PENDAHULUAN
1
efisiensi terhadap pakan dan pertumbuhan yang cepat (Setiawati dan Suprayudi,
2003). Keistimewaan ikan nila salin adalah memiliki pertumbuhan yang cepat pada
salinitas optimal (>20 ppt), tingkat sintasan (kelangsungan hidup) tinggi, nilai FCR
(Feed Conversion Ratio) rendah, dan tahap terhadap serangan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Streptococcus sp. Permintaan pasar akan ikan nila
mengalami kenaikan setiap tahunnya, sehingga produksi ikan nila perlu
ditingkatkan lagi, terutama pada proses pembesaran ikan nila.
Di Provinsi Kalimantan Barat permintaan ikan nila konsumsi sangat tinggi,
karena banyak masyarakat yang suka mengkonsumsi ikan nila. Selain rasanya yang
enak dan gurih ikan nila juga memiliki harga yang dapat terjangkau untuk setiap
lapisan masyarakat. Menurut survei pasar yang kami lakukan, harga ikan nila salin
di Pontianak bekisaran Rp.27.000 – Rp.28.000. Oleh karena itu perlunya
pembesaran ikan nila dilakukan agar ketersedian ikan nila salin konsumsi terpenuhi.
Dari berbagai faktor di atas dan pembesaran ikan nila sangat berpotensi
dalam pengembangan usaha maka penulis berminat mengambil judul Pembesaran
Ikan Nila Salin (Oreochromis sp.) Secara Intensif di PUT polnep Mampawah.
1.3 Tujuan
2
Tujuan yang ingin dicapai dalam Praktek Kerja Lapangn (PKL) II ini adalah
untuk meningkatkan keterampilan dalam melakukan pembesaran ikan nila dan
dapat melakukan kegiatan teknik pembenihan ikan nila dari persiapan wadah
hingga panen.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah
sebagai berikut :
1. Dapat melaksanakan teknik pembesaran ikan nila mulai dari persiapan
wadah smpai dengan panen
2. Dapat menghitung sulviver rate (SR), Food Convertion Ratio (FCR),
pertumbuhan mutlak, pertumbuhan harian, pertumbuhan relatif dalam
kegiatan pembesaran ikan nila.
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Morfologi
4
Sisa-sisa ikan nila berukuran besar dan kasar, berbentuk etonoid dengan garis-garis
(gurat-gurat) vertikal berwarna gelap pada siripnya, warna tubuh ikan nila amamat
berfariasi tergantung pada strain atau jenisnya. Ikan nila biasanya berwarna hitam
keputih-putihan, sedangkan nila merah berwarna merah.
Ikan nila mempunyai lima buah sirip, yakni sisrip punggung (dorsal fin),
sirip dada (pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), sirip ekor
(caudal fin). Sirip punggungnya memanjang, dari bagian atas tutup insang hingga
bagian atas sirip ekor. Ada sepasang sirip dan perut yang berukuran kecil. Sirip anus
hanya satu buah dan berbentuk agak panjang. Sementara itu, sirip ekornya
berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah (Khairuman dan Amri, 2003).
Jika dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya, ikan nila jantan memiliki
ukuran sisik yang lebih besar dari pada ikan nila betina. Alat kelamin ikan nila
jantan berupa tonjolan berupa tonjolan agak runcing yang berfungsi sebagai muara
urin dan saluran sperma yang terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan nila
jantan akan mengeluarkan cairan bening. Sementara itu, ikan nila betina
mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran urin yang terletak
didepan anus. Bentuk hidung dan rahang belakang ikan nila jantan melebar dan
berwarna biru muda. Pada ikan betina, bentuk hidung dan rahang belakangnya agak
lancip dan berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor ikan nila jantan
berupa garis putus-putus. Sementara itu, pada ikan nila betina, garisnya berlanjut
(tidak terputus) dan melingkar (Khairuman dan Amri, 2003).
5
Ikan nila merah merupakan ikan nila hasil persilangan dari empat spesies
Oreochromis mossambica, Oreochromis hornorum, dan Oreochromis aereus. Nila
merah yang berasal dari Thailand merupakan nila merah hasil persilangan antara
Oreochromis mossambica dan Oreochromis hornorum. Sementara itu, ikan nila
yang berasal dari Taiwan merupakan hasil persilangan antara spesies ikan nila
Oreuochromis hornorum, dan Oreochromis aereus (Erlangga, 2013).
6
2) Metode pembesaran secara campur kelamin, suatu metode pembesaran ikan
nila dengan menggunakan ikan jantan dan betina bersama dengan suatu
wadah pemeliharaan.
3) Metode pembesaran secara tunggal jenis yaitu metode pembesaran ikan nila
dengan menggunakan hanya satu jenis ikan dalam satu wadah pemeliharaan
4) Metode pembesaran secara terpadu, yaitu metode pembesaran ikan dengan
komoditas selain ikan, misalnya mina padi dan ikan bersama ternak.
2.4.4 Pemeliharaan
7
A. Manajemen Pakan
Salah satu factor yang menetukan pertumbuhan dan moralitas ikan yang
dipelihara adalah factor ketersediaan pakan yang cukup. Jumlah pakan yang
diberikan tergantung pada ukuran ikan yang dipelihara, mengingat ikan
berkembang setiap hari, maka penambahan perlu dilakukan setiap 15 hari sekali
berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan (Iskandar,2003).
Rochdianto (2004) menyatakan, agar cepat tumbuh bongsor selama
pemeliharaan, maka ikan harus selalu diberi pakan bergizi tinggi dengan kandungan
protein diatas 20%. Untuk memenuhi persyaratan pakan bergizi tinggi ini, kita
dapat memanfaatkan pakan bergizi tinggi ini, kita dapat memanfaatkan pakan
berupa pellet yang banyak tersedia dipasaran. Setiap hari, ikan yang dipelihara
diberi pelet sebanyak 3 kali : pagi, siang, sore hari. Bila jumlah pakan yang
diberikan setiap hari sejumlah 3%, maka porsi pemberian itu dibagi tiga untuk
pemberian pada pagi, siang, dan sore hari. Masing masing porsinya 1%. Pemberian
pakan ini hendaknya sedikit demi sedikit sesuai dengan nafsu makan ikan. Agar
tidak hanyut terbuang, maka cara pemberian pakan sebaiknya disebarkan dibagian
tengah kantong jarring.
Pakan ikan untuk ikan nila dalam bak beton harus bermutu. Menurut badan
litbang perikanan (1992), pakan untuk ikan nila yang dipelihara dalam bak beton
haruslah pelet terapung. Pakan yang tenggelam kurang efisien karena banyak yang
tidak termakan. pakan yang baik harus mempunyai derajat konversi (FCR) antara
1,2-1,8. Artinya 1,2-1,8 kg pakan dapat menjadi 1 kg ikan. Derat konversi pakan
dipengaruhi oleh kesuburan perairan karena ikan nila juga memakan plankton yang
ada di perairan tersebut (Suryanto, 2011).
Carman (2011) menyatakan, dosis yang dianjurkan dalam pemberian pakan
nila disesuaikan dengan ukuran ikan, suhu air, kepadatan biomass ikan dan
kelimpahan pakan alami. Seperti halnya dengan ikan lainnya, dosis pemberian
pakan maksimum yang diberikan berbanding terbalik dengan ukuran ikan.
Djarijah (2006) juga menyatakan, jumlah pakan yang dibutuhkan ikan
setiap harinya berhubungan erat dengan berat dan umurnya, rata rata jumlah pakan
harian yang dibutuhkan oleh seekor ikan adalah sekitar 3-5 % dari berat total
badannya.
8
B. Kualitas Air
Carman (2011) menyartakan, air merupakan factor penting yang perlu
dipertimbangkan ketika akan memilih lokasi usaha pembesaran nila. Terkait
dengan air, hal yang perlu diperhatikan adalah sumber air dan kualitas. Dalam
budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat diartikan sebagai setiap perubah
(variabel) yang mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup, dan produktivitas
ikan yang memenuhi syarat bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan yang kita
budidayakan. Kualitas air disini meliputi sifat fisika, kimia dan biologi yang
dinyatakan dalam kisaran angka (Rochdianto, 2004).
1) Suhu
Sutanto (2014) menyatakan, suhu air merupakan factor penting yang harus
diperhatikan karena dapat memengaruhi laju metabolism dalam tubuh ikan. Pada
suhu air yang tinggi maka laju metabolism akan meningkat, sedangkan pada suhu
rendah maka laju metabolism akan optimal. Pertumbuhan ikan nila sangat
dipengaruhi oleh suhu air dalam usaha pembenihan maupun pembesaran.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka suhu yang optimum untuk pertumbuhan
ikan nila 25 – 30ºC.
2) Oksigen Terlarut (DO)
Hanan (2013) menyatakan, oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen
telarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen
telarut di suatu prairan sangat beperan dalam proses penyerapan makanan oleh
makluk hidup dalam air, kisaran DO yang optimum adalah>5,0 mg/lt.
3) Derajat keasaman (pH)
Khairuman dan Amri (2013) menyatakan, derajat keasaman atau lebih popular
di sebut pH (puisanche of the H) merupkan ukuran konsentrasi ion hydrogen yang
menunjukan suasana asam atau basa maupun prairan. Drajat keasaman (pH) yang
baik untuk budidaya ikan nila sekitar 5-9.
