Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PRODUKTIVITAS PERAIRAN

“PRODUKTIVITAS PRIMER DANAU”

Dosen Pengampu: Dr. Ir. Mohammad Mahmudi , MS

Disusun Oleh :

Zakiyyah Nur Inayah (175080100111004)

Auliarifka Ayuhildan T (175080100111006)

Rike Anis Fatulnur F (175080100111008)

Fella Aulia (175080100111010)

Rizky Kusma Pratiwi (175080100111011)

Khoirunnisa (175080100111016)

Citra Anjani Hardiyanti (175080100111019)

Alfa Arsyaddirizali (175080100111020)

Dini Alvateha (175080100111023)

Masdalipa Riski Sari S (175080100111024)

M01

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi
keguruan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Malang, 22 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ v

BAB PENDAHULUANI..............................................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1

1. 3 Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................3

2.1 Produktivitas Primer ........................................................................................ 3

2.2 Cara Menghitung Produktivitas Primer ............................................................ 4

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Primer............................................ 7

2.4 Ekosistem Danau .......................................................................................... 10

2.5 Produktivitas Danau ...................................................................................... 11

2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Danau.......................................... 12

2.7 Contoh Produktivitas Danau Yang Baik Dan Buruk ....................................... 15

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 17

3.2 Saran ............................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 18

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Produktivitas Organik Pada Berbagai Habitat........................................ 12

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kualifikasi Danau Berdasarkan Produktivitasnya ...................................... 15

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di perairan Indonesia, produksi bagi ekosistem merupakan proses
pemasukan penyimpanan energi dalam ekosistem. Pemasukan energi dalam
ekosistem yang dimaksud adalah pemindahan energi cahaya menjadi energi kimia
oleh produsen. Kegiatan tersebut di sebit produktivitas primer. Produktivitas primer
dari suatu ekosistem didefinisikan sebagai jumlah energi cahaya yang diserap dan
kemudia disimpan oleh organismen melalui kegiatan fotosintesis. Produktivitas
primer terjadi di semua perairan Indonesia, seperti danau, rawa, sungai, dan lain
sebagainya. Salah satu perairan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
danau.
Danau merupakan habitat perairan tawar yang menggenang dan merupakan
suatu ekosistem bagi biota perairan. Organisme produsen sebagai penghasil
produktivitas primer yang sangat memanfaatkan energi cahaya matahari sehingga
dapat berfotosintesis menghasilkan oksigen. Produktivitas primer sendiri berarti hasil
proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan berklorofil. Dalam perairan yang
melakukan aktivitas fotosintesis adalah fitoplankton, hasil dari fotosintesisnya
merupakan sumber nutrisi utama bagi organisme air lainnya yang berperan sebagai
konsumen dimulai dengan zooplankton dan diikuti oleh kelompok organisme
lainnya. Produktivitas ekosistem perairan tentulah berbeda-beda di setiap ekosistem
khususnya ekosistem air tawar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan produktivitas primer?
2. Bagaimana cara menghitung produktivitas primer?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi produktivitas primer ?
4. Apa yang dimaksud dengan ekosistem danau?
5. Bagaimana produktivitas danau?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi produktivitas danau?
7. Apa saja contoh produktivitas danau yang baik dan buruk?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu produktivitas primer.
2. Untuk mengetahui cara menghitung produktivitas primer.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi produktivitas primer.
4. Untuk mengetahui apa itu ekosistem danau.
5. Untuk mengetahui produktivitas danau
6. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi produktivitas danau.
7. Untuk mengetahui contoh produktivitas danau yang baik dan buru.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Produktivitas Primer


