Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

“MORFOLOGI, MORFOMETRIK, DAN MERISTIK PADA IKAN”

Disusun oleh :

Nama : Natasya Anggia Sha Fauzi

NPM : E1I021013

Hari/Tanggal : Selasa/ 29 Maret 2022

Shift/Kelompok : shift 2 / 1 (Satu)

Dosen : 1. Ir. Zamdial, M.Si

2. Maya Angraini Fajar Utami, S.Pi.,M.Si.

Co-ass : 1. Dia Ayu Meytria ( E1I019017 )

2. Emilio Roeskana ( E1I019020)

3. Melisabeth Br. Purba (E1I020013 )

4. Nur Alvi Syahrin (E1I020005 )

5. Riska Ayu Kurniati (E1I019035)

6. Qintara Aqiila Syahri (E1I020001)

LABORATORIUM PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. i

BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………. 1


1.1. Latar Belakang ….…………………………………………….. 1
1.2. Tujuan ….. …………………..………………………………… 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..…………………………………………… 2

BAB III. METODOLOGI…………………………….... …………………….. XX


3.1. Waktu dan Tempat ….………………………………………….. XX
3.2. Alat dan Bahan ….……………………………………………… XX
3.3. Prosedur kerja………………………… ……………………….. XX

BAB IV. HASIL PRAKTIKUM ……………………………………………… XX

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………. XX


5.1. Kesimpulan ……………………………………………………… XX
5.2. Saran……………………………………………………………... XX

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… XX

LAMPIRAN …………………………………………………………………… XX
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikhtiologi merupakan cabang dari ilmu hayat (biologi), atau secara tepatnya merupakan
cabang dari ilmu hewan (Zoologi). Iktiologi dalam arti singkat berarti suatu ilmu yang khusus
mempelajari tentang ikan. Perkataan “iktiologi” berasal dari bahasa yunani, yaitu
Ichthyologia. Ichtyes berarti ikan, sedangkan logos berarti ajaran atau ilmu. Dengan demikian,
Ichthyologi (iktiologi) adalah suatu ilmu pengetahuan yang khusus mempelajari ikan dan
dengan segala aspek kehidupannya.

Secara umum pengukuran karakter morfometrik ini bertujuan untuk mengetahui variasi
morfologi dari beberapa spesies ikan yang berbeda atau spesies ikan yang sama dari populasi
yang berbeda. Merode morfometrik bersama dengan metode meristic menjadi dasar dalam
pengklasifikasian ikan pada awal mula ilmu taksonomi ikan berkembang.

Morfometrik adalah suatu metode pengukuran bentuk-bentuk luar tubuh yang dijadikan
sebagai dasar membandingkan ukuran ikan, seperti lebar, panjang standar, tinggi badan dan
lain-lain. Pengukuran morfometrik berguna untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan,
kebiasaan makan ikan, golongan ikan dan sebagai dasar dalam melakukan identifikasi ikan.
Meristik adalah ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian luar tubuh ikan seperti perhitungan
jumlah jari sirip, jumlah sisik, yang dipakai sebagai dasar pembanding dalam penentuan
spesies ikan dalam satu genus.

Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme. Bentuk luar
dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam
mempelajari organisme. Adapun yang dimaksud dengan bentuk luar organisme ini adalah
bentuk tubuh, termasuk di dalamnya warna tubuh yang kelihatan dari luar. Pada dasarnya
bentuk luar dari ikan dan berbagai jenis hewan air lainnya mulai dari lahir hingga ikan
tersebut tua dapat berubah-ubah, terutama pada ikan dan hewan air lainnya yang mengalami
metamorfosis dan mengalami proses adaptasi terhadap lingkungan (habitat). Namun demikian
pada sebagian besar ikan bentuk tubuhnya relatif tetap, sehingga kalaupun terjadi
perubahan, perubahan bentuk tubuhnya relatif sangat sedikit.

Karakter morfologi meliputi studi morfometrik dan meristik dari ikan. Morfometrik
adalah ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan misalnya panjang total
dan panjang baku. Ukuran ini merupakan salah satu hal yang dapat digunakan sebagai ciri
taksonomik saat mengidentifikasi ikan. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan milimeter
atau centimeter, ukuran yang dihasilkan disebut ukuran mutlak. Adapun meristik adalah ciri
yang berkaitan dengan jumlah bagian tubuh dari ikan, misalnya jumlah sisik pada garis rusuk,
jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip punggung (Affandi, et al.,1992). Data yang
dihasilkan dari ciri morfometrik bersifat continuous data untuk selanjutnya diolah dan
dianalisa melalui pendekatan statistik, sedangkan data yang dihasilkan dari ciri meristik
bersifat discrete data.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Untuk mempelajari morfologi beberapa jenis ikan air tawar, air laut dan ikan air payau,
serta mendeskripsikan perbedaan ciri-ciri morfologi ikan melalui gambar masing-
masing jenis ikan tersebut.
2. Untuk mengetahui dan melakukan pengukuran dan perhitungan beberapa ciri
morfometrik dan meristik ikan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Morfometrik merupakan suatu pengukuran untuk mengetahui bentuk (morfologi)


kuantitatif dari suatu organisme. Sedangkan, meristik merupakan suatu perhitungan terhadap
jumlah dari suatu bagian organisme. Morfometrik dan meristik dapat memberikan indikasi
keadaan lamun dan lingkungan sekitarnya. Berdasarkan hal tersebut, maka perbandingan
morfometrik – meristik lamun sangat penting dalam usaha pengelolaan sumberdaya lamun
pada Perairan Pulau Serangan dan Tanjung Benoa (Amale, 2016).

Morfometrik – meristik lamun merupakan gambaran dari stasiun penelitian yang dapat
menunjukkan keadan kondisi lamun dan lingkungan sekitarnya. Tingginya morfometrik
tangkai daun lamun jenis H. ovalis pada stasiun I diduga kondisi perairannya miskin akan
pencahayaan matahari, sehingga tangkai daun mengupayakan dirinya dengan memanjangkan
tangkai untuk mendapatkan cahaya matahari dalam melangsungkan proses fotosintesis.
Pemanjangan morfologi lamun terjadi, apabila kondisi perairan yang rendah akan intensitas
cahaya matahari. Dengan memanjangkan tangkainya, maka diameter tangkai daun menjadi
lebih sempit. Lamun yang memiliki diameter batang yang lebar biasanya memiliki
pertumbuhan yang lambat. Hal serupa juga terjadi pada rhizomanya yang memiliki ukuran
diameter lebih lebar dan panjang rhizomanya lebih lambat (Ayu, 2018).

Untuk keperluan pengukuran morfologi, ikan Timpakul difiksasi menggunakan


formalin 4% dan diawetkan dalam larutan alkohol 70%. Pengukuran karakter morfologi
meliputi studi morfometrik, meristik dan karakter khusus ikan. Karakter morfometrik
merupakan ciri yang berkaitan dengan ukuran atau bagian tubuh ikan misalnya panjang total
dan panjang baku. Karakter meristik adalah ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tubuh
dari ikan, misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip
punggung (Kardasah, 2013).

Dalam penelitian ini karakter morfometrik ikan Timpakul berpedoman terhadap


penelitian mengenai studi morfologi ikan Timpakul (Gobiidae - Oxudercinae). Sebagai upaya
karakterisasi biodiversitas lokal Pulau Tarakan. Dalam makalah tersebut dinyatakan ada lima
karakter morfometeri utama dan terpilih yang bernilai signifikasi 0.000 (berbeda sangat
nyata/sangat signifikan). menggunakan uji Wilks Lamda. Kelima karakter terpilih tersebut
adalah SL: panjang standar, HL: panjang kepala, FDFB: panjang dasar sirip dorsal pertama,
SDFB: panjang dasar sirip dorsal kedua, dan VFL: panjang sirip ventral (Anang, 2019).
Karakteristik populasi ikan dapat dilakukan melalui pengukuran morfologi (meristik
dan morfometrik) sebagai bentuk interaksinya dengan lingkungan. Karena, faktor lingkungan
dapat mempengaruhi struktur morfologi dan genetik ikan. Ikan putak (Notopterus notopterus)
yang hidup di Sungai Ogan, Kelekar, Bangka, Kota Bangun dan Tanah Ulu. Karena,
merupakan populasi ikan yang terpisah akibat isolasi geografis. Isolasi secara geografis juga
terjadi pada ikan belida (Chitala lopis) yang hidup di perairan Sungai Kampar Provinsi Riau,
Sungai Tulang Bawang Provinsi Lampung dan Sungai Kapuas Provinsi Kalimantan Barat
(Azrita, 2013).

