Anda di halaman 1dari 48

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dinas Kelautan dan Perikanan, Provinsi Kalimantan Barat (2013), jumlah
benih ikan nila diakhir tahun 2014 yang ditebar sebanyak 1.647,04 ekor. Sehingga
Kalimantan Barat memiliki kekayaan alam melimpah terutama disektor perikanan.
Selain itu, Kalimantan Barat juga memiliki sungai kapuas yang terpanjang di
indonesia, sehingga para masyarakat lebih mudah dan nyaman untuk
membudidayakan ikan seperti ikan nila, ikan mas, ikan patin, maupun ikan tawar
lainnya.
Potensi perikanan budidaya secara nasional diperkirakan sebesar 15,59 juta ha
yang terdiri dari budidaya air payau sebesar 1,22 juta ha. Pemanfaatan potensi
perikanan budidaya air payau untuk saat ini baru mencapai 40%. Pemanfaatan
potensi perikanan budidaya yang masih demikian rendah maka diperlukan langkah-
langkah konkrit untuk mendorong peningkatan produksi ikan yang permintaan
pasarnya sangat besar, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun luar negeri (Ath-
thar dan Rudhy, 2010).
Salah satu jenis ikan yang sangat banyak dibudidayakan saat ini adalah ikan nila
salin (Oreochromis niloticus). Ikan nila berasal dari perairan tawar di Afrika.
Perkembangan selanjutnya ikan nila meluas dan banyak dibudidayakan diberbagai
negara, seperti Thailand, Vietnam, maupun Indonesia (Rukmana, 1997 dalam
Safitri et al., 2013). Ikan nila terkenal sebagai ikan yang tahan terhadap perubahan
lingkungan hidup. Ikan nila bersifat euryhaline yang dapat hidup di lingkungan air
tawar, payau dan laut (Suyanto, 2005 dalam Safitri et al., 2013). Perkembangan
budidaya ikan nila sering ditemui di perairan tawar seperti di kolam, waduk, sungai,
maupun danau. Namun, belakangan ini perkembangan budidaya ikan nila telah
merambah ke lokasi perairan perairan payau dan laut. Ikan nila yang dikembangkan
di perairan payau dan laut dikenal dengan ikan nila salin (Mardjono et al., 2011).
Ikan nila salin (Oreochromis niloticus) adalah strain dari ikan nila yang toleran
terhadap perairan payau maupun laut dengan salinitas mencapai 20ppt (BPPT,
2011). Ikan nila salin memiliki daya tahan tubuh yang tinggi terhadap serangan
berbagai macam penyakit, toleran terhadap suhu rendah maupun suhu tinggi,

1
efisiensi terhadap pakan dan pertumbuhan yang cepat (Setiawati dan Suprayudi,
2003). Keistimewaan ikan nila salin adalah memiliki pertumbuhan yang cepat pada
salinitas optimal (>20 ppt), tingkat sintasan (kelangsungan hidup) tinggi, nilai FCR
(Feed Conversion Ratio) rendah, dan tahap terhadap serangan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Streptococcus sp. Permintaan pasar akan ikan nila
mengalami kenaikan setiap tahunnya, sehingga produksi ikan nila perlu
ditingkatkan lagi, terutama pada proses pembesaran ikan nila.
Di Provinsi Kalimantan Barat permintaan ikan nila konsumsi sangat tinggi,
karena banyak masyarakat yang suka mengkonsumsi ikan nila. Selain rasanya yang
enak dan gurih ikan nila juga memiliki harga yang dapat terjangkau untuk setiap
lapisan masyarakat. Menurut survei pasar yang kami lakukan, harga ikan nila salin
di Pontianak bekisaran Rp.27.000 – Rp.28.000. Oleh karena itu perlunya
pembesaran ikan nila dilakukan agar ketersedian ikan nila salin konsumsi terpenuhi.
Dari berbagai faktor di atas dan pembesaran ikan nila sangat berpotensi
dalam pengembangan usaha maka penulis berminat mengambil judul Pembesaran
Ikan Nila Salin (Oreochromis sp.) Secara Intensif di PUT polnep Mampawah.

1.2 Batasan Masalah


Untuk memfokuskan dalam pelaksanaan kegiatan dan untuk pembahasan
yang dilakukan lebih terarah maka penulis membatasi permasalahan pada praktek
kerja lapangan II ini. Adapun batasan yang kami ambil adalah sebagai berikut:
1. Persiapan wadah
2. Seleksi benih
3. Penebaran benih
4. Pemeliharaan
5. Penegendalian hama dan penyakit
6. Pemanenan

1.3 Tujuan

2
Tujuan yang ingin dicapai dalam Praktek Kerja Lapangn (PKL) II ini adalah
untuk meningkatkan keterampilan dalam melakukan pembesaran ikan nila dan
dapat melakukan kegiatan teknik pembenihan ikan nila dari persiapan wadah
hingga panen.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah
sebagai berikut :
1. Dapat melaksanakan teknik pembesaran ikan nila mulai dari persiapan
wadah smpai dengan panen
2. Dapat menghitung sulviver rate (SR), Food Convertion Ratio (FCR),
pertumbuhan mutlak, pertumbuhan harian, pertumbuhan relatif dalam
kegiatan pembesaran ikan nila.

3
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila Salin


2.1.1 Klasifikasi
Menurut Sucipto dan Prihartono (2007), dalam menentukan silsilah
(taksonomi) nila Salin diklasifikasikan sebagai berikut:
Kindom : Amalia
Filum : Chordata
Subkelas : Teleostei
Ordo : Perchomorphi
Famili : Chiclidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis Niloticus.

2.1.2 Morfologi

Sumber: Seputar perikanan, 2012


Gambar 1. Morfologi Ikan Nila
Secara umum,ikan nila mempunyai betuk tubuh panjang dan
ramping,dengan sisik berukuranbesar. Mata nya besar, menonjol dan bagian
tepinya berwarna putih, gurat sisi (linea literalis) terputus dibagian tengah badan
kemudian beip dubur lanjut, tetapi letaknya kebawah dari telaknya yang
memanjanng diatas sisip dada, jumlah sisik dan sirip dubur mempunyai jari-jari
lemah tetap keras dan tajam seperti duri. Sirip punggung nya berwarna hitam dan
sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pingir sirip punggung berwarna abu-abu
atau hitam (Khriuman dan Amri, 2003 ).
Menurut Rukman (1997) mengatakan bentuk tubuh ikan nila pada umur nya
adalah panjang dan ramping perbandingan antara panjang dan tinggi badan : 3:1

4
Sisa-sisa ikan nila berukuran besar dan kasar, berbentuk etonoid dengan garis-garis
(gurat-gurat) vertikal berwarna gelap pada siripnya, warna tubuh ikan nila amamat
berfariasi tergantung pada strain atau jenisnya. Ikan nila biasanya berwarna hitam
keputih-putihan, sedangkan nila merah berwarna merah.
Ikan nila mempunyai lima buah sirip, yakni sisrip punggung (dorsal fin),
sirip dada (pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), sirip ekor
(caudal fin). Sirip punggungnya memanjang, dari bagian atas tutup insang hingga
bagian atas sirip ekor. Ada sepasang sirip dan perut yang berukuran kecil. Sirip anus
hanya satu buah dan berbentuk agak panjang. Sementara itu, sirip ekornya
berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah (Khairuman dan Amri, 2003).
Jika dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya, ikan nila jantan memiliki
ukuran sisik yang lebih besar dari pada ikan nila betina. Alat kelamin ikan nila
jantan berupa tonjolan berupa tonjolan agak runcing yang berfungsi sebagai muara
urin dan saluran sperma yang terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan nila
jantan akan mengeluarkan cairan bening. Sementara itu, ikan nila betina
mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran urin yang terletak
didepan anus. Bentuk hidung dan rahang belakang ikan nila jantan melebar dan
berwarna biru muda. Pada ikan betina, bentuk hidung dan rahang belakangnya agak
lancip dan berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor ikan nila jantan
berupa garis putus-putus. Sementara itu, pada ikan nila betina, garisnya berlanjut
(tidak terputus) dan melingkar (Khairuman dan Amri, 2003).

