Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTA BENTIK Kelompok 02 Yudi Apriyatmoko (1511100004), Yunita Permanasari (1511100010), Nur Shabrina (1511100020), Lilis

Wahyu (1511100033), Tania Sylviana D. (1511100042), Septa Tri Farisna (1511100051), Athiya Azzahidah (1511100066), Cholis Muchlisin (1511100067), Ayu Sekartaji (1511100078) Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012 ABSTRAK Bentos ialah hewan yang hidup di dalam, melekat, atau pada dasar laut. Infauna bentik merupakan semua hewan yang hidupnya dengan cara menggali lubang pada dasar lautan. Epifauna bentik merupakan semua hewan yang hidup di atas permukaan dasar lautan. Praktikum biota bentik ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami terminologi dan klasifikasi biota bentik, mengetahui dan mampu melaksanakan metode standar pengambilan dan analisis sampel biota bentik, mampu membedakan epifauna dan infauna bentik, serta mengetahui dan mampu membedakan makrofauna dan mikrofauna bentik. Metode sampling biota bentik yang dilakukan pada praktikum ini ialah dengan koleksi manual (menggunakan tangan) untuk sampling epifauna bentik, sedangkan untuk infauna bentik digunakan sekop. Bottom grab digunakan di zona sampling yang tidak memungkinkan untuk menggunakan sekop dikarenakan perairannya yang dalam. Dari praktikum dapat disimpulkan bahwa pada zona intertidal atas, spesies yang ditemukan ialah Clibanarius sp. yang termasuk epifauna. Pada zona intertidal tengah, spesies yang termasuk epifauna ialah Ocypode sp., Uca sp., Charybdis sp., Alpheus sp., Penaus sp., dan Clibanarius sp, sedangkan yang termasuk infauna ialah Nereis sp. Pada zona intertidal bawah, spesies yang termasuk epifauna ialah Mytilus sp., sedangkan yang termasuk infauna ialah Anadara sp. Kata Kunci : Biota Bentik, Bentos, Epifauna, Infauna ABSTRACT Benthos is the kind of animals which live on, or in, or attached to the sea floor. Benthic animals, unlike benthic plants, are found at all depths and are associated with all substrates. Benthic infauna is all kind of animals which live by digging up some holes on the sea floor. Benthic epifauna is the kind of animals which live on the surface of the sea floor. The purpose of this benthic biota practicum is to learn the terminology and classification of benthic biota, learn and be able to conduct standard methods of benthic biota sampling and sample analysis, be able to distinguish benthic epifauna and infauna, and also learn and be able to distinguish benthic macrofauna and microfauna. Benthic biota sampling methods used in this practicum are manual collecting (using hands) for benthic epifauna sampling and collectiing with the help of a shovel for benthic infauna sampling. Bottom grab was used at the sampling zone where it was impossible to use a shovel because of the depth of the sea water. From this practicum, it can be concluded that on the upper intertidal zone, the epifauna that was found is Clibanarius sp. On the the middle intertidal zone, the species found which were of

epifauna are Ocypode sp., Uca sp., Charybdis sp., Alpheus sp., Penaus sp., and Clibanarius sp., whereas the one of infauna is Nereis sp. On the lower intertidal zone which was of epifauna is Mytilus sp., whereas the one of infauna is Anadara sp . Keywords : Benthic Biota, Benthos, Epifauna, Infauna

PENDAHULUAN Jumlah dan keanekaragaman jenis biota yang hidup di laut sangat menakjubkan. Walaupun sudah banyak sekali diketahui jenisjenis tersebut, ilmuwan masih saja menemukan penghuni-penghuni baru, terutama di daerahdaerah terpencil dan di lingkungan laut yang dulunya tak pernah dijangkau orang. Perbedaan keadaan berbagai lingkungan di laut sangat besar dan penghuninya pun beraneka ragam. Namun demikian ada keteraturan dalam penyebaran makhluk-makhluk laut tersebut (Romimohtarto dan Juwana, 2001). Di laut terdapat makhluk-makhluk mulai dari yang berupa jasad-jasad hidup bersel satu yang sangat kecil sampai yang berupa jasadjasad hidup yang berukuran sangat besar seperti ikan paus yang panjangnya lebih dari 10 meter. Ratusan ribu jenis biota laut telah diketahui dan semua relung (niche=sebanding dengan mikrohabitat) di lingkungan laut dihuni oleh biota. Di sebagian besar wilayah perairan terdapat banyak sekali jenis biota laut yang saling berinteraksi, tetapi di beberapa wilayah perairan yang lain hanya terdapat beberapa jenis biota laut yang hidup dan berinteraksi karena kendala makanan khususnya dan kendala lingkungan umumnya (Romimohtarto dan Juwana, 2001). Sistem makhluk hidup yang kompleks mendorong adanya pembagian organismeorganisme dan lingkungan ke dalam unit yang lebih kecil untuk memberikan suatu keteraturan dalam sistem klasifikasi. Istilah untuk plankton, nekton, dan bentos digunakan untuk mendeskripsikan biota laut berdasarkan habitatnya. Tumbuhan dan hewan yang hidup mengapung, menghanyut mengikuti arus air,