9
Dalam budidaya ikan, sesuatu hal yang rawan dan tidak diharapkan
kehadiran adalah datangnya hama dan penyakit. Hingga saat ini, memang belum
pernah terdengar kabar tentang usaha budidaya ikan dalam kantong jaring terapung
terhenti dan “gulung tikar” gara gara serangan hama penyakit. Meskipun demikian,
kita harus tetap waspada dan perlu membekali diri dengan “jurus jurus ampuh”
untuk menangkalnya (Rochdianto, 2004).
a. Hama
Susanto (2014) menyatakan, hama adalah organism pengganggu yang dapat
memangsa, membunuh dan memengaruhi produktivitas, baik secara langsung
ataupun beratahap. Hama ini berasal dari aliran air masuk, baik udara maupun darat.
Hama dapat berupa predator (pemangsa), competitor ( penyaing), dan perusak
sarana. Untuk menanggulangi serangan hama, sebaiknya lebih menekankan pada
system pengendalian hama terpadu, yaitu pemberantasan hama yang berhasil ,
tetapi tidak mengakibatkan kerusakan ekosistem. Dengan kata lain, apabila masih
ada cara yang dapat dilakukan dan ternyata memberikan hasil baik maka tidak perlu
menggunakan obat obatan apalagi pestisida organic. Berikut ini asalah hama hama
yang biasa menyerang ikan nila adalah : kodok, ular, linsang, dan burung.
b. Penyakit
Susanto (2014) menyatakan, penyakit merupakan salah satu kendala yang
sering dihadapi dalam usaha budidaya ikan. Penyakit ikan adalah segala sesuatu
yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Penyakit ikan nila dapat disebabkan oleh factor lingkungan dan
keadaan yang tidak menyenangkan. Penanggulangan yang paling baik dan efektif
adalah dengan cara memberikan kondisi air yang baik pada perairan tersebut.
Pencegahan minimal dapat dilakukan dengan cara :
1) Hindari penebaran ikan secara berlebihan atau melebihi kapasitas.
2) Berikan pakan secuupnya dan perhatikan kualitas dan maupun kuantitasnya.
3) Hindari pakan yang sudah berjamur.
4) Pisahkan ikan yang sudah terlanjur sakit dari oikan yang lain
Rochdianto (2004) menyatakan penyakit terbagi dua yaitu pertama penyakit
nonparasit diantaranya adalah : pembalikan lapisan air, kekurangan oksigen, dan
10
keracunan. Yang kedua adalah penyakit parasiter diantaranya adalah kutu ikan,
jamur, bintik putih, dan bakteri.
2.4.5 Panen
Rukmana (1997) menyatakan panen atau disebut dengan pemungutan hasil
merupakan tahap penentuan berhasil atau tidaknya suatu usaha kegiatan budidaya.
Panen ikan nila harus memperhatikan beberapa aspek yaitu waktu panen dan cara
panen.disamping itu, waktu panen harus disesuaikan dengan permintaan pasar dan
tujuan pemasaran
3. METODOLOGI
11
3.1 Waktu dan Tempat
Praktek kerja lapangan II dilaksanakan selama 3 minggu yang dimulai dari
tanggal 15 Juli sampai dengan 2 Agustus 2019, dan berlokasi di Pusat Unggulan
Teknologi (PUT) Politeknik Negeri Pontianak (POLNEP) Mampawah.
12
3.4 Jenis Data
Marzuki (2005), informasi atau data dapat dibedakan berdasarkan sumbernya,
data dari tangan pertama (data primer) yaitu seluruh tahapan proses kegiatan
pembenihan, dan data dari tangan kedua, ketiga, dan seterusnya (data sekunder),
meliputi studi lapangan atau referensi lainnya yang mendukung dalam kegiatan
pembenihan tersebut.
13
Tabel. 2 Seleksi Benih
No Uraian Cara Pengambilan Data Alat dan Bahan
1 Berat Wawancara Timbangan
2 Panjang Wawancara Penggaris
3 Ciri fisik Wawancara Visual/mata
4 Cara seleksi benih Partisipasi -
Sumber Data Lapangan 2019
Tabel 4. Pertumbuhan
No Uraian Cara Pengambilan Data Alat dan Bahan
1 Pertumbuhan Bobot Partisipasi Timbangan
2 Pertumbuhan Panjang Partisipasi Penggaris
3 Pengukuran per 7 hari Partisipasi Timbangan dan
penggaris
Sumber Data Lapangan 2019
14
Tabel 6. Pengukuran Kualitas Air
No Uraian Cara Pengambilan Data Alat dan Bahan
1 Suhu Partisipasi Thermometer
2 Do Partisipasi DO meter
3 pH Partisipasi pH meter
4 Salinitas Partisipasi Salinometer
Sumber Data Lapangan 2019
Tabel 8. Panen
No Uraian Cara Pengambilan Data Alat dan Bahan
1 Sortir Wawancara Serokan, wadah
penampungan
2 Packing Wawancara Kantong, karet
gelang, oksigen
Sumber Data Lapangan 2019
15
1) Sejarah berdirinya lokasi
2) Tugas dan fungssi.