Pengukuran karakter meristik dan morfometrik ikan bujuk dilakukan pada 23 karakter.
Morfologi bentuk badan pada bagian sisi kiri tubuh ikan. Karakter morfometrik diwakili oleh
data yang tidak terpisahkan atau continuos data. Meristik diwakili oleh data yang terpisah atau
non continuos data. Metode yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan bentuk tubuh
ikan bujuk mengacu kepada Strauss & Bookstein (1982) meliputi pengukuran jarak titik-titik
tanda yang dibuat pada kerangka tubuh (Syandri, 2010).

Ikan komet (Carassius auratus) merupakan salah satu komoditas ikan hias yang
digemari masyarakat karena keindahan dan pergerakan pada tubuh yang membuat masyarakat
Indonesia tertarik terhadap ikan ini. Dengan semakin banyak masyarakat yang tertarik
terhadap ikan ini maka diperlukan pembenihan ikan komet yang benar. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan alami dan pakan buatan terhadap
hatching rate (HR) dan survival rate (SR) serta morfologi ikan komet. Metode penelitian ini
secara deskriptif dengan menggunakan 2 perlakuan pemberian pakan alami yaitu Chlorella
sp. dengan Daphnia sp. dan pelet PF800. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian
pakan alami (Chlorella sp.+Daphnia sp.) dan pakan pelet PF800 berpengaruh terhadap HR,
SR, dan morfologi ikan komet (Izzah N, 2020).

Peluang budidaya ikan dari tahun ke tahun perkembangan semakin pesat. Hal ini
disebabkan oleh kebutuhan masyarakat terhadap bahan pangan bergizi yang harga terjangkau
meningkat. Ikan hias air tawar merupakan komoditas yang diminati karena keindahan yang
meliputi bentuk dan warna sisik. Harga ikan hias relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan
harga ikan konsumsi dan para konsumen pun rela membeli karena selain penampilan fisik
yang begitu indah juga dapat menunjukkan prestise di masyarakat. Di Indonesia, telah banyak
ikan hias yang berhasil dibudidayakan, salah satu adalah ikan komet (Carassius auratus
auratus) (Khasanah, 2019).
Ikan komet merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang populer saat ini di
kalangan pencinta ikan hias. Kelebihannya adalah warna yang indah dan lebih terang, bentuk
dan gerakan yang menarik. Serta mudah dipelihara dalam akuarium. Saat ini dikenal dua cara
pemijahan ikan komet yaitu secara alami atau disebut juga pemijahan secara tradisional. Serta
pemijahan buatan yaitu menyuntik ikan dengan ekstrak kelenjar hipofisis atau biasa disebut
dengan istilah induced breeding (Wahyuningsih, 2012).

Perkembangan usaha budidaya ikan hias membuat para pembudidaya tergerak untuk
mengoleksi ikan hiasnya. Namun pada budidaya ikan hias khusus ikan komet tinggi kematian
pada stadia larva. Stadia larva merupakan fase yang paling kritis dalam siklus hidup ikan.
Salah satunya dikarenakan adanya penyakit. Tingginya angka kematian tersebut menunjukkan
rendahnya pertumbuhan. Pertumbuhan sangat ditentukan oleh ketersediaan pakan sebagai
sumber energi untuk pertumbuhan (Riantono, 2019).

ikan sapu-sapu secara morfologi memiliki tubuh yang ditutupi dengan sisik keras yang
fleksibel. Bentuk kepala ikan Ordo Siluriformes adalah “picak” atau depressed. Bagian
abdomen memiliki pola titik-titik putih besar dengan beberapa pola menyatu yang dilengkapi
dengan mulut penghisap pada bagian bawah. Terdapat sirip dorsal sebanyak 9-14 buah pada
ikan sapu-sapu jenis Pterygoplichthys disjunctivus. Sirip dada dilengkapi dengan duri kecil
yang berbentuk seperti gigi. Umumnya ikan sapu-sapu Pterygoplichthys mampu mencapai
ukuran 40 cm atau lebih. Ikan tersebut dapat mencapai panjang 35 cm dalam waktu 2 tahun
(Dewi, 2016).

Ikan sapu-sapu merupakan salah satu jenis ikan yang termasuk dalam invasive species.
Invasive species dapat menjadi predator maupun kompetitor terhadap spesies asli. Selain itu
ikan ini dapat menyebabkan hibridisasi tidak terduga. Keberadaan ikan sapu-sapu dapat
diketahui dari lubang-lubang yang terlihat dalam bentuk kumpulan di sepanjang lereng
pinggir sungai. Lubang tersebut berfungsi sebagai tempat peletakkan telur ikan (Wowor,
2010).

Identifikasi ikan sapu-sapu berdasarkan karakter morfologi. Dapat dilakukan dengan


melihat pola kepala, pola lateral, dan pola abdomen. Identifikasi berdasarkan pola kepala
terbagi menjadi pola garis terang geometrik yang menunjukkan spesies P.pardalis. Serta pola
titik dan blotches menunjukkan spesies P.disjunctivus. Hasil identifikasi berdasarkan pola
kepala menunjukkan ikan sapu-sapu sungai Ciliwung adalah 76% P.pardalis, 4% adalah
P.disjunctivus, dan 20% adalah ikan dengan pola acak (Fatihah, 2016).
Ikan sapu-sapu asal sungai Ciliwung memiliki 3 pola abdomen yang berbeda. Pola
spot hitam yang menunjukkan spesies P.pardalis, pola berlekuklekuk atau vermikulasi yang
menunjukkan spesies P.disjunctivus, dan pola campuran antara spot hitam dengan vermikulasi
yang menunjukkan hybrid. Pola yang pertama adalah titik-titik spot hitam yang disebut
Pterygoplichthys pardalis. Pola kedua didapat 1 sampel (sampel ke-30), yaitu vermikulasi
atau berlekuk-lekuk dan disebut Pterygoplichthys disjunctivus. Pola ketiga yang didapat
adalah campuran antara titik-titik spot hitam dengan vermikulasi atau disebut hybrid
(Bijukumar, 2015).

Indonesia hanya terdapat 2 spesies ikan sapu-sapu, yaitu P.pardalis dan


P.disjunctivus. Pola abdomen antara spesies P.pardalis dan P.disjunctivus terkadang sulit
untuk dibedakan. bahwa spesies P.pardalis memiliki pola abdomen titik-titik hitam,
P.disjunctivus memiliki pola berlekuk Variasi morfologi ikan sapu-sapu Genus
Pterygoplichthys asal sungai Ciliwung menunjukkan bahwa berdasarkan pola kepala dan pola
lateral persentase individu P.pardalis lebih dominan dibandingkan spesies lain yaitu 76% dan
46%, sedangkan berdasarkan pola abdomen menunjukkan bahwa hybrid merupakan jenis
yang dominan (78%) (Nico, 2011).
BAB III

METODELOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 30 Maret 2022. Pelaksanaan
praktikum ini bertempatan di Laboratorium Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian,
Universitas Bengkulu.
3.2. Alat dan Bahan Praktikum
Bahan-bahan praktikum terdiri dari beberapa jenis ikan air tawar, ikan air laut dan
ikan air payau. Peralatan yang dipergunakan antara lain adalah baki/nampan plastik,
mistar/penggris, alat hitung (counter), tisu pembersih, alat tulis dan kaca pembesar (loup).
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1. Morfologi
Ciri-ciri morfologi ikan yang akan dilihat antara lain adalah bentuk tubuh, jumlah
sirip, bentuk sirip ekor, bentuk dan letak mulut, sungut, sisik dan linea lateralis. Untuk melihat
dan mempelajari ciri-ciri morfologi tersebut dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Menggambar jenis-jenis ikan yang sudah disediakan. Ikan digambarkan dengan posisi
bagian kepala (anterior) sebelah kiri, bagian ekor (posterior) sebelah kanan, bagian
punggung (dorsal) keatas dan bagian perut (ventral) sebelah bawah.
b. Menggambarkan ikan secara proporsional antara bagian-bagian tubuh ikan yang ada.
c. Menulis nama ilmiah masing-masing jenis ikan dibagian bawah gambar ikan.
d. Menunjukkan bagian-bagian yang merupakan ciri morfologi masing-masing jenis ikan.
Sirip ikan ditunjukkan dengan menulis hurup pertama nama sirip (seperti D untuk Dorsal
Fin/Sirip Punggung, sirip ekor (C), sirip dada (P), sirip dubur (A) dan sirip perut (V).
Untuk linea lateralis cukup ditulis dengan LL.
e. Menunjukkan ciri-ciri morfologi yang khas (seperti adipose fin, scute, finlet dan keel).
f. Menulis bentuk tubuh, bentuk ekor, bentuk mulut, letak mulut dan posisi sirip perut
terhadap sirip dada masing-masing ikan yang digambar.
3.3.2. Morfometrik
Untuk praktikum morfometrik disediakan 1 (satu) preparat yaitu jenis ikan mas
(Cyprinus carpio). Untuk mendapatkan data morfometrik lakukan pengukuran pada bagian--
bagian tubuh ikan sebagai berikut :
- Panjang total - Panjang Baku
- Tinggi Badan
- Tinggi batang ekor
- Panjang batang ekor
- Panjang kepala
- Tinggi kepala
- Lebar kepala
- Lebar badan
- Panjang hidung
- Panjang antara mata dengan preoperkulum
- Lebar mata
3.3.3. Meristik