2.2 Habitat dan Penyebaran


Ikan nila merupakan varietas ikan nila yang termasuk nila yang unggul.
Varietas ikan nila ini memiliki warna merah seperti ikan kakap. Ikan nila merah
memiliki laju pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan ikan nila lokal (ikan
mujair). Ikan nila merah pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat pada tahun
1981. Ikan nila merah yang pertama kali didatangkan dan disebarluaskan di
Indonesia adalah ikan nila merah yang berasal Flipina dan nila merah yang kedua
didatangkan oleh pemerintahan dari Thailand pada tahun 1990. Kedua ikan nila
merah tersebut sampai sekarang telah banyak dibudidayakan oleh para petambak
dan petani ikan di negara kita (Erlangga, 2013)

5
Ikan nila merah merupakan ikan nila hasil persilangan dari empat spesies
Oreochromis mossambica, Oreochromis hornorum, dan Oreochromis aereus. Nila
merah yang berasal dari Thailand merupakan nila merah hasil persilangan antara
Oreochromis mossambica dan Oreochromis hornorum. Sementara itu, ikan nila
yang berasal dari Taiwan merupakan hasil persilangan antara spesies ikan nila
Oreuochromis hornorum, dan Oreochromis aereus (Erlangga, 2013).

2.3 Tingkah Laku dan Kebiasaan Makan


Menurut Erlangga (2013), ikan nila merupakan jenis ikan yang termasuk
pemakan segalanya (omnivora). Dihabitat asliny, ikan jenis ini dapat memakan
plankton, perifiton, dan tumbuhan yang lunak. Semantara itu, dihabitat kolam
kolam ikan nila sangat responsif terhadap pakan buatan yang diberikan dengan
kisaran protein antara 20-30%. Kebiasaan makan ikan nila dibedakan berdasarkan
tingkat umur ikan.pada benih ikan, makanan yang biasa dimakan berupa
zooplankton. Sementara itu, ikan nila itu ikan nila yang telah dewasa memakan
semua jenis makanan semua jenis makanan yang ada di perairan yang dangkal.
Semantara itu, ikan nila dewasa lebih suka mencari makan di perairan yang lebih
dalam.

2.4 Teknik Pembesaran Ikan Nila Salin


Kegiatan yang dilakukan pada usaha pembesaran ialah memelihara benih
ikan dari gelondongan kecil atau gelondongan besar selama beberapa bulan. Dari
usaha ini akan di hasilkan ukuran ikan konsumsi. Konsumen lokal yang daya
belinya masih rendahlebih menyenangi ikan yang ukuran 100-200 g/ekor karena
harganya relatif murah. Konsumen golongan menengah keatas lebiih menyukai
ikan yang ukuran 400-1000 g/ekor (Suyanto,2011).
Rukman (1997) menyatakan, metode pembesaran ikan nia dapat diakukan
dengan beberapa cara, yakni metode tungga kelamin, campur kelamin, tunggal
jenis, dan terpadu. Setiap metode memiliki karakteristik tersendiri yakni :
1) Metode pembesaran secara tunggal kelamin yaitu metode pembesaran ikan
nila dengan menggunakan ikan jantan atau betina saja.

6
2) Metode pembesaran secara campur kelamin, suatu metode pembesaran ikan
nila dengan menggunakan ikan jantan dan betina bersama dengan suatu
wadah pemeliharaan.
3) Metode pembesaran secara tunggal jenis yaitu metode pembesaran ikan nila
dengan menggunakan hanya satu jenis ikan dalam satu wadah pemeliharaan
4) Metode pembesaran secara terpadu, yaitu metode pembesaran ikan dengan
komoditas selain ikan, misalnya mina padi dan ikan bersama ternak.

2.4.1 Persiapan Wadah


Sebelum melakukan kegiatan pembesaran ikan nila, sebaiknya kolam
disiapkan terlebih dahulu. Apabila kolam yang digunakan adalah kolam lama maka
lakukan pembersihan kolam, jika kolam sudah dibersihkan lakukan pengeringan
kolam, selanjutnya lakukan pengapuran. Pemberian kapur didasar kolam tujuannya
untuk mempertahankan keasaman air (Ph) dan mencegah hama, kuman, serta
penyakit yang kemungkinan muncul dan menggangu ikan pemeliharaan.
Setelah dilakukan pengapuran maka selanjutnya melakukan pemupukan
dengan memakai pupuk kandang. Baru di isi air serta penye,protan pestisida. Lalu
masukkan air hingga 150 cm serta tutup saluran masuk dan keluar pada kolam.
Biarkan air tergenang selama 1 minggu.

2.4.2 Seleksi Benih


Ciri-ciri benih yang berkualitas yaitu tubuh nya tidak cacat/luka, aktif
berenang, senang bergerombol dan jika di kejutkan benih akan berpencar secara
cepat, sisik teratur rapi dan tidak kaku dan serta sirip lengkap dan proposional
(Susanto, 2014).

2.4.3 Penebaran Benih


Rochdianto (2004) menyatakan, penebaran benih ikan sebaiknya dilakukan
pada sore hari atau pagi hari saat kondisi prairan tidak terlalu panas. Agar ikan
tidak stres, sebelum ikan ditebarkan, perlu dilakukan aklimitisasi

2.4.4 Pemeliharaan

7
A. Manajemen Pakan
Salah satu factor yang menetukan pertumbuhan dan moralitas ikan yang
dipelihara adalah factor ketersediaan pakan yang cukup. Jumlah pakan yang
diberikan tergantung pada ukuran ikan yang dipelihara, mengingat ikan
berkembang setiap hari, maka penambahan perlu dilakukan setiap 15 hari sekali
berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan (Iskandar,2003).
Rochdianto (2004) menyatakan, agar cepat tumbuh bongsor selama
pemeliharaan, maka ikan harus selalu diberi pakan bergizi tinggi dengan kandungan
protein diatas 20%. Untuk memenuhi persyaratan pakan bergizi tinggi ini, kita
dapat memanfaatkan pakan bergizi tinggi ini, kita dapat memanfaatkan pakan
berupa pellet yang banyak tersedia dipasaran. Setiap hari, ikan yang dipelihara
diberi pelet sebanyak 3 kali : pagi, siang, sore hari. Bila jumlah pakan yang
diberikan setiap hari sejumlah 3%, maka porsi pemberian itu dibagi tiga untuk
pemberian pada pagi, siang, dan sore hari. Masing masing porsinya 1%. Pemberian
pakan ini hendaknya sedikit demi sedikit sesuai dengan nafsu makan ikan. Agar
tidak hanyut terbuang, maka cara pemberian pakan sebaiknya disebarkan dibagian
tengah kantong jarring.
Pakan ikan untuk ikan nila dalam bak beton harus bermutu. Menurut badan
litbang perikanan (1992), pakan untuk ikan nila yang dipelihara dalam bak beton
haruslah pelet terapung. Pakan yang tenggelam kurang efisien karena banyak yang
tidak termakan. pakan yang baik harus mempunyai derajat konversi (FCR) antara
1,2-1,8. Artinya 1,2-1,8 kg pakan dapat menjadi 1 kg ikan. Derat konversi pakan
dipengaruhi oleh kesuburan perairan karena ikan nila juga memakan plankton yang
ada di perairan tersebut (Suryanto, 2011).
Carman (2011) menyatakan, dosis yang dianjurkan dalam pemberian pakan
nila disesuaikan dengan ukuran ikan, suhu air, kepadatan biomass ikan dan
kelimpahan pakan alami. Seperti halnya dengan ikan lainnya, dosis pemberian
pakan maksimum yang diberikan berbanding terbalik dengan ukuran ikan.
Djarijah (2006) juga menyatakan, jumlah pakan yang dibutuhkan ikan
setiap harinya berhubungan erat dengan berat dan umurnya, rata rata jumlah pakan
harian yang dibutuhkan oleh seekor ikan adalah sekitar 3-5 % dari berat total
badannya.