3) Letak geografis.
4) Struktur organisasi.
5) Sarana dan prasarana.
B. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif adalah yang menggunakan alat analisis bersifat kuantitatif
yang menggunakan seperti matematika, model statistik dan ekonometrik. Hasil
analisis disajikan dalam bentuk angka-angka yang selanjutnya dijelaskan dan
diinterprestasikan dalam suatu uraian (Hasan,2002).
Data yang akan diambil secara kuantitatif pada Praktek Kerja Lapangan
sebagai berikut:
16
a) FCR
Foot Convertion Ratio adalah perbandingan jumlah pakan yang diberikan
dengan penambahan bobot ikan. Menurut Djaja Sewaka (1985) cara mengukur
tingkat efisiensi menggunakan pakan adalah menghitung konversi pakan dengan
rumus berikut:
∑𝐹
𝐹𝐶𝑅 =
(𝑊𝑡 + 𝐷) − 𝑊𝑜
Keterangan:
FCR = Feed Convertion Rate
F = Jumlahpakan satu siklus (kg)
Wt = Bobot biomass ikan pada akhir pemeliharaan (kg)
D = Bobotikan yang mati selama pemeliharaan (kg)
Wo = Bobot biomass ikan pada awal pemeliharaan (kg)
17
Laju pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan ramus Hardayani
dan Widodo (2010).
𝑊𝑡 − 𝑊𝑜
𝑊ℎ =
𝑡
Keterangan:
Wh = Laju pertumbuhan berat harian (gram/hari)
Wt = Rata-rata beratikan pada akhir pemeliharaan (gram)
Wo = Rata-rata berat ikan sebelum ditebar (gram)
t = waktu
18
4. Hasil dan Pembahasan
19
4.1.3 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Unit PUT Perikanan
5
DIREKTUR POLNEP
BNSP
PEMBANTU DIREKTUR
Ka. Seksi Ka. Seksi Ka. Seksi Ka. Seksi Ka. Seksi Ka. Seksi
Tempat Uji Produksi Pendidikan Research & Pengujian Mutu Lab
Kompetensi Budidaya dan Pelatihan Development lab
20
4.1.4 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di PUT Polnep yang berada di Mampawah,
meliputi tambak pembesaran hatchry indoor dan autdoor, mess kariyawan dan mess
mahasiswa. Secara rinci sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel....... dibawah
ini :
Tabel 10. Data Sarana di PUT Polnep
21
No Nama Jumlah Fungsi
20 .pH test 1 Untuk mengukur pH
21 Amoniak test 1 Untuk mengukur amoniak
22 Serokan kecil 1 Untuk menangkap larva
23 Serokan besar 1 Untuk menangkap induk
24 Ember 4 Untuk menampung larva dan
sebagainya
25 Baskom 2 Untuk menampung larva dan
sebagainya
26 Sikat lantai 7 Untuk menyikat dan
membersihkan lantai
sebagaimananya
27 Happa/waring 5 Untuk menampung benih
28 Mesin pakan 1 Untuk membuat pakan
Sumber : Data Lapangan 2017
22
4.2 Hasil Kegiatan Budidaya
4.2.1 Persiapan Wadah
Wadah yang digunakan dan langkah persiapan wadah yang di lakukan dalam
pembesaran ikan nila salin dapat dilihat pada tabel 12 di bawah ini :
No Spesifikasi Keterangan
1. Jenis Wadah Bak beton
2. Jumlah Wadah 1 buah
3. Ukuran Wadah 4 m x 3 m x 0,35 m
4. Tinggi Bak 3,5 m
5. Tinggi Air 40 cm
6. Cara persiapan Wadah
Membersihkan bak
Mengeringkan air bak
Menjemur bak
Mengisi air bak
Sumber Data lapangan 2019
23
4.2.2 Seleksi Benih
Adapun data yang kami dapat dalam seleksi benih dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 12. Spesifikasi Benih
No Spesifikasi Keterangan
1 Berat 0,2 gram/ekor
2 Panjang 2-3 cm
3 Keseragaman Seragam
4 Gerakan Lincah, gesit
5 Respon terhadap pakan Respon
6 Kelengkapan organ tubuh Lengkap
7 Warna Cerah
8 Cara seleksi benih
Benih di sortir
Mengambil sample ukuran berat,
panjang, dan jumlahnya
Mengamati ciri fisik
Data sumber lapangan 2019
No Spesifikasi Keterangan
1 Asal benih Anjongan