Untuk praktikum meristik disediakan 1 (satu) preparat yaitu ikan nila/mujair atau ikan
gurami atau ikan kakap. Untuk mendapatkan data meristik, lakukan pengukuran ciri-ciri
meristik sebagai berikut :
- Jumlah sisik pada garis rusuk (Linea lateralis)
- Jumlah sisik didepan sirip punggung
- Jumlah sisik sekeliling badan
- Jumlah sisik pada batang ekor
- Jumlah sisik diatas dan dibawah garis rusuk
- Jari-jari keras dan jari-jari lemah sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan
sirip ekor.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
No Gambar Ikan Klasifikasi
1. Ikan Mas (Cyprinus carpio) Kingdom: Anamalia
Filum: Chordata
Kelas: Pisces
Subkelas : Actinopterygii
Ordo: Ostariophysi
Subordo : Cyprinoidea
Famili: Cyprinidae
Subfamili : Cyprininae
Genus: Cyprinus
Spesies: Cyprinus caprio
L
2. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Osteichtyres
Ordo: Percomorphi
Famili: Cichlidae
Genus: Oreochromis
Spesies: Oreochromis
niloticus
3. Ikan Lele (Clarias) Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Pisces
Ordo: Ostariophysi
Famili: Clariidae
Genus: Clarias
Spesies: Clarias
gariepinus

4. Ikan Gabus (Channa striata) Kingdom: Animalia


Filum: Chordata
Kelas: Agtinopterigii
Ordo: Perciformes
Famili: Chanidae
Genus: Channa
Spesies: Channa striata

5. Ikan Kakap Merah (Lutjanus campechanus) Kingdom: Animalia


Filum: Chordata
Kelas: Pisces
Ordo:  Percomorphi
Famili: Lutjaniade
Genus: Lutjanus
Spesies: Lutjanus
argentimaculatus

6. Ikan Pari (Batoidea) Kingdom: Animalia


Subkingdom: Bilateria
Infrakingdom:
Deuterostomia
Filum: Chordata
Subfilum: Vertebrata
Class: Chondrichthyes
Subclass: Euselachii
Infraclass: Neoselachii
Superordo: Batoidea
Ordo: Myliobatiformes
Famili: Dasyatidae
Genus: Himantura
Spesies: Himantura
uarnak
7. Ikan Kembung (Ratrelliger) Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Subfilum: Vertebrata
Kelas: Pisces
Subkelas: Teleostei
Ordo: Percomorphi
Subordo: Scombroidea
Famili: Scombridae
Genus: Rastrelliger
Spesies: Rastrelliger
kanagurta
8. Ikan Tambakan (Helestoma temminckii) Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas :
Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Subordo : Anabantoidei
Famili :
Helostomatidae
Genus : Helestoma
Spesies : Helestoma
temminckii
9. Ikan Lidah (Cynoglossus lingua) Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas :
Osteichthyes
Ordo :
Heterosomata
Famili :
Cynoglossidae
Genus :
Cynoglossus
Spesies :
Cynoglossus lingua

10. Ikan Sebelah (Psettodes erumei) Kingdom : Animalia


Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo :
Pleuronectiformes
Famili : Psettodidae
Genus : Psettodes
Spesies : Psettodes
erumei
11. Ikan Hiu Lanjaman (carcharhinus falciformis) Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas :
Chondrichtyes
Ordo :
Carcharhiniformes
Famili :
Carcharhinidae
Genus :
Carcharhinus
Spesies :
Carcharhinus falciformis

4.2 Pembahasan
4.2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio)
 Morfologi
Ikan mas dari hasil pengamatan yang telah dilakukan selama praktikum
berlangsung di dapati bahwa Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar.
Tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak (compressed). Mulut terletak di
ujung tengah dan dapat disembulkan (protaktil). Bagian anterior mulut terdapat dua
pasang sungut. Tubuh ikan mas terbagi tiga bagian, yaitu kepala, badan, dan ekor.
Memiliki mulut kecil yang membelah bagian depan kepala, sepasang mata, sepasang
lubang hidung terletak di bagian kepala, dan tutup insang terletak di bagian belakang
kepala. Seluruh bagian tubuh ikan mas ditutupi dengan sisik yang besar, dan berjenis
cycloid yaitu sisik halus yang berbentuk lingkaran. Ikan Mas memiliki lima buah sirip,
yaitu sirip punggung yang terletak di bagian punggung (dorsal fin), sirip dada yang
terletak di belakang tutup insang (pectoral fin), sirip perut yang terletak pada perut
(pelvic fin), sirip dubur yang terletak di belakang dubur (anal fin) dan sirip ekor yang
terletak di belakang tubuh dengan bentuk cagak (caudal fin).(Santoso, 2011).
 Morfometrik
Dari pengamatan yang dilakukan didapati hasil morfometrik dari ikan mas
yaitu panjang total yang dimiliki oleh tubuh ikan mas 26 cm,panjang baku nya 20
cm,tinggi badan nya 08 cm,tinggi batang ekor 4 cm,panjang batang ekor 4,2
cm,panjang kepala 7,3 cm,lebar kepala 4,5 cm, lebar tubuh ikan mas dari pengukuran
yang telah dilakukan didapati hasil yaitu 5,6 cm,panjang hidung ikan mas 3
cm,panjang antara mata dengan operculum 4,5 cm, lebar mata ikan mas dari
pengukuran didapati hasil yaitu 0,5 cm, Pengukuran morfometrik dilakukan dengan
metode truss morphometric. Sampel diletakkan di atas kertas tahan air dengan bagian
kepala berada di sebelah kiri. Titik-titik patokan yang jelas, konsisten dan homolog
dari satu sampel ke sampel lain dipilih di sekitar garis bentuk (outline) tubuh ikan.
Sebanyak sepuluh buah titik patokan yang dipilih berdasarkan Talbott (1989) dalam
Nugroho et al. (1991) yang membagi bentuk tubuh ikan menjadi 4 bidang (Gambar 1)
dan menghasilkan 21 karakter truss (Tabel 1). Pengukuran jarak antara titik-titik
patokan tersebut terdiri atas 4 garis sisi dan 2 garis diagonal pada setiap bidang
dilakukan menggunakan mistar ukur dengan ketelitian 0,5 mm (Ariyanto,2008).
 Meristik
Analisis terhadap karakter morfometrik dilakukan dengan Analisis Komponen Utama
(AKU), sedangkan karakter meristik dianalisis secara deskriptif dengan metode kajian
pustaka. Hubungan kekerabatan ketiga strain diuji dengan metode analisis klaster
sedangkan analisis hubungan panjang-berat dilakukan untuk mengetahui pola
pertumbuhan ikan dan nilai faktor kondisi.Dari pengamatan yang telah dilakukan
didapati hasil meristik ikan mas yaitu Jumlah sisik pada linea lateralis pada ikan mas
36, jumlah sisik di depan sirip punggung 10, jumlah sisik di sekeliling badan 32,
jumlah sisik pada batang ekor 11, jumlah sisik diatas dan dibawah garis rusuk 5 dan 8,
jumlah sirip dorsal keras 7, jumlah sirip dorsal lunak 11, sirip anal keras 6, jumlah
sirip anal lunak 13, jumlah sirip ventral keras 7 dan lunak 6, vectoral keras 8, vectoral
lemah 5.(Muhotimah,2013)

