Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kalimantan Barat adalah sebuah Provinsi di Indonesia yang terletak di
Pulau Kalimantan dengan ibu kota Provinsi Kota Pontianak. Luas wilayah
Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km (7,53% luas Indonesia).
Merupakan Provinsi Seribu Sungai. Julukan ini selaras dengan kondisi geografis
yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang diantaranya dapat dan sering
dilayari. Beberapa sungai besar saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur
utama untuk angkutan daerah pendalaman, walaupun prasarana jalan darat telah
dapat menjangkau sebagian besar Kecamatan. Sungai besar utama adalah Sungai
Kapuas, yang juga merupakan sungai terpanjang di Indonesia (1.086 km), yang
mana sepanjang 942 km dapat dilayari. Sungai-sungai besar lainnya adalah
Sungai Melawi (dapat dilayari 471 km), Sungai Pawan (197 km), Sungai
Kendawangan (128 km), Sungai Jelai (135 km), Sungai Sekadau (117 km),
Sungai Sambas (233 km), Sungai Landak (178 km) (ditjenpdt.kemendesa.go.id).
Menurut data KPDA Kalimantan Barat tahun 2015 tercatat bahwa produksi
perikanan pada tahun 2014 untuk perairan umum sebanyak 27.294 ton dan
menghasilkan nilai mata uang sebanyak 576,89 juta rupiah sedangkan untuk hasil
budidaya sebanyak 55.951 ton dengan menghasilkan nilai mata uang sebanyak
4,26 Triliyun Rupiah (Dinas Kelatan Dan Perikanan Provinsi Kalimantan Barat,
2014).
Menurut Sutanto (2011), Ikan nila hidup di perairan air tawar hampir di
seluruh Indonesia. Jenis ikan ini sebenarnya bukan ikan asli Indonesia. Habitat
asli ikan nila adalah di Sungai Nil dan daerah perairan di sekitarnya. Menurut
sejarahnya, ikan nila masuk ke Indonesia pada tahun 1969. Ikan nila didatangkan
oleh Balai Benih Ikan Air Tawar (BPAT) Bogor dari Taiwan. Setelah diteliti dan
dilakukan adaptasi, ikan ini mulai disebarkan ke beberapa daerah di Indonesia.
Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan pemerintah melalui Direktur
Jendral Perikanan. Nama tersebut diambil dari nama spesies ikan ini, yakni
niloica yang kemudian diadaptasi menjadi nila. Ikan nila merupakan ikan air
tawar yang cukup dikenal luas masyarakat Indonesia. Secara deskripsi dan bentuk,

1
ikan nila mirip dengan ikan mujair, tetapi memiliki ukuran yang lebih besar. Ikan
nila termasuk ikan yang mudah untuk dibudidayakan. Oleh karena itu, ikan nila
termasuk ikan komoditas unggulan dalam bisnis perikanan air tawar. Permintaan
yang besar terhadap ikan nila mengakibatkan budidaya ikan nila semakin
berkembang dan menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Perkembangan
budidaya ikan ini juga didukung banyaknya penelitiaan tentang ikan nila sehingga
sekarang banyak dihasilkan jenis ikan nila unggulan. Nila termasuk jenis ikan
konsumsi yang mempunyai cita rasa. Ikan nila disukai banyak orang karena
dagingnya yang empuk, lembut, enak, dan tebal. Duri dipunggung ikan nila
memang sangat tajam. Tapi jangan khawatir, daging ikan nila tidak mengandung
duri-duri halus yang dapat mengganggu kenyamanan saat menyantapnya.
Dilihat dari potensi wilayah khusus di Kalimantan Barat masih dikatakan luas dan
dapat dimanfaatkan dan dilihat dari sisi pendapatan pembudidaya juga harga ikan
nila dipasaran masih termasuk tinggi dan usaha budidaya ikan nila juga mudah
dibudidayakan serta minat masyarakat terhadap ikan nila sangat besar. Melihat
dari itu semua sehingga penlis tertarik untuk mengambil judul : “Teknik
Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Pada Kja Di Unit Produksi
Budidaya Dan Pakan Di Pusat Unggulan Teknologi Politeknik Negeri Pontianak
Kabupaten Mempawah”.

1.2 Batasan Masalah


Ruang lingkup batasan masalah yang diambil dalam pembesaran ikan nila
merah pada kegiatan KPA, terdiri dari tahapan proses dan parameter keberhasilan
untuk pembesaran ikan nila sebagai berikut :
1. Konstruksi dan persiapan wadah
2. Seleksi dan penebaran benih
3. Pemeliharaan benih
4. Pengamatan pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup
5. Panen benih

2
1.3 Tujuan
Pelaksanaan kegiatan kerja praktek akhir bertujuan untuk dapat mengetahui
kemampuan teknis pembesaran ikan nila merah (Oreochromis Niloticus) yang
meliputi proses kegiatan pembesaran serta parameter keberhasilan kegiatan
pembesaran ikan nila yang terdiri dari pertumbuhan mutlak, pertumbuhan relative,
pertumbuhan harian, SR, dan FCR.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan KPA Teknik Pembesaran Ikan Nila
Merah adalah :
1. Mampu melakukan proses kontruksi dan persiapan wadah, seleksi benih dan
benih, pemeliharaan benih, pengamatan pertumbuhan dan tingkat
kelangsungan hidup serta panen benih
2. Menambah pengalaman di bidang kerja, serta dapat mengaplikasikan atau
menerapkan kegiatan pembesaran ikan nila dengan baik dan benar serta
bertanggungjawab atas apa yang telah dikerjakan
3. Dapat mengaplikasikan atau menerapkannya ke masyarakat bagaimana cara
supaya dapat memanfaatkan perairan umum dengan tidak merusak perairan
tersebut dengan adanya kegiatan budidaya perikanan

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Nila


2.1.1 Klasifikasi
Gambaran secara keseluruhan tentang bentuk ikan nila merah dapat dilihat
pada Gambar 1. Klasifikasi ikan nila merah (Oreochromis niloticus) Rukmana
dan Yudirachman (2015), adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Acanthopterigii
Ordo : Percomorphi
SubOrdo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

Sumber : ngapak.net, 2017


Gambar 1. Ikan Nila Merah

4
2.1.2 Morfologi
Menurut Rukmana dan Yudirachman, 2015. Morfologi ikan nila terdiri atas
bentuk tubuh panjang dan ramping serta mata besar yang menonjol dengan bagian
tepi berwarna merah putih. Sisik ikan nila berukuran besar, kasar, dan berbentuk
etonoid dengan garis-garis atau gurat-gurat vertikal berwarna gelap pada siripnya.
Sisik terdiri atas dua lapisan, yaitu epidermis luar dan lapisan di bawah epidermis.
Rukmana dan Yudirachman, 2015. Juga menambahkan bahwa ikan nila
memiliki 5 buah sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin)
sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Pada
sirip punggung, sirip dubur, dan sirip perut terdapat jari-jari lemah dan jari-jari
keras yang tajam seperti duri. Sirip punggung memilki 15 jari-jari keras dan 10
jari-jari lemah, sedangkan sirip ekor mempunyai 2 buah jari-jari keras dan 10 jari-
jari lemah. Sirip perut mempunyai 1 jari-jari keras dan 15 jari-jari lemah.