2 Jumlah benih 2000 ekor
3 Padat tebar 471,19 ekor/m2
4 Berat rata-rata 0,2 gram/ekor
5 Panjang rata-rata 3 cm
6 Waktu penebaran Sore hari 17:15 WIB
7 Cara penebaran Benih di packing
24
Lakukan proses aklimatisasi
didalam bak beton
Buka ikatan kantong dan
keluarkan
Data sumber lapangan 2019
4.2.4 Pemeliharaan
Hasil pemeliharaan ikan nila selama 3 minggu dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 14. Data Hasil Pemeliharaan Ikan Nila Salin
No Spesifikasi Keterangan
1. Jenis Pakan Seragam
2. Dosis Pemberian Pakan (%) Lincah, gesit
3. Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari
4. Berat awal benih (gram/ekor) 0,2 gram/ekor
5. Berat akhir benih (gram/ekor) 0,35 gram/ekor
6. Total Pakan (kg) 1 kg
7 FCR 1,4 %
8 Pertumbuhan Mutlak (gram) gram
9 Pertumbuhan harian (gram) gram/hari
10 Jumlah awal tebar (ekor) 2000 ekor
11 Jumlah ikan yang hidup (ekor) 2000 ekor
12 SR (%) 100%
13 Panen (gram/ekor) Kami tidak melakukan panen
Data sumber lapangan 2019
25
Tabel 15. Pengukuran Kualitas Air
4.2.7 Panen
Adapun data yang kami dapat dari hasil sampling akhir terdapat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 17. Pemanenan
No Spesifikasi Keterangan
1 Benih yang di tebar 2000 ekor
2 Lama pemeliharaan 14 hari
3 Ukuran panen Kami tidak melakukan panen
4 Alat Serokan, ember, jaring,timbangan
5 Cara pemanenan Menyiapkan semua peralatan yang
akan digunakan
Kemudian menyerok semua ikan
dengan menggunakan jaring
Data sumber lapangan 2019
26
4.3 Pembahasan
4.3.1 Persiapan Wadah
Dalam kegiatan praktek kerja lapangan 2 ini yang dilakukan di PUT
POLNEP MEMPAWAH, wadah yang digunakan untuk pembesaran ikan nila salin
berupa bak beton dengan ukuran 4 m x 3 m x 0,35 m, wadah yang digunakan
sebanyak 1 petak bak beton dengan ketinggian air mencapai 45 cm.
Bak yang digunakan berkondisi baik dan tidak terdapat kebocoran yang
mengurangi volume air didalam bak beton. Penggunaan wadah bak beton ini
bertujuan agar proses pemeliharaan ikan menjadi lebih mudah untuk dikontrol
seperti penanganan hama dan penyakit, pemeliharaan, kualitas air, dan pemanenan.
Sebelum digunakan, bak beton dibersihkan dengan cara disikat pada bagian dasar
dan dindingnya hingga bersih. Selanjutnya dibilas dengan menggunakan air,
dikeringkan dan dijemur, ini bertujuan untuk menghilangkan bibit-bibit penyakit
yang masih tersisa dan dapat menyerang ikan pada saat proses pemeliharaan.
27
Respon terhadap pakan yang diberikan tinggi
Senang bergerombol
Hal diatas sudah sesuai pendapat Sutanto (2014), bahwa ciri-ciri benih yang
berkualitas yaitu tubuhnya tidak cacat atau luka, aktif berenang, senang
bergerombol dan apabila dikejutkan benih akan berpencar secara cepat, sisik teratur
rapi, dan tidak kaku serta sirip lengkap dan proporsional.
Waktu penebaran benih dilakukan pada sore hari pukul 17:15 WIB pada
tingkat sushu yang rendah. Cara penebaran beih yaitu pertama benih di packing
terlebih dahulu dengan menggunakan kantong packing, karet gelang dan oksigen.
Setelah itu, benih ditebar pada keramba apung, terlebih dahulu dilakukan
aklimatisasi dengan merendam kantong plastik yang berisi benih kedalam bak
selama 5 menit. Kemudian ikatan pada kantong plastik di buka, sedikit demi sedikit
air dimasukkan kedalam kantong plastik sampai sushu air yang ada didalam
28
kantong plastik kurang lebih sama dengan suhu air yang ada di dalam bak.