4.2.2 Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

 Morfologi
Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus), mempunyai bentuk tubuh bulat
pipih, pada badan dan sirip ekor (caudal fin) ditemukan garis lurus. Pada sirip
punggung ikan nila ditemukan garis lurus memanjang. Ikan nila dapat hidup di
perairan tawar dengan menggunakan ekor untuk bergerak. Nila memiliki lima sirip,
yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin) sirip perut (ventral fin), sirip
anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian
atas tutup insang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan
sirip perut yang berukuran kecil serta sirip anus berbentuk agak panjang. Sementara
itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat.
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu ikan introduksi yang
sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Pertama kali ikan nila
didatangkan ke Indonesia dari Taiwan pada tahun 1969, kemudian nila merah NIFI
tahun 1981 dan nila hitam chitralada tahun 1984. Balai Penelitian Perikanan Air
Tawar mengintroduksikan ikan nila GIFT (Genetic Improvement of Farmed Tilapia)
generasi 3 dan generasi 6 pada tahun 1995 dan 1997, dan selanjutnya tahun 2002
Pemerintah Propinsi Jawa Barat melalui Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI)
Wanayasa bekerja sama dengan BFAR (Bureau of Fisheries and Aquactic Resources)
Philipina mendatangkan famili pembentuk ikan nila GET (Genetically Enhanced
Tilapia).sama dengan BFAR (Bureau of Fisheries and Aquactic Resources) Philipina
mendatangkan famili pembentuk ikan nila GET (Genetically Enhanced Tilapia).
(Santoso,2018)
 Morfometrik
Morfometrik adalah ukuran bagian-bagian tertentudari struktur tubuh ikan (measuring
methods). Elawa(2004) mendefinisikan morfometri sebagai suatu penandaan yang
menggambarkan bentuk tubuh ikan. Karakter morfometrik yang sering digunakan
antara lain: panjang total, panjang baku, panjangcagak, tinggi dan lebar badan, tinggi
dan panjang sirip, dan diameter mata (Lagler et al., 1977). Studi morfometrik secara
kuantitatif memiliki tiga manfaat,yaitu: membedakan jenis kelamin dan spesies,
mendeskripsikan pola-pola keragaman morfologisantar populasi atau spesies, serta
mengklasifikasikan dan menduga hubungan fi logenik (Strauss & Bond,
1990). Kajian morfometrik juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu spesies
serta mengetahui perbedaan genetik maupun fenotip antar spesies ikan.Ariyanto
(2003) melakukan identifi kasi keragaman genetik tiga strain ikan nila dan satu strain
ikanmujair melalui pendekatan morfologi menggunakan metode pengukuran karakter
morfometrik baku dan Analisis Multivariasi. Lemus et al., (2009) menyatakan
bahwa karakterisasi morfometrik dan variasi genetik dari tiga jenis nila dapat
memberikan informasi mengenai sejarah dan komposisi jenis dari populasi
nila tersebut. Al-Mamun et al.; (2011) menunjukkan adanya perbedaan laju
pertumbuhan antara Nila GIFU (Nila GIFT F11) dengan Nila GGIFT F3 melalui
pengukuran morfometrik dan meristik. Berbeda dengan karakter morfometrik yang
menekankan pada pengukuran bagian-bagian tertentu tubuh ikan, karakter meristik
berkaitan dengan penghitungan jumlah bagian-bagian tubuh ikan (counting methods).
Variabel yang termasuk dalam karakter meristik antara lain: jumlah jari-jari sirip,
jumlah sisik, jumlah gigi, jumlah tapis insang,jumlah kelenjar buntu (pyloric caeca),
jumlah vertebra, dan jumlah gelembung renang (Lagler et al., 1977).
Dari pengamatan yang dilakukan didapati hasil morfometrik dari ikan Nila
yaitu panjang total yang dimiliki oleh tubuh Nila 14,5 cm,panjang baku 18,5
cm,Tinggi Badan 8 cm,Tinggi Batang ekor 3 cm,Panjang batang ekor 2 cm,Panjang
kepala 5 cm,Tinggi kepala 4 cm,Lebar kepala 2,4 cm,lebar badan 2,6 cm,panjang
hidung 1,5 cm,panjang antara mata dengan operculum 2,5 cm,Lebar mata 1 cm.
(Arifin,2008)
 Meristik
Dari pengamatan yang telah dilakukan didapati hasil meristik ikan Nila yaitu
Jumlah sisik pada linea lateralis 46,jumlah sisik di depan sirip punggung 11,jumlah
sisik di sekeliling badan 64,jumlah sisik pada batang ekor 10,jumlah sisik diatas dan
dibawah garis rusuk 6,jari-jari keras dan jari-jari lemah sirip punggung 15 dan 14,jari-
jari keras dan jari-jari lemah sirip dada 13 dan 12,jari-jari keras dan jari-jari lemah
sirip perut 6 dan 5,jari-jari keras dan jari-jari kuat sirip anal 10 dan 9,jari-jari keras dan
jari-jari lemah sirip ekor.(Triyatmo,2013)
4.2.3 Ikan lele (Clarias gariepinus)

 Morfologi

Ikan lele adalah ikan yang hidup di perairan umum dan merupakan ikan yang bernilai
ekonomis, serta disukai oleh masyarakat. Ikan lele bersifat nocturnal, yaitu aktif mencari
makan pada malam hari. Ikan lele memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik
dan mempunyai organ arborescent, yaitu alat yang membuat lele dapat hidup di lumpur atau
air yang hanya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele berwarna kehitaman atau keabuan
memiliki bentuk badan yang memanjang pipih ke bawah (depressed), berkepala pipih dan
memiliki empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba. ikan lele memiliki bentuk
badan yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat pasang kumis yang
memanjang sebagai alat peraba, dan memiliki alat pernapasan tambahan (arborescent organ).
Bagian depan badannya terdapat penampang melintang yang membulat, sedang bagian tengah
dan belakang berbentuk pipih. Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan dalam kondisi
lingkungan perairan yang sedikit akan kandungan oksigen terlarut disebut dengan
arboresence. Alat pernapasan tambahan ini terletak di bagian kepala di dalam rongga yang
dibentuk oleh dua pelat tulang kepala. Alat pernapasan ini berwarna kemerahan dan berbentuk
seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah. Mulutnya terdapat dibagian
ujung moncong dan dihiasi oleh empat pasang sungut, yaitu satu pasang sungut hidung, satu
pasang sungut maksilar (berfungsi sebagai tentakel), dan dua pasang sungut mandibula.
Insangnya berukuran kecil dan terletak pada kepala bagian belakang (Hidayat,2015)

 Morfometrik
Karakterisasi morfometrik dan meristik tersebut dilakukan berdasarkan metode
standar yang umum digunakan dalam identifikasi spesies ikan lele Afrika (Agnese et
al., 1997; Rognon et al., 1998;Teugels, 1998; Teugels et al., 1999a,b, 2007; Turan et
al., 2005; Hanssens, 2009). Karakteristik meristik diidentifikasi melalui penghitungan
terhadap jumlah jari-jari sirip dada, sirip perut, sirip punggung, dan sirip anal.
Karakterisasi morfometrik dilakukan melalui pengukuran terhadap panjang standar,
panjang kepala, lebar kepala, panjang moncong, jarak antar mata, diameter mata,
panjang tonjolan oksipital, lebar tonjolan oksipital, jarak tonjolan oksipital ke sirip
punggung, panjang predorsal, panjang prepektoral, panjang prepelvis, panjang preanal,
panjang sirip anal, tinggi badan maksimum, tinggi batang ekor,lebar deretan gigi
rahang atas, lebar deretan gigi rahang atas, lebar deretan gigi vomer, dan panjang
deretan gigi vomer. Pengukuran karakter-karakter morfometrik tersebut dilakukan
dengan menggunakan jangka sorong digital dengan tingkat ketelitian 0,01mm
(KRISBOW, China).Dari pengamatan yang telah dilakukan didapati hasil morfometrik
dari ikan lele yaitu panjang total 23 cm,panjang baku 11,5 cm,tinggi badan 3,9
cm,tinggi batang ekor 2,6 cm,tinggi kepala 2,2 cm,lebar kepala 4 cm,panjang hidung
0,1 cm,panjang antara mata dengan operculum 4,5 cm,lebar mata 0,3 cm,lebar badan 5
cm,panjang kepala 0,1 cm.(Suwargono,2022).
 Meristik

Dari pengamatan yang telah dilakukan didapati hasil meristik dari ikan lele
yaitu lele tidak memiliki sisik dikarenakan lele mempunyai lendir yang mampu
menjaga diri dari musuhnya.Dari hasil pengamatan ikan lele hanya memiliki dorsal fin
: 62 keras, 28 lunak, vectoral fin : 2 keras, 14 lunak, ventral fin : 6 keras, 8 lunak, anal
fin : 21 keras, 33 lunak, serta caudal fin : 6 keras, 12 lunak. Ikan lele mempunyai
jumlah sirip punggung D.68-79, sirip dada P.9-10, sirip perut V.5-6, sirip anal A.50-
60 dan jumlah sungut sebanyak 4 pasang, 1 pasang diantaranya lebih panjang dan
besar. Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan perbandingan antara panjang baku
terhadap panjang kepala adalah 1: 3-4. Ukuran matanya sekitar 1/8 panjang kepalanya
(Astuanti, 2003).