2.2 Habitat dan Penyebaran


2.2.1 Habitat
Habitat ikan nila berada di perairan tawar, seperti kolam, sawah, sungai,
danau, waduk, rawa dan genangan air lainnya. Ikan ini juga dapat dapat
beradaptasi dan hidup di perairan payau dan perairan laut dengan teknik adaptasi
bertahap. Habitat yang ideal untuk ikan nila adalah perairan air tawar yang
memiliki suhu optimal 25-30oC (Rukmana dan Yudirachman, 2015).
Pada masa memijah, ikan nila membutuhkan suhu antara 22-27 oC
(Rukmana dan Yudirachman, 2015). Suhu yang terlalu rendah (< 14 oC) atau
terlalu tinggi (> 30oC) akan menggangu bahkan menghambat pertumbuhan.
Kemasan air yang optimal untuk perkembangabiakan dan pertumbuhan ikan nila
ada pada angka pH 7-8. Ikan nila masih dapat tumbuh dalam keadaan air asin
dengan kadar salinitas 0-35 ppm, seperti di perairan payau, tambak, dan perairan
laut, terutama untuk ikan pembesaran. Ikan nila jantan memiliki toleransi lebih
tinggi terhadap salinitas dari pada ikan betina. Ikan nila berukuran kecil lebih
cepat menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas (Rukmana dan Yudirachman,
2015).

5
2.2.2 Penyebaran
Ikan nila merupakan ikan air tawar yang berasal dari perairan tawar di
Afrika. Ikan nila akhirnya menyebar luas ke berbagai negara dan dibudidayakan.
Negara-negara tersebut seperti Taiwan, Thailand, Vietnam, Bangladesh, dan
Indonesia. Melalui campur tangan manusia, ikan nila telah menyebar ke seluruh
dunia, mulai dari benua Afrika, Amerika, Eropa, Astralia, hingga Asia (Rukmana
dan Yudirachaman, 2015).
Pada tahun 1969, ikan nila masuk perariran Indonesia pertama kali
didatangkan dari Taiwan ke Balai Peneletian Perikanan Air Tawar (Balitkanwar),
Bogor. Jenis ikan nila yang didatangkan yaitu nila hitam. Ikan ini disebarluaskan
kepada petani di seluruh Indonesia melalui masa penelitian dan adaptasi.
Kemampuan ikan nila dalam beradaptasi dengan lingkungan baru menjadikan
ikan ini mudah menyebar dan menjadi primadona dalam dunia budidaya perairan,
khususnya perairan tawar di hampir seluruh wilayah nusantara. Penyebaran ikan
nila yang sangat cepat didukung dengan kecepatannya bereproduksi menjadikan
perkembangan ikan ini tidak terkontrol (Rukmana dan Yudirachaman, 2015).

2.3 Kebiasaan Makan


Ikan nila digolongkan dalam omnivora atau pemakan segalanya baik itu
hewani maupun nabati. Makanan ikan nila di alam berupa plankton, perifiton, dan
tumbuhan-tumbuhan lunak seperti Hydrilla, gang-gang sutera, dan klekap. Untuk
pemeliharaan dalam kegiatan pembesaran, ikan nila diberikan pelet yang
mengandung protein antara 20-25%. Untuk memacu pertumbuhan nila, pakan
yang diberikan harus mengandung protein 25-30%. (Kodri, 2013)
Di dalam perut nila ditemukan berbagai macam jasad seperti Soelastrum,
Scenedesmus, Dictiota, Oligochaeta, larva Chironomus, dan sebagainya. Ternyata
kebiasaan makan nila berbeda sesuai dengan tingkatan umurnya. Benih ikan nila
lebih suka memakan zooplankton seperti Rototaria, Copepoda, dan Clodocera.
Ikan nila kecil di perairan alami mencari makan di bagian perairan yang dangkal,
sedangkan untuk nila dewasa, biasanya mencari makan di perairan yang dalam
(Kordi, 2013).

6
2.4 Budidaya Perairan Umum
2.4.1 Sungai
Sungai adalah air tawar dari sumber alamiah yang mengalir dari tempat
yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah dan menuju atau bermuara ke laut,
danau atau sungai yang lebih besar. Arus air di bagian hulu sungai (umumnya
terletak di daerah pegunungan) biasanya lebih deras dibandingkan dengan
arus sungai di bagian hilir. Aliran sungai seringkali berliku-liku karena
terjadinya proses pengikisan dan pengendapan di sepanjang sungai. Sungai
merupakan jalan air alami.
Menurut jumlah air nya sungai terbagi menjadi 2 jenis yaitu sungai
permanen Sungai Permanen adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun
relatif tetap.
Contoh :
 Sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan.Sungai
Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
Serta Sungai Periodik adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya
banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil.
Contoh :
 Sungai Bengawan Solo dan Sungai Opak di Jawa Tengah.
 Sungai Progo dan Sungai Code di DI Yogyakarta.
 Sungai Brantas di Jawa Timur.
Yang terakhir yaitu Sungai Episodik adalah sungai yang pada musim kemarau
airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak.
Contoh :
 Sungai Kalada di Pulau Sumba.
2.4.2 Keramba Jaring Apung (KJA)
Pembesaran ikan nila dijaring apung dapat dilakukan secara khusus dijaring
apung bagian atas atau dapat juga dilakukan dijaring paling bawah atau yang
dikenal dengan sebutan jaring “kolor”. Penempatan KJA umumnya di perairan
umum berupa danau, waduk, atau sungai. Hal ini juga harus diperhatikan adalah
kondisi jaring dan penyangga jaring harus kokoh.

7
a. Persiapan Bahan
Langkah awal pembuatan KJA yaitu mempersiapkan alat dan bahan-bahan
yang diperlukan. Bahan wadah yang akan digunakan diletakkan di pinggir
perairan yang mudah dijangkau alat transportasi sehingga dapat dengan mudah
dipindahkan, baik sebelum maupun sesudah dibuat kerangka jaring
a). Kerangka
1) Bahan : kayu tahan air, bambu, atau besi yang dicat anti
karat
2) Ukuran : (7x7) m
3) Bentuk : persegi
b). Pelampung
1) Bahan : Styrofoam atau drum
2) Bentuk : Persegi empat atau silindris
3) Volume : 200 liter (0,2 m3)
4) Jumlah : Minimal 8 buah jaring
c). Tali jangkar
1) Bahan : Polyethylene (PE)
2) Panjang : 1,5 kali kedalaman perairan
3) Jumlah : 5 utas perjaring
4) Diameter : 0,75 inci
d). Jangkar
1) Bahan : Besi, blok beton, batu
2) Bentuk : Segi empat
3) Berat : Minimal 40 kg/buah
4) Jumlah : 5 buah/jaring
e). Jaring
1) Bahan : Polyethylene
2) Ukuran mata jaring : 1 inci
3) Warna : Hijau
4) Ukuran jaring : (7x7x2,5) m

8
b. Cara Pembuatan
Cara membuat jaring apung adalah sebagai berikut
1) Tahap awal pembuatan jaring apung adalah membuat rakit. Rakit dibuat dari
bahan bambu, kayu, atau pipa besi. Adapun bentuk rakit dapat dibuat
persegi panjang yang tersusun atas beberapa bilah bambu. Untuk mengikat
bambu-bambu tersebut, gunakan tali ijuk atau tali plastik. Ikatlah hingga
kokoh sehingga rangkat rakit tersebut dapat menerima beban yang berat.
Kita tahu bahwa kerangka rakit tersebut merupakan bagian yang harus
diperhatikan kekuatannya. Jika kerangka rakit tersebut tidak kuat,
kemungkinan jaring terapung itu akan rusak dan tenggelam.
2) Setelah kerangka diatas terbentuk, pasanglah pelampung berupa drum pada
setiap sudut kerangka rakit. Jumlah drum yang digunakan disesuaikan
dengan besarnya jaring apung yang dibuat. Jika beban terlalu berat,
sebaiknya penggunaan pelampung diperbanyak.
3) Langkah selanjutnya adalah pemasangan jangkar atau pemberat jangkar
dibuat sebanyak 4 buah. Peletakannya masing-masing disetiap sudut
menggunakan tali.
4) Jika pemberat sudah dipasang, tahap selanjutnya adalah pemasangan jaring
pada kerangka rakit. Jaring dipasang pada rakit dengan cara diikat
menggunakan kawat. Perlu diingat, jaring pun perlu diberi pemberat
gunanya supaya tidak tersapu ombak kemana-mana pasanglah pemberat
pada jaring disetiap sudutnya.