Produktivitas Primer adalah kecepatan organisme autotrof sebagai produsen
mengubah energi cahaya matahari menajdi energi kimia dalam bentuk organik.
Hanya sebagian kecil energi cahaya yang dapat diserap oleh produsen.
Produktivitas primer berbeda pada setiap ekosistem, yang terbesar terdapat pada
ekosistem hutan hujan tropis dan ekosistem hutan bakau. Seluruh bagian organik
yang dihasilkan dari proses fotosintesis pada organisme fotoautrotof disebut
Produktivitas Primer Kotor (PPK). Lebih kurang 20 % dari PPK digunakan oleh
organisme fotoautotrof untuk respirasi, tumbuh, dan berkembang. Sisa PPK yang
baru disimpan dikenal sebagai Produktivitas Primer Bersih (PPB). Biomassa
organisme autotrof (produsen) dipeerkirakan mencapai 50 % - 90 % dari seluruh
bahan organik hasil fotosintesis. Hal ini menunjukkan simpanan energi kimia yang
dapat ditransfer ke trofik selanjutnya melalui hubungan makan dan dimakan
dalam ekosistem. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas primer yaitu suhu,
cahaya, air, curah hujan, kelembapan, Nutrien, Tanah, Herbivora.
Menurut Asriana dan Yuliana (2012), Produktivitas perairan merupakan laju
penambatan atau penyimpanan energi (cahaya matahari) oleh komunitas autotrof di
dalam sebuah ekosistem perairan. Produktivitas itu sendiri terdiri dari produktivitas
primer (produsen) dan produktivitas skunder (konsumen: zoo plankton, ikan,
benthos, dll)). Menjelaskan produktivitas primer adalah jumlah bahan organik yang
dihasilkan oleh organisme autotrof, yaitu organisme yang mampu merombak bahan
anorganik menjadi bahan organik yang langsung dapat dimanfaatkan oleh
organisme itu sendiri maupun organisme lain dengan bantuan energi matahari
maupun melalui mekanisme kemosintesis.
Menurut Chen et al. (2017), menyebutkan bahwa produktivitas primer
merupakan laju produksi karbon organik (karbohidrat) per satuan waktu dan volume
melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh organisme tumbuhan hijau. Dalam
konsep produktivtas, dikenal istilah produktivitas primer kotor (gross primary
productivity) dan produktivitas primer bersih (net primary productivity). Produktivitas

3
primer kotor merupakan laju total fotosintesis, termasuk bahan organik yang
dimanfaatkan untuk respirasi selama jangka waktu tertentu disebut juga produksi
total atau asimilasi total. Produktivitas bersih merupakan laju penyimpanan bahan
organik di dalam jaringan setelah dikurangi untuk pemanfaatan untuk respirasi
selama jangka waktu tertentu. Produktivitas primer perairan memiliki peran penting
dalam siklus karbon dan rantai makanan serta perannya sebagai pemasok
kandungan oksigen terlarut di perairan. Pengukuran produktivitas primer merupakan
satu syarat dasar untuk mempelajari struktur dan fungsi ekosistem perairan. Bahkan
(Behrenfald et al. 2005) menyebutkan bahwa produktivitas primer bersih merupakan
kunci pengukuran kesehatan lingkungan dan pengelolaan sumberdaya laut. Tingkat
produktivitas primer suatu perairan memberikan gambaran bahwa, suatu perairan
cukup produktif dalam menghasilkan biomassa tumbuhan, termasuk pasokan
oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis. Dengan tersedianya biomassa
tumbuhan dan oksigen yang cukup dapat mendukung perkembangan ekosistem
perairan (Rahayu et al. 2017). Produktivitas perairan yang terlalu tinggi dapat
mengindikasikan telah terjadi eutrofikasi, sedangkan yang terlalu rendah dapat
memberikan indikasi bahwa perairan tidak produktif atau miskin. Dengan kata lain
produktivitas perairan juga dapat digunakan dalam pengelolaan sumberdaya
perairan dan pemantaun kualitas perairan).

2.2 Cara Menghitung Produktivitas Primer


Menurut Pardede., et al (2016), Pengukuran produktivitas primer perairan
dilakukan dengan cara mengambil contoh air pada setiap lokasi penelitian
menggunakan botol Winkler yang terdiri dari botol terang (light bottle), botol gelap
(dark bottle), satu botol winkler untuk Initial Bottle sebagai oksigen awal (DOo). Botol
Terang dan botol gelap setelah terisi sampel air diinkubasi di perairan selama 3 jam.
Setelah itu diukur kandungan oksigen terlarutnya dengan menggunakan metode
winkler, kemudian dihitung nilai produktivitasnya. Botol – botol winkler gelap dan
terang yang telah diinkubasi selama 3 jam di perairan lalu diangkat dari setiap
stasiun dan dihitung nilai oksigen terlarutnya dengan menggunakan metode winkler,
kemudian dihitung nilai produktivitasnya. Produktivitas Primer dapat diukur sebagai
produktivitas kotor dan produktivitas bersih. Hubungan antara keduanya dapat
dinyatakan dengan:

4
PN = Produktivitas Kotor (PG) – Respirasi (R)

Keterangan:

PN = Produktivitas Bersih
R = O2 awal – O2 akhir pada botol gelap (mgC/m3 /hari)
Pg = O2 akhir pada botol terang – O2 akhir pada botol gelap (mgC/m3 /hari)
Untuk mengubah nilai mg/l oksigen menjadi C/m3 , maka nilai dalam mg/l
dikalikan dengan 375.36, hal ini akan menghasilkan mg C/m3 untuk jangka waktu
pengukuran. Untuk mendapatkan nilai produktivitas dalam satuan hari, maka nilai
perjam harus dikalikan dengan 12, mengingat cahaya matahari hanya selama 12
jam per hari.
Menurut Setiawan., et al (2015), Produktivitas primer diamati dengan metode
oksigen (botol gelap-botol terang) dengan inkubasi didalam kolom air dengan selang
waktu dan kedalaman tertentu. Botol Winkler gelap dan terang yang telah di isi air
sampel dengan volume yang sama direndam pada badan perairan dengan selang
waktu 6 jam dengan kedalaman 20 cm. Untuk menghitung produktivitas primer kotor
dihitung menggunakan rumus Umaly dan Culvin (1998).