4.2.4 Ikan lidah (Cynoglossus lingua)

 Morfologi

Ikan lidah (Cynoglossus lingua) ini mempunyai tubuh yang non bilateral
simetris.Bentuk mulutnya non proctractile dan ukuran mulutnya sempit. Ikan ini tergolong
dalam kelas Osteichthyes dengan cirinya yang memiliki rahang dan overculum, dirhinous dan
memilki rangka tulang sejati. Ikan ini juga mempunyai Linea Lateralis lengkap. Jumlah linea
lateralisnya adalah lebih dari satu.  Posisi sudut mulut ikan ini adalah tegak lurus dengan
bagian belakang bersambungan. Moncong ikan ini adalah tumpul, dan ikan ini tidak
mempunyai sungut sama sekali. Ikan ini mempunyai sirip punggung yang menyatu dengan
sirip ekornya. Begitu juga dengan sirip perut,dada, dan sirip anusnya yang menyatu. Ikan ini
mempunyai sisik diseluruh tubuhnya.ikan lidah adalah jenis ikan laut yang memiliki bentuk
badan pipih (lateral) seperti ikan sebelah, mulut kecil dengan posisi inferior dan kedua mata
berada pada satu sisi tubuh bagian atas (namun terletak dibagian tengah). Sirip punggung
mulai dari depan mata
bersambung sampai ke ekor. Pinggir operkulumnya kelihatan. Dagu mencolok dan memiliki
warna dari coklat muda sampai coklat tua.(Silvia,2016)

 Morfometrik
karakteristik morfologis dan genetis ikan lele Mutiara juga perlu dibandingkan
dengan strain yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik
morfologis ikan lele Mutiara (melalui uji morfometrik dan meristik), serta
karakteristik genetis menggunakan marka DNA mikrosatelit dibandingkan dengan
ikan lele Mesir, Paiton, Sangkuriang, dan Dumbo yang merupakan induk-induk
pembentuknya. Karakterisasi morfometrik dilakukan melalui pengukuran terhadap 20
karakter, sedangkan karakterisasi meristik dilakukan melalui penghitungan terhadap
lima karakter sesuai metode standar karakterisasi biometrik-morfologis ikan lele. Data
karakteristik morfometrik dan meristik dievaluasi dengan menggunakan analisis
komponen utama. Hasil karakterisasi morfologis menunjukkan bahwa karakteristik
morfometrik dan meristik ikan lele Mutiara tidak dapat dibedakan dari ikan lele Mesir,
Paiton, Sangkuriang, dan Dumbo. Karakterisasi secara genetis dengan menggunakan
empat primer DNA mikrosatelit untuk ikan lele Afrika (Cga01, Cga02, Cga05, dan
Cga09) menunjukkan bahwa ikan lele Mutiara memiliki keragaman genetis (jumlah
alel dan heterozigositas) yang relatif lebih tinggi daripada ikan lele Mesir, Paiton,
Sangkuriang, dan Dumbo.Dari pengamatan yang dilakukan didapati hasil morfometrik
dari ikan Lidah yaitu panjang total yang dimiliki oleh tubuh ikan lidah 29,3
cm,panjang baku 22,5 cm,tinggi badan 6,2 cm,tinggi batang ekor cm,Tinggi kepala
4,7 cm,panjang hidung 0,7 cm,panjang antara mata dengan operculum 3,4 cm,lebar
mata 0,5 cm,lebar badan 14 cm,panjang kepala 9,5 cm.(Iswanto,2015)

 Meristik
Sisik pada Linea Lateralis 60,sisik depan sirip punggung,sisik di sekeliling badan
26,sisik diatas dan dibawah garis rusuk 8 dan 8,jari-jari lemah 51 dan tidak memiliki
jari-jari keras. Dari pengamatan yang telah dilakukan didapati hasil morfometrik dari
ikan kembung yaitu panjang total 23 cm, panjang baku 17 cm, tinggi badan 5,5 cm,
tinggi batang ekor 2 cm, panjang batang ekor 6 cm, panjang kepala 5 cm, tinggi kepala
3,5 sm, lebar kepala 3 cm, lebar badan 3 cm, panjang hidung 0,8 cm, diameter mata
1,3 cm, panjang operculum 2,3 cm. Berdasarkan ukuran morfometrik dapat diketahui
ikan kembung yang digunakan belum mencapai ukuran dewasa. Ikan kembung lelaki
memiliki ukuran panjang cagak (17,5-19) cm pada saat matang. Ukuran yang beragam
dipengaruhi faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam dapat berupa jenis kelamin,
umur, keturunan, dan penyakit, faktor tersebut sulit dikontrol dan dikendalikan oleh
manusia. Faktor luar dapat berupa lingkungan, diantaranya habitat, musim, suhu
perairan, jenis makanan dan kualitas perairan (Nurilmala, 2015).
4.2.5 Ikan Sebelah (Psettodes erumei)

 Morfologi
bentuk badan pipih (lateral), mulut lebar posisi terminal dan kedua mata berada
pada satu sisi tubuh bagian atas. Ikan ini berenang di atas dasar, kadang
menyembunyikan diri di dasar pasir atau pasir berlumpur – termasuk ikan predator,
jenis makanan ikan kecil dan Benthos. Warna umumnya coklat kemerahan. Umumnya
ditangkap pada ukuran 50 cm, namun bisa mencapai panjang 64 cm. Sebutan ikan
sebelah berasal dari tiga famili, ialah: Bothidae, Psettodidae, dan Paralichthydae.
Spesies yang paling umum adalah Psettodes erumei. Nama lokal yang banyak
digunakan ialah: Beteh, Grobiat, Lewe, kalankan, Pila-Pila, Sisa Nabo, Tipo, Togok.
ikan sebelah termasuk ikan demersal, berenang di atas dasar atau menyembunyikan
diri di dasar. Tipe substrat yang digemari terutama pasir dan berlumpur – ikan sebelah
paling banyak ditemukan di wilayah perairan Utara Jawa, Selatan Kalimantan,
Sumatera sampai Papua.
alat tangkap paling dominan menangkap ikan sebelah ialah Trawl dasar (pukat
harimau). Juga, dia sering ditangkap dengan Pukat Pantai, Dogol dan Payang. Kadang-
kadang dia juga tertangkap dengan alat Gill Net Dasar.
Ikan Sebelah hidup di dasar yang dangkal dan mendatar.biasanya menghabiskan
waktunya menggeletak di dasar dengan salah satu sisi tubuhnya menghadap ke
bawah.sisi yang menghadap ke bawah rata mendatar dan berwarna putih atau sangat
pucat, sedangkan sisi yang menghadap ke atas bentuknya cembung dan
berwarna.warna tubuh biasanya menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya.Ikan
Sebelah termasuk kedalam ordo Pleuronectiform.(Barokah 2016).

 Morfometrik

Dari pengamatan yang dilakukan didapati hasil morfometrik dari ikan Sebelah
yaitu panjang total yang dimiliki oleh tubuh ikan Sebelah 15,3 cm,panjang baku 8
cm,tinggi badan 5,2 cm,tinggi batang ekor 2 cm,panjang kepala 3,5 cm,tinggi kepala
2,5 cm,panjang mata 0,4 cm,panjang hidung 1 cm.

 Meristik
Dari pengamatan yang telah dilakukan didapati hasil meristik dari ikan Sebelah
yaitu panjang baku 8,7 cm,panjang total 17,4 cm,tinggi badan 8,5 cm,tinggi batang
ekor 2 cm,panjang batang ekor 4 cm,tinggi kepala 4,3 cm,lebar kepala 4 cm,panjang
hidung cm,panjang antara mata dengan operculum 0,1 cm,lebar mata 0,4 cm,lebar
badan 0,3 cm,panjang kepala 4 cm,Sisik pada linea lateralis 80,sisik di depan sirip
punggung 35,sisik pada batang ekor 15,sisik di atas dan di bawah garis rusuk 30,jari-
jari sisik punggung 35,jari-jari sisik ekor 20,jari-jari sisik dubur 30,jari-jari keras 72.

4.2.6 Ikan Hiu (Selachimorpha)

 Morfologi
Ikan Hiu Mempunyai 2 sirip punggung, yang satu tegak menjulang ke atas dan
yang satunya lagi kecil/pendek terkadang hampir tak terlihat.Memiliki gigi-gigi yang
tajam.Bentuk tubuh seperti topedo yang memungkinkan ikan untuk berenang dengan
cepat.Sirip ekor berbentuk seperti hutup “V” terkadang seperti berbentuk “bulan
sabit”.Memiliki sirip pectoral.Memiliki sirip anal.Pada bagian kepala berbentuk
seperti moncong.Umumnya berwarna abu-abu pada bagian tubuh atas dan berawarna
putih pada tubuh bagian bawah.(Allen,2013)

 Morfometrik
Dari pengamatan yang dilakukan didapati hasil morfometrik dari ikan Hiu
yaitu panjang total yang dimiliki oleh tubuh ikan Hiu 1,15 m,panjang baku 58
cm,diameter badan 83 mm,tinggi badan 11 cm,diameter kepala 82 mm,lebar mata 78
mm,panjang kepala 12 cm,tinggi batang ekor 3,5 cm,panjang batang ekor 2,5
cm,tinggi kepala 7 cm,lebar kepala 8,5 cm,panjang antara mata dengan operculum 9,5
cm.