2.1 Manajemen Kualitas Air


A. Parameter Fisika
 Kecerahan
Kecerahan air atau transparansi adalah daya tembus cahaya matahari ke
dalam perairan. Kecerahan air dipengaruhi oleh kerapatan plankton dan kekeruhan
yang disebabkan oleh partikel tanah terlarut. Pengukuran kecerahan air sering
dilakukan pada budidaya intensif maupun super-intensif. Alat untuk mengukur
kecerahan air adalah Piring Seichi (Seichi disc). Piring seichi dibuat dari papan

9
bundar berdiameter 20 cm berwarna putih hitam diselang-seling membentuk 4
bagian, dilengkapi batang kayu dengan penunjuk kedalaman
Kecerahan air bisa dipakai sebagai indikator untuk melihat kerapatan
plankton di perairan. Tingkat kecerahan air yang baik untuk budidaya adalah 100 -
60 cm. Artinya, pada kedalaman 60-100 cm, cahaya matahari masih bisa
menembus. Pada kecerahan 20 cm, kerapatan plankton sudah pada ambang batas
berbahaya karena justru menurunkan kualitas air secara umum.
 Suhu
Keadaan suhu air yang optimal untuk nila merah adalah 25-28 0C. Perubahan
suhu yang terlalu tinggi dapat mengganggu kelangsungan hidup nila merah.
Kehidupan nila merah mulai terganggu pada suhu dibawah 14 0C atau pun diatas
380C. Nila merah akan mati pada perairan yang suhunya dibawah 6 0C atau diatas
420C.
Ikan ini juga toleran terhadap suhu air yang berkisar 14-38 0C (dengan suhu
ideal 22-320C).
B. Parameter Kimia
 DO
Oksigen diperlukann oleh makhluk hidup, termasuk ikan dan organisme
perairan lainnya, untuk pernafasan dan metabolisme tubuh. Oksigen diperlukan
untuk pembakaran pakan sehingga menghasilkan energi untuk melakukan aktifitas
gerak, pertumbuhan dan reproduksi. Laju pertumbuhan ikan dan konversi pakan
sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen dalam air.
Kadar oksigen (DO) untuk ikan nila merah yang baik yaitu berkisar antara
4-6 ppm.Untuk meningkatkan oksigen terlarut, pada budidaya ikan intensif
dilakukan dengan memancarkan air ke udara sehingga kemudian jatuh lagi ke
permukaan air. Percikan air yang bersentuhan dengan udara itu kemudian akan
tercampur lagi dengan air budidaya sehingga meningkatkan DO.
 Salinitas
Untuk salinitas, ikan nila biasa hidup pada kisaran salinitas 0-15 per mil (air
tawar dan air payau).

10
Ikan nila masih dapat tumbuh dengan baik pada kisaran salinitas 35ppt
namun tidak dapat berkembangbiak, akan tetapi kisaran salinitas yang normal
untuk ikan nila berkisar antara 0-10ppt .
 pH
Derajat keasaman air dibagi menjadi tiga, yaitu pH rendah (asam), pH netral
dan pH tinggi (basa). Derajat keasaman air dipengaruhi oleh ion Hidrogen (H+).
Air menjadi asam apabila pH <7 dan dikatakan basa bila pH >7.
Derajat keasaman air budidaya yang memenuhi syarat adalah 5 - 8,5. Untuk
budidaya ikan air tawar pH yang cocok adalah 6,5 - 7,5, sedangkan untuk ikan
nila pH yang cocok yaitu berkisar antara 6,5 – 8.
C. Parameter Biologi
 Plankton
Plankton disungai sangat beranekaragam dari zooplankton (hewani) hingga
phytoplankton (tumbuhan). Untuk mengetahui kepadatan plankton di suatu
perairan dapat kita lihat dari warna air ataupun dari sanitasi cahaya yang
menembus permukaan air tersebut. Plankton yang terlalu padat atau banyak sangat
bahaya bagi pertumbuhan ikan budidaya karna dapat mengganggu sistem
pernafasan si ikan. Alat yang dapat digunakan untuk mengecek plankton apa saja
yang ada di suatu perairan yaitu planktonet.

11
BAB 3
METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Tempat


Kegiatan kerja praktek akhir yang akan dilaksanakan selama dua bulan dari
tanggal 19 Maret sampai dengan tanggal 19 Mei di Pusat Unggulan Teknologi
(UPT) Politeknik Negeri Pontianak, Desa Mangkacak Kabupaten Mempawah
Provinsi Kalimantan Barat.

3.2 Objek KPA


Objek kerja praktek akhir ini adalah pembesaran ikan nila merah mulai dari
tahapan persiapan hingga masa pemeliharaan selama dua bulan.

3.3 Metode Pengambilan Data


Menurut Widyamartaya dkk (2000), diperlukan data dan informasi yang
lengkap, objektif, sahih, dan dapat dipertanggungjawabkan agar dapat diolah dan
disajikan menjadi gambaran dan pandangan yang benar. Untuk mengolah data
empiric dengan analisis kritis-komparatif, diperlukan pula data teoretik yang
benar-benar dapat menjadi tolak ukur.
Menurut Rahardjo (2011) didalam teknis pengumpulan data, dapat
dilakukan dengan beberapa teknik yaitu : wawancara, observasi, partisipsi,
dokumentasi, dan diskusi terpusat.
a. Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan
informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek
penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa
saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada
hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara
mendalam tentang isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan
proses pembuktian terhadap informasi atauu keterangan yang telah diperoleh
lewat teknik yang lain sebelumnya.

12
b. Observasi
Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif.
Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan panca indera,
bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang
diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas,
kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi,
seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran rill suatu peristiwa
atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.
c. Partisipasi
Partisipasi merupakan kegiatan yang diikut sertakan diri sendiri atau ikut
membantu dalam melakukan kegiatan, sehingga dapat diperoleh suatu
pengetahuan dan data-data yang diinginkan.

3.4 Jenis Data


Jenis data yang akan digunakan dalam kegiatan KPA terdiri atas data primer
dan sekunder.

A. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpulan data. Manfaat data primer adalah dikumpulkan untuk mencapai
tujuan penelitian, tidak ada risiko kadaluwarsa karena dikumpulkan setelah
proyek penelitian dirumuskan, semua data dipegang oleh peneliti, mengetahui
kualitas dari metode-metode yang dipakainya karena dialah yang mengatur sejak
awal.
Data primer yang dikumpulkan merupakan ruang lingkup dari kegiatan ikan
nila, meliputi :
1. Persiapan wadah
Persiapan wadah ada beberapa data yang akan diambil dalam kegiatan dapat
dilihat pada tabel 4.