disebut sebagai plankton. Hewan yang berenang dengan aktif dan bebas di laut disebut nekton. Sedangkan hewan yang hidup pada, atau di dalam, atau melekat pada dasar laut disebut sebagai bentos (Sverdrup dan Duxbry, 2003). Bidang ilmu yang melatarbelakangi tentang pembelajaran bentos yaitu Oseanografi untuk jurusan biologi. Dengan mempelajari berbagai macam bentos, akan diketahui berbagai macam mahluk hidup yang ada di perairan laut. Kehidupan bentos dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Adapun faktor yang memepengaruhi yaitu tipe sedimen, salinitas dan kedalaman di bawah permukaan sehingga menyebabkan bermacam-macam bentos yang ada (Hutabarat, 1985). Hewan bentik, tidak seperti halnya dengan tumbuhan bentik, ditemukan pada seluruh kedalaman dan berasosiasi dengan seluruh substrat. Terdapat lebih dari 150.000 spesies bentik, dibandingkan dengan 30.000 spesies pelagik. Sekitar 80 % dari hewan bentik merupakan epifauna; hewan-hewan ini hidup di atau melekat pada daerah yang berbatu atau sedimen yang keras. Hewan-hewan yang hidup meliang di dalam substrat merupakan infauna dan berasosiasi dengan sedimen yang halus seperti lumpur dan pasir. Terdapat sekitar 30.000 spesies infauna yang telah diketahui, dibandingkan dengan 120.000 spesies epifauna (Sverdrup dan Duxbry, 2003).

Gambar 01. Organisme Epifauna (Hutabarat,1985)

moluska, dan anggota beberapa phylum lainnya (Hutabarat, 1985). Sebagian besar dari adaptasi morfologi yang diteliti menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat dekat antara fauna interstial dengan beberapa aspek pada lingkungannya. Lingkungan bersifat dinamis, dan organisme sedimen lama kelamaan akan tertumpuk dan terkubur dan menyebabkan lokasinya secara konstan berpindah. Oleh karena itu untuk bertahan hidup, organisme seperti meiofauna harus tetap bertahan pada sedimen tersebut sekaligus menghindari sesuatu yang dapat menghancurkannya seperti partikel pasir yang melayang atau terbuang ke daerah plankton di mana pertahanan hidup mereka akan berkurang (Nybakken, 2001). Kemungkinan paling besar untuk beradaptasi terhadap lingkungan tersebut adalah melalui ukuran tubuh. Semua organisme meiofauna berukuran kecil. Dan adaptasi yang lain berhubungan dengan bentuk tubuh. Sebagian besar meiofauna mempunyai tubuh yang memanjang atau vermiform, meskipun secara normal organisme ini tidak berbentuk vermiform (Nybakken, 2001).

Gambar 02. Organisme Infauna (Hutabarat,1985) Ukuran kadang kadang dipakai sebagai dasar untuk mengklasifikasikan mereka. Mikrofauna istilah ini dipakai untuk menerangkan hewan hewan yang mempunyai ukuran lebih kecil dari 0,1 mm, seluruh protozoa termasuk golongan ini. Meiofauna adalah golongan hewan hewan yang mempunyai ukuran antara 0,1 mm sampai 1,0 mm. ini termasuk golongan protozoa yang berukuran besar, cnidaria, cacing cacing yang berukuran kecil dan beberapa crustacea yang berukuran kecil. Makrofauna meliputi hewan hewan yang mempunyai ukuran lebih besar dari 1,0 mm. ini termasuk echinodermata, crustacea, annelida,

Gambar 03. Bentuk Tubuh Meiofauna (Nybakken, 2001) Selain itu, terdapat bentuk tubuh yang lain untuk beradaptasi yaitu berbentuk sangat datar. Tubuh organism yang datar dapat menempati ruang yang sempit dengan baik, dan juga memberikan kemampuan yang lebih baik untuk ke permukaan (Nybakken, 2001).

Perbandingan bentos pada bermacammacam habitat. Terdapat bermacam-macam variasi teknik analisis untuk mengklasifikasikan dan menentukan letak dari sampel bentik (e.g., Hughes dan Thomas, 1971; Stephenson et al., 1972; Walker et al., 1979). Studi ini bertujuan untuk membandingkan dan mengkontraskan komunitas hewan yang ditemukan pada habitat bentik. Untuk tujuan ini, analisis fungsi diskriminan (Dixon dan Brown, 1977) merupakan hal yang tepat. Variabel penebak yang digunakan merupakan nilai faktor untuk tiap sampel seperti yang dihasilkan analisis faktor. Tiap nilai faktor mewakili kebanyakan spesies dalam sampel tersebut (Thomson, 1982). Salah satu keuntungan dari analisis diskriminan adalah tingkat perbedaannya signifikan di tiap tempat pada hewan yang akan diidentifikasi atau sampel. Keuntungan lainnya adalah salah satu sampel dapat menentukan keakuratan dari prediksi kelompok sampel tersebut (Thomson, 1982). Dengan analisis diskriminan juga akan mendapatkan hasil yang sesuai dari dasar analisis. Koefisien dalam menyediakan informasi tentang habitat alami dari tiap-tiap hewan bentik yang berbeda. Analisis tersebut tersusun oleh dua variabel yang diterima yang diturunkan, dan faktor spesies pertama ditemukan yang berbeda pada tiap kedalamannya, sedangkan faktor keduanya berdasarkan substrat atau area (Thomson, 1982). METODOLOGI Praktikum Biota Bentik ini dilakukan di Pantai Kenjeran Lama, Surabaya, pada hari Sabtu, tanggal 5 Mei 2012, sekitar pukul 13.30 dan 15.30 WIB. Koordinat posisi geografis area sampling ialah 07o 14 16, 9 lintang selatan dan 112o 47 81, 8 bujur timur. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain adalah bottom grab, cetok atau sekop, kertas label, saringan bertingkat dengan mesh-size 2.00, 1.00, & 0.50

mm, buffered-formaldehyde 5 %, kantung plastik, Global Positioning System (GPS), dan meteran jahit. Pada zona intertidal, dibuat suatu garis transek yang tegak lurus garis pantai lalu ditentukan tiga buah plot sampling pada zona interidal atas, tengah, bawah. Posisi geografis masing-masing transek dan plot direkam dengan GPS. Pada setiap plot, dibuat kuadran ukuran 0.5 x 0.5 meter. Secara manual (dengan menggunakan tangan), dilakukan koleksi semua jenis epifauna bentik yang berada dalam plot. Dimasukkan sampel dalam kantung plastik, awetkan dengan buffered-formaldehyde 5% lalu diberi tabel. Dalam kuadrat 0.5 x 0.5 meter dibuat sub-kuadrat yang lebih kecil dengan ukuran 0.3 x 0.3 meter. Dengan menggunakan sekop atau cetok, diambil sedimen pada sub kuadrat tersebut dengan kedalaman kurang lebih 25 cm lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label. Sampel ini akan digunakan untuk analisis infauna bentik. Bila pengambilan sampel dilakukan di perairan dalam, dimana tidak memungkinkan penggunaan sekop, maka pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan bottom grab. Sampel sedimen yang diperoleh disaring menggunakan saringan bertingkat. Untuk membantu proses penyaringan, air dialirkan secara perlahan-lahan agar tidak merusak sampel infauna bentik yang mungkin terdapat dalam sedimen hasil koleksi. Sampel infauna bentik yang tertahan pada saringan 0.5 mm kemudian dipindahkan ke kertas koran dan diangin-anginkan. Perlakuan yang sama juga diberikan pada sampel epifauna bentik. Setelah kering, sampel makrofauna bentik dipisahkan sesuai kesamaannya dan diidentifikasi hingga taksis genus atau famili. Organisme yang telah dipisahkan dapat diletakkan dalam kertas koran ataupun plastik sampel dan diberi label (baik yang sudah teridentifikasi maupun yang belum teridentifikasi). HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan dari praktikum biota bentik ini ialah untuk mengetahui dan memahami terminologi dan klasifikasi biota bentik, mengetahui dan mampu melaksanakan metode standar pengambilan dan analisis sampel biota bentik, mampu membedakan epifauna dan infauna bentik, serta mengetahui dan mampu membedakan makrofauna dan mikrofauna bentik. Pengambilan sampel makrofauna bentik, epifauna maupun infauna bentik, diambil pada tiga titik sampling, yakni zona intertidal atas, tengah, bawah dengan tujuan untuk membedakan epifauna dan infauna bentik yang berada di tiga posisi sampling tersebut. Posisi pengambilan sampel direkam dengan GPS. Pada zona intertidal atas dan tengah dibuat kuadran ukuran 0.5 x 0.5 meter untuk selanjutnya dilakukan koleksi epifauna bentik secara manual dengan tangan agar lebih mudah. Sedangkan sampel infauna bentik pada kedua zona tersebut dibuat kuadran 0.3 x 0.3 meter untuk kemudian dikoleksi dengan cara mengambil sedimen sedalam 25 cm menggunakan sekop atau cetok agar pengambilan sampel lebih mudah. Pada titik terakhir pengambilan sampel, yakni zona intertidal bawah, dari atas dermaga, digunakan bottom grab. Tujuan penggunaan alat ini ialah untuk mempermudah pengambilan sampel karena pada zona tersebut perairannya dalam, sehingga tidak memungkinkan menggunakan cetok atau sekop. Sampel yang terambil dengan bottom grab ini merupakan epifauna dan infauna bentik. Seluruh sampel epifauna dan infauna bentik yang diambil dari ketiga zona tersebut dimasukkan ke dalam kantung-kantung plastik yang berbeda dan diberi label agar tidak tertukar satu sama lain. Kemudian sampel diberi buffered-formaldehyde 5 % untuk mengawetkan sampel agar tidak sampai rusak saat dilakukan pengamatan di laboratorium. Setelah pengambilan sampel selesai dilakukan, langkah selanjutnya ialah analisis sampel yang telah didapatkan. Penyaringan dilakukan dengan saringan bertingkat mesh-size