8
B. Kualitas Air
Carman (2011) menyartakan, air merupakan factor penting yang perlu
dipertimbangkan ketika akan memilih lokasi usaha pembesaran nila. Terkait
dengan air, hal yang perlu diperhatikan adalah sumber air dan kualitas. Dalam
budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat diartikan sebagai setiap perubah
(variabel) yang mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup, dan produktivitas
ikan yang memenuhi syarat bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan yang kita
budidayakan. Kualitas air disini meliputi sifat fisika, kimia dan biologi yang
dinyatakan dalam kisaran angka (Rochdianto, 2004).
1) Suhu
Sutanto (2014) menyatakan, suhu air merupakan factor penting yang harus
diperhatikan karena dapat memengaruhi laju metabolism dalam tubuh ikan. Pada
suhu air yang tinggi maka laju metabolism akan meningkat, sedangkan pada suhu
rendah maka laju metabolism akan optimal. Pertumbuhan ikan nila sangat
dipengaruhi oleh suhu air dalam usaha pembenihan maupun pembesaran.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka suhu yang optimum untuk pertumbuhan
ikan nila 25 – 30ºC.
2) Oksigen Terlarut (DO)
Hanan (2013) menyatakan, oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen
telarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen
telarut di suatu prairan sangat beperan dalam proses penyerapan makanan oleh
makluk hidup dalam air, kisaran DO yang optimum adalah>5,0 mg/lt.
3) Derajat keasaman (pH)
Khairuman dan Amri (2013) menyatakan, derajat keasaman atau lebih popular
di sebut pH (puisanche of the H) merupkan ukuran konsentrasi ion hydrogen yang
menunjukan suasana asam atau basa maupun prairan. Drajat keasaman (pH) yang
baik untuk budidaya ikan nila sekitar 5-9.

4) Pengendalian Hama dan Penyakit

9
Dalam budidaya ikan, sesuatu hal yang rawan dan tidak diharapkan
kehadiran adalah datangnya hama dan penyakit. Hingga saat ini, memang belum
pernah terdengar kabar tentang usaha budidaya ikan dalam kantong jaring terapung
terhenti dan “gulung tikar” gara gara serangan hama penyakit. Meskipun demikian,
kita harus tetap waspada dan perlu membekali diri dengan “jurus jurus ampuh”
untuk menangkalnya (Rochdianto, 2004).
a. Hama
Susanto (2014) menyatakan, hama adalah organism pengganggu yang dapat
memangsa, membunuh dan memengaruhi produktivitas, baik secara langsung
ataupun beratahap. Hama ini berasal dari aliran air masuk, baik udara maupun darat.
Hama dapat berupa predator (pemangsa), competitor ( penyaing), dan perusak
sarana. Untuk menanggulangi serangan hama, sebaiknya lebih menekankan pada
system pengendalian hama terpadu, yaitu pemberantasan hama yang berhasil ,
tetapi tidak mengakibatkan kerusakan ekosistem. Dengan kata lain, apabila masih
ada cara yang dapat dilakukan dan ternyata memberikan hasil baik maka tidak perlu
menggunakan obat obatan apalagi pestisida organic. Berikut ini asalah hama hama
yang biasa menyerang ikan nila adalah : kodok, ular, linsang, dan burung.
b. Penyakit
Susanto (2014) menyatakan, penyakit merupakan salah satu kendala yang
sering dihadapi dalam usaha budidaya ikan. Penyakit ikan adalah segala sesuatu
yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Penyakit ikan nila dapat disebabkan oleh factor lingkungan dan
keadaan yang tidak menyenangkan. Penanggulangan yang paling baik dan efektif
adalah dengan cara memberikan kondisi air yang baik pada perairan tersebut.
Pencegahan minimal dapat dilakukan dengan cara :
1) Hindari penebaran ikan secara berlebihan atau melebihi kapasitas.
2) Berikan pakan secuupnya dan perhatikan kualitas dan maupun kuantitasnya.
3) Hindari pakan yang sudah berjamur.
4) Pisahkan ikan yang sudah terlanjur sakit dari oikan yang lain
Rochdianto (2004) menyatakan penyakit terbagi dua yaitu pertama penyakit
nonparasit diantaranya adalah : pembalikan lapisan air, kekurangan oksigen, dan

10
keracunan. Yang kedua adalah penyakit parasiter diantaranya adalah kutu ikan,
jamur, bintik putih, dan bakteri.

2.4.5 Panen
Rukmana (1997) menyatakan panen atau disebut dengan pemungutan hasil
merupakan tahap penentuan berhasil atau tidaknya suatu usaha kegiatan budidaya.
Panen ikan nila harus memperhatikan beberapa aspek yaitu waktu panen dan cara
panen.disamping itu, waktu panen harus disesuaikan dengan permintaan pasar dan
tujuan pemasaran

3. METODOLOGI

11
3.1 Waktu dan Tempat
Praktek kerja lapangan II dilaksanakan selama 3 minggu yang dimulai dari
tanggal 15 Juli sampai dengan 2 Agustus 2019, dan berlokasi di Pusat Unggulan
Teknologi (PUT) Politeknik Negeri Pontianak (POLNEP) Mampawah.

3.2 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam memaparkan data adalah metode destriptif.
Metode destriptif adalah pengambilan data pengamatan secara langsung terhadap
suatu keadaan (Teguh,2001).

3.3 Teknik Pengambilan Data


Segala keterangan mengenai variabel yang diteliti disebut data. Data
pengamatan pada dasarnya dikelompokkan menjadi data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif dinyatakan dalam bentuk kalimat atau kata. Data
kuantitatif dinyatakan dalam bentuk angka. Dalam pengamatan, seringkali data
kualitatif ditransformasikan ke dalam data kuantitatif dengan memberikan dalam
bentuk angka berjenjang pula atau dengan menghitung frekuensi secara terpisah
satu dengan yang lain (Hadidan Haryono, 1998).
a) Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden dan jawaban
responden dicatat atau direkam (Hasan 2002).
b) Partisipasi
Artisipasi merupakan kegiatan yang langsung dilakukan oleh peneliti untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang dilakukan lapangan
(Gunawan,2004).
c) Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat
informasi sebagai mana mereka melakukan pengamatan secara langsung dan apa
yang telah mereka saksikan pada kegiatan saat penelitian, Observasi merupakan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan pengamatan secara langsung di lapangan
(Gunawan, 2004).

12
3.4 Jenis Data
Marzuki (2005), informasi atau data dapat dibedakan berdasarkan sumbernya,
data dari tangan pertama (data primer) yaitu seluruh tahapan proses kegiatan
pembenihan, dan data dari tangan kedua, ketiga, dan seterusnya (data sekunder),
meliputi studi lapangan atau referensi lainnya yang mendukung dalam kegiatan
pembenihan tersebut.

3.4.1 Data Primer


Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di
lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang
memerlukannya, Data yang diambil dalam data primer adalah data teknis dan non-
teknis. Data teknis terkait tentang proses kegiatan budidaya ikan sedangkan non-
teknis tentang indicator keberhasilan kegiatan pembesaran (Hasan,2002).
Adapun data primer yang akan diambil pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan
1 ini dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 1 Persiapan Wadah


No Uraian Cara Pengambilan Data Alat dan Bahan
1 Jenis Wadah Observasi -

2 Jumlah Wadah Partisipasi -

3 Ukuran Wadah Partisipasi Meteran

4 Tinggi Wadah Partisipasi Meteran

5 Tinggi Air Partisipasi Meteran

3 Cara persiapan wadah Partisipasi -

Sumber Data Lapangan 2019

13
Tabel. 2 Seleksi Benih
No Uraian Cara Pengambilan Data Alat dan Bahan
1 Berat Wawancara Timbangan
2 Panjang Wawancara Penggaris
3 Ciri fisik Wawancara Visual/mata
4 Cara seleksi benih Partisipasi -
Sumber Data Lapangan 2019

Tabel 3. Penebaran Benih


No Uraian Cara Pengambilan Data Alat dan Bahan
1 Asal benih Wawancara -
2 Jumlah benih Observasi dan Partisipasi -
3 Padat tebar Observasi dan Partisipasi -
4 Berat rata-rata Partisipasi -
5 Panjang rata-rata Partisipasi -
6 Waktu penebaran Partisipasi -
7 Cara penebaran Partisipasi -
Sumber Data Lapangan 2019

Tabel 4. Pertumbuhan
No Uraian Cara Pengambilan Data Alat dan Bahan
1 Pertumbuhan Bobot Partisipasi Timbangan
2 Pertumbuhan Panjang Partisipasi Penggaris
3 Pengukuran per 7 hari Partisipasi Timbangan dan
penggaris
Sumber Data Lapangan 2019