Keterangan:
FB = Produktivitas primer kotor (mgC/m3 / jam)
BT = Konsentrasi oksigen terlarut dalam botol terang (mg/ l)
BG = Konsentrasi oksigen terlarut dalam botol gelap (mg/ l)
t = Waktu inkubasi (jam)
0,375 = Faktor konversi dari oksigen terlarut ke karbon
PQ = Koefisien fotosintesis (1,2)
Menurut Nuzapril., et al (2017), Klorofil-a merupakan indikator kelimpahan
fitoplankton di perairan yang berperan dalam proses fotosintesis. Fitoplankton
berkontribusi secara besar untuk mengetahui produktivitas primer di perairan.

5
Produksi karbon organik selama proses fotosintesis didefinisikan sebagai
produktivitas primer atau produktivitas primer bersih (Net Primary Productivity).
Produktivitas primer bersih merupakan kunci pengukuran kesehatan lingkungan dan
pengelolaan sumberdaya laut. Pengukuran produktivitas primer dilakukan secara
insitu dengan menggunakan metode botol terang dan botol gelap. Pengukuran
dilakukan secara komposit dari sampel air yang telah didapat dari tiga lapisan
kedalaman. Botol tersebut kemudian diinkubasi selama 3-5 jam pada siang hari
antara pukul 10.00–15.00 WIB. Sebelum menghitung nilai oksigen terlarut pada botol
yang telah diinkubasi, dilakukan pengukuran pada botol awal atau botol initial.
Oksigen terlarut yang diukur menggunakan metode Winkler (APHA 2012). Nilai
oksigen terlarut pada botol terang dan gelap digunakan untuk menghitung nilai
produktivitas primer bersih (Net Primary Productivity) dan produktivitas kotor (Gross
Primary Productivity). Namun, karena produktivitas primer bersih merupakan nilai
produksi karbon oleh fitoplankton setelah dikurangi dengan proses respirasi,
sehingga data produktivitas primer bersih yang digunakan dalam analisis. Adapun
rumus yang digunakan untuk menghitung nilai produktivitas primer bersih (NPP)
adalah:

Keterangan :
NPP = produktivitas primer bersih (mgC/m3/jam)
O2BT = oksigen pada botol terang setalah diinkubasi (mg/l)
O2BA = oksigen pada inisial sebelum diinkubasi (mg/l)
PQ = Photosyntetic Quotien = 1.2
t = waktu inkubasi (jam)
1000 = konversi liter menjadi m3
0.375 = konversi oksigen menjadi karbon.
Data produktivitas primer bersih dan konsentarasi klorofil-a kolom perairan
yang telah dihitung kemudian dianalisis menggunakan persamaan regresi linier
sederhana untuk mendapatkan hubungan antara konsentrasi klorofil-a kolom air

6
seluruh daerah eufotik dengan produktivitas primer. Model hubungan ini dirancang
agar konsentrasi klorofil-a dapat digunakan untuk menduga produktivitas primer.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Primer


Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas primer suatu perairan
yaitu klorofil a fitoplankton. Kandungan klorofil-a fitoplankton pada suatu perairan
berbeda-beda, khususnya danau kerena dipengaruhi oleh faktor fisika-kimia dan
biologi dari suatu perairan (Manurung, et al., 2015). Menurut Asriyana dan Yuliana
(2012) faktor kimia perairan yang dapat mempengaruhi produktivitas primer yaitu
peningkatan suplai zat hara dan tersedianya zat hara khususnya nitrogen dan fosfor
serta faktor fisika cahaya matahari dan temperatur.
Menurut Kurniawan (2018), proses aktivitas produktivitas primer di perairan,
fitoplankton memiliki peran paling besar dalam mengikat energi dan menyediakan
energy untuk tingkat trofik yang lain. Fitoplankton dapat digunakan untuk mengetahui
secara umum kondisi perairan. Oleh karena itu, untuk bisa memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi produktivitas primer, maka faktor-faktor yang mempengaruhi
kehidupan fitoplankton bisa dijadikan sebagai acuan. Faktor kimia dan fisika
lingkungan perairan merupakan faktor utama yang mempengaruhi aktivitas
produktivitas primer di perairan. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah cahaya,
suhu, kadar zat-zat hara dan juga faktor hidrografi.
1. Parameter Fisika
a. Cahaya
Cahaya matahari merupakan salah satu faktor fisika yang memegang peranan
penting dalam perubahan produktivitas primer. Ketersediaan cahaya dalam
badan air baik secara kuantitatif maupun kualitatif sangat tergantung pada waktu
(harian, musiman, tahunan), tempat (letak geografis, kedalaman), kondisi
pravalen di atas permukaan air (penutupan awan, inklinasi matahari) atau dalam
perairan (refleksi, absorpsi oleh air dan materi-materi terlarut, serta
penghamburan oleh partikel-partikel tersuspensi). Intensitas cahaya matahari
semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman perairan. Nilai cahaya
yang semakin berkurang akan menyebabkan nilai produktivitas primer semakin
rendah (Asriyana dan Yuliana, 2012).