 Meristik
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan didapati hasil meristik dari
tambakan yaitu jumlah sisik pada linea lateralis 101 sisik, jumlah sisik didepan sirip
punggung 31 sisik keatas dan 34 sisik kebawah, jumlah sisik sekeliling badan 82 sisik.
Jari-jari keras : sirip ekor 6, sirip punggung atas 7, sirip vectoral 1, sirip ventral 4 serta
sirip anal 14. Jari-jari lunak sirip ekor 12, sirip punggung atas 5, sirip vectoral 28, sirip
ventral 12, serta sirip anal 15.

4.2.7 Ikan Gabus (Channa striata)


 Morfologi

Ikan Gabus mempunyai ciri-ciri seluruh tubuh dan kepala ditutupi sisik sikloid dan
stenoid. Bentuk badan hampir bundar di bagian depan dan pipih tegak ke arah belakang
sehingga disebut ikan berkepala ular (snake head), panjang dan semakin ke belakang semakin
pipih (compressed) . Bagian punggung cembung, perut rata dan kepala pipih seperti ular
(snake head). Warna tubuh pada bagian punggung hijau kehitaman dan bagian perut berwarna
krem atau putih. Sirip ikan Gabus tidak memiliki jari-jari keras, mempunyai sirip punggung
dan sirip anal yang panjang dan lebar, sirip ekor berbentuk setengah lingkaran, sirip dada
lebar dengan ujung membulat. Ikan Gabus dapat mencapai panjang 90 – 110 cm. Sedangkan
Menurut Allington, di alam panjang ikan Gabus dapat mencapai 1 meter dengan ukuran rata-
rata mencapai antara 60 - 75 cm. Menurut Talwar dan Jhingran, bukaan mulut ikan Gabus
lebar dan memiliki 4-7 gigi kanin pada bagian rahang bawah. Pada bagian belakang gigi kanis
terdadapat gigi villiform yang melebar sampai 6 baris pada bagian belakang rahang. Sirip
dada setengah dari panjang kepala dan terdiri 15-17 duri. Sirip punggung terdiri dari 37-46
duri, sirip dubur terdiri dari 23-29 duri, sirip perut terdiri dari 6 duri. Sirip ekor berbentuk
bulat. Sisik di bagian atas kepala berukuran besar, melingkar, berhimpitan, dan sisik kepala di
bagian depan sebagai pusatnya, 9 baris sisik terdapat diantara bagian preoperculum dan batas
posterior dari lingkaran yang terdiri dari 18-20 sisik predorsal, 50- 57 sisik dibagian lateral
yang biasa disebut sebagai sisik orbit.(Alfarisy,2016).

 Morfometrik
Dari pengamatan yang dilakukan didapati hasil morfometrik dari ikan Gabus
yaitu panjang total yang dimiliki oleh tubuh ikan Gabus 25,5 cm,panjang baku 14,5
cm,tinggi badan 4 cm,panjang batang ekor 1,5 cm,panjang kepala 6,6 cm,lebar kepala
33,3 mm,lebar badan 27,68 mm,panjang hidung 1,5 cm,lebar mata 0,9 cm,tinggi
kepala 1,8 cm. Keragaman genetik dapat pula diidentifikasi berdasarkan variasi
fenotip morfologi diantaranya dengan metode truss morfometrik. Informasi dan data
morfologi tetap dibutuhkan karena dapat dijadikan marka yang dapat dilihat secara
langsung dan mudah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
keragaman genotip dan fenotip ikan gabus yang berasal dari Pulau Jawa, Sumatera,
dan Kalimantan menggunakan metode RAPD dan truss morfometrik.(Ambak,2006)

 Meristik
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah morfometri standar, truss
morphometric, dan meristik dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis kelamin
ikan gabus (C.striata) dari Sungai Klawing dan mengetahui karakter spesifik yang
membedakan morfologi ikan gabus (C.striata) jantan dan betina.Jumlah sisik Garis
rusuk 43,jumlah sisik di sekeliling badan 23,jumlah sisik pada batang ekor 4,jumlah
sisik diatas dan dibawah gurat sisi 5 dan 7,jumlah jari-jari keras dan jari-jari lemah 35
dan 10.(Irmawati,2017).

4.2.8 Ikan Pari (Batoidea)

 Morfologi
Ikan Pari Memiliki bentuk tubuh gepeng melebar (depressed), Mempunyai
sisik pada tubuhnya dengan jenis sisik plakoid. Ikan pari memiliki celah insang 5
pasang yang menandakan ikan ini merupakan ikan bertulang rawan. Bentuk mulutnya
penghisap, dengan letaknya yang inferior. Memiliki spiracle sebagai alat bantu
pernafasan yang terletak di dekat mata. Memiliki duri beracun (mirotoksin) dibagian
ekor. Mempunyai clasper sebagai alat penyalur sperma yang terletak di sirip ventral.
Ikan pari merupakan salah satu jenis ikan yang termasuk kelas Elasmobranchii.
Ikan ini dikenal sebagai ikan batoid, yaitu kelompok ikan bertulang rawan yang
mempunyai ekor seperti cambuk . Ikan pari memiliki celah insang yang terletak di sisi
ventral kepala. Sirip dada ikan ini melebar menyerupai sayap, dengan sisi bagian
depan bergabung dengan kepala. Bagian tubuh sangat pipih sehingga memungkinkan
untuk hidup di dasar laut. Bentuk ekor seperti cambuk pada beberapa spesies dengan
sebuah atau lebih duri tajam di bagian ventral dan dorsal. Ikan pari memiliki ciri yang
unik dan berbeda dengan ikan lainnya yaitu struktur tubuh yang terdiri atas tulang
rawan dan sifatnya sebagai predator .Last dan Stevens menyatakan bahwa ikan pari
(famili Dasyatidae) mempunyai variasi habitat yang sangat luas dengan pola sebaran
yang unik. Daerah sebaran ikan pari adalah perairan pantai dan kadang masuk ke
daerah pasang surut.(Pardo,2009)
 Morfometrik
Secara umum ikan pari mempunyai karakteristik morfologi sebagai berikut: (1)
bentuk tubuh sangat pipih ; (2) gepeng melebar (depressed) sehingga menyerupai
piringan cakram yang lebarnya ditambah sirip dada yang lebar seperti sayap yang
bergabung dengan bagian depan kepala (Kinakesti dan Wahyudewantoro, 2017). Dari
pengamatan yang dilakukan didapati hasil morfometrik dari ikan Pari yaitu panjang
total yang dimiliki oleh tubuh ikan Pari 83 cm,panjang baku 20 cm,tinggi badan 3
cm,lebar badan 22,3 cm,panjang batang ekor 1,5 cm,panjang kepala 8 cm,lebar kepala
5 cm,panjang hidung 4,5 cm,lebar mata 0,9 cm,tinggi kepala 3 cm.
 Meristik

4.2.9 Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)

 Morfologi
Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan
sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip ekornya sendiri
berbentuk berlekuk tunggal, sementara sirip dadanya yang berjumlah sepasang juga
berbentuk nyaris bundar. Kedua sisi tubuhnya terdapat gurat sisi, pola berupa garis
tipis yang berawal dari pangkal celah insangnya sampai pangkal sirip ekornya. Kurang
lebih ada sekitar 43-48 sisik yang menyusun gurat sisi tersebut. Ikan tambakan
diketahui bisa tumbuh hingga ukuran 30 cm. Salah satu ciri khas dari ikan tambakan
adalah mulutnya yang memanjang. Karakteristik mulutnya yang menjulur ke depan
membantunya mengambil makanan semisal lumut dari tempatnya melekat. Bibirnya
diselimuti oleh semacam gigi bertanduk, namun gigi-gigi tersebut tidak ditemukan di
bagian mulut lain seperti faring, premaksila, dentary, dan langit-langit mulut. Ikan
tambakan juga memiliki tapis insang gill rakers yang membantunya menyaring
partikel-partikel makanan yang masuk bersama dengan air.(Aini,2001).
 Morfometrik
Dari pengamatan yang dilakukan didapati hasil morfometrik dari ikan
Tambakan yaitu panjang total yang dimiliki oleh tubuh ikan Tambakan 12,3
cm,panjang baku 6,2 cm,tinggi badan 1,2 cm,tinggi batang ekor 1,2 cm,panjang
batang ekor 0,5 cm,tinggi kepala 3,4 cm,lebar kepala 10,2 cm,panjang hidung 0,7
cm,panjang antara mata dengan operculum 1,9 cm,lebar mata 0,9 cm,lebar badan 10,5
cm,panjang kepala 3,3 cm.
 Meristik
Dari pengamatan yang telah dilakukan didapati hasil meristik dari tambakan
yaitu jumlah sisik pada linea lateralis 101 sisik, jumlah sisik didepan sirip punggung
31 sisik keatas dan 34 sisik kebawah, jumlah sisik sekeliling badan 82 sisik. Jari-jari
keras : sirip ekor 6, sirip punggung atas 7, sirip vectoral 1, sirip ventral 4 serta sirip
anal 14. Jari-jari lunak sirip ekor 12, sirip punggung atas 5, sirip vectoral 28, sirip
ventral 12, serta sirip anal 15.

4.2.10 Ikan Kakap Merah (Lutjanus campechanus)

 Morfologi
Ikan Kakap Merah merupakan ikan yang termasuk ke dalam Ordo Perciformes,
Famili Laboridae, dan genud Lutainus dan Spesies Lutianus erythropterus.Ikan ini
merupakan ikan air laut yang mempunyai sirip punggung yang sempurna yang terletak
di depan sirip perut atau di belakang kepala bagian anterior badan pada ikan tersebut.
Sirip dada pada ikan merah oblique dan terletak di bawah linea literalis di bawah sudut
operculum. Sirip perut ikan ini berbentuk thorcic, sedangkan sirip anus terpisah
dengan sirip ekor dan bagian pangkalnya diliputi oleh sisik. Bentuk ekor ikan ini
adalah berlekuk tunggal. Ikan merah( Lutjanus malabaricus ) adalah ikan yang berada
di perairan luat. bentuk tubuh bilateral simetris dengan klasifikasinya adalah Ordo
Percomorphi, Famili Lucanidae, Genus lutjanus, Spesies Lutjanus malabaricus. Pada
ikan merah mulutnya besar, dapat disembulkan ke depan, ujung belakang dari rahang
atas terletak di bawah sudut dari depan bola mata. Ikan merah ini mempunyai empat
buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, dan ekor. (Meliniawati, 2016)
Warna sirip tersebut berwarna merah kelam. Mempunyai tubuh yang memanjang dan
melebar, gepeng atau lonjong, kepala cembung atau sedikit cekung. Jenis ikan ini
umumnya bermulut lebar dan agak menjorok ke muka, gigi konikel pada taring-
taringnya tersusun dalam satu atau dua baris dengan serangkaian gigi caninnya yang
berada pada bagian depan. Ikan ini mengalami pembesaran dengan bentuk segitiga
maupun bentuk V dengan atau tanpa penambahan pada bagian ujung maupun
penajaman. Bagian bawah pra penutup insang bergerigi dengan ujung berbentuk
tonjolan yang tajam. Sirip punggung dan sirip duburnya terdiri dari jari-jari keras dan
jari-jari lunak. Sirip punggung umumnya ada yang berkesinambungan dan berlekuk
pada bagian antara yang berduri keras dan bagian yang berduri lunak. Batas belakang
ekornya agak cekung dengan kedua ujung sedikit tumpul. Warna sangat bervariasi,
mulai dari yang kemerahan, kekuningan, kelabu hingga kecokelatan. Mempunyai
garis-garis berwarna gelap dan terkadang dijumpai adanya bercak kehitaman pada sisi
tubuh sebelah atas tepat di bawah awal sirip punggung berjari lunak. Umumnya
berukuran panjang antara 25– 50 cm.(Muttaqin,2021).
 Morfometrik
Dari pengamatan yang dilakukan didapati hasil morfometrik dari ikan Kakap
Merah yaitu panjang total yang dimiliki oleh tubuh ikan Kakap Merah 3,5 cm,panjang
baku 17,2 cm,tinggi badan 11,3 cm,tinggi batang ekor 7,7 cm,tinggi kepala 6,6
cm,lebar kepala 5 cm,panjang hidung 2 cm,panjang antara mata dengan operculum 2
cm,lebar mata 1 cm,lebar badan 4 cm,panjang kepala 8 cm.
 Meristik
Sisik pada linea lateralis 60,sisik di depan sirip punggung 20,sisik pada batang ekor
20,sisik di atas dan di bawah garis rusuk 34,jari-jari sisik punggung 24,jari-jari sisik
ekor 15,jari-jari sisik dubur 7,jari-jari sisik dada 8,jari-jari sisik perut 5,jari-jari keras
10,jari-jari lemah 14.

4.2.11 Ikan Kembung (Ratrelliger)

 Morfologi

Ikan kembung memiliki karakteristik badan lonjong dan pipih. Ikan kembung
jantan memiliki genus yang sama dengan ikan kembung betina. Ciri yang
membedakannya adalah adanya satu bintik atau totol hitam dekat sirip dada pada ikan
kembung jantan. Ukuran ikan kembung jantan berkisar antara 18,4 cm - 30 cm dan
ikan kembung jantan memiliki tapis insang yang lebih besar karena plankton yang
dimakannya memiliki ukuran yang besar, sedangkan ikan kembung betina berukuran
19,0 cm - 22,4 cm. Ikan kembung betina memiliki tapis insang yang halus karena
plankton yang dimakannya berukuran kecil. Ikan kembung jantan biasanya ditemukan
di perairan yang jernih dan agak jauh dari pantai dengan kadar garam lebih dari 32%.
Ikan ini memiliki bentuk tubuh seperti torpedo dengan panjang tubuh serta hidup di
sekitar dasar perairan dan permukaan perairan laut, tergolong ikan pelagis yang
menyukai perairan bersalinitas tinggi, suka hidup secara bergerombol baik diperairan
pantai maupun dilepas pantai. Kebiasaan makanannya adalah memakan plankton besar
atau kasar, Copepoda dan Crustacea (Utami, 2014).

 Morfometrik
Dari pengamatan yang telah dilakukan didapati hasil morfometrik dari ikan
kembung yaitu panjang total 23 cm, panjang baku 17 cm, tinggi badan 5,5 cm, tinggi
batang ekor 2 cm, panjang batang ekor 6 cm, panjang kepala 5 cm, tinggi kepala 3,5
sm, lebar kepala 3 cm, lebar badan 3 cm, panjang hidung 0,8 cm, diameter mata 1,3
cm, panjang operculum 2,3 cm. Berdasarkan ukuran morfometrik dapat diketahui ikan
kembung yang digunakan belum mencapai ukuran dewasa. Ikan kembung lelaki
memiliki ukuran panjang cagak (17,5-19) cm pada saat matang. Ukuran yang beragam
dipengaruhi faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam dapat berupa jenis kelamin,
umur, keturunan, dan penyakit, faktor tersebut sulit dikontrol dan dikendalikan oleh
manusia. Faktor luar dapat berupa lingkungan, diantaranya habitat, musim, suhu
perairan, jenis makanan dan kualitas perairan (Nurilmala, 2015).
 Meristik
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan memperoleh data meristik
kembung yaitu jumlah sisik pada linea lateralis 101 sisik, jumlah sisik didepan sirip
punggung 13 sisik keatas dan 34 sisik kebawah, jumlah sisik sekeliling badan 103
sisik. Jari-jari keras : sirip ekor 6, sirip punggung atas 7, sirip vectoral 1, sirip ventral 4
serta sirip anal 14. Jari-jari lunak sirip ekor 12, sirip punggung atas 5, sirip vectoral
28, sirip ventral 12, serta sirip anal 15.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Kita dapat mengetahui dan mempelajari beberapa morfologi dari jenis ikan air tawar,
air laut dan ikan air payau, serta dapat membedakan ciri-ciri dari morfologi ikan

melalui gambar masing-masing jenis ikan tersebut.

2. Dapat mengetahui cara menghitung dan mengukur beberapa morfometrik dan meristik
pada ikan.

5.2 Saran

Pada praktikum kali ini, praktikan diharapkan sangat teliti saat mengukur morfometrik
dan meristik pada ikan. Praktikan juga diharapkan untuk fokus dan memperhatikan pada
saat co.ass menjelaskan, serta menguasai tentang materi pada setiap judul praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Amale. 2016. "Perbandingan Morfometrik dan Meristik Lamun Halophila ovalis di Perairan Pulau
Serangan dan Tanjung Benoa, Bali." Journal of Marine and Aquatic Sciences. 4.(2) : 213-224.

Ayu. 2018. Komposisi isi lambung ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di
Rembang. Journal of Marine Research. 3(2) : 99-106.
Azrita, A., Syandri, H., Dahelmi, D., Syaifullah, S., dan Nugroho, E. 2013. Karakterisasi
morfologi ikan bujuk (Channa lucius) pada perairan Danau Singkarak Sumatera Barat,
Rawa Banjiran Tanjung Jabung Timur Jambi dan Rawa Banjiran Kampar Riau. Jurnal
Natur Indonesia. 15(1) : 1-8.

