Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakan

Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di


dunia, karena menjadi sumber makanan untuk kehidupan akuatik. Bagi
kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton
terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Meskipun termasuk benda
hidup, plankton tidak mempunyai energi untuk melawan arus, air pasang atau
angin yang menghanyutkannya. Plankton hidup di pesisir pantai dan
dimanapun tempat ia dapat memperoleh garam mineral dan cahaya matahari
yang mencukupi.

Dalam mempelajari plankton, tidak akan lepas dari sampling plankton. Teknik
sampling plankton dari perairan yang paling mudah umumnya dapat dilakukan
dengan menyaring sejumlah massa air dengan jaring halus ataupun dengan
metode sampling plankton yang lain. Tergantung pada tujuannya, sampling
plankton dapat dilakukan secara kualitatif atau kuantitatif.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman,


keseragaman, kepadatan, dan kemelimpahan plankton.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Plankton adalah makhluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya mengapung,


mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya
(kalaupun ada) sangat terbatas hingga selalu terbawa hanyut oleh arus. Istilah
olankton diperkenalkan oleh Victor Hensen tahun 1887, yang berasal dari bahasa
Yunani, ”planktos”, yang berarti menhanyut atau mengembara. Plankton
berbeda dengan nekton yang merupakan hewan yang mempunyai
kamampuan aktif berenang bebas, tidak tergantung pada arus, seperti misalnya
ikan, cumi- cumi, paus. Lain pula dengan bentos yang merupakan biota yang
hidupnya melekat, emancap, merayap, atau meliang (membuat liang) di dasar
laut, seperti misalnya kerang, teripang, bintang laut, dan karang (coral). Plankton
dapat dibagi menjadi beberapa golongan sesuai dengan fungsinya, ukurannya,
daur hidupnya, atau sifat sebarannya (Nontji, 2008).

Plankton merupakan organisme yang hidup melayang-layang (mengembara)


dalam air kerena terbawa arus atau gelombang. Plankton mempunyai kemampuan
renang yang lemah sehingga pergerakannya dipengaruhi oleh arus. Sifat umum
plankton, diantaranya plankton bergerak sedikit dengan bantuan silia/flagel, tetapi
tidak mempunyai daya menentang arus, dengan kata lain dikalahkan dengan
pergerakan air, plankton organisme yang melayang-layang. Peristiwa melayang
pada plankton dapat mengatur berat jenis tubuhnya agar sama dengan berat jenis
media (air), dengan cara menambah atau mengurangi jenis vakuola, cadangan
makanan berupa zat lemak atau minyak, yang terakhir dengan memperpanjang
atau memperpendek chaeta (Purnama, 2011).
Plankton terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah plankton
yang meyerupai tumbuhan yang bebas melayang dan hanyut dalam perairan serta
mampu berfotosintesis. Zooplankton adalah organisme renik yang hidup
melayang-layang megikuti pergerakan air yang berasal dari jasad hewani.
Fitoplankton merupakan pensuplai utama oksigen utama oksigen terlarut di
perairan, sedangkan zooplankton meskipun sebagai pemanfaat langsung
fitoplankton, merupakan produsen sekunder perairan. Plankton merupakan
makanan akami larva organisme perairan (Nybakken, 2012).

Berdasarkan siklus hidupnya dikenal holoplankton, yaitu plankton yang seluruh


hidupnya bersifat planktonik dan meroplankton, yaitu plankton yang hanya
sebagian dari siklus hidupnya yang bersifat planktonik. Berbagai hewan perairan
berdasarkan siklus hidupnya termasuk golongan meroplankton. Banyak biota
yang dalam daur hidupnya menempuh lebih dari satu cara hidup. Pada saat
menjadi larva atau juwana (juvenile) mereka hidup sebagai plankton dan
kemudian menjadi nekton atau bentos pada waktu dewasa (Suwignyo, 2001).

Faktor yang berpengaruh terhadap pergerakan plankton selain gerakan air adalah
cahaya matahari. Cahaya matahari terutama berpengaruh terhadap fitoplankton,
hal ini berkaitan dengan kemampuan fitoplankton melakukan proses fotosintesis
yang membutuhkan cahaya matahari. Zooplankton sebenarnya termasuk golongan
hewan perenang aktif yang dapat mengadakan migrasi secara vertikal pada
beberapa lapisan perairan, tetapi kekuatan berenang mereka sangat kecil jika
dibandingkan dengan kuatnya gerakan arus (Romnimohtarto 2005).
III. METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah plankton net, botol
untuk sampling, mikroskop, beaker glass, haemocytometer, dan pipet tetes.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah air kolam.