7
b. Suhu
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian
dari permukaan laut (altitude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan
awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh
terhadap proses fisika, kima dan biologi badan air. Suhu juga sangat berperan
mengendalikan kondisi ekosistem perairan (Effendi, 2003). Menurut Asriyana
dan Yuliana (2012), kisaran suhu yang optimum bagi pertumbuhan fitoplankton
yaitu 20oC-30oC. Setiap jenis fitoplankton tersebut memiliki suhu optimum sendiri
dan sangat bergantung pada faktor lainnya.
c. Kekeruhan
Selain cahaya, zat hara, suhu dan derajat keasaman, kekeruhan juga
mempengaruhi produktivitas primer perairan. Menurut Effendi (2003), turbiditas
atau nilai kekeruhan juga mempengaruhi produktivitas primer di perairan danau.
Peningkatan turbiditas sebesar 5 NTU dapat mengurangi produktivitas primer
sebesar 75%. Kekeruhan dipengaruhi oleh adanya bahan organik dan anorganik
yang tersuspensi dan terlarut di perairan. Menurut Hariyadi et al (2010) dalam
Muhtadi (2017). Tingginya kekeruhan akan mengurangi penetrasi cahaya yang
masuk ke perairan yang akan berdampak pada penurunan produktivitas primer
perairan Kedalaman lapisan produktif hanya sekitar 30-40 cm di lapisan
permukaan yang hanya sekitar 6 - 8% dari kedalaman perairan, tergolong
sangat rendah.
2. Parameter Kimia
a. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) salah satu merupakan parameter yang dapat
mempengaruhi produktivitas suatu perairan. Derajat keasaman (pH) merupakan
derajat keasaman atau kebasaan dari suatu zat. Kondisi perairan yang bersifat
sangat asam atau basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme,
karena akan mengakibatkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi.
Batas toleransi organisme terhadap pH bervariasi, sebagian besar biota akuatik
memiliki sifat sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH antara 7-
8,5 (Effendi, 2003).

8
b. Zat Hara
Zat-zat hara anorganik utama yang mempengaruhi produktivitas primer ialah
2-
nitrat (NO3) dan fosfar (PO4 ). Sumber nutrien dapat berasal dari perairan
tersebut dan lingkungan sekitar. Sumber nutrien dari perairan itu sendiri artinya
bahwa komposisi tanah dasar yang mengandung nutrien N dan P, sedangkan
sumber nutrien dari sekitar perairan diantaranya berasal dari pemukiman,
pertanian, perkebunan, kehutanan, akumulasi sisa pakan kegiatan budidaya ikan
(Asriyana dan Yuliana, 2012). Nitrogen dan fosfor merupakan zat-zat hara atau
nutrien utama yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembangnya fitoplankton.
Zat-zat hara lain baik organik maupun anorganik hanya diperlukan dalam jumlah
sedikit (Kurniawan, 2018). Menurut Effendi (2003), fosfor di danau menjadi faktor
pembatas karena keberadaannnya yang relatif sedikit dibandingkan dengan
organisme akuatik yang membutuhkan. Peningkatan kadar fosfor akan
mengakibatkan meningkatnya produktivitas perairan.
Dengan demikian efisiensi daur nutrisi dalam ekosistem peraairan akan
menjadi sangat penting untuk memelihara produktivitas primer . Oleh karena itu,
besarnya produktivitas primer suatu perairan dapat mengindikasikan besarnya
ketersediaan nutrien terlarut di perairan tersebut (Kirk, 2001)
3. Parameter Biologi
a. Klorofil- a
Menurut Muhtadi (2017) , Konsentrasi klorofil-a merupakan indikator utama
untuk mengestimasi produktivitas primer dan merupakan variabel penting dalam
proses fotosintesis Klorofil–a fitoplanton adalah suatu pigmen aktif dalam sel
tumbuhan yang mempunyai peranan penting didalam proses berlangsungnya
fotosintesis diperairan semua sel berfotosintesis mengandung satu atau
beberapa pigmen klorofi l ( hijau coklat, merah atau lembayung) Sebaran dan
tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a sangat terkait dengan biomassa
organisme autotrof yang tentunya berkaitan dengan kondisi suatu perairan.
Parameter fisik-kimia yang mengontrol dan mempengaruhi sebaran klorofil-a,
adalah intensitas cahaya, nutrien (terutama nitrat, fosfat dan silikat). Perbedaan
parameter fisika-kimia tersebut secara langsung merupakan penyebab
bervariasinya produktivitas primer.