Tabel 5. Manajemen pemberian pakan


No Uraian Cara Pengambilan Data Alat dan Bahan
1 Jenis, Dosis, Frekuensi Wawancara -
pemberian pakan
2 Cara pemberian pakan Partisipasi -
Sumber Data Lapangan 2019

14
Tabel 6. Pengukuran Kualitas Air
No Uraian Cara Pengambilan Data Alat dan Bahan
1 Suhu Partisipasi Thermometer
2 Do Partisipasi DO meter
3 pH Partisipasi pH meter
4 Salinitas Partisipasi Salinometer
Sumber Data Lapangan 2019

Tabel 7. Penanganan Hama dan Penyakit


No Uraian Cara Pengambilan Data Alat dan Bahan
1 Identifikasi jenis hama Observasi -
2 Penobatan Partisipasi Wadah dan Obat-
obatan
Sumber Data Lapangan 2019

Tabel 8. Panen
No Uraian Cara Pengambilan Data Alat dan Bahan
1 Sortir Wawancara Serokan, wadah
penampungan
2 Packing Wawancara Kantong, karet
gelang, oksigen
Sumber Data Lapangan 2019

3.4.2 Data Sekunder


Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang-
orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini
biasanya diperoleh dari perpustakaan atau laporan-laporan penelitian terdahulu
(Hasan,2002).
Data sekunder yang diperoleh dalam praktik kerja lapangan ini adalah
keadaan lokasi yang meliputi:

15
1) Sejarah berdirinya lokasi
2) Tugas dan fungssi.
3) Letak geografis.
4) Struktur organisasi.
5) Sarana dan prasarana.

3.4.3 Analisis Data


A. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif adalah analisis yang tidak menggunakan model
matematika statistik, ekonomi trikat atau model-model tertentu lainnya.Namun
analisis data yang ditentukan didasarkan pada teknik pengolahan atau seperti pada
pengecekan data atau tabulasi, maka dalam hal ini hanya sekedar membaca tabel-
tabel, grafik atau angka yang tersedia kemudian melakukan uraian penafsiran.
Data yang diambil secara kualitatif pada kegiatan praktik kerja lapangan
meliputi:
a) Persiapanwadah dan media
b) Seleksibenih
c) Penebaranbenih
d) Pemeliharaan
e) Pemberianpakan
f) Panen

B. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif adalah yang menggunakan alat analisis bersifat kuantitatif
yang menggunakan seperti matematika, model statistik dan ekonometrik. Hasil
analisis disajikan dalam bentuk angka-angka yang selanjutnya dijelaskan dan
diinterprestasikan dalam suatu uraian (Hasan,2002).
Data yang akan diambil secara kuantitatif pada Praktek Kerja Lapangan
sebagai berikut:

16
a) FCR
Foot Convertion Ratio adalah perbandingan jumlah pakan yang diberikan
dengan penambahan bobot ikan. Menurut Djaja Sewaka (1985) cara mengukur
tingkat efisiensi menggunakan pakan adalah menghitung konversi pakan dengan
rumus berikut:
∑𝐹
𝐹𝐶𝑅 =
(𝑊𝑡 + 𝐷) − 𝑊𝑜
Keterangan:
FCR = Feed Convertion Rate
F = Jumlahpakan satu siklus (kg)
Wt = Bobot biomass ikan pada akhir pemeliharaan (kg)
D = Bobotikan yang mati selama pemeliharaan (kg)
Wo = Bobot biomass ikan pada awal pemeliharaan (kg)

b) Pertumbuhan Berat Relatif


Menurut Effendi (1997) mengatakan bahwa pertumbuhan berat relative
individu dinyatakan sebagai pertambahan berat rata-rata selama pemeliharaan dan
dinyatakan dalam persen (%) yang dirumuskan sebagai berikut:
𝑊𝑡 − 𝑊𝑜
𝑊𝑟 = × 100%
𝑊𝑜
Keterangan:
Wr = Lajupertumbuhanberatrelatif (%)
Wt = Rata-rata ikanpadaakirpemeliharaan (gram)
Wo = Rata-rata ikansebelumditebar (gram)

c) Laju Pertumbuhan Harian


Laju pertumbuhan harian merupakan peningkatan satuan panjang atau
bobot perunit waktu (Kordi,1997).

17
Laju pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan ramus Hardayani
dan Widodo (2010).
𝑊𝑡 − 𝑊𝑜
𝑊ℎ =
𝑡
Keterangan:
Wh = Laju pertumbuhan berat harian (gram/hari)
Wt = Rata-rata beratikan pada akhir pemeliharaan (gram)
Wo = Rata-rata berat ikan sebelum ditebar (gram)
t = waktu

d) Survival Rate (SR)


Survival Rate merupakan tingkat kelangsungan hidup suatu jenis ikan dalam
suatu proses budidaya dari mulai awalikan ditebar hingga dipanen. Nilai SR ini
dihitung dalam bentuk angka presentase mulai dari 0 – 100%. Dengan rumus
sebagai berikut:
𝑁𝑡
𝑆𝑅 = × 100%
𝑁𝑜
Keterangan:
SR = Survival Rate (tingkat kelangsungan hidup ikan)
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada periode pemeliharaan
No = Jumlah ikan yang ditebar pada awal pemeliharaan

18
4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Keadaan Umum Lokasi


4.1.1 Sejarah Berdirinya Pusat Unggulan Teknologi (PUT)
Pusat Unggulan Teknologi (PUT) Perikanan di Mampawah merupakan salah
satu Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) pada Politeknik Negri Pontianak. PUT
Perikanan Polnep secara resmi didirikan pada tanggal 21 juli 2016. Berdasarkan
Surat Keputusan (SK) Direktur Politeknik Negri Pontianak Nomor
02777/PL.16/DK/2016 tentang : Pendirian Pusat Unggulan Teknologi (PUT)
Perikanan Politeknik Negri Pontianak. PUT Perikanan Polnep sebelumnya bernama
Worksop Budidaya Perikanan (2010-2016), dan bernama Pusat Pelatihan
Pengembangan Perikanan Pesisir dan Laut (Pusat P3L pada tahun 2008-2010).
Adapun tugas pokok dan fungsi PUT Perikanan Polnep ini adalah unutuk
memfasilitasi Kegiatan Triderma Perguruan Tinggi yang dilaksanakan oleh Civitas
Akademik Politeknik Negri Pontianak, khusunya Ilmu Kelautan dan Perikanan.
Kegiatan tersebut meliputi :
1) Kegiatan Praktikum Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan Kerja Praktek Akhir
(KPA) ataupun Tugas Akhir Mahasiswa.
2) Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Terapan yang dilaksanakan
oleh dosen atau mahasiswa.
3) Kegiatan Pengabdian pada masyarakat (PPM), berupa implementasi teknologi
terapan, dan penelitian peningkatan kompetensi SDM Perikanan Kalimantan
Barat.
4.1.2 Letak Geografis
Letak PUT Perikanan Polnep berada pada Wilayah Kabupaten Mempawah
yang berada pada posisi 00o – 44o LU dan 01o – 00o LS serta diatara 108o – 24o BT
dan 109o – 00o BT secara administratif berada pada Desa Terusan Kecamatan
Mampawah Hilir Kabupaten Mampawah-Provinsi Kalimantan Barat, jarak dari Ibu
Kota Profinsi sekitar 75 kilometer atau sekitar 1,5 jam perjalanan darat dari Kota
Pontianak. Batas – batas wilayah Desa Terusan PUT Perikanan Polnep secara
geografis sebelah Timur berbatasan dengan jalan Kabupaten. Sebelah Barat
berbatasan dengan hutan magrove / laut Natuna, sebelah Selatan berbatasan dengan
Desa Tanjung, dan sebeleah Utara berbatasan dengan Desa Mangkacak.

19
4.1.3 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Unit PUT Perikanan
5
DIREKTUR POLNEP
BNSP
PEMBANTU DIREKTUR

Menejer UPT. PUT (Pusat KAJUR


LSP.
Unggulan Teknologi) Perikanan
PONEP

Wakil Menejer UPT. Perikanan


Penelitian & Pengembangan
Asessor
Kompetensi Administrasi & Keuangan
Jaminan

Kepala Bidang Kepala Laboratorium


KA.
Pendidikan, pelatihandan Rujukan Kesling
PR
produksi Budidaya Perikanan
ODI
Perikanan

Ka. Seksi Ka. Seksi Ka. Seksi Ka. Seksi Ka. Seksi Ka. Seksi
Tempat Uji Produksi Pendidikan Research & Pengujian Mutu Lab
Kompetensi Budidaya dan Pelatihan Development lab

Pelaksana Teknis Pelaksana Teknis(Keg.