Aini. (2001). Karakteristik Meristik dan Morfometrik Ikan Seluang (Rasborarasbora) dan
Sumbangannya pada Pembelajaran Zoologi Vertebrata di Program Studi Pendidikan
Biologi FKIP UNSRI.8 (2) : 30-56.

Alaydrus, I. S., Fitriana, N., & Jamu, Y. (2014). Jenis dan status konservasi ikan hiu yang
tertangkap di tempat pelelangan ikan (TPI) Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores. Al-
Kauniyah: Jurnal Biologi, 7(2), 83-88.

Ariyanto, D., & Imron, I. ANALISIS KERAGAMAN MORFOMETRIK DAN GENETIK


PADA STRAIN IKAN MAS (Cyprinus carpio). Jurnal Perikanan Universitas Gadjah
Mada, 10(1), 53-63.
Asiah, N., Junianto, J., Yustiati, A., & Sukendi, S. (2018). Morfometrik dan meristik ikan
kelabau (Osteochilus melanopleurus) dari Sungai Kampar, Provinsi Riau. Jurnal
Perikanan dan Kelautan, 23(1), 47-56.

Astuti. 2003. Interaksi Pestisida dan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele
Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Alina. 2020. IDENTIFIKASI IKAN LIDAH Cynoglossus arel BERDASARKAN


MORFOMETRIK DAN DNA BARCODING YANG DIPERDAGANGKAN DI
TEMPAT PELELANGAN IKAN MUARAANGKE. Journal Of Fish Biology. 12(1) :
31-39.
Arifin, O. Z., Cahyanti, W., Subagja, J., & Kristanto, A. H. (2017). Keragaan Fenotipe Ikan
Tambakan (Helostoma temminkii. Cuvier 1829) Hasil Domestikasi (Takhasi). Media
Akuakultur, 12(1), 1-9.

Eddy, S., Gaffar, A. K., & Oktaviani, E. (2012). Inventarisasi dan Identifikasi Jenis-Jenis Ikan
di Perairan Sungai Musi Kota Palembang. Sainmatika: Jurnal Ilmiah Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, 9(2).

Febriani, M. D., Bhagawati, D., dan Suryaningsih, S. 2019. Karakteristik morfologi ikan
belanak (Mugil chepalus & Crenimugil seheli) dari TPI Tegal Kamulyan, Cilacap
Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed. 1(2) : 144-150.

Fadhil, R., Muchlisin, Z. A., & Sari, W. (2016). Hubungan panjang-berat dan morfometrik
ikan julungjulung (Zenarchopterus dispar) dari perairan pantai utara Aceh. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah, 1(1).

Hasan, V., & Widodo, M. (2020). The presence of Bull shark Carcharhinus leucas
(Elasmobranchii: Carcharhinidae) in the fresh waters of Sumatra, Indonesia.
Biodiversitas Journal of Biological Diversity, 21(9).

Iswanto, B., Suprapto, R., Imron, I., Haaryadi, J., Suwargono, P., Pangestika, M. F., &
Ilmalizanri, I. (2022). KERAGAAN ZOOTEKNIS DAN BIOMETRIK-
MORFOLOGIS IKAN LELE MUTIARA, Clarias gariepinus ALBINO. Jurnal Riset
Akuakultur. 16(3) : 135-144.

Ilham. 2021. Identifikasi Jenis dan Status Konservasi Ikan Pari yang Diperdagangkan Keluar
Kota Sorong pada Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Sorong. Jurnal
Riset Perikanan dan Kelautan. 3(1) : 290-302.
Kristanto, A. H., Subagja, J., Cahyanti, W., & Arifin, O. Z. (2018). EVALUASI VARIASI
FENOTIPE DAN GENOTIPE POPULASI IKAN TAMBAKAN DARI JAWA
BARAT, KALIMANTAN TENGAH, DAN JAMBI DENGAN TRUSS
MORFOMETRIK DAN RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA (RAPD).
Jurnal Riset Akua kultur, 12(3), 203-211.

Lubis, E. K., Sinaga, T. Y., & Susiana, S. (2021). Inventarisasi Ikan Demersal dan Ikan
Pelagis yang Didaratkan di PPI Kijang Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan.
Jurnal Akuatiklestari, 4(2), 47-57.

Muhotimah, M., Triyatmo, B., Priyono, S. B., & Kuswoyo, T. (2013). Analisis morfometrik
dan meristik nila (Oreochromis sp.) strain larasati F5 dan tetuanya. Jurnal Perikanan
Universitas Gadjah Mada, 15(1), 42-53.

Mashar, A., Wahyuni, Y. S., Hakim, A. A., dan Wardiatno, Y. 2019. Truss Morphometric
Approach for population kinship analysis of Cherax quadricarinatus (Von Martens,
1868) in West Java Waters. Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis (Journal of
Tropical Fisheries Management). 3(2) : 20-27.

Madjiman. 2002. Budidaya Lele Dumbo secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Melianawati. 2016. Hubungan panjang-bobot, pertumbuhan, dan faktor kondisi ikan kakap
merah, Lutjanus argentimaculatus dari hasil budidaya. Jurnal Riset Akuakultur. 4(2) :
169-178.
Nisa K., Z. Nasution dan K Ramija. 2015. Studi Kualitas Periaran Sebagai Alternatif
Pengembangan Budidaya Ikan di Sungai Keureuto Kecamatan Lhoksukon Kabupaten
Aceh Utara Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Jurnal Aquacoastmarine. 10(5) : 1-
15.

Oktavia, S., Setiawan, U., & Nurpadiana, H. (2020). Morphological Character Analysis of
Mackerel (Scomberomorus commerson Lac., 1800) in Sunda Strait. Biosfer: Jurnal
Tadris Biologi, 11(1), 1-10.

Putri, I. A. R. M., Dirgayusa, I. G. N. P., dan Faiqoh, E. 2018. Perbandingan Morfometrik dan
Meristik Lamun Halophila ovalis di Perairan Pulau Serangan dan Tanjung Benoa,
Bali. Journal of Marine and Aquatic Sciences. 4(2) : 213-224.
PRAND, N., Arlius, A., & Suparno, S. (2020). Kajian Morfometrik Dan Meristik Ikan Teri
(Stolephorussp.) Yang Didaratkan Di Pasie Nan Tigo Dan TPI Gaung (Doctoral
dissertation, UNIVERSITAS BUNG HATTA).

PRISCILLIA, B., Setiawan, A., & Junaidi, E. (2021). STUDI PENGUKURAN


MORFOMETRIK DAN MERISTIK JENIS-JENIS IKAN DI MUARA SUNGAI
SUGIHAN SUMATERA SELATAN (Doctoral dissertation, Sriwijaya University).

PUTRA, Dwi Nofyan Sansa. Morfometri dan Meristik Ikan Gabus (Channa striata) dari
Sungai Klawing Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah. 2021. PhD Thesis. Universitas
Jenderal Soedirman.

Rizki. 2021. Kondisi Histopatologi Usus dan Lambung Ikan Gabus (Channa striata) yang
Terinfeksi Endoparasit. Jurnal Kelautan dan Perikanan Indonesia Agustus. 1(2) : 60-
74.
Saifuddin. 2018. Karakteristik Morfometrik dan Skeleton Ikan Keureling (Tor tambroides
Bleeker 1854). urnal Ilmiah Samudra Akuatika. 2 (1) : 35-44.

Sikder MT, Yasuda M, Yustiawati, Syawal SM, Saito T, Tanaka S, dan Kurasaki M. 2012.
Comparative Assesment on water quality in the major rivers of Dhaka and West Java.
International Journal of Environmental Protection (IJEP). 2(4) : 8-13.

Santoso, H. (2018). Kajian Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dalam Habitat Air
Tawar dan Air Payau. BIOSAINTROPIS (BIOSCIENCE-TROPIC), 3(3), 10-17.

Setijaningsih, L., Arifin, O. Z., & Gustiano, R. (2008). Analisa morfometrik ikan nila
(Oreochromis niloticus) strain red NIFI dan black Chitralada. In Prosiding Seminar
Nasional Ikhtiologi V.

Singkam, A. R., Yani, A. P., & Fajri, A. (2020). Keragaman Ikan Laut Dangkal Provinsi
Bengkulu. Jurnal Enggano Vol, 5(3), 424-438.

Yulvizar, C., Dewiyanti, I., & Devira, C. N. (2014). Seleksi bakteri berpotensi probiotik dari
ikan mas (cyprinus carpio) indegenous jantho berdasarkan aktivitas antibakteri secara
in vitro. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia, 6(2).

Wujdi, A. (2017). KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN HUBUNGAN MORFOMETRIK


OTOLITH DENGAN UKURAN IKAN LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker, 1853)
DI SELAT BALI. BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap, 8(3), 159-172.

Anda mungkin juga menyukai