9
2.4 Ekosistem Danau
Menurut Siahaan et al (2017), Danau adalah suatu badan air alami yang
selalu tergenang sepanjang tahun dan mempunyai mutu air tertentu yang beragam
dari satu danau ke danau yang lain serta mempunyai produktivitas biologi yang
tinggi. Danau merupakan salah satu perairan yang memiliki potensi sumberdaya
hayati. yang dapat dimanfaatkan, dikelola dan dikembangkan secara berkelanjutan
dan lestari. Danau dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu : danau alami dan danau
buatan .
Menurut Abimanyu, et al (2016). Secara umum, danau merupakan perairan
umum daratanyang memiliki fungsi penting bagi pembangunan dan kehidupan
manusia . Danau memiliki tiga fungsi utama, yaitu fungsi ekologi, budidaya dan
sosial ekonomi. Dilihat dari aspek ekologi, danau merupakan tempatberlangsungnya
siklus ekologis dari komponen air dan kehidupan akuatik di dalamnya yaitu sebagai
pengatur tata air, pengendali banjir, habitat hidupan liar atau spesies yang dilindungi
atau endemik serta penambat sedimen, unsur hara dan
bahanpencemar..Sedangkan dilihat dari aspek budidaya, masyarakat sekitar danau
sering melakukan budidaya perikanan jala apung dan dari aspek sosial ekonomi,
danau memiliki fungsi yang secara langsung berkaitan dengan kehidupan
masyarakat sekitar danau antara lain untuk air minum dan kebutuhan sehari-hari,
sarana transportasi, keperluan pertanian, tempat sumber protein, industri,
pembangkit tenaga listrik, estetika, olahraga, rekreasi, industri pariwisata, heritage,
religi, dan tradisi. Selain itu, danau juga berfungsi untuk mengatur sistem hidrologi;
yaitu dengan menyeimbangkan aliran air antara hulu dan hilir sungai, serta
memasok air ke kantung-kantung air lain seperti akuifer (air tanah), sungai dan
persawahan. Dengan demikian danau dapat mengendalikan dan meredam banjir
pada musim hujan, serta menyimpannya sebagai cadangan pada musim kemarau.
Menurut Wisudo (2014), Danau terbentuk karena adanya bagian-bagian bumi
yang rendah, letusan gunung berapi, gerakan tektonik, tersumbatnya jalan air oleh
endapan. Selain itu danau juga biasanya terbentuk karena sengaja dibuat oleh
manusia atau sebagai akibat dari usaha pertambangan.
Berdasarkan proses kejadiannya, danau dibedakan menjadi:

10
a. Danau tektonik
Yaitu danau yang terjadi akibat adanya peristiwa tektonik seperti gempa,
contohnya: Danau Poso dan Danau Tondano di Sulawesi, Danau Singkarak dan
Danau Maninjau di Sumatera.
b. Danau vulkanik
Yaitu danau yang terdapat pada kawah lubang kepundan bekas letusan gunung
berapi, contohnya: Danau Kelimutu di Flores, Kawah Bromo di Jawa Timur,
Danau Batur di Bali, dan Danau Kerinci di Sumatera Barat.
c. Danau tektono-vulkanik
Yaitu danau yang terjadi akibat proses gabungan antara proses vulkanik dengan
proses tektonik, contohnya Danau Toba di Sumatera Utara.
d. Danau karst
Yaitu danau yang terdapat di daerah berbatu kapur Danau glacial, yaitu danau
yang terjadi karena adanya erosi gletser, contohnya: Danau Superior, Danau
Michigan dan Danau Ontario yang terdapat di perbatasan antara Amerika
dengan Kanada.
e. Danau glacial
Yaitu danau yang terjadi karena adanya erosi gletser, contohnya: Danau
Superior, Danau Michigan dan Danau Ontario yang terdapat di perbatasan
antara Amerika dengan Kanada
f. Waduk atau Bendungan
Adalah danau yang sengaja dibuat oleh manusia, contohnya: Saguling, Citarum
dan Jatiluhur di Jawa Barat, Riam Kanan dan Riam Kiri di Kalimantan Selatan,
Kedung Ombo dan Gajah Mungkur di Jawa Tengah

