prakoso, V. A., & Kusdiarti, K. (2015). KERAGAMAN FENOTIPE TRUSS
MORFOMETRIK DAN GENOTIPE IKAN GABUS (Channa striata) DARI
JAWA BARAT, SUMATERA SELATAN, DAN KALIMANTAN
TENGAH. Jurnal Riset Akuakultur, 10(4), 501-509.
Langer, S., Tripathi, N.K., & Khajuria, B. (2013). Morphometric and meristic study of
Golden Mahseer (Tor putitora) from Jhajjar Stream India. Journal of Animal,
Veterinary and Fishery Sciences,1(7), 1–4
Mahrus, M., & Syukur, A. (2020). Karakter Morfologi dan Identifikasi Molekuler dengan
Menggunakan Marka Gen 12S rRNA pada Ikan Baronang (Siganus spp.) di
Perairan Laut Selatan Pulau Lombok. JURNAL SAINS TEKNOLOGI &
LINGKUNGAN, 6(1), 105-115.
Muhotimah, M., Triyatmo, B., Priyono, S. B., & Kuswoyo, T. (2013). Analisis morfometrik
dan meristik nila (Oreochromis sp.) strain larasati F5 dan tetuanya. Jurnal
Perikanan Universitas Gadjah Mada, 15(1), 42-53.
Nugroho, E. D., Rahayu, D. A., & Rupa, D. (2016). Studi morfologi ikan mudskippers
(Gobiidae: Oxudercinae) sebagai upaya karakterisasi biodiversitas lokal
Pulau Tarakan. Jurnal Harpodon Borneo, 9(1).
Ridho, M. R., & Patriono, E. (2016). Aspek reproduksi ikan kakap putih (Lates calcarifer
Block) di perairan terusan dalam kawasan Taman Nasional Sembilang Pesisir
Kabupaten Banyuasin. Jurnal Penelitian Sains, 18(1), 1-7.
Saifuddin. 2018. Karakteristik Morfometrik dan Skeleton Ikan Keureling (Tor tambroides
Bleeker 1854). Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika. 2 (1) : 35-44.
Supriyadi, E. (2016). Studi morfologi ikan mudskippers (Gobiidae: Oxudercinae) sebagai upa
ya karakterisasi biodiversitas lokal Pulau Tarakan. Jurnal Harpodon Borneo, 9
(1).
Suprapto, R. (2015). Abnormalitas Morfologis Benih Ikan Lele Afrika (Clarias gariepinus) Str
ain Mutiara. Jural Media Akuakultur, 10(2), 51-57.
Wijayanti T, Suryaningsih S, Sukmaningrum S. 2017. Analisis karakter truss morphometrics
pada ikan kemprit (Ilisha megaloptera Swainson, 1839) familia
Pristigasteridae. Script Biologica. 4(2): 109–112.

Anda mungkin juga menyukai