(Keg, Budidaya Air Payau, Laut, Hias dan Laboratorium), terdiri:
Tawar), terdiri:  Pengujian Kualitas Air
 Pengelolaan air
Budidaya Perikanan
 Pembibitan & Pembesaran
 Hama & Penyakit
 Penanganan & Pengolahan
(pasca panen)  Pemuliaan Genetik

 Pembuatan Pakan (buatan  Pakan & Saprodi


&alami)saprodi
 Teknical
Gambar Servise Organisasi PUT. POLNEP MEMPAWAH
2. Struktur

20
4.1.4 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di PUT Polnep yang berada di Mampawah,
meliputi tambak pembesaran hatchry indoor dan autdoor, mess kariyawan dan mess
mahasiswa. Secara rinci sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel....... dibawah
ini :
Tabel 10. Data Sarana di PUT Polnep

No Nama Jumlah Fungsi


1 Bak pemeliharaan 2 Untuk memelihara induk sampai
induk siap dipijahkan
2 Water Test 1 Alat uji ukur kualitas air
3 Bak pemijahan 2 Untuk mengawinkan ikan
4 Bak fiber 2 Untuk menampung air
5 Bak pendederan 2 Untuk mendederkan larva ikan
6 Blower 2 Untuk menimbang induk ikan
7 Timbangan digital 1 Untuk menimbang induk ikan
duduk
8 Timbangan digital kecil 2 Untuk menimbang benih ikan
1 kg dan untuk menimbang pakan
9 Pompa air kecil 2 Untuk menyedot air didalam
sekala kecil
10 Pompa air besar 3 Untuk menyedot air didalam
sekala kecil
11 Tabung oksigen 1 Sebagai sumber oksigen
12 Akuarium 3 Sebagai wadah perawatan larva
13 Mikroskop 1 Untuk mengamati
14 Penggiling pakan 1 Untuk menggiling pakan
15 Selang stengah ½ inci 1 Untuk aerasi
16 Selang besar 1 Untuk mengalirkan air
17 Paralon 10 Untuk pengalir air
18 Refraktometer 1 Untuk mengukur salinitas
19 Termometer 2 Unutuk mengukur suhu

21
No Nama Jumlah Fungsi
20 .pH test 1 Untuk mengukur pH
21 Amoniak test 1 Untuk mengukur amoniak
22 Serokan kecil 1 Untuk menangkap larva
23 Serokan besar 1 Untuk menangkap induk
24 Ember 4 Untuk menampung larva dan
sebagainya
25 Baskom 2 Untuk menampung larva dan
sebagainya
26 Sikat lantai 7 Untuk menyikat dan
membersihkan lantai
sebagaimananya
27 Happa/waring 5 Untuk menampung benih
28 Mesin pakan 1 Untuk membuat pakan
Sumber : Data Lapangan 2017

Tabel 11. Data Prasarana yang dimiliki PUT

No Nama Jumlah Fungsi


1 Mess 4 Untuk istirahat mahasiswa yang
magang
2 Listrik 1 Sumber energy
3 Gudang pakan 1 Untuk menyimpan pakan
4 Galon air 3 Untuk menyimpan air minum
5 Rumah pegawai 1 Untuk tinggal teknisi
Sumber : Data Lapangan 2017

22
4.2 Hasil Kegiatan Budidaya
4.2.1 Persiapan Wadah
Wadah yang digunakan dan langkah persiapan wadah yang di lakukan dalam
pembesaran ikan nila salin dapat dilihat pada tabel 12 di bawah ini :

Tabel 11. Persiapan Wadah

No Spesifikasi Keterangan
1. Jenis Wadah Bak beton
2. Jumlah Wadah 1 buah
3. Ukuran Wadah 4 m x 3 m x 0,35 m
4. Tinggi Bak 3,5 m
5. Tinggi Air 40 cm
6. Cara persiapan Wadah
 Membersihkan bak
 Mengeringkan air bak
 Menjemur bak
 Mengisi air bak
Sumber Data lapangan 2019

23
4.2.2 Seleksi Benih
Adapun data yang kami dapat dalam seleksi benih dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 12. Spesifikasi Benih
No Spesifikasi Keterangan
1 Berat 0,2 gram/ekor
2 Panjang 2-3 cm
3 Keseragaman Seragam
4 Gerakan Lincah, gesit
5 Respon terhadap pakan Respon
6 Kelengkapan organ tubuh Lengkap
7 Warna Cerah
8 Cara seleksi benih
 Benih di sortir
 Mengambil sample ukuran berat,
panjang, dan jumlahnya
 Mengamati ciri fisik
Data sumber lapangan 2019

4.2.3 Penebaran Benih


Benih dan jumlah tebar dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 13. Penebaran Benih

No Spesifikasi Keterangan
1 Asal benih Anjongan
2 Jumlah benih 2000 ekor
3 Padat tebar 471,19 ekor/m2
4 Berat rata-rata 0,2 gram/ekor
5 Panjang rata-rata 3 cm
6 Waktu penebaran Sore hari 17:15 WIB
7 Cara penebaran  Benih di packing

24
 Lakukan proses aklimatisasi
didalam bak beton
 Buka ikatan kantong dan
keluarkan
Data sumber lapangan 2019

4.2.4 Pemeliharaan
Hasil pemeliharaan ikan nila selama 3 minggu dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 14. Data Hasil Pemeliharaan Ikan Nila Salin

No Spesifikasi Keterangan
1. Jenis Pakan Seragam
2. Dosis Pemberian Pakan (%) Lincah, gesit
3. Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari
4. Berat awal benih (gram/ekor) 0,2 gram/ekor
5. Berat akhir benih (gram/ekor) 0,35 gram/ekor
6. Total Pakan (kg) 1 kg
7 FCR 1,4 %
8 Pertumbuhan Mutlak (gram) gram
9 Pertumbuhan harian (gram) gram/hari
10 Jumlah awal tebar (ekor) 2000 ekor
11 Jumlah ikan yang hidup (ekor) 2000 ekor
12 SR (%) 100%
13 Panen (gram/ekor) Kami tidak melakukan panen
Data sumber lapangan 2019

4.2.5 Pengukuran Kualitas Air


Pengukuran kualitas air dilakukan satu minggu sekali, pengukuran dilakukan
pada pagi hari. Parameter kualitas air diukur dengan menggunakan alat uji kualitas
air diantaranya pH meter, refraktometer, salinometer, DO meter, Thermometer.
Kualitas air yang dapat diukur, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

25
Tabel 15. Pengukuran Kualitas Air

No Spesifikasi Kisaran Alat


1 Suhu 28-30oC Thermometer
2 Ph 8,9 – 9,3 pH Meter
3 DO 2,5 DO meter
4 Salinitas 14-15 ppm Salinometer
Data sumber lapangan 201

4.2.6 Pengendalian Hama dan Penyakit


Hama dan penyakit yang menyerang selama pemeliharaan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 16. pengendalian hama dan penyakit

No Penyakit Gejala Pengendalian


1 - - -
Data sumber lapangan 2019

4.2.7 Panen
Adapun data yang kami dapat dari hasil sampling akhir terdapat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 17. Pemanenan

No Spesifikasi Keterangan
1 Benih yang di tebar 2000 ekor
2 Lama pemeliharaan 14 hari
3 Ukuran panen Kami tidak melakukan panen
4 Alat Serokan, ember, jaring,timbangan
5 Cara pemanenan  Menyiapkan semua peralatan yang
akan digunakan
 Kemudian menyerok semua ikan
dengan menggunakan jaring
Data sumber lapangan 2019

26
4.3 Pembahasan
4.3.1 Persiapan Wadah
Dalam kegiatan praktek kerja lapangan 2 ini yang dilakukan di PUT
POLNEP MEMPAWAH, wadah yang digunakan untuk pembesaran ikan nila salin
berupa bak beton dengan ukuran 4 m x 3 m x 0,35 m, wadah yang digunakan
sebanyak 1 petak bak beton dengan ketinggian air mencapai 45 cm.
Bak yang digunakan berkondisi baik dan tidak terdapat kebocoran yang
mengurangi volume air didalam bak beton. Penggunaan wadah bak beton ini
bertujuan agar proses pemeliharaan ikan menjadi lebih mudah untuk dikontrol
seperti penanganan hama dan penyakit, pemeliharaan, kualitas air, dan pemanenan.
Sebelum digunakan, bak beton dibersihkan dengan cara disikat pada bagian dasar
dan dindingnya hingga bersih. Selanjutnya dibilas dengan menggunakan air,
dikeringkan dan dijemur, ini bertujuan untuk menghilangkan bibit-bibit penyakit
yang masih tersisa dan dapat menyerang ikan pada saat proses pemeliharaan.