2.5 Produktivitas Danau


Fitoplankton merupakan kelompok tumbuhan mikroskopis yang berperan
penting pada siklus hara di perairan dan mampu menghasilkan bahan organik
melalui fotosintesis. Hasil fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton disebut
dengan produktivitas primer. Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas
primer suatu perairan yaitu klorofil-a fitoplankton.
Klorofil-a fitoplankton merupakan pigmen yang terdapat pada semua jenis
fitoplankton dan terlibat langsung dalam fotosintesis. Klorofil-a dapat digunakan

11
sebagai indikator tinggi rendahnya produktivitas primer suatu perairan atau indikator
tentang tingkat kesuburan suatu ekosistem perairan. Hasil penelitian Sukiman
(2010), menunjukkan bahwa tingkat kesuburan Danau Sarantangan Singkawang
Kalimantan Barat tergolong rendah dengan nilai rata-rata kandungan klorofil-a
fitoplankton sebesar 0,03 mg/m3 dengan kelimpahan fitoplankton berkisar antara
18,12 - 440,73 ind/L. Hasil penelitian Zulfia dan Aisyah (2013), diketahui bahwa
tingkat kesuburan Danau Rawa Pening tergolong hipereutrofik dengan nilai ratarata
kandungan klorofil-a berkisar antara 4.670- 7.220 mg/m3 pada bulan Mei dan 4.710-
7.300 mg/m3 pada bulan Juni. Kandungan klorofil-a fitoplankton pada suatu perairan
berbeda-beda, khususnya danau kerena dipengaruhi oleh faktor fisika-kimia dan
biologi dari suatu perairan

2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Danau


Pada ekosistem tawar, terutama danau dangkal dan rawa produktivitas dari
tanaman air lebih tinggi dibanding produktivitas plankton. Hal ini juga seperti yang
dikemukakan dan ditemukan oleh Tamire & Mengistou (2014), bahwa produktivitas
tumbuhan air pada danau-danu dangkal dan rawa lebih tinggi daripada produktivitas
plankton.

Gambar 1. Produktivitas Organik Pada Berbagai Habitat

Akan tetapi sebenarnya kurang tepat jika produktivitas primer antar


ekosistem karena metode pengukuran yang berbeda-beda. Secara umum
pengukuran produktivitas primer perairan mengacu pada kemampuan plankton
(mikro algae) dalam melakukan fotosintesis . Akan tetapi ada juga peranan makro

12
alga (makrofita) terutama ekosistem lamun, komunitas rumput laut dan tumbuhan air
di zona neritik danau. Bahkan pada ekosistem rawa lebih banyak disumbang oleh
makrofita.
Menurut Silalahi (2009), berdasarkan keadaan nutrisinya danau dibagi
menjadi 3 yaitu
a. Danau Oligotrofik
Yaitu suatu danau yang mengandung sedikit nutrient (miskin nutrient), biasannya
dalam dan produktivitasn primernnya rendah. Sedimen pada bagian dasar
kebanyakan mengandung senyawa anorganik dan konsentrasi oksigen pada
bagian hipolimnion tiggi. Walaupun jumlah organisme pada danau ini rendah
tetapi keanekaragaman spesies tinggi
b. Danau eutrofik
Yaitu suatu danau yang mengandung banyak nutrient (kaya nutrient), khusunya
nitrat dan fosfor yang menyebabkan pertumbuhan algae dan tumbuhan akuatik
lainnya meningkat. Dengan demikian produktivitas primer pada danau ini tinggi
dan konsentrasi oksigen rendah. Walaupun jumlah dan biomassa organisme
pada danau ini tinggi tetapi keanekaragaman spesies rendah
c. Danau Dystrofik
Yaitu suatu danau yang memperoleh sejumlah bahan-bahan organic dari luar
danau, khususnya senyawa-senyawa asam yang menyebabkan air bewarna
coklat. Produktivitas primer pada danau ini rendah, yang umumnya berasal dari
hasil fotosintesa plankton. Tipe danau dystrofik ini juga sedikit mengandung
nutrient dan pada bagian hipolimnion terjadi deficit oksigen. Suatu danau
berlumpur mewakili bentuk danau dystrofik ini. Semakin dalam danau tersebut
semakin tidak subur, tumbuhan litoral jarang dan kepadatan plankton rendah,
tetapi jumlah spesiesnnya tinggi. Danau mesotropik merupakan danau dengan
kadar nutrient sedang, juga merupakan peralihan anatara kedua sifat danau
eutrofik dan danau oligotrofik
Menurut Latuconsina (2019), faktor yang memepengaruhi produktivitas
primer pada perairan danau adalah sebagai berikut :
1. Letak geografis yang berkaitan dengan panjang dan pendeknya periode siang
dan malam hari
2. Cuaca yang berkaitan erat dengan udara, berawan atau cerah