Kemudian mulut kantong plastk dimiringkan atau di tenggelamkan dengan tujuan
memudahkan benih keluar dengan sendirinya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rochdianto (2004), yaitu penebaran benih ikan sebaknya dilakukan pada sore atau
pagi hari saat kondisi perairan tidska terlalu panas. Agar ikan tidak mudah stress,
sebelum ikan ditebarkan perlu dilakukan aklimatisasi (penyesuaian kondisi
lingkungan) sekitar 5 – 10 menit. Caranya ialah ikan dalam kantong plastik
dibiarkan terapung dalam perairan sekitar 4-5 menit. Dengan cara ini, bila kondisi
air dalam wadah pengankutan dengan air perairan sudah sesuai maka ikan ikan yang
ada dalam wadah pengangkutan akan keluar dengan senidrinya.
4.3.4 Pemeliharaan
A. Manajemen Pakan
Jenis pakan yang dberikan pada pemeliharaan ikan nila adalah pellet FF-
999 dengan dosis pakan 3%. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan bukaan mulut
ikan tersebut, semakin besar ukuran ikan maka bertambah pula diameter bukaan
mulut ikan maka akan semakin besar pula kemampuan untuk makannya karena
diameter bukaan mulutnya yang membesar. Jika pakan ikan tidak disesuaikan
dengan bukaan mulut ikan maka ikan akan mengalami kesulitan dalam proses
memakannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Kursistiyanto (2013), yang
menyatakan bahwa penambahan vitamin c pada pakan berpengaruh baik terhadap
respon, efesinse pakan, dan pertumbuhan ikan nila. Pada bulan pertama benih ikan
nila diberi pakan buata berupa pellet yang berukuran kecil dengan merek Nonalis
yang mempunyai kadar protein sebesar 38%.
Pada bulan kedua dan sampai kegiatan pemeliharaan selesai benih ikan nila
di beri pakan pellet berukuran sedang dengan merk pock hand atau biasa dikenal
dengan nama 781-2 yang memiliki kandungan protein 31-33% hal ini sesuai dengan
pendapat rochdianto ( 2004 ), agar cepat tumbuh bongsor selama pemeliharaan,
maka ikan harus selalu diberi pakan bergizi tinggi dengan kandungan protein diatas
20% Untuk memenuhi persyaratan pakan bergizi tinggi ini kita dapat
memanfaatkan pakan berupa pellet yang banyak tersedia di pasaran.
29
Dosis pemberiaan pakan adalah banyaknya pakan atau jumlah pakan yang
diberikan dalam satu hari dengan satuan berat dosis yang diberi dalam
pemmeliharaan ikan nila salin 3 % hal ini sesuai dengan pendapatb Djarijah (2006)
yang menyatakan bahwah jumlah pakan yang dibutuhkan ikan setiap harinya
berhubungan erat dengan umurnya, rata-rata jumlah pakan harian yang dibutuhkan
0leh ikan adalah sekitar 3-5% dari berat total badanya
Frekuensi pembarian pakan adalah jumlah pemberian pakan dalam satu hari
(sehari).ada pun frekuensi pemberian pakan pada pembenihan pakan adalah
sebanyak 3 (Tiga) kali pemberian selama masa pemeliharaan yaitu pada jam 80:00
pagi, 12:00 siang, dan 16:00 sore WIB. Dapat dilihat pada tabel 15, hal ini sesui
dengan pendapat Rochdianto (2004) bahwa setiap hari, ikan yang dipelihara diberi
pellet sebanyak 3 kali, pemberian dibagi menjadi tiga untuk pemberian pakan pagi,
siang, dan sore hari.
Cara pemberian pakan di lakukan dengan cara memberikannya sdikit
demisedikit pada ikan dan di sebarkan dibagian tengah bak beton, hal ini sudah
sesuai dengan pernyataan Rochdianto (2004), yaitu pemberian pakan hendaknya
diberikan sedikit demi sedikit sesuai dengan nafsu makan ikan. Agarhsnyut dan
terbuang, maka cara pemberian pakan sebaiknya disebarkan dibagian tengah
kantong jaring.
B. Pertumbuhan
Selama pemeliharaan benih dapat diketahui pertumbuhan dan penambahan
pakan yang dikeluarkan melalui pengecekan pertumbuhan atau lebih dikenal
dengan nama sampling yang dilakukan 10 hari sekali. Sampling ini dilakukan
dengan cara mengambil sampel atau perwakilan ikan sebanyak 10 ekor secara acak
dan diukur panjang dan beratnya. Untuk mengetahui panjang total ikan diukuran
dengan menggunakan penggaris dan paralon yang diukur dari ujung mulut sampai
ujung ekor. Untuk mengetahui bobot ikan ditimbang dengan menggunakan
timbangan. Pengambilan sampel biasa dilalukan pada pagi hari.
Pertumbuhan relatif adalah pertumbuhan individu dalam pemeliharaan.