4.3.2 Seleksi Benih


Benih yang digunakan pada kegiatan PKL II ini berasal dari Anjongan dengan
ukuran 2-3 cm dan berat rata-rata ikan mencapai 0,2 gram/ekor yang didapat dari
hasil penyeleksian. Seleksi benih ini dilakukan bertujuan untuk menyamakan
ukuran ikan dan menymeleksi ikan yang sehat secara fisik. Kegiatan seleksi benih
dilakukan pada pagi hari yaitu pukul 08:00 WIB, dengan cara yaitu pertama ikan di
sortir terlebih dahulu menggunakan ember sortir yang berukuran 2-3 untuk
mendapatkan ukuran ikan yang diingnkan. Setelah di sortir benih ikan diambil
sampel berat awal, panjang, dan menghitung jumlah keseluruhannya yang terseleksi
dan yang terakhir mengamati ciri-ciri fisik ikan dan gerakannya. Jumlah total benih
yang diseleksi adalah 5000 ekor dan yang terseleksi sebanyak 2000 ekor. Dan 3000
ekor ikan lainnya di pindahkan di kolam yang berbeda karena besar kolam yang
tidak memadai. Adapun kriteria benih yang baik adalah sebagai berikut :
 Bagian tubuh lengkap dan tidak terdapat cacat
 Warnanya cerah dan tidak pucat
 Gerakannya lincah dan gesits

27
 Respon terhadap pakan yang diberikan tinggi
 Senang bergerombol
Hal diatas sudah sesuai pendapat Sutanto (2014), bahwa ciri-ciri benih yang
berkualitas yaitu tubuhnya tidak cacat atau luka, aktif berenang, senang
bergerombol dan apabila dikejutkan benih akan berpencar secara cepat, sisik teratur
rapi, dan tidak kaku serta sirip lengkap dan proporsional.

4.3.3 Penebaran Benih


Benih ikan nila yang digunakan pada kegiatan PKL II kali ini berasal dari
UPT PBAPL (Perikanan Budidaya Air Payau dan Laut). Benih yang digunakan
sebanyak 2000 ekor dengan ukuran 2-3 cm. Padat tebar ikan nila yang dipelihara
adalah 476 ekor/m3 dengan berat rata-rata 0,02 gram/10ekor.
Penebaran benih dilakukan pada hari Sabtu, 20 Juli 2019 sore hari pukul
17.00 WIB. Sebelum ditebar, benih diseleksi dan benih yang ditebar terlihat sehat,
bergerak dengan lincah, memiliki sirip yang lengkap, sisik yang teratur dan tidak
lepas serta memiliki warna yang agak kemerahan.

Gambar Proses Aklimatisasi

Waktu penebaran benih dilakukan pada sore hari pukul 17:15 WIB pada
tingkat sushu yang rendah. Cara penebaran beih yaitu pertama benih di packing
terlebih dahulu dengan menggunakan kantong packing, karet gelang dan oksigen.
Setelah itu, benih ditebar pada keramba apung, terlebih dahulu dilakukan
aklimatisasi dengan merendam kantong plastik yang berisi benih kedalam bak
selama 5 menit. Kemudian ikatan pada kantong plastik di buka, sedikit demi sedikit
air dimasukkan kedalam kantong plastik sampai sushu air yang ada didalam

28
kantong plastik kurang lebih sama dengan suhu air yang ada di dalam bak.
Kemudian mulut kantong plastk dimiringkan atau di tenggelamkan dengan tujuan
memudahkan benih keluar dengan sendirinya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rochdianto (2004), yaitu penebaran benih ikan sebaknya dilakukan pada sore atau
pagi hari saat kondisi perairan tidska terlalu panas. Agar ikan tidak mudah stress,
sebelum ikan ditebarkan perlu dilakukan aklimatisasi (penyesuaian kondisi
lingkungan) sekitar 5 – 10 menit. Caranya ialah ikan dalam kantong plastik
dibiarkan terapung dalam perairan sekitar 4-5 menit. Dengan cara ini, bila kondisi
air dalam wadah pengankutan dengan air perairan sudah sesuai maka ikan ikan yang
ada dalam wadah pengangkutan akan keluar dengan senidrinya.

4.3.4 Pemeliharaan
A. Manajemen Pakan
Jenis pakan yang dberikan pada pemeliharaan ikan nila adalah pellet FF-
999 dengan dosis pakan 3%. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan bukaan mulut
ikan tersebut, semakin besar ukuran ikan maka bertambah pula diameter bukaan
mulut ikan maka akan semakin besar pula kemampuan untuk makannya karena
diameter bukaan mulutnya yang membesar. Jika pakan ikan tidak disesuaikan
dengan bukaan mulut ikan maka ikan akan mengalami kesulitan dalam proses
memakannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Kursistiyanto (2013), yang
menyatakan bahwa penambahan vitamin c pada pakan berpengaruh baik terhadap
respon, efesinse pakan, dan pertumbuhan ikan nila. Pada bulan pertama benih ikan
nila diberi pakan buata berupa pellet yang berukuran kecil dengan merek Nonalis
yang mempunyai kadar protein sebesar 38%.
Pada bulan kedua dan sampai kegiatan pemeliharaan selesai benih ikan nila
di beri pakan pellet berukuran sedang dengan merk pock hand atau biasa dikenal
dengan nama 781-2 yang memiliki kandungan protein 31-33% hal ini sesuai dengan
pendapat rochdianto ( 2004 ), agar cepat tumbuh bongsor selama pemeliharaan,
maka ikan harus selalu diberi pakan bergizi tinggi dengan kandungan protein diatas
20% Untuk memenuhi persyaratan pakan bergizi tinggi ini kita dapat
memanfaatkan pakan berupa pellet yang banyak tersedia di pasaran.

29
Dosis pemberiaan pakan adalah banyaknya pakan atau jumlah pakan yang
diberikan dalam satu hari dengan satuan berat dosis yang diberi dalam
pemmeliharaan ikan nila salin 3 % hal ini sesuai dengan pendapatb Djarijah (2006)
yang menyatakan bahwah jumlah pakan yang dibutuhkan ikan setiap harinya
berhubungan erat dengan umurnya, rata-rata jumlah pakan harian yang dibutuhkan
0leh ikan adalah sekitar 3-5% dari berat total badanya
Frekuensi pembarian pakan adalah jumlah pemberian pakan dalam satu hari
(sehari).ada pun frekuensi pemberian pakan pada pembenihan pakan adalah
sebanyak 3 (Tiga) kali pemberian selama masa pemeliharaan yaitu pada jam 80:00
pagi, 12:00 siang, dan 16:00 sore WIB. Dapat dilihat pada tabel 15, hal ini sesui
dengan pendapat Rochdianto (2004) bahwa setiap hari, ikan yang dipelihara diberi
pellet sebanyak 3 kali, pemberian dibagi menjadi tiga untuk pemberian pakan pagi,
siang, dan sore hari.
Cara pemberian pakan di lakukan dengan cara memberikannya sdikit
demisedikit pada ikan dan di sebarkan dibagian tengah bak beton, hal ini sudah
sesuai dengan pernyataan Rochdianto (2004), yaitu pemberian pakan hendaknya
diberikan sedikit demi sedikit sesuai dengan nafsu makan ikan. Agarhsnyut dan
terbuang, maka cara pemberian pakan sebaiknya disebarkan dibagian tengah
kantong jaring.