13
3. Angina yang ,menimbulkan gelombang perairan, dimana gelombang dapat
memantulkan sebagian besar sinar matahari
4. Kekeruhan periaran yang disebakan oleh gelombang dan sedimen dapat
mengurangi penetrasi cahaya matahari yang masuk kekolom perairan
5. Suhu periaran yang dapat menghilangkan lapisan termoklin dan mendorong
permukaan masa air yang menyediakan zat hara untuk fotosintesis. Suhu juga
mengandung daya larut gas-gas yang diperlukan untuk fotosintesis seperti CO2
dan O2 yang mudah larut dalam periaran dengan suhu rendah dibandingkan
suhu tinggi, akibatnya kecepatan fotosintesis ditingkatkan oleh suhu rendah
Pada ekosistem akuatik sebagian besar produktivitas primer dilakukan oleh
fitoplankton. Produktivitas primer perairan sangat dipengaruhi oleh cahaya, suhu dan
unsur hara dan bagi diatom bentik tipe sedimen juga sangat mempengaruhi
produktivitas primernya. Diatom bentik memiliki peranan yang sangat besar sebagai
penyumbang produktivitas primer bagi organisme heterotrof dalam rantai makanan
selanjutnya di lingkungan bentik. Diatom bentik berperan penting sebagai sumber
makanan bagi meiofauna dan microfauna grazer pada ekosistem dangkal dengan
produktivitas yang sangat tinggi. Tingginya kelimpahan diatom bentik akan
menyebabkan produktivitas primer pada lingkungan bentik menjadi tinggi pula
(Padang , 2012).
Menurut Kumurur (2009), dibawah ini merupakan tabel kualifikasi perairan
danau betdasarkan produktivitasnya:

14
Tabel 1. Kualifikasi Danau Berdasarkan Produktivitasnya

2.7 Contoh Produktivitas Danau Yang Baik Dan Buruk


Produktivitas primer perairan Danau Towuti ditentukan dengan cara
mengukur kadar oksigen terlarut dalam botol gelap dan terang. Pengukuran
produktivitas primer di perairan Danau Towuti dilakukan tiga kali survei pada enam
stasiun. Nilai rata-rata produktivitas primer pada survei pertama dari keenam stasiun
adalah 1,872 g C/m2/hari. Dibandingkan dengan ciri-ciri danau oligotrop seperti
Danau Toba yang mempunyai nilai produktivitas primer antara 2,060 -6,690g
C/m2/hari (Kartamihardja,1987) dan juga mengacu pada referensi terhadap
klasifikasi danau oligotrofik yang dikatakan Jorgensen (1980); Goldman & Horne
(1983), maka berdasarkan pada nilai produktivitas primer, Danau Towuti termasuk
dalam klasifikasi danau oligotrofik yaitu danau dengan tingkat kesuburan rendah.
Perairan Danau Towuti termasuk perairan yang ideal untuk mendukung kehidupan
ikan berdasarkan pada nilai yang terukur terhadap parameter pH, oksigen terlarut,
CO2 bebas, alkalinitas, suhu dan kecerahan. Namun, berdasarkan pada nilai yang
terukur dari kandungan phosfat, nitrat biomasa fitoplankton, produktivitas primer, dan
kadar klorofil-a, mengklasifikasikan Danau Towuti dalam tingkatan oligo mesotrofik
yaitu tingkat kesuburan perairan rendah sampai sedang. Hasil pengukuran kualitas
air antara lain pH dalam kisaran 6,20-8,84, oksigen terlarut 5,16-7,63 mg/L, dan
alkalinitas 50-106 mg/L. Dari data kualitas air tersebut perairan Danau Towuti
mendukung kehidupan organisme perairan termasuk ikan dan organisme air lainnya.

15
Dengan kadar klorofil-a 3,70 - 83,3 mg/m3, Danau Towuti dapat diklasifikasikan ke
dalam tingkatan oligo mesotrofik, yaitu danau dengan tingkat kesuburan rendah
sampai sedang. Berdasarkan pada hasil analisis kandungan nitrat dan phosfat,
mengklasifikasikan perairan Danau Towuti dalam tingkatan di bawah optimum yaitu
tingkat kesuburan perairan rendah.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Produktivitas Primer adalah kecepatan organisme autotrof sebagai produsen
mengubah energi cahaya matahari menajdi energi kimia dalam bentuk organik.
Hanya sebagian kecil energi cahaya yang dapat diserap oleh produsen.
Produktivitas primer berbeda pada setiap ekosistem. Produktivitas primer diamati
dengan metode oksigen (botol gelap-botol terang) dengan inkubasi didalam kolom
air dengan selang waktu dan kedalaman tertentu. Botol Winkler gelap dan terang
yang telah di isi air sampel dengan volume yang sama direndam pada badan
perairan dengan selang waktu 6 jam dengan kedalaman 20 cm. faktor yang
mempengaruhi produktivitas primer suatu perairan yaitu klorofil a fitoplankton, zat
hara, cahaya, suhu, kekeruhan, dan juga pH. Kandungan klorofil-a fitoplankton pada
suatu perairan berbeda-beda, khususnya danau kerena dipengaruhi oleh faktor
fisika-kimia dan biologi dari suatu perairan. Danau dibedakan atas danau tektonik,
danau vulkanik, danau tektono-vulkanik, danau karst, dan danau glacial. faktor yang
memepengaruhi produktivitas primer pada perairan danau adalah letak geografis,
cuaca, angin, kekeruhan periaran, suhu.