Nilai pertumbuhan relatif yang didapat selama pemeliharaan ikan nila 40%. Hal ini
tidak sesuai dengan pendapat Iskandar (2015), yang menyatakan bahwa laju
30
pertumbuhan relatif ikan nila dengan padat tebar 100 ekor/m2 adalah 1.182.0,5% hal
ini dikarenakan faktor pakan dan juga kualitas air yang tidak stabil akibat perubahan
cuaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Afruddin (2013), yang menyatakan bahwa
adapun faktor-faktor yang meenyebabkan tidak maksimalnya pertumbuhan ikan
budidaya itu faktor pakan yang diberikan dan faktor lingkungan yang mendukung
seperti media dan kualitas air. Sedangkan pertumbuhan harian adalah pertumbuhan
rata-rata ikan pemeliharaan dalam satu hari. Nilai pertumbuhan harian yang
didapatkan pada kegiatan pembesaran ini adalah panjang rata-rata 2,93 gram/ekor,
dan berat rata-rata 0,02 cm.
31
berkisar antara 1-5 mg/l. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanan (2013) yang
menyatakan kisaran DO yang optimal adalah > 0,5 mg/l.
2.4.5 Panen
Panen atau yang disebut pemungutan hasil merupakan tahap penentuan
berhasil atau tidaknya suatu kegiatan dalam budidaya. Kami dalam praktek kerja
lapangan dua ini tidak melakukan proses pemanenan dikarenakan waktu yang tidak
mencukupi yaitu hanya 14 hari saja. Namun kami melakukan wawanvcara kepada
teknisi yang bertugas bahwa ukuran panen biyasanya dilakukan pda ikan berukuran
5-8 cm dan dengan berat 200-250 gram.
32
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam kegiatan Pembesaran Ikan
Nila (Oreochromis Niloticus) pada Bak Beton di PUT Polnep Mampawah, adalah
sebagai berikut :
1. Wadah yang digunakan adalah bak beton berukuran 4 m x 3 m x 0,35 m hal ini
cukup baik karena sesuai dengan ukuran wadah untuk pembesaran pada
umumnya
2. Benih yang terseleksi berjumlah 2000 ekor dan memiliki kriteria yang cukup
baik karena sesuai dengan kriteria benih pada umumnya
3. Padat penebaran ikan nila salin di bak beton adalah 476 ekor/m2, ini sudah cukup
baik karena sudah sesuai dengan padat penebaran di bak pada umumnya.
4. Pakan yang di gunakan adalah FF99, dengan dosis 3% dan frekuensi pemberian
pakan 3 kali sehari, ini sangat baik karena kisaran FCR yang dihasilkan sudah
cukup optimal yaitu 1,4%
5. Nilai pertumbuhan relatif yang dihasilkan selama pemeliharaan ikan nila adalah
pertumbuhan berat relatif 110% dan pertumbuhan panjang relatif 55,97.
sedangkan nilai pertumbuhannya hariannya adalah pertumbuhan panjang harian
0,11 cm/hari, dan pertumbuhan berat harian 0,015 gram/hari, dan tingkat
kelangsungan hidup SR ikan nila 100%. ini juga sudah cukup baik karena nilai
pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidupnya memenuhi kebutuhan yang
baik.
6. Parameter kualitas air pada pembesaran ik an nila pada bak beton dengan suhu
28,9 , pH 8,7 dan DO 2,5 sudah cukup baik karena sudah sesuai kisaran optimal
intuk pemeliharaan ikan nila salin.
7. Kami tidak melakukan kegiatan pemanenan dikarenakan waktu yang diberikan
tidak mencukupi untuk pemeliharaan ikan nila salin hingga panen.
33
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas kami memberikan saran sebaiknya jika
kualitas air mengalami perubahan suhu, pH, DO, secara derastis yang diakibatkan
perubahan cuaca, maka perlu dilakukan pencegahan seperti mengurangi dosis
pemmberian pakan, dan juga menambah vit C pada pakan setiap harinya dan
fungsinya untuk kekebalan tubuh ikan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Ath-har, M.H.F dan Rudhy, G. 2010. Performa Nila BEST Dalam Media Salinitas.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Balai Riset
Perikanan Budidaya Air Tawar.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2011. BBPT Kembangkan Ikan Nila
Salin Untuk Berdayakan 600.000 Ha Tambak Terlantar. Artikel Teknologi
Agroindustri dan Bioteknologi.
Charman, O dan Sucipto. A. 2013. Panen Nila 2,5 Bulan. Penebaran Swadaya,
Jakarta.
Dedi. 2016. Mempawah Memiliki Potensi Besar Budidaya Ikan.
(Diakses 06 September 2017 dalam http://m.antarkalbar.com)
Djarijah, A. S. 1995. Pembenihan Ikan Nila Merah dan Pembesaran Secara Intensif.