B. Pertumbuhan
Selama pemeliharaan benih dapat diketahui pertumbuhan dan penambahan
pakan yang dikeluarkan melalui pengecekan pertumbuhan atau lebih dikenal
dengan nama sampling yang dilakukan 10 hari sekali. Sampling ini dilakukan
dengan cara mengambil sampel atau perwakilan ikan sebanyak 10 ekor secara acak
dan diukur panjang dan beratnya. Untuk mengetahui panjang total ikan diukuran
dengan menggunakan penggaris dan paralon yang diukur dari ujung mulut sampai
ujung ekor. Untuk mengetahui bobot ikan ditimbang dengan menggunakan
timbangan. Pengambilan sampel biasa dilalukan pada pagi hari.
Pertumbuhan relatif adalah pertumbuhan individu dalam pemeliharaan.
Nilai pertumbuhan relatif yang didapat selama pemeliharaan ikan nila 40%. Hal ini
tidak sesuai dengan pendapat Iskandar (2015), yang menyatakan bahwa laju

30
pertumbuhan relatif ikan nila dengan padat tebar 100 ekor/m2 adalah 1.182.0,5% hal
ini dikarenakan faktor pakan dan juga kualitas air yang tidak stabil akibat perubahan
cuaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Afruddin (2013), yang menyatakan bahwa
adapun faktor-faktor yang meenyebabkan tidak maksimalnya pertumbuhan ikan
budidaya itu faktor pakan yang diberikan dan faktor lingkungan yang mendukung
seperti media dan kualitas air. Sedangkan pertumbuhan harian adalah pertumbuhan
rata-rata ikan pemeliharaan dalam satu hari. Nilai pertumbuhan harian yang
didapatkan pada kegiatan pembesaran ini adalah panjang rata-rata 2,93 gram/ekor,
dan berat rata-rata 0,02 cm.

C. Pengukuran Kualitas Air


Selama kegiatan pemeliharaan juga dilakukan pengukuran kualitas air,
pengukuran kualitas air biasanya dilakukan pada pagi, siang, ataupun sore hari,
setiap 7 hari sekali dengan menggunakan alat pengukuran kualitas air, diantarnya
Thermometer, pH meter dan DO meter. Penukuran dilakukan dengan cara
mencelupkan alat ukur kualitas air selam kurang lebih 1 menit, setelah itu diangkat
kemudian dilihat kisaran kualitas air yang didapat, sementara untuk pengukuran
DO, dilakukan pengambilan sampel air menggunakan botol sampel sebanyak 5-10
ml, kemudian teteskan DO test kedalam sampel air tersebut sebanyak 1 tetes. Lalu
diaduk sampai air didalam botol sampel tersebut brubah warna dan terakhir lihat
kisaran yang didapat dengan menyetarakan warna dengan sampel air dengan
kisaran DO test. Kisaran kualitas air yang didapat selama 14 hari pemeliharaan
diantaranya sebagai berikut kisaran suhu yang di dapat selama kegiatan pembesaran
ikan nila antara 28-30°C. Hal ini sesuai dengan pendapat sutanto(2014), yang
menyatakan bahwa suhu yang optimum untuk pertumbuhan ikan nila adalah 25-
30°C. Kisaran derajat keasaman (pH) selama kegiatan pemeliharaan adalah 5,5-7,5.
Hal ini sesuai dengan pendapat khairuman dan amir(2013), yang menyatakan
bahwah derajat keasaman yang baik untuk budidaya ikan nila sekitar 5-6.

Oksigen terlarut DO merupakan salah satu parameter yang dpat digunakan


sebagai pilihan utama untuk menentukan layak atau tidaknya air untuk digyunakan
dalam kegiatan pembesaran ikan. Kisaran DO selama pemeliharaan ikan nila

31
berkisar antara 1-5 mg/l. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanan (2013) yang
menyatakan kisaran DO yang optimal adalah > 0,5 mg/l.

D. Penanganan Hama dan Penyakit


Hama adalah organisme yang dapat memangsa ikan sehat maupun sakit
secara langsung maupun bertahap. Hama juga dapat diartikan sebagai organisme
yang dapat menimbulka gangguan pada ikan budidaya baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dalam kegiatan praktek lapangan 2 ini kami tidak
memnemukan hama yang menggangu ataupun menyerang ikan nila dan membuat
ikan nila mengalami kematian atau berkurang jumlah hidupnya.
Penyakit ikan dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang dalam
tubuh ikan sehingga organnya. Dalam kegiatan praktek lapangan 2 ini kami tidak
memnemukan penyakit yang menggangu ataupun menyerang ikan nila dan
membuat ikan nila mengalami kematian atau berkurang jumlah hidupnya.

2.4.5 Panen
Panen atau yang disebut pemungutan hasil merupakan tahap penentuan
berhasil atau tidaknya suatu kegiatan dalam budidaya. Kami dalam praktek kerja
lapangan dua ini tidak melakukan proses pemanenan dikarenakan waktu yang tidak
mencukupi yaitu hanya 14 hari saja. Namun kami melakukan wawanvcara kepada
teknisi yang bertugas bahwa ukuran panen biyasanya dilakukan pda ikan berukuran
5-8 cm dan dengan berat 200-250 gram.

32
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam kegiatan Pembesaran Ikan
Nila (Oreochromis Niloticus) pada Bak Beton di PUT Polnep Mampawah, adalah
sebagai berikut :
1. Wadah yang digunakan adalah bak beton berukuran 4 m x 3 m x 0,35 m hal ini
cukup baik karena sesuai dengan ukuran wadah untuk pembesaran pada
umumnya
2. Benih yang terseleksi berjumlah 2000 ekor dan memiliki kriteria yang cukup
baik karena sesuai dengan kriteria benih pada umumnya
3. Padat penebaran ikan nila salin di bak beton adalah 476 ekor/m2, ini sudah cukup
baik karena sudah sesuai dengan padat penebaran di bak pada umumnya.
4. Pakan yang di gunakan adalah FF99, dengan dosis 3% dan frekuensi pemberian
pakan 3 kali sehari, ini sangat baik karena kisaran FCR yang dihasilkan sudah
cukup optimal yaitu 1,4%
5. Nilai pertumbuhan relatif yang dihasilkan selama pemeliharaan ikan nila adalah
pertumbuhan berat relatif 110% dan pertumbuhan panjang relatif 55,97.
sedangkan nilai pertumbuhannya hariannya adalah pertumbuhan panjang harian
0,11 cm/hari, dan pertumbuhan berat harian 0,015 gram/hari, dan tingkat
kelangsungan hidup SR ikan nila 100%. ini juga sudah cukup baik karena nilai
pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidupnya memenuhi kebutuhan yang
baik.
6. Parameter kualitas air pada pembesaran ik an nila pada bak beton dengan suhu
28,9 , pH 8,7 dan DO 2,5 sudah cukup baik karena sudah sesuai kisaran optimal
intuk pemeliharaan ikan nila salin.
7. Kami tidak melakukan kegiatan pemanenan dikarenakan waktu yang diberikan
tidak mencukupi untuk pemeliharaan ikan nila salin hingga panen.

33
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas kami memberikan saran sebaiknya jika
kualitas air mengalami perubahan suhu, pH, DO, secara derastis yang diakibatkan
perubahan cuaca, maka perlu dilakukan pencegahan seperti mengurangi dosis
pemmberian pakan, dan juga menambah vit C pada pakan setiap harinya dan
fungsinya untuk kekebalan tubuh ikan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Ath-har, M.H.F dan Rudhy, G. 2010. Performa Nila BEST Dalam Media Salinitas.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Balai Riset
Perikanan Budidaya Air Tawar.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2011. BBPT Kembangkan Ikan Nila
Salin Untuk Berdayakan 600.000 Ha Tambak Terlantar. Artikel Teknologi
Agroindustri dan Bioteknologi.
Charman, O dan Sucipto. A. 2013. Panen Nila 2,5 Bulan. Penebaran Swadaya,
Jakarta.
Dedi. 2016. Mempawah Memiliki Potensi Besar Budidaya Ikan.
(Diakses 06 September 2017 dalam http://m.antarkalbar.com)
Djarijah, A. S. 1995. Pembenihan Ikan Nila Merah dan Pembesaran Secara Intensif.
Kanisius, Yogyakarta,
Effendi, I dan Oktariza, W. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Gramedia
Pustaka, Jakarta.
Hasan, M.I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Khairuman dan Amri, K I. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Penebar
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Mardjono , M., Soleh, Lisa. R., Agus, B., Aris, S., Subianto, Teguh. I. 2011.
Produksi Calon Induk Dan Benih Ikan Nila Salin Unggul Melalui
Pemeliharaan Dalam Media Air Payau. Laporan Kegiatan. BBPBAP Jepara.
15 hal.
Marzuki. 2005. Metode dan Riset. BPPFE. Yogyakarta.
Mudjiman, A. 2009. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rukmana Rahmat Ir. H. 1997. Budidaya dan Prospek Agribisnis. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Safitri, D., Sugito., Sumarti, S. 2013. Kadar Hemogoblin Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) yang Diberi Cekaman Panas dan Pakan yang Disuplementasi
Tepung Daun Jaloh (Salix tetrasperma Roxb). Jurnal Medika Veterinaria, 7
(1) : 39-41.

35
Sucipto, A dan Prihartono, E. 2007. Pembesaran Ikan Nila Merah Bangkok.
Penebar Swadaya. Jakarta.

36
LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Kualitas Air Pagi Hari

Pagi
Tanggal DO Suhu Salinitas
pH
(mg/L) (oC) (ppt)
21 Juli 2,5 28,9 8,7 10
22 Juli 2,0 27,6 8,9 10
23 Juli 2,3 28,0 8,9 10
24 Juli 2,6 28,9 8,6 15
25 Juli 2,4 28,0 7,8 15
26 Juli 2,5 26,8 8,4 14
27 Juli 2,5 27,8 7,9 15
28 Juli 2,2 28,9 6,7 14
29 Juli 2,4 28,8 8,7 15
30 Juli 2,5 28,9 8,8 15
1 Agustus 2,5 27,5 8,9 15
2 Agustus 2,4 29,0 8,8 15
Sumber data lapangan 2019

37
Lampiran 2. Data Kualitas Air Siang Hari
Siang
Tanggal DO Suhu Salinitas
pH
(mg/L) (oC) (ppt)
21 Juli 2,5 33,9 8,7 10
22 Juli 3,0 32,6 8,9 13
23 Juli 3,5 33,0 8,9 13
24 Juli 2,9 32,9 8,6 15
25 Juli 3,8 33,0 9,8 15
26 Juli 3,7 32,8 8,4 14
27 Juli 3,0 31,8 9,9 15
28 Juli 3,0 32,9 9,7 14
29 Juli 3,9 31,8 8,7 10
30 Juli 4,2 30,9 8,8 15
1 Agustus 4,1 32,5 8,9 15
2 Agustus 4,2 32,0 9,8 14
Sumber data lapangan 2019

38
Lampiran 3. Data Kualitas Air Sore Hari
Sore
Tanggal DO Suhu Salinitas
pH
(mg/L) (oC) (ppt)
21 Juli 2,3 28,9 8,9 10
22 Juli 2,0 29,6 9,0 10
23 Juli 2,3 30,0 9,0 13
24 Juli 2,6 29,9 8,9 15
25 Juli 2,5 29,0 9,3 15
26 Juli 2,5 28,8 8,4 14
27 Juli 2,4 29,8 9,1 15
28 Juli 2,2 30,9 9,1 14
29 Juli 2,4 30,8 8,9 15
30 Juli 2,5 29,9 9,3 14
1 Agustus 2,5 28,5 9,3 15
2 Agustus 2,4 30,0 9,3 15
Sumber data lapangan 2019

39
Lampiran 4. Data Sampling Pertama

Sampling 1 tanggal 21 Juli 2019

Sampel Panjang (cm)


1 3
2 2,9
3 2,7
4 3
5 3,1
6 2,8
7 3,1
8 3
9 2,9
10 2,8
Jumlah 29,3
Sumber data lapangan 2019

Diketahui:

 Jumlah benih awal tebar : 2000 ekor


 Jumlah sampling : 10 ekor
29,3
 Panjang rata-rata : = 2,93 cm/ekor
10

 Berat benih (10ekor) : 0,2 gram


0,2
 Berat rata-rata : = 0,02 gram/ekor
10

40
Lampiran 5. Data Sampling Kedua

Sampling 2 tanggal 27 Juli 2019

Sampel Panjang (cm)


1 3,1
2 3,8
3 3,9
4 3,5
5 3,3
6 4
7 3,9
8 3,8
9 3,4
10 4
Jumlah 36,7
Sumber data lapangan 2019

Diketahui:

 Jumlah benih awal tebar : 2000 ekor


 Jumlah sampling : 10 ekor
36,7
 Panjang rata-rata : = 3,67 cm/ekor
10

 Berat benih (10ekor) : 1,2 gram


1,2
 Berat rata-rata : = 0,12 gram/ekor
10

41
Lampiran 6. Data Sampling Ketiga

Sampling 3 tanggal 2 Agustus 2019

Sampel Panjang (cm)


1 4,5
2 4
3 4,5
4 4,4
5 4,8
6 4,5
7 5
8 4,9
9 4,3
10 4,8
Jumlah 45,7
Sumber data lapangan 2019

Diketahui:

 Jumlah benih akhir pemeliharaan : 2000 ekor


 Jumlah sampling : 10 ekor
45,7
 Panjang rata-rata : = 4,57 cm/ekor
10

 Berat benih (10ekor) : 2,2 gram


2,4
 Berat rata-rata : = 0,24 gram/ekor
10

42
Lampiran 7. Data Perhitungan Pertumbuhan

Keterangan:

 Jumlah tebar awal : 2000 ekor


 Jumlah akhir pemeliharaan : 2000 ekor
 Volume air : 4,2 m3
 Jumlah total pakan : 2 kg
 Sampling pertama
Berat rata-rata : 0,02 gram/ekor
Panjang rata-rata : 2,93 cm/ekor
 Sampling kedua
Berat rata-rata : 0,12 gram/ekor
Panjang rata-rata : 3,67 cm/ekor
 Sampling ketiga
Berat rata-rata : 0,24 gram/ekor
Panjang rata-rata : 4,57 cm/ekor

1) Padat Tebar
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑏𝑎𝑟 (𝑒𝑘𝑜𝑟)
Padat tebar = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟
2000
= 4,2

= 476 ekor/m3

2) Pertumbuhan Berat Mutlak


H = Wt-Wo
= 0,24 – 0,02
= 0,22 gram

3) Pertumbuhan Berat Relatif


𝑊𝑡 − 𝑊𝑜
H = x 100%
𝑊𝑜
0,24 − 0,02
= x 100%
0,02

= 110%

43
4) Pertumbuhan Berat Harian
𝑊−𝑊0
LPH = 𝑡
0,24−0,02 𝑔𝑟
= 14 ℎ𝑎𝑟𝑖

= 0,015 gram

5) Pertumbuhan Panjang Mutlak


H = Lt - Lo
= 4,54 – 2,93
= 1,61 cm
6) Pertumbuhan Panjang Relatif
𝐿𝑡 − 𝐿𝑜
H = x 100%
𝐿𝑜
4,57−2,93
= x 100%
2,93

= 55,97%

7) Pertumbuhan Panjang Harian


𝐿−𝐿0
LPH = 𝑡
4,57−2,93 𝑐𝑚
= 14 ℎ𝑎𝑟𝑖

= 0,11 cm/hari

8) Survival Rate (SR)


𝑁𝑡
SR = 𝑁𝑜 x 100%
2000
= 2000 x 100%

= 100%

9) Perhitungan Mortalitas
= 100% - SR
= 100% - 100%
=0%

44
10) FCR
2000 ekor x 0,22 gram = 480 gram
480 gram : 1000 = 0,48kg

FCR = 2 kg : 0,48 = 4%

45
Lampiran 8. Dokumentasi

Persiapan Wadah Pengecekan Sumber Air

Benih Ikan Proses Aklimatisasi

Penebaran Benih (aklimatisasi) sampling pengukuran panjang

46
Pengambilan Data Proses Pengisian Air

Pengukuran Kolam Pengukuran Kolam

Pengangkatan Bahan Pakan Penjemuran Pakan

47
Membersihkan Pakan Kerja Bakti

Kerja Bakti Sampling Ikan

48

Anda mungkin juga menyukai