13
Tabel 4. Data yang dikumpulkan pada persiapan wadah
Cara
No Uraian pengambilan Keterangan
data
1 Jenis wadah Observasi Mengidentifikasikan jenis
dan wadah yang akan digunakan
partisipasi
2 Ukuran wadah Observasi a. Mengukur panjang, lebar,
dan tinggi wadah dan ketinggian
partisipasi air menggunakan meteran
b. Menghitung luas wadah
dengan menggunakan
rumus luas wadah
3 Proses Persiapan wadah Observsi dan Mengidentifikasikan alat dan
partisipasi bahan yang digunakan pada
persiapan wadah
4 Sumber air Wawancara Menanyakan kepada teknisi
tentang asal sumber air yang
digunakan
5 Kualitas Air Observasi Mengukur kualitas air yang
dan digunakan meiputi :
partisipasi a. Suhu, pengukuran suhu
dilakukan dengan
menggunakan alat
thermometer, caranya
dengan mencelupkan alat
thermometer kedalam
wadah pemeliharaanselama
1-2 menit. Selama itu
thermometer diangkat lalu
dicatat hasil yang
didapatkan.
b. pH, pengukuran pH
dilakukan dengan
mengambil air sampel
sebanyak 5 ml kedalam
botol sampell, selanjutnya
diteteskan dengan reagen
pH sebanyak 4 tetes. Lalu
botol sampel dikocok dan
didiamkan selama 1-2 menit
kemudian membandingkan
warna air sampel dengan
kertas indicator.
c. DO, pengukuran DO
dilakukan dengan
menggunakan DO tes,

14
Cara
No Uraian pengambilan Keterangan
data
caranya dengan mengambil
air sampel dengan
menggunakan botol sampel
sampai penuh dan
diusahakan tidak ada
gelembung udara yang
masuk kedalam botol
sampel. Selanjutnya
meneteskan reagen 1
sebanyak 6 tetes dan reagen
2 sebanyak 6 tetes.
Kemudian botol sampel
ditutup dan didiamkan
selama 5-10 menit sampai
mengendap. Selama itu,
membandingkan warna air
sampel dengan kertas
indicator.

2. Seleksi dan Penebaran Benih


Penebaran benih yang baik adalah salah satu faktor keberhasilan dalam
pembesaran ikan nila, adapun data-data yang diambil dalam penebaran benih
seperti yang disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Data yang akan dikumpulkan pada penebaran benih
No Uraian Alat dan bahan Cara pengambilan
data
1 Asal benih - Wawancara
2 Ukuran benih Penggaris Partisipasi
3 Berat benih Timbangan Partisipasi
4 Padat tebar Alat tulis, kalkulator Partisipasi
benih
5 Waktu Jam Partisipasi
penebaran
6 Cara penebaran Ember Partisipasi
benih

3. Pemeliharaan
a. Manajemen pemberian pakan
Data manajemen pemberian pakan yang diambil dalam pembesaran ikan
nila merah, dapar dilihat pada tabel 6 dibawah ini.

15
Tabel 6. Data yang akan diambil pada manajemen pemberian pakan
No Parameter Alat dan bahan Cara pengambilan
pengamatan data
1 Jenis pakan Karung Observasi
2 Cara pemberian Partisipasi
pakan
3 Dosis dan Timbangan Partisipasi
frekuensi pakan

Konversi pakan atau FCR adalah jumlah pakan yang dihabiskan untuk 1kg
daging. Nilai FCR dapat dihitung menggunakan rumus :
Pt
FCR=
Bt −Bo
Keterangan :
FCR = Feed Convertion Ratio atau konversi pakan
Pt = Pakan total (kg)
Bt = Berat total (kg)
Bo = Bobot awal penebaran benih (kg)
b. Manajemen kualitas air
Data pengelolaan kualitas air yang diamati dan diukur disajikan pada Tabel
7 dibawah ini.
Tabel 7. Data yang akan diambil pada pengelolaan kualitas air
No Parameter pengamatan Alat dan bahan Cara pengambilan data
1 Salinitas Partisipasi

Suhu Partisipasi
2

3 Tingkat keasama (pH) Partisipasi

4 DO Partisipasi

c. Pengendalian hama dan penyakit


Data pengendalian hama dan penyakit yang diambil dapat dilihat pada tabel 8
dibawah ini.
Tabel 8. Data yang akan diambil pada pengendalian hama dan penyakit

16
No Parameter pengamatan Alat dan bahan Cara pengambilan data
1 Jenis hama dan penyakit Panca indra dan Observasi
microskop
2 Cara penanggulangannya Perangkap dan senapan Partisipasi

d. Pengamatan pertumbuhan
Data pengamatan pertumbuhan yang diambil disajikan pada tabel 9 dibawah
ini.
Tabel 9. Data yang akan diambil pada pengamatan pertumbuhan
Cara pengambilan
No Parameter pengamatan Alat dan bahan
data
1 Data sampling Serokan Partisipasi
2 Waktu sampling Jam Partisipasi
3 Sampling berat ikan Timbangan Partisipasi
4 Sampling panjang ikan Penggaris Partisipasi
5 Berat rata-rata (gr) Timbangan Partisipasi
6 Panjang rata-rata (cm) Alat tulis, Partisipasi
kalkulator
7 Pertumbuhan berat mutlak Alat tulis, Partisipasi
(gr) kalkulator
8 Pertumbuhan berat relative Alat tulis, Partisipasi
(%) kalkulator
9 Pertumbuhan panjang Alat tulis, Partisipasi
mutlak (cm) kalkulator
10 Pertumbuhan panjang Alat tulis, Partisipasi
relative (%) kalkulator

Dalam kegiatan pengamatan pertumbuhan data yang dapat diambil adalah


pertumbuhan mutlak harian dan pertumbuhan relative. Data dapat diambil dengan
cara pengukuran panjang dan berat dari samping dengan secara langsung dengan
menggunakan timbangan dan penggaris. Sampling dilakukan 7 hari sekali
sebanyak 10% dari jumlah ikan. Perhitungan pertumbuhan berat mutlak harian,
pertumbuhan berat relative, pertumbuhan panjang mutlak dan pertumbuhan
panjang relative dapat dihitung dengan rumus.

1). Pertumbuhan berat mutlak adalah laju pertumbuhan total ikan dalam persen
(%). Pertumbuhan ini dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

17
Wt−Wo
Wm=
t
Keterangan :
Wm = pertumbuhan berat mutlak (g)
Wt = berat akhir ikan (g)
Wo = berat awal ikan (g)
T = Waktu
2). Pertumbuhan berat relative adalah laju pertumbuhan total ikan dalam persen
(%). Pertumbuhan ini dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Wt−Wo
Wm= ×100 %
Wo

Keterangan :
Wm = pertumbuhan berat mutlak (g)
Wt = berat akhir ikan (g)
Wo = berat awal ikan (g)
T = Waktu
3). Pertumbuhan panjang mutlak adalah perubahan panjang ikan pada awal
pertumbuhan hingga saat pemanenan dalam persen (%). Pertumbuhan ini dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
P=Pt −Po

Keterangan :
P = pertumbuhan panjang (cm)
Pt = panjang akhir ikan (cm)
Po = panjang awal ikan (cm)
4). Pertumbuhan panjang relative adalah perubahan panjang ikan pada awal
pertumbuhan hingga saat pemanenan dalam persen (%). Pertumbuhan ini dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Pt −Po
P= ×100 %
Po

18
Keterangan :

P = pertumbuhan panjang (cm)


Pt = panjang akhir ikan (cm)
Po = panjang awal ikan (cm
5). Pemanenan
Pemanenan merupakan proses akhir dari kegiatan pembesaran ikan nila,
adapun data-data yang diambil pada kegiatan pemanenan yaitu disajikan pada
tebel 10 dibwah ini :
Tabel 10. Data yang akan diambil pada pemanenan
No Parameter kegiatan Alat dan bahan Cara peengambilan data
1 Cara pemanenan yang Serokan, timbangan, Wawancara
dilakukan wadah, penampungan
2 Waktu pemanenan Jam Wawancara
3 Survival rate Alat tulis dan kalkulator Wawancara

6). Survival rate merupakan tingkat kelangsunagan hidup ikan selama


pemeliharaan. Survival rate dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Nt
SR= ×100 %
No

Keterangan :
SR : Kelangsungan Hidup (%)
Nt : Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)
No : Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
B. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder
dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku,
laporan, jurnal, dan lain-lain. Data sekunder yang diambil selama KPA dapat
dilihat pada tebel 11.