Kanisius, Yogyakarta,
Effendi, I dan Oktariza, W. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Gramedia
Pustaka, Jakarta.
Hasan, M.I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Khairuman dan Amri, K I. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Penebar
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Mardjono , M., Soleh, Lisa. R., Agus, B., Aris, S., Subianto, Teguh. I. 2011.
Produksi Calon Induk Dan Benih Ikan Nila Salin Unggul Melalui
Pemeliharaan Dalam Media Air Payau. Laporan Kegiatan. BBPBAP Jepara.
15 hal.
Marzuki. 2005. Metode dan Riset. BPPFE. Yogyakarta.
Mudjiman, A. 2009. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rukmana Rahmat Ir. H. 1997. Budidaya dan Prospek Agribisnis. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Safitri, D., Sugito., Sumarti, S. 2013. Kadar Hemogoblin Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) yang Diberi Cekaman Panas dan Pakan yang Disuplementasi
Tepung Daun Jaloh (Salix tetrasperma Roxb). Jurnal Medika Veterinaria, 7
(1) : 39-41.
35
Sucipto, A dan Prihartono, E. 2007. Pembesaran Ikan Nila Merah Bangkok.
Penebar Swadaya. Jakarta.
36
LAMPIRAN
Pagi
Tanggal DO Suhu Salinitas
pH
(mg/L) (oC) (ppt)
21 Juli 2,5 28,9 8,7 10
22 Juli 2,0 27,6 8,9 10
23 Juli 2,3 28,0 8,9 10
24 Juli 2,6 28,9 8,6 15
25 Juli 2,4 28,0 7,8 15
26 Juli 2,5 26,8 8,4 14
27 Juli 2,5 27,8 7,9 15
28 Juli 2,2 28,9 6,7 14
29 Juli 2,4 28,8 8,7 15
30 Juli 2,5 28,9 8,8 15
1 Agustus 2,5 27,5 8,9 15
2 Agustus 2,4 29,0 8,8 15
Sumber data lapangan 2019
37
Lampiran 2. Data Kualitas Air Siang Hari
Siang
Tanggal DO Suhu Salinitas
pH
(mg/L) (oC) (ppt)
21 Juli 2,5 33,9 8,7 10
22 Juli 3,0 32,6 8,9 13
23 Juli 3,5 33,0 8,9 13
24 Juli 2,9 32,9 8,6 15
25 Juli 3,8 33,0 9,8 15
26 Juli 3,7 32,8 8,4 14
27 Juli 3,0 31,8 9,9 15
28 Juli 3,0 32,9 9,7 14
29 Juli 3,9 31,8 8,7 10
30 Juli 4,2 30,9 8,8 15
1 Agustus 4,1 32,5 8,9 15
2 Agustus 4,2 32,0 9,8 14
Sumber data lapangan 2019
38
Lampiran 3. Data Kualitas Air Sore Hari
Sore
Tanggal DO Suhu Salinitas
pH
(mg/L) (oC) (ppt)
21 Juli 2,3 28,9 8,9 10
22 Juli 2,0 29,6 9,0 10
23 Juli 2,3 30,0 9,0 13
24 Juli 2,6 29,9 8,9 15
25 Juli 2,5 29,0 9,3 15
26 Juli 2,5 28,8 8,4 14
27 Juli 2,4 29,8 9,1 15
28 Juli 2,2 30,9 9,1 14
29 Juli 2,4 30,8 8,9 15
30 Juli 2,5 29,9 9,3 14
1 Agustus 2,5 28,5 9,3 15
2 Agustus 2,4 30,0 9,3 15
Sumber data lapangan 2019
39
Lampiran 4. Data Sampling Pertama
Diketahui:
40
Lampiran 5. Data Sampling Kedua
Diketahui:
41
Lampiran 6. Data Sampling Ketiga
Diketahui:
42
Lampiran 7. Data Perhitungan Pertumbuhan
Keterangan:
1) Padat Tebar
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑏𝑎𝑟 (𝑒𝑘𝑜𝑟)
Padat tebar = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟
2000
= 4,2
= 476 ekor/m3
= 110%
43
4) Pertumbuhan Berat Harian
𝑊−𝑊0
LPH = 𝑡
0,24−0,02 𝑔𝑟
= 14 ℎ𝑎𝑟𝑖
= 0,015 gram
= 55,97%
= 0,11 cm/hari
= 100%
9) Perhitungan Mortalitas
= 100% - SR
= 100% - 100%
=0%
44
10) FCR
2000 ekor x 0,22 gram = 480 gram
480 gram : 1000 = 0,48kg
FCR = 2 kg : 0,48 = 4%
45
Lampiran 8. Dokumentasi
46
Pengambilan Data Proses Pengisian Air
47
Membersihkan Pakan Kerja Bakti
48