B. Prosedur Kerja

1. Menyiapkan alat-alat dan bahan yang diperlukan.


2. Menyaring sampel air kolam ke dalam plankton net.
3. Mengambil air menggunakan pipet tetes.
4. Memasukkan aquades ke dalam beaker glass.
5. Lalu memasukkan ke haemocytometer.
6. Mengamati di mikroskop.
7. Menghitung kemelimpahan plankton.
IV. PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Plankton net merupakan jaring dengan mesh size yang disesuaikan dengan
ukuran plankton. Penggunaan jaring plankton selain praktis juga sampel yang
diperoleh cukup banyak. Jaring plankton net biasa terbuat dari nilon, umumnya
berbentuk kerucut dengan berbagai ukuran, tetapi rata-rata panjang jaring
adalah 4-5 kali diameter mulutnya. Jaring berfungsi untuk menyaring air serta
plankton yang berada didalamnya. Karena itu, plankton yang tertangkap sangat
bergantung pada ukuran mesh size. Maka ukuran mesh size yang digunakan
harus disesuaikan dengan jenis atau ukuran plankton yang akan diamati.

Metode pengambilan sampel menggunakan plankton net terbagi atas dua cara,
yaitu:
1. Sampling secara horizontal
Metode ini bertujuan untuk mengetahui sebaran plankton horizontal.
Plankton net pada suatu titik di laut, ditarik kapal menuju ke titik lain.
Jumlah air tersaring diperoleh dari angka pada flowmeter atau dengan
mengalikan jarak diantara dua titik tersebut dengan diameter plankton net.
2. Sampling secara vertikal
Meletakkan plankton net sampai ke dasar perairan, kemudian menariknya
ke atas. Kedalaman perairan sama dengan panjang tali yang terendam
dalam air sebelum digunakan untuk menarik plankton net ke atas.
Umumnya fiksasi dan pengawetan plankton dapat dilakukan dengan larutan
formalin 2-5%. Larutan ini mudah diperoleh dan murah. Formalin 40%
komersial merupakan larutan jenuh gas formaldehida dalam air.
Penggunaannya sebagai larutan fiksatif atau pengawet harus melalui
pengenceran dengan perbandingan 1:5. Formalin yang akan digunakan harus
tersimpan dalam botol gelas atau polythen. Sebelum digunakan, formalin harus
ditambahkan borax (kalsium karbonat atau sodium karbonat) untuk
menetralkan asam yang ada di dalamnya. Asam akan melarutkan kapur atau
rangka pada kebanyakan zooplankton. Untuk penyimpanan dalam jangka
panjang sebaiknya sampel plankton diawetkan dalam larutan formalin 5%
dalam air suling. Pemanfaatan formalin untuk mengawetkan fitoplankton perlu
ditambahkan 5 tetes terusi (CuSO4) agar fitoplankton tetap berwarna hijau.

Sampel nanoplankton paling baik difiksasi dan diawetkan dalam lugol iodin
yang ditambah dengan asam asetat. Asam Asetat akan mengawetkan flagelum
dan silia. Ke dalam 100 ml sampel air yang mengandung nanoplankton
tambahkan 2-3 tetes larutan lugol iodin. Nanoplankton akan tenggelam karena
meyerap iodin. Tutup botol rapat-rapat dan disimpan dalam ruang gelap.
Larutan lugol iodin dibuat dengan melarutkan 200 gr kalium iodida p.a dan 10
gr iodin dalam 200 ml akuades. Pada saat iodin larut sempurna, tambahkan 20
ml asam asetat glasial.

Adapun hasil perhitungan dari praktikum ini sebagai berikut

1. Indeks Kemelimpahan
Rumus :

(a × 1000)
N= ×b
L

Keterangan :
N : Jumlah Plankton
a : Rata-rata jumlah plankton yang terhitung dalam 1 cc air kolam yang
disaring
b : Volume air sampel yang disaring
L : Volume air sungai yang disaring

Hasil perhitungan
28× 1000
N=¿ × 27
0,5
= 1.512.000 L/m3

2. Kepadatan Plankton
n
∑ ¿ 5 × 25 ×104
28
= ×25 × 104
5
= 1.400.000 L/m3
V. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan praktikum ini dapat disimpulkan bahwa

1. Hasil indeks kemelimpahan planton yaitu 1.512.000 L/m3.


2. Hasil jumlah kepadatan plankton sebanyak 1.400.000 L/m3.
DAFTAR PUSTAKA

Nybakken. 2012. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia. Jakarta.

Nontji, A. 2008. Plankton Laut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Lipi


Press. Jakarta.

Purnama, A. 2011. Pengertian Plankton. Program Pascasarjana. Universitas


Andalas.

Rohmimohtarto, K, dan Juwana, S. 2005. Planktonologi. lmu Pengetahuan


Tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta.

Suwignyo Sugiarti. 2001. Fito Plankton. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.
Djambatan. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai