1. DEFENISI PLANKTON
1
saprobitas di pantai dengan melihat nilai Tropik Saprobik Indeks (Melati dkk,
2005).
2
2.1. Sampling plankton secara kualitatif
3
2.2.2. Sampling plankton dengan jala
4
tentu saja dengan jaring kasar akar sukar menangkap plankton yang
halus. Mesh jala harus dipilih dengan memperhatikan ukuran plankton
yang akan dicuplik. Umumnya untuk mencuplik plankton perairan
dangkal mesh jala disarankan berukuran 150-175 µ. Ukuran mesh 30-
50 µ cocok digunakan untuk menjaring fitoplankton yang berukuran
sangat kecil.
Banyak macam jala yang dapat dipergunakan untuk mencuplik
plankton, baik yang terbuka maupun tertutup. Salah satu jala terbuka
adalah jala zeppelin yang mirip jala plankton standar tapi memilki
kerucut yang lebih rendah. Jala Birge, Wisconsin, Juday, Clarke-
Bumpus adalah beberapa jala canggih yang digunakan dalam kajian
plankton. Jala plankton dengan peralatan tertutup umumnya
digunakan untuk memperoleh sampel plankton dari kedalaman
tertentu.
5
3. PENGAWETAN SAMPEL PLANKTON
4. ANALISIS PLANKTON
6
plankton secara kuantitatif tanpa mengidentifikasi. Ini merupakan cara yang
praktis dan sederhana namun kurang teliti karena sering terbawa materi lain
di luar plankton. Pengukuran volume plankton kurang memberikan informasi
yang tepat, oleh karena rongga antara plankton sering ikut terukur.
Pencacahan plankton dengan cara menghitung jumlah plankter per satuan
volume akan merupakan informasi yang lebih teliti, karena dapat
memberikan gambaran yang lebih pasti mengenai kepadatan plankton di
suatu tempat. Kepadatan plankton dapat digunakan untuk mengetahui
penyebaran atau distribusi plankton dalam suatu area.
7
100 - 200 ml (bergantung pada kepekatan sampel) dengan cara
menambah atau mengurangi larutan pengawetnya. Sampel diaduk
hingga homogen dan dalam waktu yang bersamaan diambil
subsampelnya dengan mempergunakan pipet stempel bervolume 0,1
ml (untuk fitoplankanton) atau 2,5 ml (untuk zooplankton). Sub
sampel dituangkan ke dalam talam pencacah sambil membilas toraks
pipet dengan air. Talam pencacah yang sering digunakan adalah
Sedwick-rafter cell untuk fitoplankton dan Bogorov atau yang sejenis
untuk zooplankton. Plankton dicacah sekaligus diidentifikasi di bawah
mikroskop dengan perbesaran sampai 25-200 kali bergantung pada
ukuran plankter. Pencacahan dilakukan dengan cara menghitung
seluruh plankter yang tampak pada talam pencacah. Untuk
mengidentifikasi zooplankton kadangkala diperlukan jarum sonde
untuk membalik sampel. Kepadatan plankton dalam sel atau individu
per satuan volume dapat diketahui dengan mempergunakan rumus :
D = q (1/f) (1/v)
dengan :
D = jumlah plankter per satuan volume
q = jumlah planketr dalam subsampel
f = fraksi yang diambil (volume subsampel per volume sampel)
v = volume air tersaring
Sumber : http://staff.ui.ac.id/system/files/users/wisnu-97/material/
teknikanalisisplankton.pdf
8
5. STUDI KASUS
Studi Kasus diambil dari sebuah Jurnal Ilmiah Grouper dengan judul :
“Keanekaragaman Plankton Di Kawasan Mangrove Desa Labuhan Kecamatan
Brondong Kabupaten Lamongan”
Oleh : Endah Sih Prihatini dan Husen
Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan Jl. Veteran No. 53 A Lamongan
9
bahwa pencacahan plankton dilakukan dengan menghitung jumlah plankton per
satuan volume, ini dapat memberikan gambaran yang lebih pasti mengenai
kepadatan di suatu tempat.
Hasil penelitian dari 4 stasiun penelitian diketahui, Indeks Kelimpahan
paling banyak di temukan di stasiun B (62.667) dan D (50.001), yang paling sedikit
ditemukan stasiun C (34.332) dan A (35.667). Indeks Keanekaragaman paling
banyak ditemukan di stasiun D (1,84) dan B (1.73), paling sedikit ditemukan di
stasiun A (1,68) dan C (1,69). Indeks Keseragaman paling banyak ditemukan di
stasiun C (0,43) dan D (0,43), paling sedikt ditemukan di stasiun B (0,38) dan A
(0,42). Indeks Dominansi paling banyak di stasiun D (0,27) dan C (0,26), paling
sedikit di stasiun A (0,21) dan B (0,24). Dengan ini dapat disimpulkan stasiun yang
paling banyak di tempati vegetasi mangrove tingkat kesuburan perairan lebih
baik dari pada daerah yang tidak mempunyai vegetasi mangrove. Nilai indeks
keanekaragaman pada stasiun A, B, C dan D berada pada kisaran 1,705 – 1,841
artinya menunjukkan keanekaragaman kecil dan kestabilan rendah, ini
dikarenakan nilainya lebih kecil dari 2,3026. Karena berada pada kisaran 1 – 3,
maka perairan di Kawasan Mangrove berada dalam kondisi tercemar sedang.
Pada pengukuran parameter kualitas air di semua stasiun , DO berada pada nilai
kisaran 4,93 – 6,06 mg/L, kadar nitrit berkisar 0,13 – 0,32 mg/L kadar fosfat
0,225 mg/L, kadar ammonia berkisar 0,3 – 0,5 mg/L sehingga terindikasi
pencemaran ringan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, R. 1995. Metode dan Pengukuran Kualitas Air Aspek Biologi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/wisnu-97/material/
teknikanalisisplankton.pdf (diunduh tanggal 19-11-2019)
https://media.neliti.com/media/publications/153583-ID-struktur-komunitas-
plankton-pada-padang.pdf (diunduh tanggal 19-11-2019)
https://media.neliti.com/media/publications/191605-ID-studi-analisa-plankton-
untuk-menentukan.pdf (diunduh tanggal 20-11-2019)
http://journal.unisla.ac.id/pdf/17622015/Endah_Sih_Prihatini.pdf
(diunduh tanggal 20-11-2019)
11