19
Tabel 11. Data sekunder yang akan diambil

No Uraian
1 Sejarah berdirinya usaha yang dimiliki

2 Administrative letak

3 Struktur organisasi

4 Sarana dan prasarana yang digunakan

1.5 Analisis Data


Menurut rahardjo (2010), pada hakikatnya analisis data adalah sebuah
kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau
tanda dan kategorikannya sehingga diperolehnya sesuatu temuan berdasarkan
fokus atau masalah yang ingin dijawab.
Siman (2012), jenis analisis data dibagi menjadi dua, yaitu data kualitatif
dan data kuantitatif. Analisis data yang digunakan dalam KPA adalah analisis data
dan kualitatif. Analisis kualitatif adalah analisis yang dilakukan terbatas pada
teknik pengelolaan datanya, seperti pada pengecekan data dan tabulasi, dalam hai
ini sekedar membaca tabel-tabel, grafik atau angka yang tersedia, kemudian
melakukan uraian dan penafsiran (Rahardjo, 2010).

20
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi


4.1.1 Sejarah Berdirinya Pusat Unggulan Teknologi (PUT)
Pusat Unggulan Teknologi (PUT) Perikanan di Mempawah merupakan
salah satu Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pada Politeknik Negeri Pontianak.
PUT Perikanan Polnep secara resmi didirikan pada tanggal 21 Juli 2016,
berdasarkan Surat Keputusan (SK) Direktur Politeknik Negeri Pontianak Nomor :
02777/PL16/DK/2016 tentang : Pendirian Pusat Unggulan Teknologi (PUT)
Perikanan, Politeknik Negeri Pontianak.
PUT Perikanan Polnep sebelumnya bernama Workshop Budidaya
Perikanan (2010-2016), dan bernama Pusat Pelatihan Pengembangan Perikanan
Pesisir dan Laut (Puslat P3L pada tahun 2008-2010).
Adapun tugas pokok dan fungsi PUT Perikanan Polnep ini adalah untuk
memfasilitasi Kegiatan Tridarma Perguruan Tinggi yang dilaksanakan oleh
Civitas Akademika Politeknik Negeri Pontianak, khususnya Ilmu kelautan dan
Perikanan. Kegiatan tersebut meliputi :
1. Kegiatan Praktikum Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan Kerja Praktek Akhir
(KPA) ataupun Tugas Akhir Mahasiswa.
2. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Terapan yang
dilaksanakan oleh dosen atau Mahasiswa.
3. Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM), berupa implementasi
teknologi terapan, dan penelitian peningkatan kompetensi SDM Perikanan
Kalimantan Barat.
4.1.2 Letak Geografis
Letak PUT Perikanan Polnep berada pada Wilayah Kabupaten Mempawah
yang berada pada posisi 00º - 44º LU dan 01º - 00º LS serta diantara 108º - 24º BT
dan 109º - 00º BT secara administratif berada pada Desa Terusan Kecamatan
Mempawah Hilir Kabupaten Mempawah-Provinsi Kalimantan Barat, jarak dari
ibu kota provinsi sekitar 75 kilometer atau sekitar 1,5 jam perjalanan darat dari
Kota Pontianak.
Batas-batas wiilayah Desa Terusan sebagai berikut :

21
1. Sebelah Timur berbatasan dengan jalan Kabupaten
2. Sebelah Barat berbatasan dengan hutan mangrove / Laut Natuna
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung
4. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Mengkacak

4.1.3 Struktur Organisasi


STRUKTUR ORGANISASI

PUSAT UNGGULAN TEKNOLOGI PERIKANAN

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

DIREKTUR
PD1 PD2 PD3 PD4 WMN

KEPALA

Mochamad Idham Silman,


S.Pi.,M.Si

ADMINISTRASI DAN SEKRETARIS


KEUANGAN
Arsanti Budiarti, A.Md
Haryanti, A.Md

PENELITIAN DAN
PEMASARAN PENGEMBANGAN
1. Agus Setiawan, S.Pi.,M.Si Dr. Purnamawati, S.Pi.,M.Si
2. Nurfahma Dwihandoyo,A.Md

QUALITY ASURANCE

1. Farid Mudlofar,S.Pi.,M.Si

UNIT BUDIDAYA DAN LABORATORIUM RUJUKAN


PRODUKSI PAKAN
Sarmila,S.Pi.,M.Si
Rizal Akbar Hutagalung,S.Pi,Mp

22
Gambar 3. Struktur Organisasi Unit Produksi Budidaya Perikanan PUT
Politeknik Negeri Pontianak

Tabel 12. Nama, Jabatan, Pendidikan Terakhir dan Tugas serta Tanggung
Jawab dari Struktur Organisasi Unit Produksi Budidaya Perikanan PUT
Politeknik Negeri Pontianak.

Pendidikan
No Nama Jabatan Tugas dan tanggung jawab
Terakhir
1 Rizal Akbar K.a Unit S1 a. Membuat perencanaan
Hutagalung,S.Pi,Mp Perikanan dan kegiatan evaluasi
kegiatan.
b. Mengkoordinasikan
seluruh rencana
kegiatan
c. Bertanggung jawab
kepada Direktur melalui
Ka Jurusan IKP
2 Khairul Huda, Teknisi D3 a. Memberikan
A.Md Perikanan masukan/ide tentang
kegiatan yang akan
dilaksanakan kepada
Ka. Unit.
b. Mempersipkan dan
melaksanakan kegiatan
pemeliharaan sarana dan
spesies budidaya yang
dilaksanakan
c. Melaksanakan
monitoring praktek
mahasiswa
d. Bertanggung jawab dan
melaporkan kondisi
lapangan kepada Ka
Unit.
3 1. M. Azhari Security SMU/SMK a. Menjaga dan
2. Feriwansyah memastikan seluruh aset
yang ada di Unit dalam
kondisi aman
b. Menjaga keamanan dan
ketertiban proses
kegiatan mahasiswa
c. Melaporkan kondisi
lapangan secara berkala
kepada Ka Unit/ Jurusan
IKP / Polnep.

23
Pendidikan
No Nama Jabatan Tugas dan tanggung jawab
Terakhir
d. Kegiatan lainnya yang
dianggap perlu dan akan
diperhatikan secara
provisional.
4 1. Edi Sutopo, Operato D3/SMK a. Mempersiapkan dan
A.Md r merawat sarana
2. Zeki Zakaria, pendukung kegiatan
A.Md budidaya yang ada.
3. Rabuli, A.Md b. Melaporkan kondisi
lapangan Ka Unit.

4.2 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di PUT Perikanan Politeknik Negeri


Pontianak yang berada di Mempawah, meliputi tambak pembesaran, hatchery
indoor dan outdoor, mess karyawan dan mess mahasiswa. Secara Rinci Sarana
dan Prasarana dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

No Nama Jumlah Fungsi


1 Water test 1 Alat uji ukur kualitas air
2 Bak pemijahan 2 Untuk mengawinkan ikan
3 Bak pendederan 2 Untuk mendederkan larva ikan
blower sebagi sumber oksigen
4 Blower 2 Untuk menimbang induk ikan
5 Timbangan digital duduk 1 Untuk menibang induk ikan
6 Timbangan digital kesil 2 Untuk menimbang benih ikan
1kg dan untuk menimbang pakan
7 Pompa air 3 Untuk menyedot air
8 Tabung oksigen 1 Sebagai sumber oksigen
9 Akuarium 3 Sebagai wadah perawatan larva
10 Mikroskop 1 Untuk mengamati
11 Penggiling pakan 1 Untuk menggiling pakan
12 Selang Setengan I/2 inci 1 Untuk aerasi
Gulung
13 Refraktometer 1 Untuk mengukur salinitas
14 Termometer 2 Untuk mengukur suhu
15 pH test 1 Untuk mengukuhr pH
16 Amoniak test 1 Untuk mengukur amoniak
17 Spluit 1 Untuk mengambil hormone
18 Mesin pakan 1 Untuk membuat pakan
Sumber : Data investasi UP4B

24
Sedangkan prasaranan yang dimiliki PUT. Perikanan yang ada di
Mempawah dapat dilihat pada tabel berikut ini:

No Nama Jumlah Fungsi


1 Mess 4 Untuk istirahat mahasiswa yang
magang
2 Listrik 1 Sumber energy
3 Gudang pakan 1 Untuk menyimpan pakan
4 Springbed no 1 3 Untuk tidur
5 Kasur 10 Untuk tidur
6 Ranjang bertingkat 5 Untuk tidur
No Nama Jumlah Fungsi
7 Kompor gas 1 Untuk masak
8 Tabung gas 1 Untuk masak
9 Galon air 3 Untuk menyimpan air minum
10 Rumah pegawai 1 Untuk tinggal teknisi
Sumber : PUT Perikanan Polnep Mempawah
4.3 Pembesaran ikan nila

4.3.1 Hasil

Dalam kegiatan pembesaran ikan nila merah pada KPA ini dilakukan
beberapa kegiatan diantaranya: Persiapan wadah, seleksi benih dan penebaran,
pemeliharaan, pemberian pakan, pengontrolan kualitas air, pengamatan kualitas
air, pengamatan pertumbuhan / kelangsungan hidup, dan panen. Tahapan proses
berguna bagi si penulis dan si pembaca sebagai panduan supaya dalam
pelaksanaan kegiatan yang telah kita ambil dan kita laksanakan tidak salah dalam
melakukan tahapan proses kegiatan pembesaran ikan nila merah. Adapun tahapan-
tahapan dalam melaksanakan kegiatan pembesaran ikan nila merah dalam
kegiatan KPA dapat kita lihat pada gambar yang telah saya tampilkan dibawah ini
yaitu Gambar 4.

25
PROSES KEGIATAN PEMBESARAN

Kontruksi persiapan  Pembersihan waring


wadah  Penjemuran waring
 Pemasangan waring
 Waktu
 Jumlah
 Panjang
Seleksi dan penebaran
 Berat
benih
 Cara melakukan
 Menghitung kepadatan
 Jumlah

Pemeliharaan benih  Waktu


 Cara
 Jumlah dan ukuran

Pemberian pakan  Jenis


 Dosis
 Frekuensi pemberian

 Waktu
Pemantauan kualitas air  Suhu
 Salinitas
 Do

Pengamatan
pertumbuhan/kelangsunga  Sampling
n hidup
 Cara panen
 Waktu panen
Panen
 Jumlah panen

Analisa usaha

Gambar 4. Alur proses pembesaran ikan nila merah

26
4.2.1 Persiapan wadah

Dalam kegiatan pembesaran ikan nila merah dilakukan dengan beberapa


tahap, dengan mengunakan wadah jaring apung sebagai media wadah
pemeliharaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Spesifikasi wadah yang digunakan

No Uraian Hasil
1 Jenis wadah Keramba jaring apung
2 Ukuran waring 3mx2mx1,5m
3 Ukuran wadah 4mx3mx3,5m
4 Proses persiapan Pemasangan waring dan perndaman waring
wadah selama 1 minggu untuk menghilangkan zat yangh
terkandung pada waring yang akan digunakan
5 Sumber air Aliran sungai
6 Kualitas air Pengukuran kualitas air dilakukan 2 kali sehari
yaitu pagi dan sore dengan alat ukur thermometer,
refraktometer, dan pH meter.

4.2.2 Seleksi dan Penebaran benih

Benih ikan nila yang ditebar pada waktu pagi hari dan dilakukan dengan
aklimatisasi suhu selama 5 menit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Spesifikasi benih yang digunakan

No Parameter Hasil
pengamatan
1 Asal benih Tambak UPT Mempawah
2 Ukuran benih 4-4,5 cm
3 Berat benih 1,26 gram
4 Padat tebar benih 200 ekor/m²
5 Waktu penebaran Pagi hari
6 Cara penebaran Dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu
benih

4.2.3 Pemeliharaan

Proses pemeliharaan ikan nila merah dilakukan selama 41 hari dari tanggal 12
April 2017 sampai tanggal 22 Mei 2017. Kegiatan pemeliharaan tersebut terdiri
dari pemberian pakan, pengontrolan kualitas air, pemantauan kualitas air,
pengamatan pertumbuhan / kelangsungan hidup.

a. Manajemen pemberian pakan

27
Pada manajemen pemberian pakan prosesnya adalah menentukan jenis pakan
yang akan digunakan selama pemeliharaan, dosis pakan, frekuensi pemberian
pakan, cara pemberian pakan, dan FCR. Proses pemberian pakan dapat dilihat
pada tabel 14.

Tabel 14. Pemberian pakan

No Parameter pengamatan Hasil


1 Jenis pakan Pakan terapung
2 Cara pemberian pakan Dengan cara ditebar 2 sisi
3 Dosis 3%
4 Frekuensi pakan 3 kali sehari

b. Manajemen kualitas air


Pengontrolan kualitas air dilakukan setiap hari dari awal sebelum penebaran
benih hingga sampling terakhir. Guna pengontrolan dilakukan dari awal sebelum
tebar untuk mengetahui tepatkah bila benih itu ditebar. Karena, jika kualitas air
tidak memungkinkan untuk penebaran ikan tersebut maka ikan tersebut akan
setrees dan mengakibatkan kematian. Pengontrolan kualitas air dilakukan setiap
hari, dalam satu hari pengukuran dilakukan pada pagi dan sore hari dengan
menggunakan alat Thermometer, DO meter, pH Meter, dan Refraktometer.
Parameter kualitas air dapat dilihat pada tabel 15

Tabel 15. Parameter kualitas air

No Parameter Alat Hasil Waktu


1 Salinitas Refraktometer 0 ppt 08.00
5 ppt 17.00
2 Suhu Thermometer 27ºc 08.00
28,5ºc 17.00
3 Tingkat keasama (pH) pH Meter 8 08.00
7 17.00
4 DO DO Meter 5 ppm 08.00
4 ppm 13.00

c. Pengendalian hama dan penyakit


Pada saat kegiatan pembesaran ikan nila di keramba jaring apung tidak ada
ditemukan hama dan penyakit karena lingkungan dan perairan tersebut terjaga
kebersihannya dan terjaga pula dari hama pengganggu lainnya.

28
d. Pengamatan Pertumbuhan
Pengamatan pertumbuhan dilakukan agar pembudidaya mengetahui berat
serta panjang tubuh ikan yang dipelihara. Parameter pertumbuhannya dapat dilihat
pada tabel 16. dibawah ini :
No Parameter Pengamatan Hasil
1 Data sampling Buku dan pulpen
2 Waktu sampling Pagi hari
3 Sampling berat ikan Timbangan digital
4 Sampling panjang ikan Penggaris
5 Berat rata-rata (gr) 1,26 gram
6 Panjang rata-rata (cm) 3,7 cm
7 Pertumbuhan berat mutlak 17,94
(gr)
8 Pertumbuhan berat relative 1.323 %
(%)
9 Pertumbuhan panjang 6 cm
mutlak (cm)
10 Pertumbuhan panjang 162 %
relative (%)

4.2.4 Pemanenan

Pemanenan merupakan akhir dari suatu kegiatan usaha budidaya ikan.


Adapun hasil dari pemanenan ikan nila dapat dilihat pada tabel 19.

No Parameter kegiatan Hasil


1 Cara pemanenan yang dilakukan Dengan menggeser waring
menggunakan kayu panjang dari sisi 1
ke sisi lainnya agar kayu dapat ditarik,
waring bisa diangkat dan ikan dapat
dipanen.
2 Waktu pemanenan Pagi hari
3 Survival rate 86%

4.3 Pembahasan

4.3.1 Persiapan wadah

Wadah yang akan digunakan dalam pembesaran ikan nila adalah waring
berukuran 3x2x1,5 yang berlokasikan di daerah Antibar di Aliran Sungai

29
Mempawah. Jarak PUT Budidaya POLNEP Mempawah ke KJA ± 3 km
menggunakan kendaraan transportasi darat. Tahapan pertama yang dilakukan saat
akan memulai kegiatan yaitu persiapan wadah. Pertama yang harus dilakukan saat
persiapan wadah adalah pembersihan waring akibat dari lumut dan lumpur yang
mengendap diwaring. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan sikat kain.
Waring yang digunakan berukuran 4x2x1,5 meter dengan ketinggian air pada
sudut terendah yaitu 2,5 meter sedangkan ketinggian air pada sudut tertinggi yaitu
3 meter. Air yang digunakan berasal dari aliran Sungai Mempawah karena wadah
terletak di aliran Sungai Mempawah. Jumlah wadah yang digunakan yaitu 1 petak
yang berbentuk persegi panjang dengan jumlah pemberat sebanyak 6 buah
pemberat.

Sebelum waring digunakan sebagai wadah atau media pemeliharaan


waring terlebih dahulu didibersihkan dan disikat bagian bagian kotornya akibat
dari lumut dan lumpur yang ada diwaring kemudian siram waring dengan air
bersih agar kotoran hilang dan setelah dibersihkan waring bisa langsung dijemur
dibawah terik matahari selama 2 hari guna penjemuran agar terhindar dari hama
dan penyakit yang menempel pada waring. Setelah 2 hari kemudian langkah
selanjutnya yaitu pengecekan pada waring agar tidak ada warinng yang bolong
ataupun robek diwaring yang akan digunakan jika ditemukannya bolong atau
sobek maka dilakukannya penjahitan dan yang terakhir pemasangan pemberat
pada 6 bagian gunanya agar saat arus sungai mulai masuk dan besar maka waring
tidak akan mudah tersapu arus. Kegiatan ini sesuai dengan pendapat Khairuman
dan Amri (2011), cuci jaring menggunakan air bersih, lalu jemur kebawah terik
matahari agar semua hama yang mungkin ada mati.

Pemasangan jaring dilakukan pada pagi hari, disemua sisi waring


membentuk ukuran persegi panjang, fungsi tali untuk keamanan waring agar lebih
kuat dan lebih aman. Sedangkan fungsi jaring adalah sebagai penyekat ikan yang
dipelihara agar tidak keluar dan lepas.

Gambar 5. Pengangkatan waring

Sumber : dokumentasi lapangan 2016

30
4.3.2 Seleksi benih dan penebaran benih

Benih yang digunakan yaitu benih yang dihasilkan dari pemijahan indukan
di PUT Mempawah. Benih yang digunakan sebanyak 1.200 ekor dengan ukuran
benih berkisaran 3-4 cm dan berat rata-rata 1,26 gr. Ciri-ciri benih yang telah
diseleksi yaitu dalam kondisi sehat, warnanya cerah, berenang bergerombolan,
anggota tubuh yang lengkap dan tidak cacat. Menurut pendapat Irmawan (2016),
menyatakan bahwa benih yang ditebar sebaiknya berukuran lebih dari 1,25 gr
(panjang 3-5 cm) dengan ukuran yang seragam dan sehat ditandai dengan warna
cerah, gerakan yang gesit, dan responsive terhadap pakan.

Seleksi pada ikan nila dilakukan pada pagi hari pada saat suhu rendah
yang bertujuan agar benih pada saat ditebar tidak mengalami setress yang dapat
mengakibatkan kematian pada benih. Menurut pendapat Daelami dan Opik
(2017), menyatakan bahwa sebelum ditebar, benih perlu di aklimatisasi agar benih
dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya.caranya, apungkan terlebih dahulu
benih dalam kemasan di KJA selama 10-15 menit. Pada saat penyeleksian
kegiatan yang dilakukan yaitu pengukuran panjang tubuh benih yang akan akan
ditebar serta penimbangan bobot tubuh benih yang akan digunakan. Kegiatan
penimbangan dan pengukuran panjang tubuh ikan dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :

Gambar 6. Pengukuran panjang benih dan penimbangan berat benih

Sumber : dokumentasi lapangan 2016

4.3.3 Pemeliharaan Benih

Pemeliharaan merupakan kegiatan mengamati pertumbuhan ikan dan


memantau ikan pada Keramba Jaring Apung yaitu wadah pembesaran.
Pemeliharaan dimulai pada tanggal 12 April 2017. Benih yang digunakan berasal
dari hasil dari pemijahan UPT Budidaya Perikanan Mempawah dengan jumlah

31
benih 1.200 ekor. Benih berukuran 3,5-4,5 cm. menurut Irmawan (2016), benih
yang ditebar sebaiknnya berukuran lebih dari 1,25 gr (panjang 3-4 cm).

Benih diangkut menggunakan transportasi darat dan di packing terlebih


dahulu agar mempermudah pada saat proses pengangkutan. Benih yang telah di
packing ditebar di wadah pembesaran pada pagi hari yakni pada pukul 8 pagi
karena pada waktu tersebut suhu air normal sehingga suhu pada kantong packing
dapat disesuaikan dengan suhu di KJA. Penyesuaian suhu tersebut disebut dengan
proses aklimatisasi yang dilakukan ± 15 menit, hal ini sesuai dengan pendapat
Daelami dan Opik (2017), yang menyatakan bahwa sebelum ditebar benih perlu
diaklimitasi terlebih dahulu agar benih dapat beradaptasi dengan lingkungan
barunya. Caranya, apungkan terlebih dahulu benih dalam kemasan di KJA selama
10-15 menit. Setelah itu, buka kemasan dan masukkan benih kedalam KJA
dengan perlahan dan hati-hati. Untuk lebih jelas pada kegiatan aklimatisasi dapat
dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 6. Proses Aklimatisasi

Sumber : dokumentasi lapangan 2016

a. Manajemen pemberian pakan

Pemberian pakan merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan


hidup ikan selama masa pemeliharaan. Pakan yang digunakan selama
pemeliharaan adalah pakan pelet apung. Dosis pemberian pakan yaitu 3% dengan
frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari pagi, siang, dan sore hari. Pakan
diberikan dengan cara ditebar agar benih ikan nila mendapatkan pakan secara
merata. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari yaitu pada pagi pukul
08.00 WIB, siang 13.00 WIB dan pada sore hari pada pukul 17.00 WIB

32
sedangkan pada malam hari ikan tidak diberi makan karna ini sesuai dengan
pendapat Khairuman dan Amri (2011), yang menyatakan bahwa frekuensi
pemberian pakan tambahan tersebut minimum 2-3 kali perhari, yaitu pagi, siang,
dan sore hari. Penentuan frekuensi pemberian pakan ini juga melihat dari
kebiasaan makan pada ikan nila hal ini diperkuat dengan pernyataan dari Agus
Iskandar (2003) yang menyatakan bahwa ikan nila mempunyai kebiasaan makan
dan beraktivitas pada siang hari. Dengan mengetahui waktu yang tepat saat ikan
mengkonsumsi pakan maka pakan yang dikonsumsi lebih efektif menjadi daging.
Jumlah pakan yang dihabiskan selama masa pemeliharaan yaitu 1.328 kg selama
masa pemeliharaan 41 hari. FCR selama masa pemeliharaan yaitu 0,06. Hal ini
dapat dikatakan baik karena pada umumnya FCR pembesaran ikan nila berkisar
antara 1,2 – 1,5 pendapat ini diperkuat oleh Khairuman dan Amri (2013) yang
menyatakan bahwa FCR pada pembesaran ikan nila 1,2. Pada saat benih ikan nila
juga memakan tanaman air yang tumbuh di kolam budidaya dan juga memakan
pakan alami yang tersedia di perairan sungai.

Gambar 7. Pemberian pakan

Sumber : dokumentasi lapangan 2016

b. Manajemen Kualitas Air


Manajemen kualitas air adalah cara pengendalian kondisi air didalam wadah
media budidaya sehingga memenuhi persyaratan hidup bagi ikan yang akan
dipelihara. Pada kegiatan pembesaran kali ini indikator kualitas air yang di ukur
adalah suhu, DO, salinitas dan pH. Pengamatan kualitas air pada media budidaya
dilakukan 2 kali sehari. Suhu di perairan media budidaya berkisar antara 27 0 –
300C. Kegiatan ini sesuai dengan pendapat sutanto (2011), yang menyatakan

33
bahwa suhu optimum untuk pertumbuhan ikan nila adalah 25–300C. Suhu
tertinggi terjadi pada siang hari karena pada saat itu terjadi proses penguapan pada
air akibat panas di lingkungan. Pengukuran pada suhu dilakukan dengan
menggunakan alat ukur kualitas air yaitu Thermometer.
Kandungan oksigen terlarut di media budidaya berkisar antara 4–5 ppm.
Pengamatan dilakukan 3 kali sehari dengan mengunakan alat yaitu DO meter.
Menurut pendapat Djarijah (2003) yang menyatakan bahwa, ikan nila merah
dihabitat aslinya kadar oksigen terlarut berkisar antara 3-5 ppm. Hal ini juga
sesuai dengan pendapat Khairuman dan Amri (2003) yang menyatakan bahwa
kadar oksigen (DO) untuk ikan nila merah yang baik yaitu berkisar antara 4-6
ppm.

Salinitas di media budidaya sangat beragam karena media budidaya terletak


di aliran sungai sehingga memungkinkan terjadinya pasang surut yang
mengakibatkan adanya kandungan garam yang terlarut di dalam air budidaya.
Pengamatan salinitas dilakukan 3 kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore hari.
Pada pagi hari salinitas di media budidaya yakni 0 ppt, siang hari salinitas
meningkat menjadi 3 ppt karena telah terjadi proses pasang surut pada aliran
sungai. Sedangkan pada sore hari salinitas semakin meningkat yaitu 5 ppt akan
tetapi hal ini tidak berpengaruh pada ikan budidaya karena menurut Khairuman
dan Amri (2011) yang menyatakan bahwa ikan nila biasa hidup pada kisaran
salinitas 0-15 per mil (air tawar dan air payau). Hal ini juga sependapat dengan
Djarijah (2003) yang menyatakan bahwa ikan nila masih dapat tumbuh dengan
baik pada kisaran salinitas 35 ppt namun tidak dapat berkembangbiak, akan tetapi
kisaran salinitas yang normal untuk ikan nila berkisar antara 0-10 ppt.
Tingkat keasaman pada air atau pH di media pemeliharaan berkisar antara
7–8. Pengecekan dilakukan 3 kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore hari.
Pengamatan pH mengunakan alat yaitu pH Meter. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang menyatakan bahwa untuk ikan nila pH yang cocok yaitu berkisar antara 6,5
–8. Pada kegiatan kali ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

34
Gambar 8. Pengukuran Kualitas Air

Sumber : dokumentasi lapangan 2016

c. Pengamatan Pertumbuhan
Pengamatan pertumbuhan perlu dilakukan untuk mengetahui perkembangan
ikan selama pemeliharaan dengan melakukan sampling. Hal ini sesuai dengan
pendapat Daelami dan Opik (2017), yang menyatakan bahwa monitoring
pertumbuhan ikan dilakukan dengan menimbang sampling ikan secara berkala
sekitar 10 hari atau dua minggu sekali, sehingga diperoleh bobot total ikan di
dalam KAT.
Sampling dilakukan pada pagi hari dengan menggunakan alat penimbang
digital untuk menimbang berat tubuh benih dan penggaris untuk mengukur
panjang tubuh benih. . Berat rata-rata benih 1,2 gram. Panjang rata-rata benih 3,7
cm. pertumbuhan berat mutlak 17,94 gram. Pertumbuhan berat relative 1.323 %.
Pertumbuhan panjang mutlak 6 cm. Pertumbuhan panjang relative 162 cm.

Gambar 9. Sampling
Sumber : dokumentasi lapangan 2016

35
BAB 5
PENUTUP

V.1. Kesimpulan
Dari kegiatan Kerja Praktek Akhir (KPA) yang dilakukan di Unit Budidaya
dan Produksi Pakan (PUT) Pusat Unggulan Teknologi Budidaya Perikanan
Politeknik Negeri Pontianak Kabupaten Mempawah, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Wadah pembesaran berupa KJA (keramba jaring apung) dengan ukuran
waring 3mx2mx1,5m sedangkan wadah pembesaran dengan ukuran
4mx3mx3,5m dan padat tebar 200 ekor/m² menghasilkan pertumbuhan ikan
nila yang optimal dan SR yang tinggi sebesar 86%.
2. Pertumbuhan ikan nila selama pemeliharaan 41 hari mampu menambah bobot
Pertumbuhan berat mutlak (gr) 17,94 gram, Pertumbuhan berat relative (%)
1.323%, Pertumbuhan panjang mutlak (cm) 6 cm, Pertumbuhan panjang
relative (%) 162%.
3. Selama masa pemeliharaan dosisi pemberian pakan yang diberikan sebesar 3%
dan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore
menghasilkan bobot rata-rata panen 19,2 gram/ekor. FCR yang dihasilkan
sebesar 0,6.

V.2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada kegiatan KPA yang dilakukan yaitu
dengan menambah dosis pemberian pakan setelah ikan nila disampling agar
menambah laju pertumbuhan dan pertumbuhan panjang lebih baik.

36
DAFTAR PUSTAKA

Kordi H. K. M. Ghufran. 2013. FARM BIGBOOK-Budi Daya Ikan Konsumsi di


Air Tawar. Yogyakata: Lily Publisher

Rukmana H. Rahmat dan Yudirachman H. Herdi. 2015. Sukses Budi Daya Ikan
Nila Secara Intensif. Yogyakata: Lily Publisher

Poer Mas. 2017. Morfologi Ikan Nila dan Klasifikasinya. Webngapakers.com

37

Anda mungkin juga menyukai