2.00, 1.00, dan 0.50 mm, untuk mempermudah identifikasi biota bentik. Saringan bertingkat disusun sedemikan rupa sehingga saringan dengan mesh-size 2.00 mm berada di atas, saringan mesh-size 1.00 mm di tengah, sedangkan saringan mesh-size 0.50 mm diletakkan di bawah saringan mesh-size 1.00 mm. Masing-masing sampel infauna bentik dari kedua titik sampling beserta sampel yang didapatkan menggunakan bottom grab disaring dengan saringan bertingkat secara bergantian. Mulamula sampel dituangkan ke atas saringan dengan mesh-size 2.00 mm. Kemudian sampel dialiri air perlahan-lahan sambil diaduk dengan tangan secara perlahan pula agar tidak merusak sampel. Pengadukan ini dilakukan untuk menghilangkan lumpur dan pasir yang melekat pada sampel. Setelah penyaringan selesai dilakukan, sampel yang tertahan di saringan mesh-size 2.00 mm, 1.00 mm, dan 0.50 mm masing-masing diletakkan di atas kertas koran lalu dikeringanginkan. Sedangkan sampel epifauna bentik yang telah didapatkan dicuci lalu juga diletakkan di atas kertas koran untuk dikeringanginkan. Setelah kering, seluruh sampel makrofauna bentik dipisahkan berdasarkan kesamaannya untuk diidentifikasi spesiesnya. Epifauna bentik yang ditemukan di titik I, dengan jarak 0 meter dari tepi pantai ialah termasuk Famili Diogenidae, yakni Clibanarius sp. Epifauna bentik yang ditemukan di titik II, dengan jarak 20 meter dari tepi pantai ialah termasuk Famili Ocypodidae, Portunidae, Alpheidae, Penaidae, dan Diogenidae, yakni spesies Ocypode sp., Uca sp., Charybdis sp., Alpheus sp., Penaus sp., dan Clibanarius sp. Epifauna bentik yang ditemukan di titik III, dengan jarak sekitar 100 meter dari tepi pantai ialah termasuk Famili Mytilidae, yakni Mytilus sp. Tabel 01. Data Epifauna Bentik Titik I No. Spesies 1. Clibanarius sp. Famili Diogenidae Jumlah 4

Tabel 02. Data Epifauna Bentik Titik II

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Spesies Ocypode sp. Uca sp. Charybdis sp. Alpheus sp. Penaus sp. Clibanarius sp.

Famili Jumlah Ocypodidae 4 Ocypodidae 1 Portunidae 3 Alpheidae 4 Penaidae 3 Diogenidae 35

Tabel 03. Data Epifauna Bentik Titik III N No. Spesies Famili Jumlah 1. Mytilus sp. Mytilidae 35 Infauna bentik tidak ditemukan pada titik I, hanya ditemukan pada titik II dan titik III. Infauna bentik yang ditemukan di titik II, dengan jarak 20 meter dari tepi pantai ialah termasuk Famili Nereidae, yakni Nereis sp. Infauna bentik yang ditemukan di titik III, dengan jarak sekitar 100 meter dari tepi pantai ialah termasuk Famili Arcidae , yakni spesies Anadara sp. Tabel 04. Data Infauna Bentik Titik II No. 1. Spesies Nereis sp. Famili Nereidae Jumlah 1

Tabel 05. Data Infauna Bentik Titik III No. Spesies Famili 1. Anadara sp. Arcidae

Jumlah 1

Perbedaan epifauna bentik di titik I, II, dan III, ialah di titik I merupakan spesis yang termasuk Famili Diogenidae, di titik II merupakan spesies yang termasuk dalam Famili Ocypodidae, Portunidae, Alpheidae, Penaidae, dan Diogenidae, sedangkan di titik III hanya spesies yang termasuk dalam Famili Mytilidae. Spesies yang ditemukan di titik I dan II terdapat persamaan, yakni termasuk Filum Arthropoda. Sedangkan spesies yang ditemukan di titik III berbeda dengan kedua titik tersebut, termasuk dalam Filum Mollusca. Menurut Romimoharto dan Juwana (2001), Arthropoda memiliki ciri umum yakni kerangka luar keras terbuat dari zat kitin (polisakarida majemuk, suatu jenis karbohidrat). Selain itu Filum Arthropoda bercirikan adanya embelan tubuh yang bersendi

(jointed appendages) dan bebas dari bulu getar, Bentuk tubuhnya simetri bilateral dan tubuhnya terdiri dari ruas-ruas yang tersusun secara linier berurutan. Mereka mempunyai rongga tubuh yang menyempit pada hewan dewasa karena terisi darah yang dinamakan hemosoel (haemocoel). Sedangkan Filum Mollusca, menurut Romimoharto dan Juwana (2001), adanya pembagian tubuh suatu basis, yakni kepala-kaki yang menumpang massa visera (visceral mass), kakinya berupa suatu sol atau telapak kaki yang lebar untuk melata dan mendorong hewan ini dengan gerakan otot atau gerakan bulu-getar atau dengan kedua-duanya. Bentuknya simetri bilateral, tidak beruas, dan banyak di antara mereka yang mempunyai cangkang dari kapur. Perbedaan infauna bentik di titik II dan III ialah kedua spesiesnya, yakni Nereis sp. dan Anadara sp. termasuk famili yang berbeda, yakni Nereidae dan Arcidae. Kedua spesies tersebut termasuk dalam Filum Annelida dan Mollusca. Menurut Romimoharto dan Juwana (2001), Filum Annelida memiliki ciri khusus yaitu, tubuhnya dibagi ke dalam satu deretan memanjang ruas-ruas serupa yang disebut metamer (metamere) atau somit (somites), yang kelihatan dari luar karena adanya cekungan yang mengelilingi tubuh. Selain itu, Annelida juga memiliki sekat yang dinamakan septa atau sekat, rongga tubuhnya terletak di antara saluran pencernaan dan dinding tubuh merupakan rongga tubuh sebenarnya, hewan ini juga mempunyai satu ruas pra-oral yang dinamakan prostomium, dan sistem sarafnya terdiri dari satu pasang ganglia pra oral dorsal, otak, dan satu pasang benang saraf ventral khas dengan satu pasang ganglia dalam setiap ruas. Grafik 01. Jumlah Epifauna Bentik Titik I, II, dan III

40 35 30 25 20 15 10 5 0 Charybolis sp. Ocypode sp. Alpheus sp. Clibanarius sp. Clibanamus sp. Mytilus sp. Uca sp. Penaus sp. Titik I Titik II Titik III

Epifauna bentik yang paling banyak ditemukan ialah jenis Clibanarius sp., sebanyak 35 pada titik II dan jenis Mytilus sp. sebanyak 35 pada titik III. Clibanarius sp. yang ditemukan pada titik I, zona intertidal atas, tipe sedimennya (substrat) berpasir. Ocypode sp., Uca sp., Charybdis sp., Alpheus sp., Penaus sp., dan Clibanarius sp. yang ditemukan pada titik II, zona intertidal tengah, tipe sedimennya (substrat) berlumpur. Mytilus sp. yang ditemukan pada titik III, zona intertidal bawah, tipe sedimennya (substrat) juga berlumpur. Grafik 02. Jumlah Infauna Bentik Titik II dan III
1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 Nereis sp. Anadara sp.

mana kedua zona tersebut memiliki tipe sedimen (substrat) berlumpur. Ada syarat yang harus dipenuhi untuk pengambilan sampel bentik melalui transek dan plot yaitu air harus dalam keadaan surut (Nybakken, 1997). Pengambilan sampel pada titik I dan titik II di saat air laut telah surut. Sedangkan pengambilan sampel pada titik III di saat air laut masih dalam keadaan pasang. Menurut Dronkers (1964), pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang surut, sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. KESIMPULAN Kesimpulan dari praktikum ini ialah : 1. Bentos (biota bentik) ialah hewan yang hidup pada, atau di dalam, atau melekat pada dasar laut. 2. Terdapat dua hal yang dapat dijadikan klasifikasi hewan bentik, yakni klasifikasi hewan bentik berdasarkan tempat hidup dan berdasarkan ukuran. Berdasarkan tempat hidup, hewan bentik dibagi menjadi dua, yakni epifauna dan infauna bentik. Sedangkan berdasarkan ukuran, hewan bentik dibagi menjadi tiga, yakni makrofauna, meiofauna, dan mikrofauna bentik. 3. Metode standar sampling biota bentik ialah sampling secara manual, koleksi dengan tangan untuk sampling epifauna bentik dan sampling dengan mengambil sedimen sedalam 25 cm menggunakan sekop atau cetok untuk sampling infauna bentik. Bottom grab

Titik II Titik III

Infauna bentik yang ditemukan di titik II dan di titik III yaitu Nereis sp. dan Anadara sp. jumlahnya sama, yakni satu. Nereis sp. ditemukan di zona intertidal tengah dan Andara sp. ditemukan di zona intertidah bawah, yang

digunakan untuk sampling epifauna dan infauna bentik di perairan yang dalam. 4. Pada titik I, zona intertidal atas dengan tipe sedimen (substrat) berpasir, spesies yang ditemukan hanya yang termasuk epifauna bentik, yakni Clibanarius sp. Pada titik II, zona intertidal tengah dengan tipe sedimen (substrat) berlumpur, spesies yang ditemukan, yang mana termasuk epifauna bentik ialah Ocypode sp., Uca sp., Charybdis sp., Alpheus sp., Penaus sp., dan Clibanarius sp. Sedangkan spesies yang termasuk dalam infauna bentik pada zona ini hanyalah Nereis sp. Pada titik III, zona intertidal bawah dengan tipe sedimen (substrat) juga berlumpur, spesies yang termasuk epifauna bentik ialah Mytilus sp., dedangkan yang termasuk infauna bentik ialah Anadara sp. DAFTAR PUSTAKA Dixon, W.J. dan Brown, M.B. 1977 . Biomedical Computer Programs P-series. University of California Press : Canada Dronkers, J. J. 1964. Tidal Computations in Rivers and Coastal Waters. North-Holland Publishing Company: Amsterdam Hughes, R.N. dan Thomas, M.L.H. 1971. Classification and Ordination of Benthic samples from bedeque bay, an estuary in Prince Edward Island. Marine Biology : Canada Hutabarat, S. 1985. Pengantar Oseanografi. UI Press: Jakarta Nybakken, J. W. 1997. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia : Jakarta Nybakken, J. W. 2001. Marine Biology: An Ecological Approach. Benjamin Cummings: San Fransisco Romimohtarto, K. dan Juwana, S. 2001. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Penerbit Djambatan: Jakarta Stephenson, W., William, W.T. and Cook, S.G.

1972. Computer Analysis of Petersens original data on bottom communities. Ecological Monographs Sverdrup, K.A., Duxbury, A.B., dan Duxbury, A.C. 2003. An Introduction to the Worlds Oceans, 7th Edition. McGraw-Hill: New York Thomson, D. H. 1982. Marine Benthos in the Eastern Canadian High Arctic : Multivariate Analyses of Standing Crop and Community Structure. Arctic , 35 : 61-74 Walker, H. A., Saila, S. B., dan Anderson, E. L. 1979. Exploring Data Structure of New York Bight Benthic Data Using PostCollection Stratification of Samples and Linear Discriminant Analysis for Species Composition Comparisons. Estuarine and Coastal Marine Science, 9 : 101-120

Anda mungkin juga menyukai