3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, K., E.Banowati dan A. Aji (2016). Analisis pemanfaatan sumber daya
alam Danau Rawa Pening Kabupaten Semarang . Geo Image . 5(1) :1-7.

Ardiwijaya, RR, 2002, Distribusi Horizontal Klorofil-a dan Hubungannya dengan


Kandungan Unsur Hara serta Kelimpahan Fitoplankton di Teluk
Semangka, Lampung, Skripsi, FPIK Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Bumi Aksara: Jakarta.
Behrenfald M.J., Boss E, Siegel DA, Shea DM. 2005. Carbon-based ocean
productivity and phytoplankton physiology from space. Global
Biogeochemical Cycles. Vol 19.

Chen,H. 2017. Simplified, rapid, and inexpensive estimation of water


primaryproductivity based on chlorophyll fluorescence parameter Fo.
Journal of Plant Physiology.211 : 128–135.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius: Yogyakarta.

Kirk JTO, 2011. Light and Photosynthesis in Aquatic Ecosystems. Third Edition. New
York: Cambridge University Pres

Kumurur , V. A. 2009. Pengaruh perubahan pemanfaatan ruang daratan sekitar


danau terhadap eutrofikasi perairan danau. Jurnal Sabua. 1(1): 9-20

Kurniawan, A. 2018. Ekologi Sistem Akuatik. UB Press: Malang.

Latuconsina, H. 2019.Ekologi Perairan Tropis : Prinsip Dasar Pengelolaan Sumber


Daya Hayati Perairan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Manurung, N., T. R. Setyawati dan Mukarlina. 2015. Produktivitas primer Danau Lait
Kecamatan Tayan Hilir ditinjau dari kelimpahan dan kandungan klorofil-a
fitoplankton. Protobiont. 4(2): 30-39.

Muhtadi , A.2017. Produktivitas primer perairan. Universitas Sumatera Utara

18
Nuzapril, M., S. B. Susilo., J. P. Panjaitan. 2017. Hubungan antara konsentrasi
klorofil-a dengan tingkat produktivitas primer menggunakan citra satelit
landsat-8. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. 8(1): 105-114.
Padang, A. 2012. Peranan diatom bagi produktivitas primer di lingkungan bentik.
Bimafika. 4 : 420-424

Pardede, D., T. A. Barus., R. Leidonald. 2016. Laju produktivitas primer perairan


Rawa Kongsi Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Provinsi
Sumatera Utara. Aquacoastmarine. 13(3): 1-10.

Rahayu N. L., W. Lestari & E. R. Ardly. 2017. Bioprospektif Perairan Berdasarkan


Produktivitas: Studi Kasus Estuari Sungai Serayu Cilacap, Indonesia.
Biosfera, 34 (1) : 15-21.

Setiawan, N. E., Suryanti., C. Ain. 2015. Produktivitas primer dan kelimpahan


fitoplankton pada area yang berbeda di Sungai Betahwalang, Kabupaten
Demak. Diponegoro Journal Of Maquares. 4(3): 195-203.

Siahaan, F.T., H.Wahyuningsih dan Z.A. Harahap. Analisis Parameter Fisika Kimia
Air di Danau Buatan Perumnas Griya Martubung Kota Medan
(Parameter Analysis of Physics and Chemical Water on Artificial Lake
Perumnas Griya Martubung, Medan City).AQUACOASTMARINE.5(2):
89-104.

Silalahi,J.2009.Analisis kualitas air dan hubungannya dengan keanekaragaman


vegetasi akuatik diperairan balige danau toba. Tesis. Universitas
Sumatera Utara. Medan

Wijaya, D., Samuel dan P. R. P. Masak. 2017. Kajian kualitas air dan potensi
produksi sumber daya ikan di Danau Towuti, Sulawesi Selatan. BAWAL.
2(6): 291-297.

Wisudo, S.H. 2014. Wilayah Perairan Indonesia. Konservasi Sumberdaya Perairan.


1 – 45.

19

Anda mungkin juga menyukai